Anda di halaman 1dari 10

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari pernapasan!

Yokochi’s Color Atlas of Anatomy 7th Ed


Sherwood’s introduction to human physiology 8 th ed

2. Mengapa sesak timbul setelah bermain futsal dan tidak berkurang dengan istirahat?

Aktivitas gerak badan dapat memprovokasi saluran pernapasan yang heperreaktif sehingga timbul bronkonstriksi. Hal
yang berperan sebagai provokator adalah proses pendinginan dan pengeringan saluran pernapasan. Pada orang
melakukan kegiatan olahraga, ventilasi-menitnya akan meningkat. Sebelum masuk ke paru, udara yang dingin dan
kering harus dipanasi dan dijenuhkan dengan uap air oleh epitel trakeobronkial. Epitel trakeobronkial menjadi dingin
dan kering sehingga menyebabkan bronkokonstriksi saluran pernapasan. Pada percobaan, fenomena bronkokonstriksi
sperti exercise induced asthma dapat timbul jika seseorang menghirup udara dingin dan kering sebanyak ventilasi-
menit yang diperlukan untuk terjadinya exercise induced asthma tanpa harus melakukan exercise

Djojodibroto, R. Darmanto. Respirology (Respiratory Medicine). EGC, Jakarta. 2009.

3. Mengapa sesak berkurang saat diberikan salbutamol?

salbutamol adalah obat golongan agonis yang dapat merangsang akitivitas reseptor B2, obat ini dapat menimbulkan
relaksasi oto polos bronkus.
Farmakologi dan terapi. 2010. Edisi 5. FKUI

4. Mengapa sesak tiba-tiba timbul pada saat udara dingin, marah-marah dan sakit batuk pilek?

Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya kelembaban dapat menyebabkan asma lebih
parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya
konsentrasi partikel alergenik. Dimana partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara.
Perubahan tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini
umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin
menyebabkan sesak di saluran pernafasan.
Anonim, Asma :www kalbe.co.id. November 28, 2006 19 ; 46;08.

5. Mengapa terdengar bunyi wheezing?

Kattan M. Epidemiologic evidence of increased airway reactivity in children with a history of bronchiolitis. J Pediatr 1999;
135: S8-13.
Mengi/wheezing adalah napas yang berbunyi seperti suling yang menunjukkan adanya penyempitan
saluran napas, baik secara fisiologik (karena dahak) maupun secara anatomic (karena konstriksi). Wheezing
dapat terjadi secara difus di seluruh dada seperti pada asma atau secara local seperti pada penyumbatan
oleh lendir atau benda asing. Wheezing juga dapat timbul saat melakukan kegiatan agak berat (exercise
induced). Jika wheezing didahului oleh batuk di malam hari saat tidur, mungkin disebabkan oleh aspirasi
refluks esophagus. Wheezing juga dapat disebabkan oleh central venous pooling akibat adanya gagal
jantung.

Respirologi (Respiratory Medicine) Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP – hal. 55


Pada saat insipirasi brongkus cenderung melebar sedangkan pada saat ekspirasi diameter brongkus cenderung
mengecil, sehingga nanti akan mengakibatkan aliran turbelen pada saat ekspirasi.

Guyton & hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

6. Mengapa dokter menyarankan untuk melakukan olahraga renang?

Air adalah media yang sangat ideal bagi program rehabilitasi, ketika berdiri pada kedalaman sebahu maka
terjadi pengurangan berat badan sebesar 90%, selain itu air juga mengurangi tekanan musculoskeletal dan
persendian. Contoh lainnya ialah terapi kolam renang dengan air hangat yang memberi dampak
kebebasan bergerak bagi pasien dan mengurusi rasa sakit. Terapi di dalam kolam renang memungkinkan
untuk berdiri bebas tanpa pegangan sehingga memiliki manfaat tidak terjadi benturan dan tekanan
sebagaimana bila dilakukan di daratan. Artinya, terapi dengan media kolam renang sangat banyak
manfaatnya pada penderita dengan gangguan muskuloskalatal. Olahraga renang adalah olahraga yang
paling baik untuk penyembuhan asma, apalagi penderita asma tersebut masih berusia muda.
Menurut Haller, David (2015, Hlm 16) Renang Gaya Dada adalah gaya yang pertama-tama dipelajari oleh
orang-orang pada waktu mereka mulai belajar berenang. Renang Gaya Dada atau Gaya Katak adalah
berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air, namun berbeda dari gaya bebas, batang
tubuh selalu dalam keadaan tetap. Kedua belah kaki menendang ke arah luar sementara kedua belah
tangan diluruskan di depan. Kedua belah tangan dibuka ke samping seperti gerakan membelah air agar
badan maju lebih cepat ke depan. Hydro Therapy atau terapy air adalah metode perawatan dan
penyembuhan air untuk mendapatkan efek-efek trafis (Chaiton, 2002, Hlm 67). Hydro Therapy merupakan
salah satu metode yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan dapat dilakukan dengan mudah.
Pengaruh Olahraga Renang Gaya Dada Sebagai Hydro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh
Pada Penyakit Asma - Ganjar Rulianto, Indra Safari M.Pd , Respaty Mulyanto M.Pd

7. Apa diagnosis dan DD dari scenario?

Diagnosis : Asma

DD :

Dewasa  Rinosinusitis

 PPOK  Refluks gastroesofageal

 Bronkitis kronik  Infeksi respiratorik berulang

 Gagal jantung kongestif  Displasia bronkopulmoner

 Batuk kronik akibat lain lain  TB

 Disfungsi laring  Malformasi kongenital

 Obstruksi mekanis  Aspirasi benda asing

 Emboli paru  Sindrom diskinesia silier primer

Anak-Anak  Defisiensi imun


 PJB

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Pengendalian
Penyakit Asma.

8. Apa saja faktor pencetus dari timbulnya keluhan pada skenario?

Faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok, yaitu genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus, eksim; faktor
pencetus di lingkungan, seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban
dalam rumah, serta alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.

Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia: Penyebab dan Pencetus. Kesmas: National
Public Health Journal, 9(4), 320-326.

9. Apa etiologi dari kasus pada skenario?

 Ditemukan riwayat alergi


 Dipicu oleh pemajanan terhadap allergen
 Faktor genetic (kecenderungan memproduksi antibody jenis IgE yang berlebihan. Seseorang yang mempunyai

predisposisi memproduksi IgE berlebihan disebut mempunyai sifat atopic, sedangkan keadaannya disebut atopi.)

Respirologi (Respiratory Medicine) Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP – hal. 100
Pada asma, sumbatan saluran napas disebabkan oleh
(1) menebalnya dinding saluran napas, yang ditimbulkan oleh peradangan dan edema yang dipicu oleh
histamin
(2) tersumbatnya saluran napas oleh sekresi berlebihan mukus kental
(3) hiperresponsivitas saluran napas, yang ditandai oleh konstriksi hebat saluran napas kecil akibat spasme
otot polos yang diinduksi oleh pemicu di dinding saluran napas. Pemicu yang menyebabkan peradangan,
respons bronkokonstriksi yang berlebihan, atau keduanya ini mencakup pajanan berulang ke alergen
(misalnya, kutu debu rumah atau serbuk sari tanaman), iritan (misalnya, asap rokok), infeksi pernapasan,
dan olahraga berlbihan. Semakin banyak penelitian yang menunjukan bahwa infeksi jangka-panjang
oleh Chlamydia pneumoniae, suatu kausa infeksi paru yang umum dijumpai, mungkin mendasari hampir
separuh dari kasus asma dewasa. Pada serangan asma yang berat, penyumbatan dan penyempitan hebat
saluran napas dapat menghentikan ali- ran udara dan menyebabkan kematian.
Sherwood’s introduction to human physiology 8 th ed hal. 493

10. Bagaimana patofisiologi dari kasus skenario?


a. Alergen di hadapkan ke sistem imun oleh makrofag mengakibatkan aktivitas sel CD4 (T Help yang kemudian
memproduksi interleukin (terutam IL, Interferon, IL4, IL5 dan IL 8) sitokin-sitokin ini mengaktifkan sel inflamasi
termaksud limfosit B, PMN, eosinofil, dan makrofag.
b. Sel B mengahasilkan IgE yang melekat ke reseptor pada sel mast dan mengakibatkan degranulasi sel mast, iritan
dapat secara langusng menstimulus degranulasi sel mast.
c. Degranulasi sel mast melepaskan berbagai mediator seperti histamin, leukotrien, prostaglandin, dan sel
kemotaktan inflamsi menyebabkan jalan nafas yang berat.
d. Inflamasi ini meyebabkan bronkokontriksi, sekresi mukus, dan deman mukosa langusng dan menstimulus
pelepasan neuro-peptida toksik yang dapat menyebakan deskuamasi lebih lanjut pada epitel bronkial
mengakibatkan peningkatan hiperreponsivitas bronkial.
e. Sitokin inflamasi juga mengubah fungsi reseptor muskarinik mengakibatkan peningkatan kadar asetikolin yang
menyebakan kontraksi otot polos bronkus dan sekresi mukus.
f. Pada penyakit alergi, bisa terjadi respons asmatik lambat, eosinofil melepaskan neuro-peptida dan limfosit
kemudian di aktivasi lebih lanut mengakibatakn kekambuhan bronkokonstriksi pada jam 4 samapi 12 jam setelah
serangan awal.
g. Bukti menunjukan bahwa asam yang tidak di tangani dapat menyebakan deskuamasi jangka panjang pada epitel
brongkus dengan meningkatkan hiperreponsivitas brongkus dan terjadi jaringan parut pada jalan napas dengan
obstruksi jalan napas permanen, yaitu remodeling jalan napas

Valaentina L. Brashers. 2003. Aplikasi Klinis Patofisiologi pemeriksaan dan manajemen. Edisi 2. Jakarta EGC.
Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC
Nelson Vol 1 Ilmu Penyakit Anak Edisi 15. EGC

11. Apa saja pemeriksaan penunjang pada skenario?

 Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer

 Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter

 Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)

 Uji provokasi bronkus, unruk menilai ada/tidaknya hiperaktivitas bronkus

 Uji alergi (tes tusuk kulit/skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi

 Foto toraks, untuk menyingkirkan penyakit selain asma

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Pengendalian
Penyakit Asma.

12. Bagaiamana penatalaksanaan dari kasus pada skenario?


Ada 2 macam terapi asma:
Terapi simtomatik menggunakan reliever yaitu bronkodilator (agonis β2 short acting, teofilin) dan “disease-
modifying therapy” atau “controller” yang menggunakan obat antiinflamasi (agonis β2 kerja Panjang,
kortikosteroid, kromolin, antileukotriene). Saat terjadi serangan asma, obat yang digunakan adalah
“reliever” dibantu dengan “controller”. Setelah serangan dapat diatasi dan periode asimtomatik telah
tercapai, obat yang digunakan hanya “controller” atau bahkan tanpa obat lagi, terapi penderita dibekali
peak flow meter untuk memantau arus puncak.
- Pengobatan standar asma bronkial adalah pemberian agonis β2 yang menyebabkan relaksasi otot polos saluran
pernapasan dan menghambat kerja mediator yang dilepas sel mast. Pemberian agonis β2 dilakukan secara inhalasi
karena pemberian secara parenteral tidak terlalu memberikan hasil berbeda. Pemberian parenteral diberikan jika
inhalasi tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Efek samping β2 yaitu takikardia, hypokalemia, aritmia, tremor, iskemia miokardial, dan asidosis asam laktat.
Itu sebabnya pemberian inhalasi menjadi pilihan utama dibandingkan secara parenteral. Pemberian agonis
β2 berupa adrenalin atau salbutamol.
- Antikolinergik bukan pengobatan lini pertama, tetapi dapat digunakan untuk menolong serangan asma ringan maupun
sedang. Pada serangan asma berat, pengobatan lini pertama sebaiknya disertai dengan pemberian obat anti kolinergik.
Antikolinergik yang diberikan secara inhalasi adalah ipratropium bromide dengan MDI atau wet nebulization. Jika
diberikan secara parenteral, antikolinergik yang digunakan adalah atropine sulfat.
- Kortikosteroid diberikan pada saat mulai tampak adanya serangan asma, yang diberikan berupa metilprednisolon. Pada
saat serangan asma, pemberian kortikosteroid melalui inhalasi tidak banyak memberikan manfaat.
Aminofilin digunakan sebagai pengobatan lini kedua asma bronkial. Aminofilin mempunyai sifat
bronkodilator meski lemah, tetapi aminofilin dapat menambah kontraktilitas diafragma, diuresis, dan
sebagai antiinflamasi.
Respirologi (Respiratory Medicine) Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP – hal. 106
Klasifikasi ASMA

Anda mungkin juga menyukai