Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat fisikokimia
molekul obat, kinetika dan orde reaksi, kelarutan dan faktor yang
mempengaruhinya, difusi dan disolusi, stabilitas, sistem dispersi (koloid, emulsi,
dispersi padat), mikrometik, viskositas dan rheologi, emulsifikasi, bobot jenis
serta fenomena antar permukaan dan penentuan tegangan permukaan yang banyak
dijumpai dalam bidang kefarmasian. Salah satu sifat fisika obat yang
mempengaruhi bioavabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat
jenis.
Bidang ilmu farmasi mencakup identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis dan pembakuan bahan obat
(drugs) serta sediaan farmasi (medicine). Sekarang ahli farmasi dituntut untuk
menambahan pengetahuannya dalam bidang farmakologi, kimia organik, biokimia
dan pengetahuan ilmiah mengenai sifat-sifat fisika dan kimia dari produk obat
baru yang dibuat dan diencerkan. Pengetahuan kelarutan untuk ahli farmasi juga
sangat penting karena dapat membantu dalam memilih pelarut yang paling baik
untuk obat atau kombinasi obat. Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat obat
adalah farmasi fisika.
Bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah
menjadi kerapatan dengan mengguanakan rumus yang cocok. Bobot jenis dapat
didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada suhu yang sama, sedangkan rapat jenis
merupakan turunan besaran karena menyangkut satuan masa dan volume.
Pengetahuan tentang bobot jenis dalam sebuah praktikum sangat penting
karena mengingat bahwa bobot jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita
gunakan dalam praktikum lanjutan ataupun dalam penelitian nanti. Cara
penentuan bobot jenis sangat penting untuk diketahui oleh seorang farmasis,
karena dengan mengetahui bobot jenis, kita dapat mengetahui kemurnian dari
1
suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan. Air digunakan untuk standar
untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Disamping itu dengan mengetahui
bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat, dan
dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat
lainnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
cara penetapan bobot jenis dan rapat jenis pada suatu sampel
1.1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu bobot jenis dan rapat
jenis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan bobot jenis dari sampel yaitu
minyak kelapa dengan menggunakan metode piknometer
1.3 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu bobot jenis dan
rapat jenis
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan bobot jenis dari sampel
yaitu minyak kelapa dengan menggunakan metode piknometer.
1.4 Prinsip Percobaan
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan metode piknometer. Prinsip
metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang
ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Bobot Jenis (Dirjen POM, 1995)
2
a. Definisi Bobot Jenis
Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antrara bobot zat terhadap
air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25⁰C terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama (Depkes, 1995).
Dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat diudara oada suhu yang di tetapkan terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu 25oC zat terbentuk padat, tetapkan
bobot jenis pada suhu yang telahh tertera pada masing-masing monografi dan
mengacu pada air yang tetap pada suhu 25oC .
b. Macam-macam Bobot Jenis
Menurut Lachman (1994), terdapat 3 macam bobot jenis, yaitu :
1. Bobot jenis sejati (benar), yakni perbandingan antara massa dan volume
zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Penentuan bobot jenis sejati
bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam
bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode
piknometer cairan atau metode piknometer.
2. Bobot jenis nyata, yaitu vule yang membesar akibat adanya pori-pori yang
menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif, yaitu massa partikel dibagi volume partikel termasuk
pori yang terbuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks
bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat.
Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan
kemurnian senyawa aktif, sneyawa bantu dan sediaan farmasi.
2.1.2 Rapat Jenis
a. Definisi Rapat Jenis
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui.
3
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat
dan air merupakan pilihan yang tepatuntuk digunakan sebagai standar karena
mudah didapat dan mudah dimurnikan. Tujuan dari percobaan bobot jenis yaitu
untuk mengetahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan alat
piknometer dan untuk mengetahui apa itu bobot jenis,rapat jenis serta mengetahui
cara penetapan bobot jenis dari sampel yang digunakan (Ansel, 1993).
Menurut Roth (1994) rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan
dalam desimal, dari suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui.
Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, sedangkan hydrogen atau udara
untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan,
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandinga yang massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada
suhu 4oC atau temperatur lain yang telah ditentukan (Martin, 1993).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah
kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter. Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur
(dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena
hampir semua substansi mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya
temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya, tekanan gas harus spesifik.
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur dan tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa dan
volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan (Packing
4
Characteristic). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/ml (untuk
cairan) atau gram/cm2 (Stoker, 1993).
Menurut Annief (2001), kerapatan partikel bisa keras dan lembut dalam
satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan
kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai
berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk
menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis
pori-pori dalam ruang kapiler. Penentuan bobot jenis berlangsung dengan
piknometer, Areometer, timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan
cara manometris. Metode Piknometer, pinsip metode ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
piknometer dilakukan dengan menimbang air.
b. Macam-macam Rapat Jenis
Pengujian kerapatan dilakukan untuk menentukan 3 macam kerapatan
jenis yaitu: (Lachman, 1994)
a) Kerapatan sejati, yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak
termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
b) Kerapatan nyata, yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak
termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
c) Kerapatan efektif, yaitu massa parikel dibagi volume partikel termausk
pori yang tebuka dan tertutup
Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera,
dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer
akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer,
yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Martin, 1993).
Kerapatan adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g /cm3 = g /ml )
dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik ( kg /m3 )
5
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara
untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan,
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok.
6
Metode ini berdasarkan hukum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar barat volume cairan
yang terdesak.
c) Metode Mohr-westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang ditoreh
menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal adalah penggunaan waktu
yang singkat dan mudah dilakukan.
d) Metode Areometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Jenis
Menurut Sinko (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot
jenis suatu zat, yakni :
a) Temperatur,
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b) Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
c) Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot
molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot
jenisnya.
d) Kekentalan/viskositas
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
7
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa
obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat
kelarutan/daya larut suatu zat.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi :Aqua destilata
Nama Lain :Air suling, aquades
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul :18,02 gr/mol
Rumus Struktur :
8
Nama lain : Minyak Kelapa
Bobot Jenis : 0,845-0,905 g/ml
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat;
bau khas, tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu
60⁰C; sangat mudah larut dalam kloroform P dan
juga mudah larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk
Kegunaan : Sebagai sampel uji
Khasiat : Zat tambahan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Dilaksanakannya praktikum farmasi fisika dengan percobaaan bobot jenis
pada tanggal 18 Oktober 2019. Pukul 07.00 WITA yang bertempat di
Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu corong, gelas ukur,
kalkulator, neraca analitik, oven, penjepit tabung reaksi, piknometer, termometer,
wadah.
9
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu alkohol 70%,
aquadest, es batu, minyak kelapa, tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan, dan dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
2. Dibersihkan piknomerter dengan air suling kemian dibilas dengan alkohol
70%
3. Dipanaskan piknometer pada suhu 100⁰C selama 15 menit
4. Dikeluarkan piknometer dari oven kemudian ditimbang massa piknometer
kosong pada neraca analitik sebanyak tiga kali
5. Dmasukkan minyak kelapa kedalam piknometer 25 mL
6. Diasukkan piknometer yang sudah berisi minyak kelapa ke dalam wadah
yang berisi es batu
7. Diukur suhu minyak dengan termometer sampai mencapai 25⁰C
8. Diangkat piknometer dan dibersihkan bagian luar menggunakan tisu
9. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak tiga kali
10. Dihitung bobot jenis dan rapat jenis minyak kelapa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Perhitungan
Dik : ∑ b1 = 31,26 g
∑ b2 = 52,98 g
V = 25 mL
= 1 g/mL
10
Dit : a. Bobot jenis ?
b. Rapat jenis ?
Peny :
a. Bobot jenis
= 0,87 g/mL
b. Rapat Jenis
= 1,87
Jadi, bobot jenis minyak kelapa yang dihasilkan dari percobaan ini adalah
1,87 gr/mL dan rapat jenisnya adalah 1,87.
4.3 Pembahasan
Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antrara bobot zat terhadap
air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
11
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25⁰C terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama (Depkes, 1995).
Rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari
berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Dalam
farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan. Tujuan dari percobaan bobot jenis yaitu untuk
mengetahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan alat piknometer
dan untuk mengetahui apa itu bobot jenis,rapat jenis serta mengetahui cara
penetapan bobot jenis dari sampel yang digunakan (Ansel, 1993).
Tujuan dilakukan percobaan ini, adalah mengetahui bobot jenis dan rapat
jenis sehingga akan mempermudah dalam memformulasikan obat dan dapat
menentukan apakah suatu zat dapat bercampur dengan zat lain atau tidak. karena
bobot jenis dan rapat jenis adalah salah satu metode analisis yang berperan
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari
senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat
kelarutan daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan dalam pengkuran bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis(neraca air), neraca Mohr Westphal.
Metode yang digunakan untuk penentuan cairan yaitu, metode piknometer.
Menurut Martin, (1990), Piknometer merupakan alat yang terbuat dari kaca
dengan berbentuk erlenmeyer kecil dengan volume hingga 80 mL. Metode yang
digunakan dalam praktikum adalah metode piknometer. Menurut Roth (1988),
prinsip metode piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk itu diperlukan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer dapat
bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. prinsip metode ini didasarkan
atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini.
Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.
12
Prinsip metode piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruangan yang ditempati cairan ini (Sutoyo, 1993).
Dalam percobaan bobot jenis alat yang digunakan adalah corong, gelas
ukur, kalkulator, neraca analitik, oven, penjepit tabung reaksi, piknometer,
termometer, wadah, dan bahan yang terdiri dari alkohol 70%, aquadest, es batu,
minyak kelapa, dan tisu.
Pertma piknometer yang akan digunakan dibersihkan menggunakan
alkohol 70%. Menurut Salim (2013) , hal ini berguna agar menghilangkan semua
jenis mikroorganisme yang terdapat dalam alat yang akan digunakan agar tidak
mempengaruhi pada saat melakukan percobaan. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh bobot kosong dari alat tersebut. Jika masih terdapat titik air
didalamnya, akan mempengaruhi hasil yang diperoleh (Agoes, 2006).
Piknometer kosong yang telah dikeringkan selanjutnya dimasukkan kedalam
oven pada suhu 100oC selama 15 menit, karena menurut Roth (1994), titik didih
air adalah 100oC sehingga air dan alkohol sisa dari pembersihan dan pembilasan
akan menguap dalam waktu 15 menit dengan tujuan untuk mengembalikan
piknometer pada bobot yang sesungguhnya.
Piknometer yang sudah dipanaskan dalam oven, diangkat menggunakan
penjepit, lalu ditimbang massa piknometer kosong pada neraca analitik sebanyak
tiga kali. Penimbangan dilakukan tiga kali bertujuan agar data yang dihitung lebih
akurat dan akan dibandingkan dengan data sebelumnya (Parrot,1970)
Piknometer kosong yang telah ditimbang, dimasukkan minyak kelapa
sebanyak 25 mL serta dimasukkan kedalam wadah yang berisi es batu, tujuan
dimasukkan piknometer yang berisi minyak kelapa ke dalam wadah berisi es batu
agar volume cairan yang barada dalam piknometer bertambah sehingga lebih
akurat dalam menentukan massa cairan tersebut(Lachman, 1994).
Piknometer yang dimasukkan ke dalam wadah berisi es batu diukur suhunya
menggunakan termometer sampai mencapai 25oC. Tujuan diukur suhu sampai
mencapai 25oC, karena jika pada suhu yang tinggi sampel yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
jika pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan sampel membeku sehingga
sulit untuk menghitung bobot jenisnya (Dzakwan, 2010). Karena menurut Voight
13
(1994), bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat tersebut pada suhu tertentu (biasanya 250C).
Piknometer yang telah dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es batu dan
telah mencapai suhu 250C selanjutnya diangkat dan dibilas bagian luar piknometer
menggunakan tissu. Agar tidak ada sisa air yang menempel pada dinding
piknometer, hal ini sesuai dengan dengan pendapat Tim Asisten (2016) agar tidak
ada bahan-bahan lain yang menempel pada piknometer yang dapat mengganggu
perhitungan.
Piknometer yang telah berisi minyak kelapa dan telah dibersihan selanjutnya
ditimbang kembali pada neraca analitik. Menurut Day dan Underwood (2002)
neraca analitik merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan
mendeteksi bobot pada kisaran 100 gr sampai dengan kurang lebih 0,0001 gr.
Penimbangan dilakukan sebanyak tiga kali, tujuannya agar mendapat hasil yang
lebih akurat (Chang, 1998). Kemudian dihitung bobot jenis dan rapat jenis minyak
kelapa (oleum cocos). Dari perhitungan bobot jenis minyak zaitun dan rapat jenis,
didapatkan hasil bobot jenis minyak kelapa (oleum cocos) 1,87 g/mL dan rapat
jenis minyak kelapa (oleum cocos) 1,87. Hal ini kurang sesuai dengan literature
yang ada. Menurut Dirjen POM (1979), bobot jenis minyak kelapa (oleum cocos)
yaitu 0,903 g/ml.
Kemungkinan kesalahan yang dilakukan yaitu kesalahan pada kurangnya
ketelitian dalam menggunakan alat piknometer, dan pada saat memanaskan
piknometer, alat tersebut terkontaminasi dengan butiran air sehingga
menyebabkan kesalahan dalam menentukan bobot jenis dari minyak kelapa, atau
kurangnya tingkat ketelitian pada neraca analitik. Dan kesalahan yang terjadi
akibat kurang teliti dalam melakukan setiap langkah kerja sehingga
mempengaruhi nilai akhir dari sampel.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa suatu zat terhadap
massa air dengan volume yang sama pada suhu 4 C atau pada suhu lain yang
ditetapkan. Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan
bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25 /25 , 25 /4 , 4
/4
15
Penentuan bobot jenis suatu sampel dapat dilakukan dengan menggunakan
metode piknometer, dimana ditimbang berat piknometer kosong dan piknometer
berisi zat, yang kemudian nilai yang didapat akan dihitung dengan rumus bobot
jenis. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh bobot jenis dan rapat jenis yaitu
1,87 g/mL.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar alat dan bahan penunjang praktikum farmasi fisika dapat
dilengkapi sehingga mahasiswa farmasi dapat mengikuti perkembangan teknologi
di bidang farmasi.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar asisten praktikum farmasi fisika dapat memberikan
suasana yang nyaman dalam membimbing praktikan sehingga terjalin hubungan
yang harmonis antara praktikaan dan asisten.
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan untuk para praktikan agar dapat disiplin pada saat pelaksanaan
praktikum serta berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan yang terdapat di
dalam laboratorium agar praktikum dapat berjalan lancar dan aman.
16