Anda di halaman 1dari 11

PETA KONSEP

Populasi > wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
SAP 6
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).

POPULASI DAN
SAMPEL Sampel > sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.
Sedangkan menurut Suharsimi (2002:109), sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.

Kriteria sampel yang baik : Sampel dipilih dengan cara hati-hati,Sampel harus
mewakili populasi, Besarnya ukuran sampel

Prosedur Pengambilan Sampel Penelitian

Teknik penarikan sampel pada hakikatnya untuk memperkecil kesalahan


generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel
yang representatif, artinya sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

Teknik sampling : Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk


menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Dalam penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Prof. Dr.
Sugiyono (2010) menyatakan Secara skematis, teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non probability
Sampling. Probability Sampling meliputi: simple random, proportionate stratified
random, disproportionate stratifed random, dan area random. Nonprobability
sampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental,
purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

1
POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi (population), yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu
mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi
(populasi Element). Masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang
menggunakan metode survey sebagai tektik pengumpulan data.
Penentuan populasi berbeda dengan penentuan unit analisis, meskipun keduanya
berkaitan dengan unit data yang dianalisis, Misal, penelitian mengenai kinerja dapat
menggunaka.
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara populasi dan sampel
dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif;
Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generelasi yang
térdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan
sampel adalah sebagian dari populasi itu.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan social situation atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen, yaitu Tempat
(Place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi
sosial tersebut, dapat di rumah berikut keluarga dan aktivitasnya, orang-orang d'i
sudutsudutjalan yang sedang ngobrol tentang pelayanan atau produk mobil baru merk
tertentu, atau di tempat kerja, di kota, desa, di perusahaan atau wilayah suatu Negara.
Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami
secara lebih mendalam apa yang terjadi" di dalamnya.
2. Sampel
Pengertian sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang diteliti, yang
sudah tentu mampu secara representatif dapat mewakili populasinya (Sabar,2007).
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betuI-betul representatif (Sugiyono,2011).
Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian
dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan

2
untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki
populasi.
Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representativeness sampel
(sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya), yaitu:
1) Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah given", artinya peneliti harus
menerima sebagaimana adanya. dan tidak dapat mengatur atau memanipulasinya.
2) Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar atau tinggi taraf
representativeness sampel tersebut. Jika populasinya homogeny secara sempurna,
besarnya sampel tidak mempengaruhi tarag representativeness sampel.
3) Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggi pula
tingkat representativeness sampel.
4) Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Makin lengkap ciri-ciri populasinya yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin
tinggi tingkt representativeness sampel.
Seorang peneliti jarang mengamati keseluruhan populasi karena beberapa alasan
berikut, yaitu:
1) Biaya terlalu tinggi
2) Populasi demikian banyaknya sehingga dalam praktiknya tidak mungkin seluruh
elemen diteliti.
3) Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia.
4) Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke
waktu.
Oleh karena beberapa alasan diatas, maka beberapa peneliti enggan menggunakan
populasi dalam penelitian dan malah lebih beralih menggunakan sampel, hal ini karena
sampel memiliki tiga keuntungan utama dalam pengambilan sampelnya, yaitu:
1) Biaya lebih rendah
2) Pengumpulan data lebih cepat
3) Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi
dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil.

3
3. Penelitian Menggunakan Sampel dan Populasi
Penelitian yang bekerja dengan sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja dari
anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan analisis
sampel dibuat generalisasi. Faktor penting di sini adalah generalisasi, artinya seberapa
jauh simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasikan. Salah satu kaidah penelitian
ilmiah, seperti generalizability yang artinya hasil penelitian tersebut memiliki
kemampuan generalisasi. Kemampuan generalisasi ini sangat tergantung dari besarnya
sampel. Sampel yang representative (mewakili) memiliki kemampuan generalisasi.
Penelitian yang bekerja dengan populasi tidak perlu menghadapi persoalan
generalisasi. Peneliti terhindar dari sampling karena jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah anggota populasi. Pada penelitian populasi, peneliti biasanya berhadapan
dengan kendala biaya, waktu dan tenaga
3.1. Penelitian Sampel dan Sensus
3.1.1. Alasan Penelitian Sampel
Ada-beberapa faktor yang menjadi alasan peneliti Amelakukan penelitian
sampel daripada sensus, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Jika jumlah elemen populasi relatif banyak, peneliti tidak mungkin
mengumpulkan seluruh elemen populasi, karena akan memerlukan biaya dan
tenaga yang relatif tidak sedikit.
2) Kualitas data yang d ihasilkan oleh penelitian sampel sering Jebih bai k
dibandingkan dengan has sensus, karena proses pengumpulan dan analisis
data sampel yang relatif sedikit daripada data populasi dapat dilakukan relatif
lebih teliti.
3) Proses penelitian dengan menggunakan data sampel relative lebih cepat
daripada sensus, sehlngga dapat mengurangi jangka waktu antara saat
timbulnya kebutuhan informasi hasil penelitian dengan saat tersedianya
informasi yang diperlukan.
3.1.2. Hubungan Sampel dan Populasi
Analisis data sampel secara kuantitatif menghasllkan statistik sampel (sample
statistics) yang digunakan untuk mengestimasi parameter populasinya (population
parameters). Statistik merupakan ukuran numeris yang dihitung dari pengukuran
sampel. Parameter adalah ukuran deskripsi numeris yang dlhltung darl pengukuran
populasi. Statistik sampel digunakan untuk membuat lnferensi mengenai parameter
populasinya.

4
Deskripsi sampel dan populasinya secara kuantitatif berupa statistlk atau
parameter yang rumumnya mengukur tendensi sentral (rata-rata, median, modus)
dan dispersi (deviasi standar dan varian)
4. Kriteria Sampel yang Baik
4.1. Kriteria Pemilahan Sampel
Penelitian dengan menggunakan sampel yang representative akan memberikan hasil
yang mempunyai kemampuan untuk digeneralisasi. Kriteria sampel yang representatif
tergantung pada dua aspek yang saling berkaitan yaitu:
1) Akurasi sampel
Sampel yang akurat adalah sejauh mana statistik sampel dapat, mengestimasi
parameter populasi dengan tepat. Akurasi berkaitan dengan tingkat keyakinan
(confidence level), Semakin akurat suatu gampel akan semakin tinggi tingkat keyakinan
bahwa statistik sampel mengestimasi parameter populasinya dengan tepat. Tingkat
keyakinan, dalam statistik dinyatakan dengan persentase.
2) Ketelitian (presisi) sampel.
Sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian bcrdasarkan sampel dapat
merefleksikan realitas populasinya dengan teliti. Presisi menunjukkan tingkat ketepatan
hasil penelitian berdasarkan sampel menggambarkan karakteristik populasinya. Presisi
umumnya dinyatakan dengan interval keyakinan (confidenceinterval) dari sampel yang
dipilih.
4.2. Syarat Sampel yang Baik
1) Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling, yaitu daftar dari semua
unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
a. Harus meliputi seluruh unsur sampel.
b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
c. Harus up to date.
d. Batas-batasnya harusjelas.
e. Harus dapat dilacak di lapangan.
2) Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi), Ciri-ciri sample
yang ideal adalah:
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang
diteliti.
b. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.

5
c. Sederhana.
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah.
5. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel
5.1. Pertimbangan Ukuran Sampel
Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel Empat hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, yaitu :
1) Derajat keseragaman
Apabila populasi seragam sempurna, maka satu elementer saja dari seluruh
populasi sudah cukup representative untuk diteliti. Jika populasi adalah
completely heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah dapat memberikan
gambaran yang refresentatif.
2) Presisi yang dikehendaki daiam penelitian
Tingkat ketepatan ditentukan oleh perbedaan perbedaan hasil sampel dengan hasil
pencacahan Iengkap, dengan asumsi instrumen,teknikwawancara, kualitas
pewawancara yang digunakan sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari standar
error, makin kecil kesalahan baku, makin besar tingkat presisi.
3) Rencana analisis
Rencana analisis data dengan teknik analisis tertentu sangat menentukan besarnya
sampel yang harus diambil.
4) Ketersediaan biaya, tenaga dan waktu.
5.2. Penentuan Ukuran Sampel
Ada yang menyatakan paling sedikit 10% dari jumlah populasinya. Pendapat-
pendapat tersebut kurang tepat, karena untuk menentukan ukuran sampel tergantung pada
variasi populasinya. Semakin besar dispersi atau variasi suatu populasi maka semakin
besar pula ukuran sampel yang diperlukan agar estimasi terhadap parameter populasi
dapat dilakukan dengan akurat dan presisi.
6. Ukuran Sampel
Berdasarkan atas pertimbangan penentuan ukuran sampel. Peneliti dapat menentukan
ukuran sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin keciljumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi. Jumlah sampel yang dipandang representative tergantung pada
tingkat presisi yang dikehendaki. Presisi yang dikehendaki dapat dipresentasikan dari
derajat kesalahan secara statistlk apakah 1%, 5%,atau 10%.

6
Semakin tinggi presisi yang dikehendaki, semakin kecil tingkat kesalahan yang harus
ditentukan. Derajat kesalahan 1% memiliki presisi lebih tinggi daripada derajat kesalahan 5%
atau 10%.
7. Sumber Kesalahan Sampel
1. Sampling frame error
Adalah kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak
diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh kerangka
sampel.
2. Random sampling error
Adalah kesalahan akibat adanya perbedaan antara hasil sampel dan hasil
sensus yang dilakukan dengan prosedur yang sama. Kesalahan ini dapat terjasi karena
fluktuasi statistik yang terjsi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang
dipilih. Cara memperkecilnya adalah dengan meningkatkan jumlah sampel. Semakin
banyak sampel yang diambil, maka kesalahan sampel akan semakin menurun.
3. Nonresponse error
Adalah kesalahan akibat perbedaan statistik antara survei yang hanya
memasukkan mereka yang merespon dan tidak mereka yang gagal merespon.
Penyimpangan ini terjadi akibat beberapa hal, yaitu :
 Kesalahan perencanaan, seperti tidak tepatnya pemakaian definisi, kriteria, satuan-
satuan ukuran, dan lain-lain.
 Penggantian sampel.
 Salah tafsir petugas maupun responden.
 Salah tafsir responden
 Responden sengaja salah menjawabnya.
 Kesalahan dalam pengolahan data dan penerbitannya.
Penyimpangan yang terjadi karena kesalahan sampel dan kesalahan nonsampel
disebut kesalahan total. Kesalahan sampel dapat diperkecil dengan pemakaian metode
pengambilan sampel yang tepat, sedangkan kesalahan nonsampel dapat diperkecil
dengan perencanaan dan pelaksanaan yang diteliti dari penelitian yang bersangkutan.
8. Tahap Pemilihan Sampel
Setelah jumlah sampel yang representatif dapat ditentukan, langkah selanjutnya
adalah pemilihan sampel. Sebelum dilakukan pemilihan sampel dengan terlebih dahulu
perlu dipahami mengenai unsure sampling dan kerangka sampling.

7
Dalam suatu populasi unsure-unsur atau elemen yang diambil sebagai sampel disebut
unsure sampling. Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling.
Kerangka sampel (Sample Frame) adalah representasi fisik dari objek, individu,
kelompok yang sangat penting dalam penentuan sampel. Kerangka sampling merupakan
daftar semua unsure sampling dalam populasi sampling. Sebuah kerangka sampling yang
baik harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Harus meliputi seluruh unsure sampel (tidak satupun yang tertinggal)
2. Tidak ada unsure sampel yang dihitung dua kali
3. Harus up to date
4. Batas-batasannya harus jelas (siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga)
5. Harus dapat dilacak di lapangan (Mantra dan Kasto, 1989, Mantra, 2003)
Tahap Proses Pemilihan Sampel, meliputi:
1. Penentuan Populasi: menentukan apa yang menjadi elemen populasi (individu,
organisasi, produk)
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel: menentukan kelompok-kelompok elemen
berdasarkan desain sampel yang digunakan.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel: menentukan daftar elemen dari setiap
unit pemilihan sampel.
4. Penentuan Desain Sampel: menentukan teknik sampling yang digunakan
(probability sampling atau non probability sampling)
5. Penentuan Jumlah Sampel: menentukan jumlah atau besarnya sampel yang
digunakan dalam penelitian.
6. Pemilihan Sampel: menentukan elemen yang akan menjadi sampel dari penelitian
yang dilakukan.
9. Metode Pengambilan Sampel/Teknik Sampling
9.1. Teknik Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling/Probability
Sample)
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling
yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh
anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh
diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling semacam ini
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

8
1. Teknik sampling secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling
populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah
dengan undian.
2. Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa
penarikaan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang
kesekian dari daftar populsi.
3. Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional random sampling).
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian
diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya dapat dilakukan
secara undian maupun sistematis.
4. Teknik sampling secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi
sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik
sampling secara proportional.
5. Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak
tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena
populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Teknik pengambilan sample
semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
9.2. Teknik Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan
tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas,
manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil
dari masing-masing kelompok tersebut.
9.3. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertahap (Multistage Random Sampling)
Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu
bertingkat dua, tiga atau lebih.
9.4. Teknik Pengambilan Sampel Acak Sistematik (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam
memilih sampel penelitian. Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel
dari 100 orang, maka jumlah kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya
responden dibagi ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap
kelompok.
Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-
10 yang datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan
seterusnya maka itulah yang dijadikan sampel penelitian.

9
9.5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Kelompok (Cluster Random Sampling)
Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan
sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu.
Tujuan metode Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang
suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan
ruang poli di RS A dan lain sebagainya.
9.6. Probability Proportionate to Size (PPS)
Sampling with Probability Proportional to Size (PPS) adalah suatu prosedur
penarikan sampel dimana peluang terpilihnya suatu unit sampel sebanding dengan
ukuranUkuran yang dimaksud adalah informasi tambahan (auxiliary information)
yang dipertimbangkan sebagai dasar penarikan sampel dan memiliki korelasi yang
erat dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
9.7. Teknik Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak (Non Random Sampling/Non
Probability Sample)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability.
Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan
gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak
memerlukan ketepatan yanq tingqi, karena hanya sekedar gambaran umu saja.
Teknik pengambilan sampel secara tidak acak atau non probality sample ini
memiliki beberapa cara yang telah dikenal di dunia penelitian, yaitu :
1. Sampel Dengan Maksud (Purposive Sampling)
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja
yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota
sampel yang diambil.
2. Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling)
Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu.
Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Sampel Berjatah (Quota Sampling)
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya
disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.

10
SIMPULAN

Populasi (population), yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu


mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi
(populasi Element). Sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang diteliti, yang
sudah tentu mampu secara representatif dapat mewakili populasinya (Sabar,2007).

Salah satu kaidah penelitian ilmiah, seperti generalizability yang artinya hasil
penelitian tersebut memiliki kemampuan generalisasi. Kemampuan generalisasi ini sangat
tergantung dari besarnya sampel. Sampel yang representative (mewakili) memiliki
kemampuan generalisasi.

REFERENSI

Rahyuda, Ketut. 2016. Metodelogi Penelitian Bisnis Edisi Revisi 2017. Bali : Udayana
University Press

Wiley, John dan Sons. 2007. Metode Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 buku 1. Jakarta. Salemba
Empat

11

Anda mungkin juga menyukai