Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
MIDA FAHMI
1111102000128
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
MIDA FAHMI
1111102000128
NIM : 1111102000128
Tanda Tangan :
iii
ABSTRAK
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Isolasi
dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Metabolit sekunder dari Rimpang
Kencur (Kaempferia galanga L.)”. Shalawat dan salam tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, panutan bagi seluruh umat manusia sampai akhir
zaman.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari
bahwa, selesainya saya sampai menyelesaikan penyusunan skripsi ini tak lepas
dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini selesai, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Soemantri, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ismiarni Komala, M.Sc.,Ph.D.,Apt selaku pembimbing pertama dan Eka
Putri, M.Si.,Apt selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam
proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini, semoga segala
bantuan dan bimbingan ibu mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.
3. Yardi, M.Si.,Ph.D.,Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Yardi, M.Si.,Ph.D.,Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan selama proses perkuliahan sampai selesainya penyusunan skripsi
saya ini.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Rekan-rekan mahasiwa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
Tak lupa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Maman Abd Aziz
dan ibunda Elis Pujiasih, yang telah memberikan do’a dan dukungan
sampai akhirnya saya bisa menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan
skripsi saya ini, semoga segala amalan dan jerih payah keduanya
mendapat balasan yang lebih baik disisi-Nya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Panulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahauan.
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Juni 2015
Yang menyatakan,
Mida Fahmi
Tabel 4.1. % rendemen setiap fraksi hasil ekstraksi rimpang kencur .......... 29
Tabel 4.2. Perbandingan fragmentasi senyawa fraksi D8 dengan senyawa
etil sinamat* ................................................................................ 38
Tabel 4.3. Spektrum IR fraksi D8 ................................................................ 40
Tabel 4.4. Perbandingan data EPMS *, etil sinamat**, dan
senyawa hasil isolasi ................................................................... 44
Tabel 4.5. % inhibisi Na-diklofenak, EPMS, dan etil sinamat .................... 47
Gambar 4.1. Hasil KLT setiap fraksi dengan eluen n-heksan : etil
asetat (4:1) .......................................................................... 30
Gambar 4.2. Profil KLT EPMS dan kristal hasil pemisahan .................. 32
Gambar 4.3. Profil KLT fraksi D vial 17, 18, dan 19 ............................. 33
Gambar 4.4. Hasil KLT senyawa EPMS dan fraksi D8 .......................... 35
Gambar 4.5. Kromatografi lapis tipis dua dimensi fraksi D8 ................. 36
Gambar 4.6. Struktur molekul etil sinamat ............................................. 37
Gambar 4.7. Hasil fragmentasi senyawa fraksi D8 ................................. 38
Gambar 4.8. Gambaran pola fragmentasi dari spectral peak senyawa
etil sinamat ......................................................................... 39
Gambar 4.9. Spektrum IR fraksi D8 ....................................................... 39
Gambar 4.10 Gugus fungsi ester pada struktur senyawa fraksi D8 ......... 40
Gambar 4.11. Struktur fenil pada senyawa fraksi D8 ............................... 41
Gambar 4.12. Struktur alifatik pada senyawa fraksi D8 ........................... 41
Gambar 4.13. Struktur senyawa EPMS (A) dan etil sinamat (B) ............. 44
Gambar 4.14. Kurva perbandingan hasil uji aktivitas Na-diklofenak,
EPMS, dan etil sinamat ...................................................... 46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Inflamasi
Peradangan adalah reaksi lokal pada vaskular dan unsur-unsur
pendukung jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan
eksudat kaya protein. Peradangan merupakan respon protektif sistem imun
nonspesifik yang bekerja untuk melokalisasi, menetralisasi, atau
menghancurkan agen pencedera dan persiapan untuk proses penyembuhan
(Price and Wilson, 2002).
Tanda-tanda utama peradangan adalah rubor (kemerahan), kalor
(panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan), dan fungsio laesa
(hilangnya fungsi). Penyebab-penyebab peradangan meliputi agen fisik,
kimia, reaksi imunologik, dan infeksi oleh organisme-organisme
2.4. Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari
kata simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk
menyebutkan bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam bentuk
aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan
RI membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah
bahan alami yang digunakann untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apapun,dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih
segar. Sortasi dilakukan terhadap:
a. Tanah dan kerikil
b. Rumput-rumputan
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak
digunakan
d. Bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakuakn untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga
bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian bisa dilakukan dengan
menggunakan air (Gunawan, 2004).
4. Pengubahan bentuk
Menurut Gunawan (2004), pada dasarnya pengubahan bentuk
simplisia adalah untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas
permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering. Proses
pengubahan bentuk ini meliputi beberapa perlakuan berikut :
a. Perajangan untuk rimpang, daun, dan herbal.
b. Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu, dan biji dipisahkan dari
bonggolnya.
c. Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dari
bonggolnya.
d. Pemotonga untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting.
e. Penyerutan untuk kayu.
5. Pengeringan
Menurut Gunawan (2004), proses pengeringan simplisia, terutama
bertujuan sebagai berikut :
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi
kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan labih lanjut
kandungan zat aktif.
2.6. Ekstraksi
Menurut Tiwari et al. (2011), keberagaman dari metode ekstrasi
biasanya berdasarkan pada:
a. Lamanya periode ekstraksi
b. Pelarut yang digunakan
c. pH dari pelarut
d. Suhu
e. Ukuran partikel dari jaringan tumbuhan
f. Perbandingan pelarut terhadap sampel
Ekstraksi dalam hal farmaseutik merupakan pemisahan bagian
yang aktif secara medisinal dari jaringan tumbuhan (dan hewan)
menggunakan pelarut tertentu melalui prosedur standar. Selama ekstraksi,
pelarut berdifusi ke dalam material padat tumbuhan dan melarutkan
senyawa-senyawa dengan kepolaran yang sama (Tiwari et al., 2011).
Parameter dasar yang mempengaruhi kualitas dari sebuah ekstrak
adalah :
a. Bagian tumbuhan yang digunaka sebagai material awal
b. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
c. Prosedur ekstraksi
Keberagaman dalam metode ekstraksi yang berbeda yaitu akan
mempengaruhi kuantitas dan komposisi metabolit sekunder pada sebuah
ekstrak yang tergantung pada:
a. Tipe ekstraksi
b. Waktu ekstraksi
c. Suhu
d. Sifat pelarut
e. Konsentrasi pelarut
f. Polaritas
2.7.1. Kromatografi
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan
Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar,
selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan
kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di
dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang
seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
2.8.1. GCMS
Kromatografi gas dan spektrometer massa dapat digunakan untuk
memisahkan komponen dengan memberikan waktu retensi dan puncak
elusi yang dapat dimasukkan ke dalam spektrometer massa untuk
memperoleh berat molekul, karakteristik dan informasi fragmentasi
(Heinrich, 2004). Spektrometer massa sebagai metode deteksi yang
memberikan data yang bermakna, yang diperoleh dari penentuan langsung
molekul zat atau fragmen (Heinrich, 2004).
Pada data komputer (Library search) dalam GCMS ini sudah
terdapat ratusan ribu senyawa organik yang sudah didata. Sehingga dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang mengeluarkan data kemungkinan
senyawa dari sampel yang diuji. Dari data kemungkinan senyawa ini dapat
dilihat derajat kemiripannya (quality), dengan derajat kemiripan yang lebih
dari 90% dapat dikatakan identik atau sama (Kosela S., 2010).
2.8.2. Spektrofotometri IR
Daerah inframerah pada spektrum elektromagnetik membentang
luas dari berakhirnya spektrum merah dari spektrum nampak sampai
daerah gelombang mikro. Daerah tersebut meliputi radiasi pada panjang
gelombang antara 0,7 dan 500 μm atau pada bilangan gelombang antara
% Inhibisi = x 100
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah rimpang kencur (Kampferia
galanga L.), silica gel 60 (Merck, 0,063-0,200 mm), n-heksan, etil asetat,
metanol, metanol p.a. (Merck), aquabides (Otsuka), natrium diklofenak
(Sigma), natrium hidroksida (Merck), tris base (Sigma), bovine serum
albumin (Sigma).
3.3.3. Ekstraksi
Serbuk simplisia kencur diekstraksi menggunakan metode maserasi
bertingkat. Sebanyak 7,69 Kg dimasukkan ke dalam botol-botol maserasi.
Maserasi pertama yaitu menggunakan n-heksan (35 L). Setiap penyarian
dilakukan selama 3 hari dengan sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 3
hari hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring. Setelah
hasil maserasi menggunakan pelarut n-heksan jernih, kemudian ampas sisa
ekstraksi menggunakan n-heksan diekstraksi kembali dengan pelarut
berikutnya yaitu etil asetat (25 L) dan pelarut terakhir yaitu metanol (20 L)
dengan cara maserasi yang sama seperti maserasi pertama. Hasil maserasi
masing-masing diuapkan pelarutnya menggunakan vacuum rotary
evavorator. Hasil penguapan ini menghasilkan ekstrak kental fraksi n-
heksan sebanyak 927,94 mg, fraksi etil asetat sebanyak 232,51 mg, dan
fraksi metanol sebanyak 115,27 mg.
Hasil rendemen dihitung menggunakan rumus di bawah ini:
% rendemen = x 100%
- perbandingan 2:8
c. etil asetat 100%
d. etil asetat : metanol (kenaikan perbandingan 20%)
- perbandingan 8:2
- perbandingan 6:4
- perbandingan 4:6
- perbandingan 2:8
e. metanol 100%
Setiap fase gerak dibuat sebanyak 200 mL, kecuali metanol
digunakan lebih dari 200 mL untuk melakukan pencucian terakhir pada
proses fraksinasi.
c. Proses Elusi
Pelarut perbandingan pertama dimasukan ke dalam kolom sampai
habis, kemudian dilanjutkan dengan perbandingan selanjutnya sampai
perbandingan terakhir. Hasil elusi ditampung dengan vial-vial dan diberi
nomor secara berurutan. Hasil eluat dimonitor menggunakan kromatografi
lapis tipis untuk melihat bercak yang terlihat di bawah lampu UV 254 nm.
Kromatografi kolom pertama ini menghasilkan 167 vial yang
terkelompokan menjadi 16 fraksi (A-P), dengan fraksi D diambil unkut
dimurmikan lebih lanjut.
Fraksi D digabungkan kemudian dimurnikan dengan kromatografi
kolom kedua. Jumlah gabungan yaitu sebanyak 2,68 g. Proses
kromatografi kolom sebagai berikut:
a. Penyiapan Fase Padat Kolom Kromatografi
Silika gel 60 ditimbang sebanyak 53,53 g dan kolom kromatografi
yang digunakan yaitu berdiameter 2 cm dan tinggi 35 cm.
b. Membuat Fase Gerak
Fase gerak dibuat dengan menggunakan sistem gradien yaitu dibuat
fase gerak dengan kepolaran yang meningkat. Fase gerak yang digunakan
yaitu :
a. n-heksan 100 %
b. n-heksan : etil asetat (kenaikan perbandingan 20%)
- perbandingan 8:2
- perbandingan 6:4
- perbandingan 4:6
- perbandingan 2:8
c. etil asetat 100%
Setiap perbandingan dibuat sebanyak 200 mL, kecuali n-heksan
digunakan lebih dari 200 mL yaitu sebanyak 8,87 L karena senyawa
sasaran berada pada pengembang nonpolar.
d. Proses Elusi
Pelarut perbandingan pertama dimasukan ke dalam kolom sampai
hasil analisa bercak menggunakan KLT tidak muncul lagi bercak dengan
nilai Rf senyawa sasaran. Setelah itu dilanjutkan dengan perbandingan
selanjutnya sampai perbandingan terakhir. Hasil elusi ditampung dengan
vial-vial dan diberi nomor secara berurutan. Hasil eluat diidentifikasi
menggunakan kromatografi lapis tipis untuk melihat bercak yang terlihat
di bawah lampu UV 254 nm.
Hasil kromatografi kolom kedua mendapatkan 559 vial untuk fase
gerak n-heksan, yang kemudian terbagi ke dalam 9 fraksi berdasarkan
hasil identifikasi pola kromatogram menggunakan KLT. Perbandingan
selanjutnya meghasilkaan 65 vial yang terbagi kedalam 7 fraksi.
Fraksi yang memiliki 1 bercak yaitu fraksi D8. Fraksi D8
selanjutnya dianalisa menggunakan GCMS, spektrofotometri IR, dan
.
2850C. Kecepatan aliran yang digunakan 1,2 mL/min dengan split 1:100.
Parameter scanning dilakukan dari massa paling rendah yaitu 35 sampai
paling tinggi 550.
2. Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi
Uji kemurnian senyawa dapat dilakukan dengan menggunakan
KLT dua dimensi. Langkah kerjanya yaitu menyiapkan plat KLT silica gel
60 dengan ukuran persegi (5 cm-5 cm) dan disiapkan pula fase
pengembang dengan perbandingan n-heksan:etil asetat (4:1). Sampel
kemudian ditotolkan pada salah satu ujung sisi plat KLT. Proses
pengembangan yaitu menggunakan 2 arah, arah pertama mengikuti sistem
pengembangan askenden dari sisi bawah tempat sampel ditotolkan. Setelah
kering, selanjutnya pengembangan kedua dengan menggunakan arah
pengembangan askenden kembali yang tegak lurus dari arah pertama.
Kemudian bercak dilihat di bawah lampu UV pada panjang gelombang
254 nm.
% Inhibisi = x 100
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Determinasi
Determinasi tumbuhan kencur dilakukan di Herbarium Bogoriense
Bidang Botani, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong, Bogor dengan hasil
determinasi membuktikan bahwa tumbuhan yang digunakan yaitu
tumbuhan Kaempferia galanga L. dengan famili Zingiberaceae (Lihat
Lampiran 1).
4.3. Ekstraksi
Ekstraksi simplisia kencur ini menggunakan cara maserasi
bertingkat. Metode ekstraksi ini dipilih karena merupakan proses ekstraksi
yang mudah dan dapat menjaga senyawa yang tidak tahan terhadap suhu
tinggi. Sebanyak 7,69 Kg serbuk simplisia dimaserasi dengan pelarut-
pelarut yang kepolarannya meningkat dari mulai pelarut nonpolar (n-
heksan), semi polar (etil asetat), dan polar (metanol).
A B C D
Gambar 4.1. Hasil KLT setiap fraksi dengan eluen n-heksan : etil asetat
(4:1)
A : Fraksi n-heksan
B : Fraksi etil asetat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
C : Fraksi metanol
D : EPMS
- perbandingan 4:6
- perbandingan 2:8
e. metanol 100%
Setiap fase gerak dibuat sebanyak 200 mL, kecuali metanol
digunakan lebih dari 200 mL untuk pencucian pada fase diam. Hasil elusi
yang telah ditampung dalam vial dianalisa menggunakan kromatografi
lapis tipis untuk melihat bercak yang terlihat di bawah lampu UV 254 nm.
Kromatografi kolom fraksi etil asetat menghasilkan 16 fraksi (A-
P). Fraksi A terdiri dari vial 1-7. Fraksi B terdiri dari vial 8-11. Fraksi C
terdiri dari vial 12-16. Fraksi D terdiri dari vial 17-19 dengan vial 17 sudah
satu bercak. Fraksi E terdiri dari vial 20-24. Fraksi F terdiri dari vial 25.
Fraksi G terdiri dari vial 26-28. Fraksi H terdiri dari vial 29. Fraksi I terdiri
dari vial 30-39. Fraksi J terdiri dari vial 40. Fraksi K terdiri dari vial 41-45.
Fraksi L terdiri dari vial 46-53. Fraksi M terdiri dari vial 54-59. Fraksi N
terdiri dari vial 60-65. Fraksi O terdiri dari vial 66-74. Fraksi P terdiri dari
vial 75-164.
Berdasarkan hasil analisa menggunakan KLT, fraksi D pada vial 17
memiliki bercak tunggal pada panjang gelombang 254 nm. Fraksi D (17)
diuji menggunakan GCMS, dan data hasil GCMS menunjukkan senyawa
yang berbeda dengan EPMS, yaitu tidak adanya gugus metoksi. Fraksi D
(17-19) diputuskan untuk diisolasi lebih lanjut dengan dimurnikan
menggunakan kromatografi kolom kembali. Jumlah fraksi D yaitu
sebanyak 2,68 g.
Fr. D8
EPMS
4.5.2. GCMS
Uji kemurnian menggunakan GCMS dapat dilakukan untuk
senyawa yang volatile, sehingga dapat terlihat hasil pemisahan
berdasarkan kemampuan dari senyawa untuk menguap yang akhirnya
dapat terbaca waktu retensi dan jumlah keberadaan senyawa tersebut
dalam sampel. Fraksi D8 menghasilkan peak yang muncul pada waktu
retensi 8,183 dengan nilai persentasi kemurnian 100%, sehingga
dinyatakan bahwa fraksi D8 ini sudah murni (Lihat Lampiran 6).
Berdasarkan hasil analisa menggunakan KLT dua dimensi dan
GCMS, dapat dinyatakan bahwa fraksi D8 murni. Sehingga dapat
dilakukan penentuan struktur dan uji aktivitas antiinflamasi terhadap
senyawa hasil isolasi fraksi D8 ini.
terlihat pada m/z 176 ; 147; 131; 103; dan 77 dalam jurnal Othman, et
al (2006). Data fragmentasi fraksi D8 dapat dilihat dalam gambar 4.7.
Gambar 4.8. Gambaran pola fragmentasi dari spectral peak senyawa etil
sinamat
4.6.2. Identifikasi Fraksi D8 Menggunakan Spektrofotometri IR
Data spektrum dari hasil analisa menggunakan IR dapat membantu
proses penentuan struktur senyawa dengan melihat adanya pita serapan
pada panjang gelombang tertentu, sehingga dapat diketahui tipe atau kelas
dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut merupakan senyawa organik,
maka daerah stretching hidrogen biasanya diidentifikasi pertama kali
untuk menentukan apakah sampel tersebut merupakan senyawa aromatik,
alifatik, atau kedua-duanya. Selanjutnya, dilihat pada daerah frekuensi
untuk gugus fungsi, apakah ada gugus fungsi atau tidak (Willard et al.,
1988). Spektrum hasil identifikasi fraksi D8 dapat dilihat dalam gambar
4.9.
90
%T
3613.79
80
3419.94
1842.10
1960.73
1895.14
70
3062.13
60
2871.17
865.11
1576.87
1496.83
2930.96
1038.71
712.73
1646.32
979.88
684.76
1363.73
50
1448.60
1269.22
767.70
1312.62
1175.66
40
1718.65
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
etilsinamat 1/cm
(2H, d, J=7,0 Hz, 2xCH benzilik), dan 7,65 ppm (1H, d, J=16,0 Hz,
1xCH alken), sehingga terlihat adanya perbedaan yang ditunjukkan dalam
tabel 4.4 dengan paduan gambar 4.13.
A B
Gambar 4.13. Struktur senyawa EPMS (A) dan etil sinamat (B)
120
100
80
% Inhibisi
60 EPMS
etil sinamat
40
Na-diklofenak
20
0
-50 0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.14. Kurva perbandingan hasil uji aktivitas antara senyawa Na-
diklofenak, EPMS, dan etil sinamat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Senyawa hasil isolasi memiliki organoleptis berbentuk minyak dan
berwarna jernih kekuningan dengan hasil KLT menghasilkan nilai Rf
0,78 dengan pengembang n-heksan : etil asetat (4:1). Dilihat dari data
hasil GCMS yang menunjukan adanya kemiripan dengan data etil
sinamat dalam komputer sebesar 98% dan persentase kemurnian dari
etil sinamat ini sebesar 100% maka senyawa ini dinyatakan mirip
dengan etil sinamat. Kemudian berdasarkan hasil analisa
spektrofotometri IR yang menghasilkan gugus ester pada panjang
gelombang 1712,86 (C=O) dan 1175,66. (C-O).
Kemudian berdasarkan data hasil analisa H-NMR yang menunjukkan
hasil geseran kimia yang sama dengan data hasil geseran kimia etil
sinamat dalam jurnal Kiuchi, et al (1988) dan jurnal Spekreijse, et al
(2012), sehingga dinyatakan bahwa senyawa fraksi D8 ini adalah etil
sinamat.
2. Hasil uji antiinflamasi menunjukkan bahwa etil sinamat berpotensi
sebagai antiinflamasi dari mulai konsentrasi 10 ppm yaitu sebesar 24,9
1,28 % dan aktivitas meningkat seiring peningkatan konsentrasi
dengan konsetrasi 100 ppm sebesar 28 1,47 %. Aktivitas
antiinflamasi etil sinamat ini lebih kecil dari pada aktivitas
antiinflamasi EPMS.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat proses aktivitas
antiinflamasi dari senyawa etil sinamat dan proses yang dipengaruhi
oleh gugus metoksi pada senyawa EPMS dalam meningkatkan
aktivitas antiinflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi sinamat yang diisolasi dari kencur
(Kampferia galanga L.). Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara.
Cannell, Richard J.P.. 1998. Natural Product Isolation. Human Press: New Jersey.
Dewick, Paul M. 2001. Medical Natural Product: a Biosynthetic Approach.
Second Editio. British Library ISBN 0 471 49640 5.
Gandjar, I.G.; A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Green, R.J. 2004. Antioxidant Activityof Peanut Plant Tissues. Master Thesis.
North Carolina State University. USA.
Gunawan, Didk; Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid 1.
Penerbit Swadaya: Depok.
Hargono, Djoko dkk. 1995. Informasi simplisia Asing. Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan RI.
Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom, M, E. 2004. Fundamental Of
Pharmacognosy and Phytotherapy. Penerbit Elsevier: Philadelpia.
Hidayati, Nur; SM Widyastuti; Subagus Wahyuono. 2012. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Antifungal Akar Acacia Mangium dan Aktivitasnya Terhadap
Ganoderma Lucidum. Sekolah Pasca Sarjana: Universitas Gajah Mada.
Hostettman, K.; Hostettman, M.; Maerston. 1995. Preparative Chromatography
techural nique: Application in Natural Product Isolation (Cara Kromatografi
preparatif: Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam (diterjemahkan Oleh
Kosasih P). Bandung: Penerbit ITB.
Kiuchi, Fumiyuki; Norio Nakumura; Yshisuke Tsuda; Kaoru Kondo; Hiroyuki
Yoshimura. 1988. Studies on Crude Effective on Visceral Larva Migrans, II.
Larvacidal Principle in Kaempferiae Rhizoma. Chem, Pharm Ball : 36 (1)
412-415.
Kosela, Soleh. 2010. Cara Mudah dan Sederhana, Penentuan Struktur Molekul
Berdasarkan Spektra Data (NMR, Mass, IR, UV). Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ncube N. S.; Afolayan A.J.; Okoh AI. Assessment Techniques of Antimicrobial
Properties of Natural Compounds of Plant Origin: Current Methods and
Future Trend. African Journal of Biotechnology 2008; 7 (12): 1797-1806.
Othman, R.; Ibrahim, H.; Mohd, M.A.; Awang, K.; Gilani, A.-U.H.; Muatafa,
M.R. 2002. Vasorelaxant Effect of Ethyl Cinnamate Isolated from
Kaempferia galanga L. On Smooth Muscle of the Rat Aorta. Plant Med, 68,
655-657.
Othman, R.; Ibrahim, H.; Mohd, M.A.; Mustafa, M.R.; Awang, K. 2006.
Bioassay-Guided Isolation of a Vasorelaxant Active Compound from
Kaempferia galanga L. Phytomedicine, 13, 61-66.
Pavia, Donald L., et al. 2001. Introduction to Spectroscopy, Third Edition. United
States of america: Thomson Learning, Inc.
Pedersen, D.S.; C. Rosenbohm. 2001. Dry Column Vacuum Chromatography.
Synthesis (16), 2431-2434. HTML by Rhodium.
Price, Sylvia A.; Lorraine M. Wilson. 2002. Pathophysiology: Clinical Concepts
of Disease Processes (Patofisiologi: Konsep Klinis, Proses-proses Penyakit
(Diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit. dkk)). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Reid, Raymond G dan Sastyajit D. Sarker. 2006. Isolation of Natural Products by
Low-Pressure Column Chromatography. In Sarker, Satyajit D., et al. (Ed).
Natural Product Isolation, Secod Edition. New Jersey: Humana Press.
Rostiana, O.; S. M. Rosita; H. Wawan; Supriadi; A. Siti. 2003. Status Pemuliaan
Tanaman Kencur. Perkembangan Teknologi TRO. 15. 2. 25-38.
Sarker, Satyajit D., et al. 2006. Natural Product Isolation, Second Edition. New
Jersey: Humana Press.
Spekreijse, Jurjen; Jarone Le Notre; Jacco Van Heveren; Elinor L. Scott; Johan P.
M. Sanders. 2012. Simultaneous Production of Bio-based Styrene and
Aerylates Using Ethenolysis. The Royal Spciety of Chemistry.
Sutthanont, N.; Choochote, W.; Tuetun, B.; Junkum, A.; Jitpakdi, A.; Chaithong,
U.; Riyong, D.; Pitasawat, B. 2010. Chemical Composition and Larvicidal
Activity of Edible Plant-derived Essential Oils Against the Pyrethroid-
susceptible and –resistant Strains of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J.
Vector Ecol. 35, 106-115.
Tang, Sook Wah; Mohd Aspollah Sukari; Bee Keat Neoh; Yunie Soon Yu Yeap;
Ahmad Bustaman Abdul; Nurolaini Kifli; Qwendoline Cheng Lian Ee.
2014. Pkytochemicals from Kaempferia angustifolia Rosc and Their
Cytotoxic and Antimicrobial Activities. Hindawi Publishing Corporation:
BioMed Research International volume 2014, Article ID 417674, 6.
Tiwari, P.; B. Kumar; M. Kaur; G. Kaur; H Kaur. 2011. Phytochemical Screening
and Extraction: A Review. International Pharmaceutical Sciencia. Vol. 1.
Issue. 1.
Umar, Muhammad I.; Mohammad Zaini Bin Asmawi; Amirin Sadikun; Rabia
Altaf; Muhammad Adnan Iqbal. 2011. Phytochemistry and Medical
Properties of Kaemferia galanga L. (Zingiberaceae) Extracts. African
Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 5(14), pp. 1638-1647.
Umar, Muhammad I.; Mohd Zaini Aswani; Amirin Sadikun; Item J. Atangwho I;
Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2012. Bioactivity-Guided
Isolation of Ethyl-p-methoxycinnamate, an Anti-inflammastory
Constytuent, from Kaempferia galanga L. Extracts. Molecules, 17, 8720-
8734.
Umar, Muhammad I.; Mohd Zaini Aswani; Amirin Sadikun; Amin Malik Shah
Abdul Majid; Fouad Saleih R. Al-Suede; Loiy Elsir Ahmed Hassan; Rabia
Altaf; Mohamed B. Khadeer Ahamed. 2014. Ethyl-p-methoxycinnamate
Isolated from Kaempferia galanga L. Inhibits Inflammation by Suppresing
Interleukin-1, Tumor Necrosis Faktor-α. And Angiogenesis by Blocking
Endothelial Functions. Clinics (Sao Paulo), 69(2): 134-144.
USDA (United States Departement of Agriculture). Natural Resource
Conservation Service. Akses online via http://plants.usda.gov/ (Diakses
pada tanggal 20 Oktober 2014).
Willard, Hobart.; Lynne L. Merritt, Jr.; John A. Dean; Frank A. Settle, Jr. 1988.
Instrumental Methods of Analysis Seventh Edition. Wordsworth Publishing
company. California.
Williams, LAD; A.O Connar; L. Latore; O Dennis; S. Ringer; J.A Whittaker; J
Conrad; B. Vogler; H. Hosner; W Kraus. 2008. The In Vitro Anti-
denaturation Effects Induces by Natural Product and Non-steroidal
Compounds in Heat Treated (Immunogenic)Bovine Serum Albumin is
Proposed as a Screening Assay for the Detection of Anti-inflammatory
Compound, Without the Use of Animals, in the Early Stages of The Drug
Discovery Process. West Indian Medical Journal 57 (4): 327.
Urutan dari paling kiri : EPMS, fraksi D (17) fraksi D (18), dan fraksi D (19)
Keterangan :
Keterangan :
90
%T
3613.79
80
3419.94
1842.10
1960.73
1895.14
70
3062.13
60
2871.17
865.11
1576.87
1496.83
2930.96
1038.71
712.73
1646.32
979.88
684.76
1363.73
50
1448.60
1269.22
767.70
1312.62
1175.66
40
1718.65
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
etilsinamat 1/cm
2. 1 4,56 2,98
3. 10 26,75 4,43
% Inhibisi
No. Sampel Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata- SD Kesimpulan
rata
EPMS
1. (0,1 ppm) 32,6 32,8 33,5 33,5 0,473 33,5 0,473
EPMS
2. (1 ppm) 39,9 40,5 43,5 43,5 1,93 43,5 1,93
EPMS
3. (10 ppm) 44,4 44,6 44,3 44,8 0,153 44,8 0,153
EPMS
4. (100 ppm) 55,2 52,4 52,9 52,9 1,493 52,9 1,493
% Inhibisi
No. Sampel Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata- SD Kesimpulan
rata
Etil
1. sinamat 15,6 16,4 14,2 15,4 1,1135 15,4
(0,1 ppm) 1,1135
Etil
2. sinamat 20 21,4 17,9 19,77 1,762 19,77
(1 ppm) 1,762
Etil
3. sinamat 26 25,2 23,5 24,9 1,277 24,9 1,277
(10 ppm)
Etil
4. sinamat 27,7 29,6 26,7 28 1,473 28 1,473
(100
ppm)
Kurva Perbandingan
120
100
80
% Inhibisi
60 EPMS
etil sinamat
40 Na-diklofenak
20
0
-20 0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi