Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(IDIK4008)
JUDUL
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH
DASAR NEGERI 021 LONG KALI PADA MATA PELAJARAN IPA
MATERI CAHAYA DAN SIFATNYA MELALUI METODE
EKSPERIMEN

OLEH :
ELFANDA MEI YUSFIKASARI
NIM : 837260336

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT SAMARINDA
POKJAR LONG KALI
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(IDIK4008)

Nama Mahasiswa : ELFANDA MEI YUSFIKASARI


NIM : 837260336
Program Studi : S1-PGSD
Tempat Mengajar : SDN 021 LONG KALI
Jumlah Siklus : II (dua)
1. Siklus I,
2. Siklus II,
Masalah yang merupakan Fokus Perbaikan :
1. Upaya peningkatan hasil belajar IPA pada materi Cahaya dan Sifatnya
2. Penerapan Metode Eksperimen

Mengetahui,
Longkali,
Tutor,
Mahasiswa,

I WAYAN ADNYANA, S.Pd.M.Pd. ELFANDA MEI YUSFIKASARI


NIP.19701225 199306 1 001 NIM. 837260336

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullah Hiwabarokatuh, puji syukur kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Proposal Penelitian Pembelajaran berupa Penelitian Tindakan
kelas dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, baik bantuan materil dan spiritual oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :

1. Drs.Rusna Ristasa M.Pd selaku Kepala UPBJJ Universitas Terbuka Samarinda.


2. Bapak I Wayan Adnyana, S.Pd.M.Pd selaku Tutor PTK.
3. Bpk SUTARNA,S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN 021 Long Kali yang telah
berkenan membimbing dan memberikan waktunya.
4. Teman-teman sejawat maupun staf SDN 021 Long Kali yang banyak membantu dan
memberikan dukungan.
5. Seluruh keluarga besarku dan sahabat-sahabatku dimanapun kalian berada do’a dan
dukungan kalian sangat berharga.
6. Siswa-siswi kelas IV SDN 021 Long Kali yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan
Penelitiaan Tindakan Kelas ini.

Semua bantuan yang telah diberikan, sangat bermanfaat bagi penulis dalam
melaksanakan program penyusunan laporan ini, semoga mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT.
Penulis ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun penggunaan
bahan yang tidak benar.
Harapan penulis, semoga laporan hasil perbaikan pembelajaran ini dapat
bermanfaat bagi setiap pembaca khususnya bagi rekan-rekan guru dan Kepala Sekolah
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar.
Akhirnya penulis mengharapkan dari para pembaca, agar berkenan memberikan
masukan dan saran dalam rangka penyempurnaan laporan perbaikan pembelajaran ini.
Atas perhatian dan sumbangan pikirannya diucapkan terima kasih.

Longkali,
Penulis

Elfanda Mei Yusfikasari

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................... vi


BAB I : PENDAHULUAN .................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................. 1


B. Rumusan Masalah .............................................
4
C. Tujuan Penelitian ..............................................
D. Manfaat Penelitian ............................................ 4

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................... 6

A. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar .................. 6


B. Hasil Belajar ......................................................
7
C. Model Pembelajaran ........................................
D. Model Pembelajaran Koopratif Tipe STAD ..... 9
E. Konsep Pembelajaran IPA ................................
10
F. Struktur dan Fungsi bagian Tumbuhan .............
G. Penelitian Tindakan Kelas ................................ 15

17

20

BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN


PEMBELAJARAN ...................................................
22
A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang
Membantu ................................................
B. Design dan Prosedur Perbaikan Pembelajaran . 21
C. Teknis Analisis Data .........................................
22

27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 40

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) 41

Lampiran 2 Lembar Pernyataan ……………………………… 42

Lampiran 3 Lembar Pengamatan ……………………………. 44

Lampiran 4 Surat Ijin penelitian …………………………….. 50


Lampiran 5 Rincian Biaya …………………………………… 56

Lampiran 6 Jadwal Penelitian ………………………………… 63

Lampiran 7 Personalia penelitian …………………………….. 65

Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis …………………………... 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat dari luasnya Indonesia, dan masih jauh jarak dari rumah ke
sekolah dan dari rumah ke rumah yang ada di daerah perdesaan, maka kita
mencari alternatif yang tepat agar masyarakat yang satu dengan yang lainya dapat
saling bersilahturahmi dan dapat belajar bersama.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan
dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi
kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh
harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini,
karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk
menjadi lebih baik.
Pendidikan seyogyanya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan juga diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi, mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia.
Selain itu, Pendidikan Nasional diharapkan juga dapat menghasilkan manusia
terdidik yang berpengetahuan, berkerampilan, berkepribadian dan bertanggung
jawab (Depdiknas, 2004).
Meskipun diakui bahwa pendidikan adalah investasi belajar jangka
panjang yang harus ditata, disiapkan, dan diberikan sarana maupun prasarananya
dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia
masih berada pada problematika (permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu
kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar
permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak
tahu dari mana mesti harus diawali.
Kesadaran terhadap hal ini telah mendorong berbagai kalangan pendidikan untuk
melakukan berbagai upaya, baik peningkatan sarana dan prasarana, perubahan kurikulum,
pelatihan guru-guru, peningkatan kualitas dan kuantitas guru. IPA meliputi empat unsur,
yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

Semua upaya tersebut merupakan bukti nyata kesungguhan berbagai


kalangan untuk mengangkat derajat bangsa melalui pendidikan. Walau demikian,
harus disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar sehingga
tantangan dan hambatan yang dihadapi untuk mewujudkan cita-cita tersebut juga
tidak sedikit. Hal ini dirasakan oleh seluruh komponen pendidikan khususnya
guru yang menjadi tulang punggung pelaksana pendidikan di sekolah-sekolah.
Dalam proses pembelajaran guru perlu berusaha mencari strategi yang
tepat untuk membantu siswa agar termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.
Peranan guru dalam proses membelajarkan siswa semakin penting, karena di masa
depan guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian
pengetahuan kepada siswa melainkan lebih merupakan fasilitator yang
mempermudah siswa belajar.
Menghadapi kendisi yang demikian menyebabkan hasil pembelajaran dari
siswa jauh dari apa yang diharapkan. Dari 15 siswa kelas V SDN 021 Longkali
satu pun yang tidak mampu mencapai ketuntasan sesuai dengan KKM yang telah
ditentukan untuk pelajaran IPA kelas V, yaitu 70.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data nilai siswa kelas V SDN 021 Longkali, peneliti meminta
bantuan supervisor 2 untuk mengidentifikasi masalah siswa dari proses
pembelajaran yang telah peneliti laksanakan. Dari hasil diskusi dengan supervisor
1 dan supervisor 2, menemukan beberapa pokok masalah yang terjadi dalam
proses pembelajaraan di antaranya : Minat dan motivasi belajar siswa khususnya
pelajaran IPA masih sangat kurang, siswa tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, siswa mengalami kesulitan dalam belajar IPA teruatama
pada topik cahaya dan sifatnya, dan hasil belajar siswa sangat rendah.
Menurut Suciati(2007:33) banyak hal yang dapat menyebabkan hasil
belajar siswa kurang memuaskan, diantaranya adalah motivasi belajar siswa
kurang. Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang
mempunyai semangat untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan
keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah
berakhir. Kunci untuk mewujudkan semua itu adalah adanya motivasi yang kuat
dan terpelihara dalam diri siswa untuk belajar.
2. Analisis Masalah
Melihat dari data dan fakta yang telah penulis uraikan, penulis berusaha
memecahkan masalah yang teridentifikasi, kemudian dianalisis dan mencoba menelusuri
penyebab timbulnya masalah pembelajaran di dalam kelas. Penulis telah menemukan
beberapa beberapa faktor penyebab siswa kurang memahami mata pelajaran IPA yang
telah di ajarkan adalah sebagai berikut: penjelasan guru terlalu cepat, kurangnya media
alat peraga, kurangnya latihan-latihan yang di berikan, model pembelajaran yang
digunakan oleh guru kurang bervariasi, cara guru menyampaikan pembelajaran masih
monoton dengan metode ceramah, padahal IPA tidak bisa hanya diajarkan dengan
ceramah saja, Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak merespon
terhadap materi yang diajarkan dan siswa bekerjasama jika diberikan tugas individu.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari permasalahan yang telah penulis uraikan di atas tergerak itu mencoba
penerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi, yaitu model pembelajaran
eksperimen. Karena menurut penulis model pembelajaran eksperimen sangat cocok
untuk pembelajaran IPA pada topik cahaya dan sifatnya karena siswa akan mudah
memahami dengan bekerja sama.

Dari latar belakangtersebut diatas maka penulis dalam penelitian ini


mengambil judul “ peningkatan Hasil Belajar Siswa kelas V SD Negeri 021 long
kali Pada Mata Pelajaran IPA Materi Cahaya dan Sifatnya Melalui model
Eksperimen / percobaan “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Eksperimen /
percobaan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada kelas V di SD Negeri 021
Long Kali pada materi Cahaya dan Sifatnya tahun ajaran 2019/2020.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk mengetahui peningkatan daya serap materi pembelajaran IPA tentang cahaya
dan sifatnya melalui metode eksperimen/ percobaan dikelas V SDN 021 Longkali tahun
ajaran 2019/2020

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat yang berarti bagi :

1. Bagi Siswa : diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar setelah


diadakannya perlakuan dalam penelitian ini
2. Bagi Guru : diharapkan dapat bermanfaat untuk memperbaiki dan
melakukan penerapa model percobaan / eksperimen
3. Bagi Sekolah : penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk
perbaikan kekurangan dalam pembeajaran IPA.
4. Bagi instansi pendidikan secara umum : dapat meningkatkan
keterampilan peneliti dalam menerapkan penggunaan model pembelajaran
eksperin/percobaan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteritik Siswa Sekolah Dasar


Masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia
tujuh tahun hingga dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah
mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang,
diantaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif, dan bahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Teori perkembangan intelektual dari Jean Pieget menyatakan bahwa kemampuan
intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap, yaitu (a) sensori motor (0-2
tahun), pra-operasional (2-7 tahun), (c) operasional konkrit (7-11 tahun), (d) operasional
(≥ 11 tahun). Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan
intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran diberikan.

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia tujuh tahun hingga dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah
mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di
antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali
tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam
perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam
menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki
kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka
yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan
Thomburg (1994).

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa siswa sekolah dasar berada pada
tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, sangat
terikat pada fakta-fakta, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada
objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.

Beberapa karakteristik siswa sekolah dasar antara lain (a)suka bermain,


(b)mengikuti apa yang dikatakan oleh guru (c)suka bergerak/ribut dalam kelas (d)senang
bekerja dalam kelompok, (e)suka melakukan sesuatu secara langsung/spontan,
(f)cengeng, (g)anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain, (h)suka dipuji, (i)senang
diperhatikan, (j)senang meniru perbuatan/perkataan orang lain.

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2006) mengemukakan hasil belajar adalah kemempuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya yang
mengalami perubahan kemampuan yang dicapai oleh siswa.
Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu
(Hamalik, 2002).
Sudjana (1991) mengemukakan, “proses belajar mengajar yang dialami oleh
siswa selalu menghasilkan perubahan-perubahan, baik pengetahuan, pemahaman, nilai,
kebiasaan, kecakapan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut akan tampak pada
hasil belajar yang diraih oleh siswa terhadap persoalan atau tes yang diberikan oleh
gurunya”.

Menurut Purwanto (2011) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta


didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sudjana (2003) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku pada peserta didik
akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik yang diperoleh siswa setelah merima pengalaman belajar.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Bagi seorang guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan
kualitas dan kuantitas pembelajaran yang dilakukannya. Oleh sebab itu, hendaknya
seorang guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaikinya. Hal ini menuntut
perubahan-perubahan atau melakukan gerakan inovasi dalam pengorganisasian kelas,
penggunaan metode belajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dak karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar (Sudikin, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dapat digolongkan dalam


empat kelompok, yaitu: (1) bahan atau hal yang harus dipelajari, yaitu banyaknya bahan
dan tingkat kesulitan bahan akan mempengaruhi hasil belajar siswa, (2) faktor lingkugan,
baik lingkungan alam maupun sosial, (3) sarana dan prasarana belajar, wujudnya berupa
perangkat keras seperti gedung, perlengkapan dan sebagainya dan perangkat lunak seperti
kurikulum, pedoman belajar, program belajar dan sebagainya, (4) kondisi individu siswa,
yang meliputi kondisi fisikologis berupa keadaan jasmani dan kondisi psikologis yang
berupa perhatian, intelegensi, bakat dan sebagainya (Rusyan, 1989).

Suryabrata (1988) mengemukakan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi


hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, yaitu faktor
social dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor
psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pendapat hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau lingkungan.

Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki
siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga
faktor lain yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan,
kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar atau lingkungan
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pembelajaran
( Angkowo dan Kosasih, 2007).

C. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajaryang meliputi
segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta
segala fasilitasnya yang terkait yang digunakan secara langsung dalam peroses belajar
mengajar.

Pouwer menerangkan tentang model dengan anggapan seperti kiasan yang


dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah unsur yang saling tergantung.
Sebagai metafora model tidak pernah dipandang sebagai bagian dari data yang diwakili.
Ia menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak seperti biasanya dirasakan. Setiap
model diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau berbeda dari data. Syarat ini
bisa dipenuhi dengan menyajikan data dalam bentuk: ringkasan (type, diagram),
konfigurasi (structure), korelasi (pola), idealisasi, dan kombinasi dari keempatnya. Jadi
model merupakan kiasan yang padat yang bermanfaat bagi pembanding hubungan antara
data terpilih dengan hubungan antara unsur terpilih dari suatu konstruksi logis. (Pouwer
1974:243). Dalam pengertian lain, model diartikan sebagai barang tiruan, metafor, atau
kiasan yang dirumuskan.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
(Soekamto dan Winataputra, 1997:78-79).

Model kemandirian aktif merupakan sebuah model yang dirancang berdasarkan


sistem belajar mandiri dan belajar aktif. Belajar mandiri diartikan sebagai usaha individu
siswa yang otonomi untuk mencapai suatu kompetensi akademis. Belajar mandiri
memiliki ciri utama bahwa siswa tidah tergantung pada pengarahan pengajar yang terus-
menerus, tetapi mereka mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri serta mampu untuk
bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. (Pannen dan
Sekarwinahya, 1994:5:4-5).

Belajar mandiri memiliki dampak positif bagi siswa, karena mereka akan
merasakan tingkat kepuasan yang tinggi, mempunyai minat dan perhatian yang tidak
terputus-putus, dan memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat dibandingkan dengan
siswa yang hanya belajar secara pasif dan menerima saja (Kozma, Belle, William, dalam
Pannen dan Sekarwinahya, 1994:5:9).

Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem


pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Dengan
belajar aktif berarti menumbuhkan kemampuan belajar secara aktif menuju pada pola
kemandirian bagi siswa dan guru. Di sini mereka akan mampu mengembangkan potensi
diri secara optimal (Sartini, 2013:10).

Belajar aktif adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran melalui cara-
cara belajar aktif menuju belajar mandiri, sehingga mampu menumbuhkan kemampuan
belajar secara aktif menuju pada pembelajaran untuk lebih berpotensi.

D. Model Pembelajaran Eksperimen/percobaan


1. Pengertian Model Pembelajaran Eksperimen / percobaan
Eksperimen ( percobaan ) adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati
masyarakat secara aman dan dalam pembelajaran melibatkan siswa dengan mengalami
dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan.

Anda mungkin juga menyukai