PEMBAHASAN
Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari
satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur
berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng.
2.3 Penyaliran pada Tambang Terbuka
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Mine Drainage Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah
penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air
yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran mine
drainage terdiri dari :
Metode Siemens adalah Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan
dibuat lubang bor, kemudian ke dalam lubang bor dimasukkan pipa dan
di setiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini
masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada
bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah
penambangan.
2. Pembekuan (Freezing)
Pada daerah dingin, ada kemungkinan alternatif menggunakan
dewatering dengan teknik pembekuan air tanah. Tempat atau daerah
yang akan dibangun terowongan, air tanahnya harus dibekukan dengan
proses elektrik, sehingga pada waktu dilakukan penggalian terowongan
tidak terjadi kesulitan karena air tanah. Setelah proses pemasangan steel
support galian, proses pembekuan dapat dihentikan.
3. Grouting
Bila proses pembekuan air tanah tidak dapat diambil sebagai
alternatif, maka dapat digunakan dewatering dengan metode grouting.
Prosesnya adalah daerah sekitar terowongan dilakukan grouting,
sehingga pada saat penggalian air tanah tidak akan mengganggu.
4. Saluran ( Subdrainage )
Untuk tanah yang kecepatan rembesnya kecil, air tanah tidak akan
banyak mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Namun demikian
kumpulan air tanah tersebut harus dapat disalurkan keluar melalui
saluran di dasar terowongan.
Gambar Subdrainage
2.6 Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah
Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan “Tunnel” (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah dengan
membuat “tunnel” atau “adit” bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana
terowongan atau “adit” ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk
mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila
dibandingkan dengan sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke
luar tambang.
2. Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem
pemompaan adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf”
atau sumuran bawah tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari
permukaan maupun air rembesan air bawah tanah.
Xr = X + (σxσn ) . (Yr – Yn )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
3.1 KESIMPULAN
1. Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan
air yang masuk ke daerah penambangan.
2. Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang diantaranya adalah
permeabilitas, curah hujan, rencana kemajuan tambang.
3. Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Mine Drainage dan Mine Dewatering
3.2 SARAN
Dalam melakukan aktivitas penambangan, sebaiknya terlebih dahulu
memperhatikan system penyaliran tambang dan juga faktor yang mempengaruhi
penyaliran tambang seperi morfologi, curah hujan dll. Karena hal tersebut dapat
mempengaruhi proses dalam kegiatan penambangan.