Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori

Penyaliran adalah suatu usaha untuk mencegah, mengeringkan dan


mengeluarkan air yang menggenangi suatu daerah tertentu. Penirisan tambang
adalah penirisan yang diterapkan didaerah penambangan yang bertujuan untuk
mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi
daerah penambangan yang dapat mengganggu aktivitas penambangan. Sistem
penyaliran yang ada dilokasi tambang bawah tanah (Underground Mining)
dilaksanakan karena akumulasi air di dalam tambang yang harus dikeluarkan.
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah penambangan untuk mencengah , mengeringkan, atau mengeluarkan air
yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencengah
terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang
berlebihan , untuk terutama pada musim hujan. Selain itu , sistem penyaliran
tambang ini juga untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan
kondisi kerja yang aman , sehingga alat- alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
Tujuan penyaliran tambang adalah :
 Mencegah terjadinya korosi pada peralatan tambang.
 Mencegah terjadinya akumulasi (genangan) air di dalam tambang.
 Menciptakan kondisi kerja yang aman dan nyaman di dalam tambang.

Secara hidrologi air dibawah permukaan tanah dapat dibedakan menjadi


air pada daerah tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tidak jenuh air
umumnya terdapat pada bagian teratas dari lapisan tanah dan dicirikan oleh
gabungan tiga fasa, yaitu :
 Fase padat (material atau butiran padatan).
 Fase cair ( air adsorbsi, air kapiler dan air infiltrasi).
 Fase gas. Daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh air oleh jaringan kapiler.
 Daerah jenuh merupakan bagian dibawah zona tak jenuh.Air yang terdapat
pada zona atau daerah jenuh inilah yang disebut “Ground Water”.

2.2 Metode Penyaliran Tambang


Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, salah satunya yaitu
mengeluarkan air tambang (Mine Dewatering) , yang merupakan upaya untuk
mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan. Beberapa metode
penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit) Sistem ini diterapkan untuk
membuang air tambang dari lokasi kerja. Air tambang dikumpulkan pada
sumuran (sump), kemudian dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa
tergantung pada kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa
menyesuaikan debit air yang masuk ke dalam lokasi penambangan.
2. Membuat paritan Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air
atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke sungai atau
diarahkan ke selokan (riool).

Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari
satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur
berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng.
2.3 Penyaliran pada Tambang Terbuka
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Mine Drainage Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah
penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air
yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran mine
drainage terdiri dari :
 Metode Siemens adalah Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan
dibuat lubang bor, kemudian ke dalam lubang bor dimasukkan pipa dan
di setiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini
masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada
bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah
penambangan.

Gambar 1. Metode Siemens

 Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump) adalah Metode ini


digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan
jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja
secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter
sampai 60 meter.

Gambar 2. Metode Deep Well Pump


 Small Pipe with Vacuum Pump adalah yang diterapkan pada lapisan
batuan yang inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan membuat lubang
bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-
lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-
kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter
kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan
lubang bor disumbat agar saat ada isapan pompa, rongga antara pipa
lubang bor kedap udara, sehingga air akan terserap ke dalam lubang
bor.

Gambar 3. Metode Small Pipe with Vacuum Pump

 Metode Elektro Osmosis : Pada metode ini digunakan batang anoda


serta katoda. Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik, maka air akan
terurai, H+ pada katoda (di sumur besar) dinetralisir menjadi air dan
terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.

Gambar 4. Metode Elektro Osmosis


2.4. Metode Cut Off
Metode cut off adalah aliran air tanah ke arah areal penggalian dihambat
dengan impermeable barrier. Prinsip metode Cut Off adalah memotong aliran air
dengan suatu dinding pembatas , sehingga daerah yang dikehendaki dapat
terbebas dari air tanah. Ditinjau dari pergerakan air tanah , metode ini paling baik
karena tidak terjadi penurunan muka air tanah disekeliling luar daerah galian.

Berikut merupakan gambaran metode cut off.

Gambar Pot Melintang Tampak Atas

1. Metode Cut Off dengan Steel Sheet Pile


Metode ini pada dasarnya berfungsi sebagai struktur penahan
tanah, dan cara kerjanya sama seperti pekerjaan pemancangan.

Gambar. metode Cut Off dengan Sheet pile

2. Metode Cut Off dengan Concrete Diaphragam Wall


Metode ini dibuat dari beton yang dicor didalam tanah yang membentuk
dinding yang dapat berfungsi sebagai cut off dewatering dan sebagai
struktur penahan tanah. Pada proses penggalian tanah ( Basement ).

Gambar guide wall


3. Metode Cut Off dengan Secants Piles
Dewatering dengan metode cut dapat dilakukan menggunakan
secants piles, yaitu dengan tiang yang saling berpotongan sehingga
membentuk dinding yang prosesnya sama dengan diagram wall tetapi
materialnya menggunakan tiang beton bertulang dari tiang semen
bentonite.

Tampak Atas Tiang Bentonite Pengeboran diantara Tiang Bentonite

4. Metode Cut Off dengan Slurry Trenches


Metode ini digunakan untuk konstruksi dewatering, untuk penjagaan
polusi terhadap air tanah, untuk pengendalian seepage pada dam/tanggul.

Gambar cut off dengan Slurry Trenches

Metode cut Off bila sama dengan persyaratan pada metode


dewatering predranaige kecuali item terakhir ( karena pada metode
dewatering cut off ini tidak ada penurunan muka air tanah disekitarnya.
Dinding cut off diperlukan juga struktur penahan tanah. Peralatan yang
digunakan dalam metode cut off, agak lain karena sama sekali tidak
menggunakan pompa. Hal ini disebabkan oleh sifat sistem ini yang
menurunkan muka air tanah hanya pada daerah galian tanpa menggunakan
pompa, yaitu dengan cara mengurung daerah galian dengan dinding
2.5 Grouting And Fizing
Tunnel Dewatering
Pembuatan terowongan (tunnel) merupakan pekerjaan yang
memiliki karakteristik unik, maka yang harus dipertimbangkan
pengendalian air tanah. Problem dewatering terus timbul, bila letak
terowongan berada di bawah muka air tanah (ground water level) Bila
tanah berada di sekitar tunnel cukup kohesif atau well graded maka air
tanah mudah dikendalikan, tetapi bila tanah sekitar tunnel terdiri dari
uniform fine sand atau silty sand maka rembesan air yang kecil pun dapat
menyebabkan keruntuhan tanah.

Pada Tunnel Dewatering biasanya menggunakan metode yaitu


dengan tekanan Udara (Compressed Air), Pembekuan (Freezing), Grouting
saluran ( Subdranaige )

1. Tekanan Udara (Compressed Air)


Konsep dewatering dengan metode ini sederhana, yaitu tekanan
udara di dalam tunnel dijaga agar lebih besar daripada tekanan rembesan
air tanah. Secara sederhana berdasarkan pertimbangan hidrostatik dapat
dijelaskan bahwa setiap tekanan 1 psi dapat mengatasi tekanan tinggi air
sebesar 2,31 ft atau setiap tekanan 1 kg/cm2 dapat mengatasi tekanan
tinggi air sebesar 10 meter. Analisis hidrostatis ini hanya digunakan
sebagai pedoman kasar saja, karena pada kenyataannya tekanan udara
pada tunnel dipengaruhi oleh hubungan yang kompleks antara beberapa
faktor.

2. Pembekuan (Freezing)
Pada daerah dingin, ada kemungkinan alternatif menggunakan
dewatering dengan teknik pembekuan air tanah. Tempat atau daerah
yang akan dibangun terowongan, air tanahnya harus dibekukan dengan
proses elektrik, sehingga pada waktu dilakukan penggalian terowongan
tidak terjadi kesulitan karena air tanah. Setelah proses pemasangan steel
support galian, proses pembekuan dapat dihentikan.

Gambar Dewatering Metode Frizing

3. Grouting
Bila proses pembekuan air tanah tidak dapat diambil sebagai
alternatif, maka dapat digunakan dewatering dengan metode grouting.
Prosesnya adalah daerah sekitar terowongan dilakukan grouting,
sehingga pada saat penggalian air tanah tidak akan mengganggu.

Gambar Dewatering dengan Grouting

4. Saluran ( Subdrainage )
Untuk tanah yang kecepatan rembesnya kecil, air tanah tidak akan
banyak mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Namun demikian
kumpulan air tanah tersebut harus dapat disalurkan keluar melalui
saluran di dasar terowongan.

Gambar Subdrainage
2.6 Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah
Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan “Tunnel” (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah dengan
membuat “tunnel” atau “adit” bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana
terowongan atau “adit” ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk
mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila
dibandingkan dengan sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke
luar tambang.
2. Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem
pemompaan adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf”
atau sumuran bawah tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari
permukaan maupun air rembesan air bawah tanah.

2.7. Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


a. Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu
yang perlu diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai
kemapuan suatu fluida bergerak melalui rongga pori massa batuan.
b. Rencana Kemajuan Tambang
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran
yang akan dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak
menghambat sistem kerja yang ada.
c. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan,
sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan
akan mempengaruhi banyak sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data
curah hujan biasanya disajikan dalam data curah hujan harian, bulanan, dan
tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel. Analisa curah hujan dilakukan
dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan dengan mengambil data
curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum setiap
bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode
ulang tertentu dapat ditentukan.
Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk
periode ulang tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan
harus diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan
data adalah kumpulan yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk proses
pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.

Xr = X + (σxσn ) . (Yr – Yn )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)

Tabel. Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran


Keterangan Periode ulang hujan (tahun)
Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2- 5
Lereng-lereng tambang dan penimbunan 5- 10
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100
Untuk menentukan reduced variate digunakan rumus dibawah ini:
Yt = (-ln⁡(-ln (T-1) ) T
Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)

Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus:


Yn = ln (-ln⁡(n+1-m))n+1
Rata-rata Yn, YN = ΣYnN
Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
Sn = Σ(Yn-YN)2(n-1)
Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
YN = Nilai rata-rata Yn
n = Jumlah data

Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus:


CHR = X + SSn(Yt-YN)

Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan


mm/hari, yang kemudian debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran.
Selain itu juga harus diperhatikan resiko hidrologi (PR) yang mungkin terjadi,
resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan dengan debit yang
sama besar angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit
yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%. Resiko hidrologi dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
PR = 1-(1-1TR) TL
Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan

Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu


tertentu dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :

I = R2424 (24t) 2/3


Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (jam)

Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan


Derajat hujan Intensitas curah hujan Kondisi
(mm/menit)
Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah semua
Hujan normal 0.05 – 0.25 Bunyi hujan terdengar
Hujan deras 0.25 – 1.00 >1.00 Air tergenang diseluruh
Hujan sangat deras permukaan dan terdengar
bunyi dari genangan
Hujan seperti ditumpahkan,
saluran pengairan meluap
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan
air yang masuk ke daerah penambangan.
2. Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang diantaranya adalah
permeabilitas, curah hujan, rencana kemajuan tambang.
3. Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Mine Drainage dan Mine Dewatering

3.2 SARAN
Dalam melakukan aktivitas penambangan, sebaiknya terlebih dahulu
memperhatikan system penyaliran tambang dan juga faktor yang mempengaruhi
penyaliran tambang seperi morfologi, curah hujan dll. Karena hal tersebut dapat
mempengaruhi proses dalam kegiatan penambangan.

Anda mungkin juga menyukai