Anda di halaman 1dari 40

MODULASI DAN DEMODULASI

Dibuat untuk Jurusan Teknik Elektro Program Studi Sarjana Terapan


Teknik Telekomunikasi

Oleh:

Elisa Islami Putri (061840351681)

Junio Andika Danda (061840351682)

M. Zikri Soleh (061840351684)

Syifa Amira Zahrah (061840351693)

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat waktu.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah ini yaitu Bapak Asriyadi, S.T.,M.T yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mencoba menyelesaikan penyusunan makalah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikannya dengan cukup baik.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan


dalam bentuk kata-kata maupun dalam penyusunan kalimat. Kritik dan saran kami
perlukan untuk memperbaiki makalah-makalah ataupun tugas-tugas berikutnya.
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.

Palembang, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 4

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 5

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

BAB II................................................................................................................................. 6

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6

2.1. Pengertian Modulasi .................................................................................... 6

2.2. Pengertian Demodulasi ................................................................................ 6

BAB III ............................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 7

3.1. Tujuan Modulasi .......................................................................................... 7

3.2. Jenis – Jenis Modulasi ................................................................................. 9

3.3. Tujuan Demodulasi ..................................... Error! Bookmark not defined.

3.4. Jenis – Jenis Demodulasi ............................ Error! Bookmark not defined.

BAB IV ............................................................................................................................. 38

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 38

4.1. Kesimpulan ................................................................................................ 38

4.2. Saran ...................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jika ingin mentransmisikan sinyal suara atau sinyal data misalnya,


sering kali terjadi bahwa spektrum frekuensinya tidak sesuai dengan
medium yang digunakan untuk mentransmisikan. Frekuensi medium
transmisi dirancang pada frekuensi tinggi sedangkan sinyal informasi
mempunyai frekuensi yang lebih rendah misalnya bunyi yaitu 30-20.000Hz.
Oleh karena itu diperlukan “modulasi” sehingga sinyal berfrekuensi lebih
tinggi dapat digunakan untuk membawa sinyal berfrekuensi lebih rendah.
Modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik
sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu informasi.
Dengan proses modulasi, suatu informasi (biasanya berfrekeunsi rendah)
bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa
gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada
suatu gelombang sinusiuodal yaitu: amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga
parameter tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi
(berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi. Maka
secara garis besar dapat diasumsikan bahwa modulasi merupakan suatu
proses dimana gelombang sinyal termodulasi ditransmisikan dari
transmitter ke receiver. Pada sisi receiver sinyal modulasi yang diterima
dikonversikan kembali kebentuk asalnya, proses ini disebut dengan
demodulasi. Rangkaian yang digunakan untuk proses modulasi disebut
dengan modulator, sedangkan rangkaian yang digunakan untuk proses
demodulasi disebut demodulator. Modulasi adalah kunci penggunaan
sambungan komunikasi analog dunia, oleh karena itu pada bahasan kali ini
akan dijelaskan mengenai modulasi dan demodulasi
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar modulasi dan demodulasi?


2. Apa saja jenis – jenis modulasi dan demodulasi?
3. Bagaimana proses pengubahan sinyal?
4. Apa itu noise dan interferensi?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang konsep dasar modulasi dan demodulasi


2. Untuk mengetahui tentang jenis – jenis modulasi dan demodulasi
3. Untuk mengetahui tentang proses pengubahan sinyal
4. Untuk mengetahui tentang noise dan interferensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Modulasi

Modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang


periodik sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu
informasi. Dengan proses modulasi, suatu informasi (biasanya berfrekeunsi
rendah) bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya
berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci
pada suatu gelombang sinusiuodal yaitu: amplitudo, fase dan frekuensi.
Ketiga parameter tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal
informasi (berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi.
Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut modulator.

2.2. Pengertian Demodulasi

Definisi demodulasi adalah proses suatu sinyal modulasi yang dibentuk


kembali seperti aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier wave) yang
termodulasi oleh rangkaian. Jadi, sinyal informasi dikeluarkan lagi dari
frekuensi carrier menjadi sinyal aslinya. Demodulasi adalah proses yang
berlawanan dengan modulasi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Konsep Modulasi dan Demodulasi

3.1.1. Modulasi

Modulasi adalah proses menumpangkan suatu sinyal yang


merepresentasikan data, berupa data audio, optic, digital, ke dalam
suatu sinyal lain. Sinyal data adalah sinyal yang berisi data dan
informasi yang akan disampaikan, sedangkan sinyal yang
ditumpangi oleh sinyal data disebut sinyal pembawa (carrier).
Proses ini biasanya membuat perubahan yang disengaja pada bentuk
gelombang sinyal pembawa berdasarkan bentuk gelombang sinyal
data. Tiga parameter fisik dari bentuk gelombang sinyal pembawa
yang dapat divariasikan mengikuti bentuk gelombang gelombang
sinyal data adalah amplitudo, frekuensi dan sudut fase. Perangkat
yang dapat melakukan fungsi modulasi disebut sebagai modulator,
sedangkan perangkat yang melakukan keduanya disebut modem
(modulator-demodulator) Data yang dimodulasikan dapat berupa
data analog dan data digital.

Modulasi analog bertujuan untuk mentransfer sinyal


baseband (low-pass) analog lewat saluran passband analog,
misalnya saluran kabel telepon, saluran radio, atau saluran televisi
kabel yang memiliki bandwidth terbatas. Modulasi digital bertujuan
untuk mentransfer arus (stream) bit digital lewat saluran passband
analog. Modulasi analog maupun digital memungkinkan
penggunaan saluran fisik secara bersama dengan membagi jatah
bandwidth, dikenal dengan istilah frequency division multiplexing
(FDM). Selain itu juga terdapat modulasi digital baseband, dikenal
juga dengan line coding, dimana arus bit-bit digital ditransfer
melalui saluran baseband, misalnya melalui kabel data serial atau
saluran LAN. Pada komunikasi analog, terdapat tiga macam
modulasi yang mengubah berbagai parameter bentuk gelombang
sinyal pembawa berdasarkan perubahan sinyal data, yaitu modulasi
amplitudo (amplitude modulation, AM), modulasi frekuensi
(frequency modulation, FM), dan modulasi sudut fase (phase
modulation, PM). Modulasi amplitudo dan frekuensi banyak
digunakan dalam komunikasi radio dan televisi, sedangkan
modulasi fase lebih tidak umum digunakan. Selain ketiga jenis
modulasi analog tersebut, terdapat juga berbagai macam modulasi
yang dapat digunakan untuk data digital

3.1.2. Demodulasi

Demodulasi adalah kebalikan dari modulasi yang berarti


pemisahan sinyal informasi dari sinyal carrier (pembawa). Proses
demodulasi sendiri memerlukan alat-alat yang tidak linier atau
berubah-ubah. Peng-switch-an (penggantian) linier karena
rangkaian tak linier yang dipergunakan pada dasarnya sama dengan
detail-detail operasi detektor itu sendiri.

Demodulasi terbagi menjadi 3 jenis, yaitu demodulasi AM


(amplitude modulation), demodulasi FM (frequency modulation),
dan demodulasi PAM (pulse amplitude modulation).

Modulasi gelombang (amplitude modulation) pembawa


mempunyai bentuk, tetapi apabila gelombang tersebut diterima
setelah melewati jaringan kirim dan jaringan terima, makan
gelombang tersebut akan mempunyai gelombang yang disebabkan
oleh arus elektris yang biasanya lemah, maka harus diperkuat oleh
amplifier, contoh amplifier adalah transistor.

Teknik demodulasi FM kuadratus adalah salah satu teknik


demodulasi FM dengan cara memecah sinyal kedua buah kanal.
Menggeser fasa sinyal salah satu kanal sebesar 90°. Dikurangi
dengan perkalian antara sebuah konstanta dengan selisih frekuensi
tengah (IF) dengan frekuensi masukan.

Pulse Amplitude Modulation adalah merubah amplitudo


signal carrier yang berupa deretan pulsa (diskrit) yang perubahannya
mengikuti bentuk amplitudo dari signal informasi yang akan
dikirimkan ketempat tujuan. Sehingga signal informasi yang dikirim
tidak seluruhnya tapi hanya sampelnya saja (sampling signal).

3.2. Jenis – Jenis Modulasi dan Demodulasi

3.2.1. Jenis – Jenis Modulasi

Modulasi terbagi menjadi dua bagian yaitu modulasi sinyal


analog dan modulasi sinyal digital.

a. Modulasi Analog

Modulasi analog adalah proses pengiriman sinyal data


yang masih berupa sinyal analog atau berbentuk sinusoidal.
Adapun yang termasuk kedalam modulasi analog adalah sebagai
berikut:

1) Amplitudo Modulation (AM)

Amplitudo Modulation (AM) adalah modulasi yang


paling sederhana. Gelombang pembawa (carrier wave)
diubah amplitudonya sesuai dengan sinyal informasi yang
akan dikirimkan. Modulasi ini disebut juga linear
modulation, artinya bahwa pergeseran frekuensinya bersifat
linier mengikuti signal informasi yang akan ditransmisikan.

2) Frequency Modulation (FM)

Frequency Modulation (FM) adalah nilai frekuensi


dari gelombang pembawa (carrier wave) diubah-ubah
menurut besarnya amplitudo dari sinyal informasi. Karena
noise pada umumnya terjadi dalam bentuk perubahan
amplitudo, FM lebih tahan terhadap noise dibandingkan

dengan AM.

3) Phase Modulation (PM)

Phase Modulation (PM) adalah proses modulasi


yang mengubah fasa sinyal pembawa sesuai dengan sinyal
pemodulasi atau sinyal pemodulasinya. Sehingga dalam
modulasi PM amplitudo dan frekuensi yang dimiliki sinyal
pembawa tetap, tetapi fasa sinyal pembawa berubah sesuai
dengan informasi. Adapun bentuk dari sinyal modulasi
analog adalah sebagai berikut :

b. Modulasi Digital
Modulasi digital adalah teknik pengkodean sinyal dari
sinyal analog ke dalam sinyal digital (bit-bit pengkodean). Pada
teknik ini, sinyal informasi digital yang akan dikirimkan dipakai
untuk mengubah frekuensi dari sinyal pembawa.
Dalam komunikasi digital, sinyal informasi dinyatakan
dalam bentuk digital berupa biner ”1” dan ”0”, sedangkan
gelombang pembawa berbentuk sinusoidal yang termodulasi
disebut juga modulasi digital. Adapun yang termasuk kedalam

modulasi digital adalah sebagai berikut:


1) Amplitude Shift Keying (ASK)

Modulasi digital Amplitude Shift Keying (ASK)


adalah pengiriman sinyal digital berdasarkan pergeseran
amplitudo. Sistem modulasi ini merupakan sistem modulasi
yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai
tegangan dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai tegangan
yang bernilai 0 volt. Sehingga dapat diketahui bahwa
didalam sistem modulasi ASK, kemunculan frekuensi
gelombang pembawa tergantung pada ada tidaknya sinyal
informasi digital. Adapun bentuk dari sinyal modulasi digital
Amplitude Shift Keying (ASK) adalah sebagai berikut:

2) Frequency Shift Keying (FSK)

Modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK)


merupakan sejenis Frequency Modulation (FM), dimana
sinyal pemodulasinya (sinyal digital) menggeser outputnya
antara dua frekuensi yang telah ditentukan sebelumnya, yang
biasa diistilahkan frekuensi mark dan space. Modulasi digital
dengan FSK juga menggeser frekuensi carrier menjadi
beberapa frekuensi yang berbeda didalam band-nya sesuai
dengan keadaan digit yang dilewatkannya. Jenis modulasi ini
tidak mengubah amplitudo dari signal carrier yang berubah
hanya frekuensi. Teknik FSK banyak digunakan untuk
informasi pengiriman jarak jauh atau teletype. Standar FSK
untuk teletype sudah dikembangkan selama bertahun-tahun,
yaitu untuk frekuensi 1270 Hz merepresentasikan mark atau
1, dan 1070 Hz merepresentasikan space atau 0. Adapun
bentuk dari sinyal modulasi digital Frequency Shift Keying
(FSK) adalah sebagai berikut:
3) Phase Shift Keying (PSK)

Modulasi digital Phase Shift Keying (PSK)


merupakan modulasi yang menyatakan pengiriman sinyal
digital berdasarkan pergeseran fasa. Biner 0 diwakilkan
dengan mengirim suatu sinyal dengan fasa yang sama
terhadap sinyal yang dikirim sebelumnya dan biner 1
diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fasa
berlawanan dengan sinyal dengan sinyal yang dikirim
sebelumnya. Dalam proses modulasi ini, fasa dari frekuensi

gelombang pembawa berubahubah sesuai dengan perubahan


status sinyal informasi digital.
Adapun bentuk dari sinyal modulasi digital Phase
Shift Keying (PSK) adalah sebagai berikut:

3.2.2. Jenis – Jenis Demodulasi

a. Demodulasi Analog

Demodulasi analog yaitu proses untuk memisahkan sinyal


informasi dengan sinyal pembawa berupa sinyal analog.

1) Demodulasi AM
Demodulasi AM merupakan proses pemulihan sinyal
pemodulasi dari sinyal termodulasi. Ada beberapa teknik
demodulasi amplitudo, di antaranya dengan menggunakan
detektor selubung modulator dan dengan detector sinkron.
Detektor selubung merupakan teknik demodulasi paling
sederhana yang termasuk detektor sinkron, di mana hanya
diperlukan komponen-komponen dasar seperti dioda, resistor,
dan kapasitor sebagai komponen utama. Berikut ini
merupakan gambar komponen utama detektor selubung :
Berikut merupakan gambar keluaran hasil detector
selubung:

Selain detector selubung dapat juga dilakukan dengan


detector sinkron. Prinsip dari detektor sinkron adalah
menggunakan sinyal carrier yang sama pada transmitter dan
receiver.Seperti gambar berikut:

2) Demodulasi FM
Suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal
informasi dari sinyal FM dengan operasi yang berlawanan
dengan cara kerja modulator FM. Demodulasi sinyal FM
memerlukan sebuah sistem yang akan menghasilkan output
yang proporsional terhadap deviasi frekuensi sesaat dari
inputnya. Berikut adalah blok demodulasi FM :

Keluaran untuk tiap-tiap titik adalah sebagai berikut:

 Di titik A : sinyal FM yang bercampur noise dan distorsi


amplitudo

 Di titik B : Sinyal FM yang amplitudonya distabilkan


(dikonstankan) karena akibat noise

 Di titik C : Sinyal FM untuk rentang frekuensi tertentu sesuai


dengan filter BPF.

 Di titik D : Sinyal di D dapat dipandang sebagai sinyal AM-FM


 Di titik E : Outputan detektor selubung akan berupa sinyal informasi
yang dikirim.

b. Demodulasi Digital

Demodulasi digital adalah proses untuk mendapatkan


sinyal informasi kembali dari sinyal termodulasi pada
gelombang pembawa (carrier) yang berupa sinyal digital.

1) ASK

Demodulasi ASK dapat direalisasikan dengan


menggunakan detektor selubung sederhana, baik untuk
sinyal ASK maupun sinyal OOK. Hasil demodulasi
tersebut akan diteruskan menuju decision circuit/ voltage
comparator untuk diregenerasi. Diagram blok dari
demodulator ASK dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Proses demodulasi sinyal ASK dapat dijelaskan


sebagai berikut:

 Sinyal ASK dideteksi oleh detektor selubung yang


prinsip kerjanya menyerupai penyearah, sehingga
keluaran detektor selubung merupakan bagian positif
saja dari sinyal ASK.
 Untuk mendapatkan selubung dari sinyal keluaran
detektor selubung, diperlukan LPF untuk
menghilangkan komponen sinyal carrier dari sinyal
tersebut.
 Selanjutnya untuk mengembalikan ke bentuk pola data
ke bentuk sinyal digital perlu dilakukan decision dan
regenerasi sinyal keluaran LPF x (t) LPF dimana proses
ini dilakukan oleh Voltage Comparator.

2) FSK

Diagram blok demodulator FSK dapat digambarkan


seperti pada gambar:

Proses demodulasi FSK ini dapat dijelaskan seperti


pada gambar dibawah ini :
Cara kerja demodulator FSK:

 Sinyal FSK masuk ke suatu discriminator.


 Sinyal keluaran diskriminator merupakan sinyal FM-
AM
 Karena amplitudo sinyal FSK sudah berubah sesuai
pola data,maka dapat digunakan detektor selubung dan
LPF untuk merecovery sinyal data yang dibawa sinyal
FSK, tapi output dari LPF ini masih merupakan sinyal
analog.
 Akhirnya terjadilah proses regenerasi yaitu untuk
mengembalikan pola data ke bentuk sinyal diskrit.

3) BPSK
Pada rangakaian demodulator BPSK, balance
modulator kembali digunakan, seperti terlihat pada gambar
berikut ini :
3.3. Proses Pengubahan Sinyal

Proses modulasi, suatu informasi (biasanya berfrekeunsi rendah)


bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya
berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter
kunci pada suatu gelombang sinusiuodal
yaitu: amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat
dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk
membentuk sinyal yang termodulasi. Peralatan untuk melaksanakan
proses modulasi disebut modulator, sedangkan peralatan untuk
memperoleh informasi informasi awal (kebalikan dari dari proses
modulasi) disebut demodulator dan peralatan yang melaksanakan kedua
proses tersebut disebut modem. Informasi yang dikirim bisa berupa data
analog maupun digital sehingga terdapat dua jenis modulasi yaitu :
a. Modulasi analog
b. Modulasi digital

Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang


kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik
gelombangnya. Sinyal analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan
gambar dalam bentuk gelombang kontinu (continous varying). Dua
parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah
amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan
gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk
semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari
perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal
analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh,
tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise.
Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk
gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi
dan phase.
 Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal
analog.
 Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
 Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.

Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah


signal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner),
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, proses informasinya pun
mudah, cepat dan akurat, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanya
mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat. Biasanya
sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. Sinyal yang mempunyai dua
keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada
sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan
nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (2^1). Kemungkinan nilai untuk 2 bit
adalah sebanyak 4 (2^2), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah
kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2^n
buah. System digital merupakan bentuk sampling dari sytem analog.
digital pada dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa).
besarnya nilai suatu system digital dibatasi oleh lebarnya / jumlah bit
(bandwidth). jumlah bit juga sangat mempengaruhi nilai akurasi system
digital. Dalam modulasi analog, proses modulasi merupakan respon atas
informasi sinyal analog. Teknik umum yang dipakai dalam modulasi
analog :
 Angle Modulation
 Modulasi Fase (Phase Modulation - PM)Modulasi Frekuensi
(Frequency Modulatio - FM)
 Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation - AM)
 Double-sideband modulation with unsuppressed carrier (used on the
radio AM band)
 Double-sideband suppressed-carrier transmission (DSB-SC)
 Double-sideband reduced carrier transmission (DSB-RC)
 Single-sideband modulation (SSB, or SSB-AM), very similar to
single-sideband suppressed carrier modulation (SSB-SC)
 Vestigial-sideband modulation (VSB, or VSB-AM)
 Quadrature amplitude modulation (QAM)

Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital


(bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah
proses mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa
(carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya (modulated carrier)
memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang dikandungnya. Berarti
dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa mengetahui urutan
bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses modulasi
digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke penerima
dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik
(logam atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio). Pada
dasarnya dikenal 3 prinsip atau sistem modulasi digital yaitu: ASK, FSK,
dan PSK.
1) Amplitude Shift Keying
Amplitude Shift Keying (ASK) atau pengiriman sinyal
berdasarkan pergeseran amplitude, merupakan suatu metode modulasi
dengan mengubah-ubah amplitude. Dalam proses modulasi ini
kemunculan frekuensi gelombang pembawa tergantung pada ada atau
tidak adanya sinyal informasi digital. Keuntungan yang diperoleh dari
metode ini adalah bit per baud (kecepatan digital) lebih besar.
Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level acuan yang
dimilikinya, yakni setiap sinyal yang diteruskan melalui saluran
transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh redaman dan distorsi
lainnya. Oleh sebab itu meoda ASK hanya menguntungkan bila
dipakai untuk hubungan jarak dekat saja. Dalam hal ini faktor derau
harus diperhitungkan dengan teliti, seperti juga pada sistem modulasi
AM. Derau menindih puncak bentuk-bentuk gelombang yang berlevel
banyak dan membuat mereka sukar mendeteksi dengan tepat menjadi
level ambangnya.

2) Frequncy Shift Keying


Frequency Shift Keying (FSK) atau pengiriman sinyal melalui
penggeseran frekuensi. Metode ini merupakan suatu bentuk modulasi
yang memungkinkan gelombang modulasi menggeser frekuensi output
gelombang pembawa. Pergeseran ini terjadi antara harga-harga yang
telah ditentukan semula dengan gelombang output yang tidak
mempunyai fase terputus-putus. Dalam proses modulasi ini besarnya
frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan
perubahan ada atau tidak adanya sinyal informasi digital. FSK
merupakan metode modulasi yang paling populer. Dalam proses ini
gelombang pembawa digeser ke atas dan ke bawah untuk memperoleh
bit 1 dan bit 0. Kondisi ini masing-masing disebut space dan mark.
Keduanya merupakan standar transmisi data yang sesuai dengan
rekomendasi CCITT. FSK juga tidak tergantung pada teknik on-off
pemancar, seperti yang telah ditentukan sejak semula. Kehadiran
gelombang pembawa dideteksi untuk menunjukkan bahwa pemancar
telah siap. Dalam hal penggunaan banyak pemancar (multi
transmitter), masing-masingnya dapat dikenal dengan frekuensinya.
Prinsip pendeteksian gelombang pembawa umumnya dipakai untuk
mendeteksi kegagalan sistem bekerja. Bentuk dari modulated Carrier
FSK mirip dengan hasil modulasi FM. Secara konsep, modulasi FSK
adalah modulasi FM, hanya disini tidak ada bermacam-macam variasi
/deviasi ataupun frekuensi, yang ada hanya 2 kemungkinan saja, yaitu
More atau Less (High atau Low, Mark atau Space). Tentunya untuk
deteksi (pengambilan kembali dari kandungan Carrier atau proses
demodulasinya) akan lebih mudah, kemungkinan kesalahan (error
rate) sangat minim/kecil. Umumnya tipe modulasi FSK dipergunakan
untuk komunikasi data dengan Bit Rate (kecepatan transmisi) yang
relative rendah, seperti untuk Telex dan Modem-Data dengan bit rate
yang tidak lebih dari 2400 bps (2.4 kbps).

3) Phase Shift Keying


Phase Shift Keying (PSK) atau pengiriman sinyal melalui
pergeseran fase. Metode ini merupakan suatu bentuk modulasi fase
yang memungkinkan fungsi pemodulasi fase gelombang termodulasi
di antara nilai-nilai diskrit yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
proses modulasi ini fase dari frekuensi gelombang pembawa berubah-
ubah sesuai denganperubahan status sinyal informasi digital. Sudut
fase harus mempunyai acuan kepada pemancar dan penerima.
Akibatnya, sangat diperlukan stabilitas frekuensi pada pesawat
penerima. Guna memudahkan untuk memperoleh stabilitas pada
penerima, kadang-kadang dipakai suatu teknik yang koheren dengan
PSK yang berbeda-beda. Hubungan antara dua sudut fase yang dikirim
digunakan untuk memelihara stabilitas. Dalam keadaan seperti ini, fase
yang ada dapat dideteksi bila fase sebelumnya telah diketahui. Hasil
dari perbandingan ini dipakai sebagai patokan (referensi). Untuk
transmisi Data atau sinyal Digital dengan kecepatan tinggi, lebih
efisien dipilih system modulasi PSK. Dua jenis modulasi PSK yang
sering kita jumpai yaitu: 3.1. BPSK BPSK adalah format yang paling
sederhana dari PSK. Menggunakan dua yang tahap yang dipisahkan
sebesar 180° dan sering juga disebut 2-PSK. Modulasi ini paling
sempurna dari semua bentuk modulasi PSK. Akan tetapi bentuk
modulasi ini hanya mampu memodulasi 1 bit/simbol dan dengan
demikian maka modulasi ini tidak cocok untuk aplikasi data-rate yang
tinggi dimana bandwidthnya dibatasi. 3.2. QPSK Kadang-Kadang
dikenal sebagai quarternary atau quadriphase PSK atau 4-PSK, QPSK
menggunakan empat titik pada diagram konstilasi, terletak di sekitar
suatu lingkaran. Dengan empat tahap, QPSK dapat mendekode dua bit
per simbol. Hal ini berarti dua kali dari BPSK. Analisis menunjukkan
bahwa ini mungkin digunakan untuk menggandakan data rate jika
dibandingkan dengan sistem BPSK. Walaupun QPSK dapat dipandang
sebagai sebagai suatu modulasi quaternary, lebih mudah untuk
melihatnya sebagai dua quadrature carriers yang termodulasi
tersendiri. Dengan penafsiran ini, maka bit yang digunakan untuk
mengatur komponen phase pada sinyal carrier ketika digunakan untuk
mengatur komponen quadrature-phase dari sinyal carrier tersebut.
BPSK digunakan pada kedua carrier dan dapat dimodulasi dengan
bebas.

3.4. Noise dan Interferensi

3.4.1. Pengertian Noise

Dalam iystem komunikasi, keberhasilan penyampaian


informasi dari pengirim (transmitter) kepada
penerima (receiver) tergantung pada seberapa akurat penerima
dapat menerima sinyal yang ditransmisikan dengan baik dan benar.
Pada kenyataannya, seringkali sinyal informasi yang diterima
oleh receiver mengalami kerusakan atau kesalahan. Sebagian besar
kesalahan pengiriman informasi dalam sistem komunikasi
disebabkan oleh noise.

Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan yang selalu


ada dalam suatu sistem transmisi. Noise ini akan mengganggu
kualitas dari sinyal terima yang diinginkan dan akhirnya menggangu
proses penerimaan dan pengiriman data.
3.4.2. Jenis – jenis Noise

Modulasi terbagi menjadi dua bagian yaitu internal noise


dan eksternal noise

a. Internal Noise
Internal Noise adalah noise yang dibangkitkan oleh
komponen-komponen dalam sistem komunikasi itu
sendiri. Internal Noise ini terdiri dari Thermal Noise, Shot Noise,
Flicker Noise dan Transit Time Noise.
1) Thermal Noise

Thermal Noise atau disebut juga dengan Johnson


Noise ini adalah noise yang dibangkitkan oleh
gerakan thermal acak pembawa muatan (biasanya elektron)
dalam sebuah konduktor. Amplitudo pada Thermal
Noise tidak terikat pada frekuensi tertentu sehingga noise ini
dapat terjadi pada seluruh jangkauan frekuensi. Thermal
Noise merupakan noise yang sulit untuk dihindari.

2) Shot Noise

Shot Noise atau Derau Tembakan ini terjadi karena


adanya penghalang potensial atau Potential Barrier. Shot
Noise umumnya muncul di perangkat atau komponen
elektronika aktif seperti Dioda dan Transistor karena pada
komponen-komponen aktif tersebut memiliki persimpangan
Positif dan Negatif atau PN Junction. Ketika Elektron dan
Holes melintasi penghalang, maka akan
menimbulkan noise yang disebut dengan Shot Noise atau
Derau Tembakan.
3) Flicker Noise

Flicker Noise yang juga dikenal dengan nama


1/f Noise ini adalah Jenis noise yang terjadi pada rentang
frekuensi dibawah beberapa kiloHertz (kHz). Densitas daya
spektral noise jenis ini akan semakin meningkat seiring
dengan penurunan frekuensi. Oleh karena itu, Flicker
Noise ini juga disebut dengan Low Frequency Noise atau
Derau Frekuensi Rendah. Flicker Noise ini jjuga sering
disebut dengan Contact Noise atau Pink Noise.

4) Transit Time Noise

Transit Time adalah waktu yang dibutuhkan untuk


pembawa muatan untuk berpindah dari input ke output. Jadi
yang dimaksud dengan Transit Time Noise adalah noise yang
timbul pada saat transit time pembawa muatan
semikonduktor yaitu pada saat pembawa muatan melintasi
persimpangan yang dibandingkan dengan jangka waktu
sinyal tersebut. Transit Time Noise ini sering disebut juga
dengan High Frequency Noise.

b. Eksternal Noise

External Noise atau derau eksternal adalah derau yang


dihasilkan dari luar rangkaian elektronik itu sendiri. Noise ini
bukan disebabkan oleh komponen dari rangkaian atau perangkat
elektronik/listrik. Eksternal Noise ini terdiri dari Atmospheric
Noise, Industrial Noise dan Extraterrestrial Noise.
1) Atmospheric Noise

Atmospheric Noise atau Derau Atmosfer atau dikenal


juga dengan Noise Statis merupakan sumber gangguan
elektris yang terjadi secara alami karena berkaitan dengan
atmosfer bumi. Derau Atmosfer ini bisa disebabkan oleh
petir, halilintar, badai dan gangguan alam lainnya.

2) Industrial Noise

Industrial Noise atau derau industri adalah derau yang


dihasilkan oleh manusia seperti menghidupkan motor
elektrik, peralihan gigi mesin, mematikan dan menghidupkan
lampu listrikr melalui sakelar, perubahan tegangan dan arus
listrik tinggi yang mendadak dan aktivitas manusia
lainnya. Industrial Noise ini juga sering disebut dengan Man-
Made Noise (derau yang dihasilkan oleh manusia).

3) Extraterrestrial Noise

Extraterrestrial Noise atau derau luar angkasa adalah


sinyal elektris yang berasal dari luar atmosfer bumi.
Berdasarkan asalnya, Extraterrestrial Noise ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu Solar Noise yang berasal
dari panas matahari dan Cosmic Noise yaitu noise yang
didistribusikan secara berkesinambungan di sepanjang
galaksi.
3.4.3. Macam – macam Noise

a. White Noise

White noise (derau putih) merupakan suatu noise dengan


kerapatan spektral daya yang merata pada seluruh komponen
frekuensinya. Dikatakan white noise karena berpedoman pada
kenyataan bahwa sebenarnya cahaya putih merupakan kumpulan
dari berbagai warna yang dapat diuraikan secara merata melalui
suatu spektrum. Demikian pula dengan white noise yang juga
terdiri dari berbagai sumber derau, serta lebar daerah energi
elektron dan molekul-molekul yang merupakan pembangkit
derau tersebut. Gambar dibawah memperlihatkan bentuk white
noise dalam suatu saluran komunikasi.

b. Additive White Gaussian Noise

AWGN merupakan singkatan dari Additve White


Gaussian Noise. AWGN merupakan noise yang pasti terjadi
dalam jaringan nirkabel manapun, memiliki sifat-sifat Additive,
White, dan Gaussian. Sifat Additive artinya noise ini
dijumlahkan dengan sinyal, sifat White artinya noise tidak
bergantung pada frekuensi sistem operasi dan memiliki rapat
daya yang konstan, dan sifat Gaussian artinya besarnya
tegangan noise memiliki rapat peluang terdistribusi gaussian.[2]
Pada kanal transmisi selalu terdapat penambahan derau yang
timbul karena akumulasi derau termal dari perangkat pemancar,
kanal transmisi, dan perangkat penerima. Derau yang menyertai
sinyal pada sisi penerima dapat didekati dengan model matematis
statistik AWGN. Derau AWGN merupakan gangguan yang
bersifat Additive terhadap sinyal transmisi, dimodelkan dalam
pola distribusi acak Gaussian dengan rataan (mean) nol, standar
deviasi 1, dan mempunyai rapat spektral daya yang tersebar
merata pada lebar pita frekuensi tak berhingga.

c. Pseudorandom Noise

Kode Pseudo-Noise (PN) sequence bersifat seperti noise,


digunakan sebagai sinyal pembawa pada sistem spread
spectrum. Pemilihan kode yang baik merupakan hal yang
penting, karena tipe dan panjang kode menentukan batasan-
batasan kapabilitas sistem. Kode
PN sequence merupakan pseudo random sequence dari 1 dan 0,
tetapi tidak benar-benar random sequence karena sifatnya yang
periodis. Sedang random sinyal tidak dapat diprediksi. Auto
korelasi dari kode PN memiliki sifat simular terhadap white
noise. Sifat Pseudorandom :

1) Tidak random, tetapi terlihat random bagi pengguna yang


tidak mengetahui kode tersebut.
2) Determenistik, diketahui oleh transmitter dan receiver.
3) Memiliki ciri-ciri statistik yang mirip dengan white noise.
3.4.4. Efek – efek Noise

Noise dapat memberikan efek gangguan pada sistem


komunikasi dalam 3 area:

1) Noise menyebabkan pendengar tidak mengerti dengan sinyal


asli yang disampaikan atau bahkan tidak mengerti dengan
seluruh sinyal
2) Noise dapat menyebabkan kegagalan dalam sistem penerimaan
sinyal.
3) Noise juga mengakibatkan sistem yang tidak efisien

3.4.5. Pengertian Interferensi

Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu


daerah. Interfernsi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat
membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua
gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180
derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.

Interferensi terjadi ketika dua atau beberapa gelombang


berinteraksi satu dengan lainnya, sementara difraksi terjadi ketika
suatu gelombang melewati suatu celah titik. Interaksi tersebut
diakibatkan oleh prinsip superposisi. Baik interferensi, difraksi,
maupun prinsip superposisi merupakan konsep penting untuk
dipahami dalam upaya mengenali beberapa aplikasi gelombang.

Interferensi merupakan sifat cahaya yang dapat diamati


ketika perbedaan gelombang cahaya dicampur bersamaan. Contoh
interferensi adalah pelangi yang kita lihat dalam gelombang sabun,
spektrum warna opal, dan kilauan warna dari beberapa bulu burung.
Di sebagian area pola interferensi, gelombang cahaya berada dalam
fase, dengan bukit dan lembah saling menguatkan, memebentuk
daerah yang berkilau. Di daearah lain, di luar fase, dengan bukit dan
lembah yang berlawanan, membentuk daerah yang suram. Terdapat
berbagai variasi cara untuk memeperagakan interferensi, pad bagian
daerah yang terang maupun daerah yang suram, dan perbedaan
warna menggambarkan perbedaan panjang gelombang cahaya.

3.4.6. Jenis – jenis Interferensi

a. Interferensi Gelombang

Jika pada suatu tempat bertemu dua buah gelombang,


maka resultan gelombang di tempat tersebut sama dengan jumlah
dari kedua gelombang tersebut. Peristwa ini di sebut
sebagai prinsip superposisi linear. Gelombang-gelombang yang
terpadu akan mempengaruhi medium. Nah, pengaruh yang
ditimbulkan oleh gelombang-gelombang yang terpadu tersebut
disebut interferensi gelombang.

Ketika mempelajari gelombang stasioner yang dihasilkan


oleh superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul
oleh ujung bebas atau ujung tetap, Anda dapatkan bahwa pada
titik-titik tertentu, disebut perut, kedua gelombang
saling memperkuat (interferensi konstruktif), dan dihasilkan
amplitudo paling besar, yaitu dua kali amplitudo semuala.
Sedangkan pada titik-titik tertentu, disebut simpul, kedua
gelombang saling memperlemah atau meniadakan (interferensi
destruktif), dan dihasilkan amplitudo nol.

Dengan menggunakan konsep fase, dapat kita katakan


bahwa interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi bila
kedua gelombang yang berpadu memiliki fase yang sama.
Amplitudo gelombang paduan sama dengan dua kali amplitudo
tiap gelombang. Interferensi destruktif (saling meniadakan)
terjadi bila kedua gelombang yang berpadu berlawanan fase.
Amplitudo gelombang paduan sama dengan nol.

b. Interferensi Cahaya

Interferensi cahaya adalah penjumlahan atau perpaduan


antara dua gelombang atau lebih yang hasilnya dapat saling
menguatkan (konstruktif) atau saling melemahkan (desduktrif).
Dapat dikatakan terjadinya interferensi apabila :

 Dua gelombang cahaya koheren, dalam arti kedua


gelombang cahaya memiliki beda fase yang selalu tetap.
 Kedua sinar atau cahaya yang dipancarkan harus memiliki
frekuensi yang sama.
 Kedua gelombang cahaya harus memiliki Amplitude yang
sama.
Interfrensi cahaya dibagi menjadi 3 jenis :
1) Interferensi celah ganda (percobaan young)

Fenomena interferensi cahaya ditunjukkan oleh


percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young. Berkas
cahaya yang melalui celah S1 dan S2 berasal dari celah
sempit S0.

2) Interferensi maksimum

Apabila dua gelombang bertemu, dan saling


menguatkan, maka akan terjadi interferensi maksimum dan
terbentuk pola garis terang. Sehingga dapat dinyatakan
dengan persamaan :

Karena l >> d, maka sudut θ sangat kecil, sehingga


berlaku pendekatan sinθ = tanθ = p / l
Jadi, persamaan (1) dapat dituliskan menjadi :

Keterangan :

p = jarak garis terang dari pusat terang

d = jarak kedua sumber

l = jarak layar ke sumber cahaya

λ = panjang gelombang

n = orde atau nomor terang (n = 0, 1, 2, ... .)

3) Interferensi minimum

Jika dua gelombang tidak bertemu, dan akan


saling meniadakan maka terjadi interferensi minimum,
sehingga terbentuk pola garis gelap. Interferensi ini terjadi
pada dua gelombang yang tidak sefase. Sehingga dapat
dinyatakan dengan persamaan :

Bilangan n menyatakan orde atau nomor gelap,


yang besarnya n = 1, 2, 3, ... . Untuk n = 1 disebut
minimum orde ke-1 dan sin θ = tan θ = p / l

Maka menjadi :
4) Interferensi lapisan tipis

Interferensi celah tipis adalah Interferensi yang


disebabkan oleh pemantulan cahaya lapisan permukaan
atas dan bawah dari selaput tipis. Misalnya adanya warna-
warna pelangi yang terjadi pada gelembung air sabun jika
terkena cahaya matahari.

Pola interferensi pada lapisan tipis dipengaruhi


oleh dua faktor, yaitu panjang lintasan optik dan
perubahan fase sinar pantul.

5) Interferensi maksimum (terang)

Dengan m = 1, 2, 3, …

6) Interferensi minimum (gelap)

Dengan m = 0, 1, 2, 3,…
7) Interferensi cincin newton

Interferensi cincin newton adalah pola interferensi


yang terbentuk oleh sebuah lensa yang sedikit cembung
yang diletakkan di atas sebuah keping gelas datar. Pola
interferensi cincin newton ini terjadi jika cahaya dengan
panjang gelombang (λ), datang dari atas dengan arah
tegak lurus.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Google. 2016. Pengertian Demodulasi Lengkap. https://www.tambangilmu.com


/2016/05/demodulasi.html

Anda mungkin juga menyukai