Disusun oleh :
Kelompok 2
DASRIZAL
LISA NURLINA
NAFIATUL FADLINA
REZA SRI MULFIA
Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul askep klien dengan distress
spiritual. Makalah ini tidak tersusun dengan sempurna dan masih terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisannya. Maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar, bahkan bisa tersusun dengan sempurna.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
pengetahuannya.Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini bisa dipahami bagi
siapapun yang membacanya,dengan pemahaman yang di dapatkan pembaca dari
makalah ini tentunya penulis akan memperbanyak ilmu pengetahuan agar bisa
menyelesaikan makalah berikutnya dengan sempurna tanpa ada kesalahan,demi
peningkatan mutu pendidikan kita bersama. Akhirnya penulis mengucapkan terima
kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang akan pembaca berikan kepada penulis
nantinya.
` Kelompok
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan
sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Akan tetapi, kondisi kehidupan
di era modern seperti saat ini semakin kompleks. Proses modernisasi sangat
cepat berkembang pada masyarakat, terutama di kota-kota atau negara yang
sedang berkembang, seperti halnya di Indonesia, tentunya dari proses
moderenisasi ini akan memiliki dampak positif dan negatif. Akibatnya akan
meningkatkan beban terutama pada psikologis, sosio cultural, maupun
ekonomi seseorang. Peningkatan beban psikologis yang menjadi salah satu
prevelensi peningkatan masalah kesehatan mental pada masyarakat akibat
modernisasi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan rata-rata nasional gangguan mental emosional yang dimulai
dengan perasaan cemas dan depresi adalah 11.6% atau sekitar 19 juta
penduduk dan itu terjadi pada penduduk mulai usia 15 tahun.
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik
yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal
balik. Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh
timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak
sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Beberapa
contoh kasus gangguan psikososial adalah gangguan konsep diri,
ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Gangguan ini dapat membuat
seseorang tidak dapat menjalankan aktivitasnya secara normal. Gangguan
psikososial harus segera mendapatkan penanganan yang tepat, karena jika
gangguan psikososial berlangsung lama maka akan terjadi masalah
gangguan jiwa yang berat dan dapat berujung pada kematian.
B. Rumusan masalah
Apa itu asuhan keperawatan klien dengan ketidakberdayaan dan keputusasaan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang apa itu asuhan keperawatan klien dengan
ketidakberdayaan dan keputusasaan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep teoritis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang langkah-langkah proskep
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang naskah roleplay
BAB II
PEMBAHASAN
2. Keputusasaan
Keputusasaan Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah
keadaan subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau
tidak adanya pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy
untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki
beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang
inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera
makan, kurang kontak mata, dan sebagainya.
Factor-faktor yang berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi
fisiologis, stress jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.
Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika
individu merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa
mustahil. Seseorang tersebut tidak akan memiliki harapan untuk
memperbaiki kehidupannya, tidak
memiliki solusi untuk masalah yang dialaminya dan ia merasa tidak aka
nada orang yang dapat membantuya menyelesaikan masalahnya (Carpenito,
563).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang
merasa utus asa tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang
dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang
diinginkan.
Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan solusi
masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat
kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
1. Kognitif
Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, pesimis,
menyalahkan dirinya sendiri, kehilangan minat motivasi, tidak dapt
menyambil keputusan.
2. Afektif
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian, keputusasaan,
rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri pasien rendah, dan
ansietas
3. Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit punggung, sakit
kepala, dan diare.
4. Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan diri pasien
kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat tergantung.
5. Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan pasien tidak
mampu mengatasi masalahnya.
Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan mekanisme
penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya menghindari distress.
D. Mekanisme koping Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk
melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan baik dengan
lingkungannya,ketidak mampuan untuk mencari informasi tentang
perawatan untuk kesembuhannya, tidak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan saat diberikan dukungan oleh keluarganya.
a. Tekanan hidup
b. Status kesehatan
c. Tidak memiliki tujuan hidup
d. Merasa tidak yakin menjalani hidup
e. Kehilangan dan merasa tidak memiliki apa-apa.
1. Pengkajian
Nama : Tn. R
Umur : 37 thn
Pekerjaan : wiraswatsa
Keluhan Utama
Paesien merasakan putus asa setelah istri yang dicintainya meninggal 2 tahun yang
lalu dan ia merasa tidak ingin hidup lagi.
2. Diagnosa
Dx : Keputusasaan b.d stres jangka panjang
Ds :
- Pasien mengatakan stres dan putus asa
- Pasien merasa tidak ingin hidup lagi
Do :
- Pasien terlihat kusam
- Pasien terlihat kumal dan murung
- Gigi pasien tampak kotor
- Pasien tampak lemas
3. Intervensi
Dx : Keputusasaan b.d stres jangka panjang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat
stres pasien teratasi
Kh :
- pasien tidak mengalami stres
- semangat pasien kembali baik
- pasien tidak merasa putus asa lagi
O :
- Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negative
N :
- beri dukungan positif terhadap pasien agar mampu mengatasi situasi
E :
- Ajarkan keterampilan perilaku yang positif terhadap pasien melalui diskusi
C :
Kolaborasi dengan sumber-sumber lain seperti petugas dinas social, perawat
spesialis klinis, dan layanan keagamaan.
4. Evaluasi
S : pasien tampak kembali menjadi semangat dan tidak stres lagi
O : paien tampak kembali seperti biasa
A : intervensi dihentikan
P : tindakan dihentikan.
Strategi Keperawatan
1. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi ibu, perkenalkan, nama
saya perawat Fadil. Boleh dipanggil Fadil . Saya mahasiswa
fakultas ilmu keperawatan yang sedang praktik di kelurahan ini
bu. Nana ibu siapa? lebih senang dipanggil bagaimana?”
b) Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
c) Kontrak
“Baiklah selama 1 jam ke depan kita akan berbincang
bincang tentang apa yang di rasakan ibu agar kita saling mengenal.
Bagaimana bu bersedia? Tempatnya disini saja ya?”
2. Fase Kerja
“Saya perhatikan tadi ibu terlihat sedih dan merenung, memangnya
apa yang dirasakan ibu saat ini? O gitu ya jadi ibu merasa tidak mampu.
Pada saat apa biasanya ibu merasa tidak mampu dengan diri sendiri?
Bagaimana dengan lingkungan sekitar ibu, misalnya dari keluarga ibu,
adalah hal hal yang ibu sukai dari mereka? Baiklah kalau begitu,
sekarang bisakah ibu sebutka kepada saya hal apa saja yang ibu sukai
dalam diri ibu? Coba ibu ingat ingat kembali kemampuan apa saja yang
dapat ibu lakukan?
Sekarang begaimana kalau saya membantu ibu untuk membuat
daftar hal hal positif dan kemampuan apa saja yang ibu miliki. Baiklah,
tadi ibu sudah menuliskan dan menyebutkan hal positif dan
kemampuan apa saja yang ibu miliki. Baiklah, tadi ibu sudah
menuliskan dan menyebutkan hal positif dan kemampuan yang
dimiliki. Iya, bagus sekali pk. Disini, ibu dapat melihat sendiri ibu
memiliki kelebihan seperti orang lain, tapi tergantung ibu juga. Apakah
ingin mengembangkan kemampuan tersebut atau tidak. Menurut ibu
kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan atau tidak?
Nah setelah tadi kita menuliskan mana yang mampu untuk ibu
lakukan saat ini? Wah iya ibu bagus sekali merapikan tanamannya”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi objektif
“Ternyata masih banyak kemampuan yang dapat dilakukan ibu.
Baik sekali ya bu. Bisakah ibu menceritakan dan menyebutkan
kembali kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang ibu miliki”.
c. Kontrak
1) Topik
“Kalau begitu nanti kita berbincang-bincang lagi tentang
kegiatan apa saja yang mungkin ibu lakukan disini”
2) Tempat
“Mau dimana ibu kita berbincang-bincangnya? Apakah disini
lagi?”
3) Waktu
“Mau berapa lama bu? Bagaimana kalau 10 menit?” kalau
begitu saya pamit dulu, selamat siang.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan Ketidakberdayaan merupakan suatu perasaan penurunan kontrol
tentang kesehatan yang akan mendorong ke arah apatis, menarik diri, mengurangi
interaksi dengan orang lain dan tidak berpartisipasi dalam perawatan atau
pembuatan keputusan (Miller, 1992). Seemen & Evans (1962) dan Pender (1996)
menyatakan bahwa penurunan pemanfaatan pelayanan kesehatan, perubahan
tingkah laku, menarik diri dan penurunan motivasi dapat diasosialisasikan dengan
konsep sosial dari ketidakberdayaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan subyektif
ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan
alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri
(NANDA, 2015).
B. Saran
Saran Pembaca diharapkan banyak membaca referensi lain terkait masalah
psikososial: ketidakberdayaan dan keputusasaan. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca lebih memahami terkait masalah klien dengan gangguan psikososial.
Selain itu pembaca juga dapat mencari informasi terkait jurnal penatalaksanaan
terbaru pada klien dengan masalah psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan “professional
2015-2017.