TECH TALKS :

FITOFARMAKA PADUAN TRADISI DAN TEKNOLOGI

HUT HABIBI CENTER KE – 18

Barokah Sri Utami,

Komite Manufacturing PP. GP.Farmasi Indonesia

Jakarta, 9 November 2017

 POKOK BAHASAN
• A. SELAYANG PANDANG INDUSTRI FARMASI
• B. PENGEMBANGAN FITOFARMAKA
• C. PELUANG DAN TANTANGAN FITOFARMAKA
• D. KESIMPULAN & DUKUNGAN YANG DIHARAPKAN
• E. RINGKASAN
A. SELAYANG PANDANG INDUSTRI FARMASI
INVESTOR ASING LEBIH TERTARIK PADA BIDANG IF FORMULASI
MERUBAH ENERGI POTENISAL IF KE KINETIK : PERLU KATALISATOR
PETA JALAN TELAH TERSUSUN
PENGEMBANGAN PRODUK NATURAL/ALAM LEBIH BANYAK MEMILIKI PELUANG DAN BERBASIS RISET

SUMBER BAHAN ALAM JUMLAH DAN JENIS BERLIMPAH

B. PENGEMBANGAN FITOFARMAKA
 POTENSI PASAR OBAT BAHAN ALAM
INDONESIA Produk Fitofarmaka Indonesia
Pasar Obat Tradisinal Indonesia Tahun 1. JUMLAH : 19 NIE
2006: Rp. 5 T
• Tahun 2007 : Rp. 6 T 2. BERBASIS EMPIRIS : 15 NIE
• Tahun 2008 : Rp. 7,2 T Tensigard , X gra, , Nodiar , Stimuno dll
• Tahun 2012 : Rp. 13,2 T (dalam 3. BERBASIS GENOMIC : FRAKSI BIOAKTIF
negeri Rp. 12,1 T & Ekspor Rp. 1,1 T)
yang meliputi jamu, obat herbal,
4 NIE
minuman herbal, spa, aroma terapi
• Tahun 2015 : Rp. 20 T DARI 3 IF/IOT , 1 DARI INDUSTRI JAMU
(proyeksi pertumbuhan 33%)
Sumber: Dirjen BinFar dan Alkes, Kemenkes

UU 36/ 2009 pasal

48 tentang
kesehatan
menyatakan salah
satu pelayanan
kesehatan adalah
obat tradisional

FOTRANAS (?) Tren penjualan produk Fitofarmaka Indonesia selama 3 tahun

terakhir (2014-2016) mengalami penurunan hampir untuk semua
FORNAS – JKN ( ??) produk
MENJAGA DAN MEMPERBESAR PASAR HERBAL : DARI TRADISI KE OBAT MODERN /FITOFARMAKA

•p
 ARAH PENGEMBANGAN FITOFARMKA PENDEKATAN JUMLAH PREVALENSI PENYAKIT

SUMBER : GP Jamu 2017

 BAHAN ALAM YANG TERSTANDARISASI DAN SELALU TERSEDIA , KUNCI SUKSES OBAT HERBAL

Masalah utama
: pengendalian
angka kapang,
kamir ,
aflatoksin
Indonesia
negara tropis

SINERGISME ABCG YANG TERKOORDINIR MEMPERCEPAT KEMANDIRIAN BB , PIHAK LUAR LEBIH SIAP : MIS : CURCUMA SINTESIS
TEKNOLOGI TEPAT GUNA : ADOPSI DAN ADAPTASI TEKNOLOGI

SUMBER : SCHWABE GERMANY, TEBOKAN

C. PELUANG DAN TANTANGAN FITOFARMAKA
Pendekatan Berdasarkan Penggunaan
Turun Temurun (warisan leluhur)
Contoh : Tensigard & Xgra (Phapros)
Pendekatan genomic
Contoh: Tebokan EGb 761(dari Schwabe
- Germany) TEBOKAN TAB

OBAT BAHAN ALAM : PROMOTIF DAN PREVENTIF :

TETAP SEHAT LEBIH PRODUKTIF DIBANDINGKAN
Pengobatan demensia, vertigo MENJADI SEHAT , TERAPI ALTERNATIF : KONDISI TERTENTU
KEBERTERIMAAN FF OLEH DOKTER : perlu dilakukan kajian multi aspek tidak hanya
Rasio cost & benefit, tetapi efek samping jangka . Dampak sosial dll

FARMAKOEKONOMI FITOFARMAKA

TENSIGARD KAPSUL DAN AMLODIPINE 5 MG TABLET

OBAT HIPERTENSI

Harga lebih mahal dari tablet Amlodipine 5 mg e catalog ,

namun lebih aman Tensigard karena efek samping : mual pusing
lebih ringan dari obat kimia untuk pemakaian jangka panjang
(kronis) untuk Hipertensi stage sampai dengan 2

INCLASIN TABLET DAN METFORMIN TABLET

OBAT PENURUN GULA DARAH

Inclasin Harga lebih mahal dibandingkan metformin tablet

generik

Ke 2 nya untuk penyakit kronis

 KESIMPULAN &DUKUNGAN YANG DIHARAPKAN

• Percepatan Industri obat berbasis herbal alam : Indonesia memiliki

Keanekaragaman hayati merupakan modal dasar
• Icon herbal berkhasiat : meningkatkan sense of urgency untuk Indonesia
memiliki Icon herbal berkhasiat : misalnya ginseng ex korea .
• Adanya Target Nasional FF untuk JKN : jumlah tertentu dari tanaman obat
herbal Indonesia untuk penyakit kronis &akut , sebagai kordinator
kementerian/lembaga, implementasi konsep ABCG.
• Dukungan investasi dan teknologi tepat guna : disetiap rantai nilai termasuk
distribusi/retail -- Perubahan bisnis model /digitalisasi
• Bulog bahan alam/simplisia/ekstrak : Jaminan Ketersediaan bahan awal
jumlah dan kualitas difasilitasi pemerintah termasuk , standar baku kimia
• Percepatan time to market : proses perizinan , pengembangan FF mahal
• Dukungan penelitian : diperbanyak & difokuskan untuk menunjang evidence
base medicine (EBM) agar lebih mudah diterima dokter , penelitian
farmakoekonomi fitofarmaka
 RINGKASAN
1. Fitofarmaka , jumlahnya sangat sedikit dibandingkan potensi bahan obat alam, apabila ditingkatkan
pemakaian akan membawa manfaat multi dimensi, kesehatan , ekonomi dan budaya
2. Pemakaian obat tradisional/obat bahan alam termasuk Fitofarmaka terjebak pada persepsi masyarakat atas
jamu yang tidak memenuhi syarat : mengandung Bahan kimia Obat  mengelola media termasuk sos med
agar berimbang untuk meningkatkan keberterimaan produk
3. Rencana Jamu untuk dimasukkan dalam icon /warisan budaya yang diakui UNESCO sebagai daya dorong
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas obat herbal indonesia termasuk FF
4. Pembuktian ilmiah atas obat herbal lebih difokuskan kepada upaya mengeliminasi risiko dan dampak buruk
yang mungkin timbul atas penggunan produk dalam jangka waktu lama, seiring dengan sulitnya
standarisasi bahan herbal bila dibandingkan dengan bahan kimia.