Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya
bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun
bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati
dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip
yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Setelah proses
yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia menemukan jati
dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain yang oleh para pendiri Negara kita dirumuskan dalam
suatu perumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip
(lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah
eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami
berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan
penguasa dalam kedudukan yang seperti itu Pancasila tidak lagi diletakkan
sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik
penguasa pada saat itu.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa
reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan
hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat
internasional. Dengan lain perkataan bangsa Indonesia harus memiliki
rasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan

Pancasila dalam Kajian Historis 1


melalui suatu kekuasaan melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara
yang berakar pada sejarah bangsa.
Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan menjadi Dasar Negara Indonesia
secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena
itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan
historis inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama
kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan
berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu
kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam
kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara serta ideologi bangsa dan Negara
bukannya suatu ideologi yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari
sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri
(Kaelan, 2002).
Peristiwa G. 30 S/PKI Lubang Buaya pada tahun 1965, misalnya
merupakan salah satu bukti pemberontakan yang ingin menyelewengkan
Pancasila dan mengganti dengan ideologi lain yaitu paham komunis. Penyebab
utama terjadinya penyelewengan ialah karena Pancasila yang merupakan Dasar
Negara dan Pandangan hidup bangsa Indoneisa belum dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan bernegara (Soegito et al., 2006).
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh bagaimana
Pancasila dalam kajian historis dan kasus G. 30 S/PKI tersebut melalui sebuah
makalah dengan judul “Pancasila dalam Kajian Historis”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu:
1. Permasalahan Teoritis
1.1. Bagaimanakah pancasila dalam kajian historis?
1.2. Apakah bukti-bukti historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila
akan dijadikan Dasar Negara?

Pancasila dalam Kajian Historis 2


2. Kajian Kasus
2.1. Bagaimanakah kajian historis Pancasila dalam peristiwa G. 30 S/PKI ?
2.2. Bagaimanakah pandangan dan tanggapan terhadap kasus G. 30 S/PKI ?
2.3. Apakah faktor penyebab munculnya kasus G. 30 S/PKI ?
2.4. Bagaimanakah solusi untuk menangani permasalahan dari kasus G. 30
S/PKI ?

1.3 TUJUAN
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kajian historis pancasila
2. Untuk mengetahui bukti-bukti historis yang menjadi landasan bahwa
Pancasila akan dijadikan Dasar Negara
3. Untuk mengetahui kajian historis Pancasila dalam peristiwa G. 30 S/PKI
4. Untuk memberikan pandangan dan tanggapan terhadap kasus G. 30 S/PKI
5. Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya kasus G. 30 S/PKI
6. Untuk mencari solusi dalam menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi
penulis, seperti pengalaman dalam mengumpulkan bahan dari berbagai
sumber baik buku-buku maupun artikel-artikel yang relevan dengan masalah
yang dikaji. Selain itu penulis juga mendapatkan berbagai pengalaman
mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik
penggabungan materi dari berbagai sumber.
2. Bagi Pembaca
Mahasiswa yang membaca makalah ini akan dapat memahami
bagaimana Pancasila dalam kajian historis dan kasus G.30 S/PKI yang
merupakan salah bukti pemberontakan dan penyelewengan Pancasila.
Makalah ini juga dapat dijadikan sumber refrensi bagi mahasiswa untuk
memahami, mengamalkan, mengamankan dan menyebarluaskan Pancasila
melalui pendidikan.

Pancasila dalam Kajian Historis 3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERMASALAHAN TEORITIS


2.1.1 Pancasila dalam Kajian Historis
Pancasila lahir melalui proses yang sangat panjang, berates-ratus
tahun bangsa dalam perjalanan hidupnya (zaman kerajaan dan penjajahan)
berjuang untuk menentukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
merdeka, mandiri sera memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam
pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa.
Berdasarkan kenyataannya pancasila mempunyai sejarah dari
zaman ke zaman, sebagai berikut.
1) Zaman Kerajaan
Pada zaman ini masyarakat belum mengenal Pancasila tetapi mereka
sudah mengamalkan unsur-unsur Pancasila, seperti hidup saling tolong
menolong dan mengamalkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Dimana
masyarakat pada zaman ini sudah memiliki sistem pemerintahan yang kuat.
a. Zaman Kutai
Pada zaman ini masyarakat kutai yang membukai zaman sejarah
Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik,
dan ketuhanan.
b. Zaman Sriwijaya
Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah
tercemin pada kerjaan Sriwijaya yang berbunyi yaitu marvuat vanua
criwijaya siddhayara subhika {suatu cita-cita negara yang adil &
makmur}.
c. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit
Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk raja Aiar Langgi sikap
tolerensi dalam beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang
& kerjasama dengan Benggala, Chola, dan Chompa) serta perhatian
kerjahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan membangun tanggul
& waduk.
d. Zaman Kerajaan Majapahit

Pancasila dalam Kajian Historis 4


Sumpah Palapa / Gadjahmada berisi cita-cita mempersatukan seluruh
Nusantara.
2) Zaman Kolonial
Pada zaman ini Pancasila memang belum dirumuskan , akan tetapi
masyarakat sudah mulai menerapkan sepenuhnya isi dari Pancasila meskipun
di zaman penjajah ini banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap
isi Pancasila oleh para penjajah. Pada zaman ini ada satu nilai dalam Pancasila
yang dilupakan oleh rakyat yaitu persatuan dan kesatuan. Karena tidak adanya
persatuan dan kesatuan maka para penjajah dengan leluasa masuk ke wilayah
Indonesia, menghancurkan dan menguasainya.
3) Zaman Kemerdekaan
Pada zaman ini masyarakat sudah mengenal Pancasila dan mereka
sudah mengamalkan unsur-unsur dan prinsip-prinsip Pancasila karena
Pancasila itu merupakan dasar negara Indonesia. Pada zaman ini Pancasila
telah dipandang oleh bangsa asing sebagai dasar negara dan pandangan hidup
di zaman reformasi ini.
Pada zaman ini Pancasila sudah dirumuskan pada tanggal 18 Agustus
1945. dengan mengamalkan isi Pancasila, masyarakat Indonesia berhasil
merumuskan Pancasila dengan cara bermusyawarah. Zaman setelah
proklamasi Indonesia RIS dibentuk. Berdirinya RIS adalah sebagai tak-tik
secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi proklamasi yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu negara persatuan dan
kesatuan.
4) Zaman Orde Baru
Pada zaman ini bangsa Indonesia masih bisa mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara karena Pancasila dianggap sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Pada zaman Orde Baru, Pancasila baru benar-
benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang dilakukan oleh
masyarakat, mereka akan berpedoman pada norma-norma yang ada dalam
Pancasila. Tetapi sebagian masyarakat Indonesia telah menyalahgunakan
nilai-nilai Pancasila dan terjadilah KKN. Sehingga bangsa Indonesia
mengalami krisis terutama dibidang ekonomi. Selain itu, juga terjadi

Pancasila dalam Kajian Historis 5


pemberontakan suatu kelompok yang ingin merubah Pancasila yang
merupakan dasar negara. Tetapi pemberontakan ini berhasil dilumpuhkan. Ini
menunjukkan bukti betapa kuatnya Pancasila
5) Zaman Reformasi
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti
pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat cenderung tidak
mengimplementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan
vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama
dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

2.1.2 Bukti-bukti Historis yang Menjadi Landasan Bahwa Pancasila Akan


dijadikan Dasar Negara
Menurut Soegito dkk (2006) bukti atau fenomena historis yang
menjadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar Negara dapat
disimak dari bukti-bukti, peristiwa-peristiwa, ungkapan-ungkapan, atau
pernyataan seperti berikut.
1. Dalam pembukaan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (dokuretsu ziumbi choosakai) tanggal 29 Mei 1945. Dr. KIT
Radjiman Widyodiningrat sebagai ketua Badan Penyelidik meminta agar
sidang mengemukakan dasar indonesia merdeka (filosofische grondslag)
dari Indonesia Merdeka.
2. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Moh. Yamin pada permulaan pidato dalam
sidang badan penyelidik antara lain mengatakan sebagai berikut:
”kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan bahan yang menjadi Dasar
Negara and susunan Negara akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan
yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat Indonesia dengan korban
darah daging sejak beratus-ratus tahun “(Naskah Persiapan UUD 1945).
3. R.P. Soeroso pada waktu memberi peringatan kepada Mr. Muhammad
yamin dalam pidato tanggal 29 Mei 1945 antara lain mengatakan “sebagai

Pancasila dalam Kajian Historis 6


diterangkan oleh ketua Tuan Padjiman tadi yang dibicarakan ialah dasar-
dasar Indonesia merdeka “(Naskah Persiapan UUD 1945).
4. Prof. Mr Soepomo dalam pidato sidang pertama badan penyelidik tanggal
31 Mei 1945 antara lain menyebutkan bahwa “soal yang yang kita
bicarakan ialah bagaimanakah akan Dasar-dasar Negara Indonesia
merdeka” (Naskah Persiapan UUD 1945).
5. Ir. Soekarno dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 dalm sidang badan
penyelidik antara lain menyebutkan bahwa yang diminta oleh ketua badan
penyelidik adalah agar sidang mengemukakan dasar Indonesia merdeka
yaitu filosofische grondslag atau dasar filsafah negara indonesia merdeka
tersebut; Pancasila
6. Dalam Piagam Jakarta atau “Jakarta Charter “tercantum kalimat sebagai
berikut.
“……,maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam
suatu Hukum dasar Negara Indonesia,yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar
kepada:Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya,menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab,persatuan indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan,serta dengan
mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia” (Naskah
persiapan UUD 1945).
7. Di dalam pembukaan UUD 1945 tercantum kalimat:”….. maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Negara Indonesia,yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada:Ketuhanan Yang
Maha Esa , kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan
perwakilan,serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh
rakyat indonesia”

Pancasila dalam Kajian Historis 7


2.2 KAJIAN KASUS
2.2.1 Kajian Historis Pancasila dalam Peristiwa G. 30 S/PKI
Pada akhir dari Orde Lama, di tandai oleh tragedi nasional yang biasa
disebut Gerakan 30 September 1965/ Partai Komunis Indonesia (PKI ). Hal
ini merupakan usaha mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan ideologi
komunis. Ini merupakan bahaya terbesar bagi Pancasila dan UUD 1945 yang
pernah dialami oleh bangsa Indonesia.
Hari Kamis, 30 September malam 1965, PKI telah siap melakukan
pemberontakan dengan pangkalan di Lubang Buaya, termasuk daerah
pangkalan Halim Perdana Kusumah. Gerakan tersebut dipelopori oleh
pasukan Pasopati di bawah pimpinan Lettu Dul Arief dan pasukan yang
memakai seragam Resimen Cakrabirawa Pengawal Istana, yang dipimpin oleh
Letkol Untung Sutopo. Mereka bergerak hari Jumat, 1 Oktober 1965, pukul
03.00 dini hari memasuki Ibukota dengan sasaran : (a) Menculik dan
membunuh beberapa perwira tinggi TNI-AD, dan (b) Menduduki tempat vital,
seperti studio Radio Republik Indonesia, pusat telekomunikasi, dan Istana
Merdeka.
Sasaran yang menjadi korban adalah Letnan Jendral Ahmad Yani
(Menteri/Panglima AD), Mayor Jendral haryono (Deputy Khusus) dibunuh di
rumah kediaman kemudian dibawa ke Lubang Buaya. Lettu Piere Andreas
Tendean (Ajudan menko Hankam KASAB Jenderal A.H. Nasution), Mayor
Jenderal Suprapto (Deputy Pembinaan), Mayor Jenderal S. Parman (Asisten
I), brigjen D.I. Panjaitan ( Asisten IV), Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
( Inspektur Kehakiman), diculik dan dibawa ke Lubang Buaya, disiksa dan
dibunuh, dimasukkan sumur kering. Peristiwa sadis tersebut selesai pukul
06.30 pagi. Dalam usaha penculikan itu Jenderal Nasution dapat
menyelamatkan diri, tetapi Ade Irma Suryani, puterinya yang masih kecil,
menjadi korban membentengi ayahnya. Dalam penyiksaan di Lubang Buaya
tersebut, disaksikan oleh Sukitman (seorang anggota Poltas) yang lepas dari

Pancasila dalam Kajian Historis 8


tawanan pemberontak. Selanjutnya Sukitman berjasa sebagai informan dalam
pencarian para korban oleh pasukan yang dipimpin oleh Mayor Jenderal
Soeharto.
Tanggal 2 Oktober 1965 , saat menjelang subuh, Resimen Para
Komando Angkatan Darat (RPKAD), dibantu Batayon 328 Kujang Siliwangi,
berhasil merebut Pangkalan Halim Perdana Kusumah, basis G30S/PKI. Letkol
Untung Sutopo dan Dipo Nusantara Aidit (Pimpinan Sentral Komite Partai
Komunis Indonesia atau CCPKI) berhasil lolos dan melarikan diri.
Tanggal 4 Oktober 1965, dilakukan pengambilan jenazah para perwira
Tinggi AD oleh anggota RPKAD dan KKO AL, dipimpin oleh Pangkostrad
Mayor Jenderal Soeharto. Pada hari berikutnya, para Perwira Tinggi AD dan
Seorang Perwira pertama korban penculikan G30S/PKI tersebut dianugerahi
gelar Pahlawan Revolusi dengan Surat Keputusan No. III/KOTI/1965 dan
dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata Jakarta.
Dalam hal ini Pancasila dan UUD 1945 telah berhasil digunakan untuk
menggagalkan G30S/PKI dan menghancurkannnya. Hal itu artinya, bahwa
G30S/PKI tersebut dapat digagalkan oleh kekuatan rakyat yang setia kepada
Pancasila dan UUD 1945. Nilai-nilai Pancasila yang pernah menyelamatkan
bangsa Indonesia dari bahaya perpecahan bangsa menjelang Proklamasi
Kemerdekaan, saat ini kembali jiwa dan semangatnya berkobar dengan
seindah-indahnya untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari pengkhianatan
G30S/PKI. Itulah makna dari tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian
Pancasila. Yang sakti bukan Pancasila sebagai rumusan yuridis formal,
melainkan nilai-nilainya yang dipahami, dihayati, dan diamalkan secara murni
dan konsekuen dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kegagalan G30S/PKI berarti berakhirnya masa pemerintahan Orde
Lama, dan tangggal 1 Oktober 1965 menjadi awal proses peralihan dari masa
pemerintahan Orde lama ke Orde Baru, yaitu orde atau tatanan yang secara
murni dan konsekuen. Murni berarti sesuai dengan hakikat makna masing-
masing sila dari Pancasila, tanpa rekayasa dan jauh dari pemaksaan;

Pancasila dalam Kajian Historis 9


konsekuen berarti tulus dan bertanggung jawab. Mulainya Orde Baru
ditengarai dengan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) dari
Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil
tindakan-tindakan yang perlu demi keamanan bangsa dan negara. Berdasar
pada Supersemar tersebut, tanggal 12 Maret 1966 Soeharto membubarkan
PKI dengan segenap Ormas (Organisasi Massa) dan Orpol (Organisasi
Politik)-nya (Rohman, 2010)

2.2.2 Pandangan dan Tanggapan Terhadap Kasus G. 30 S/PKI


Pancasila sejak dahulu kala berakar pada sosio budaya bangsa
Indonesia, sehingga merupakan kepribadian bangsa. Hal ini tampak antara
lain pada nilai atau rasa kekeluargaan, kekerabatan, gontong royong, tolong
menolong, musyawarah mufakat, toleransi, seni budaya, dan lain-lain selain
itu masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragama yang percaya
pada adanya Tuhan dan eksistensi Tuhan. Nilai-nilai yang luhur dari
Pancasila tersebut dibangun dari pengalaman bangsa Indonesia dari jaman
prasejarah. Pandangan atau nilai-nilai tersebut selanjutnya dikukuhkan
menjadi Dasar Negara dan diteruskan sampai sekarang. Sedangkan paham
para penganut komunis merupakan kelompok yang tidak mengenal agama
bahkan anti agama, HAM diabaikan, tidak adanya perbedaan pendapat, tidak
adanya kebebasan untuk berpendapat, semua berlandaskan pada materi atau
ekonomi semata dan lain-lain. Paham atau nilai-nilai tersebut bertolak
belakang dengan nilai- nilai yang luhur dari Pancasila. Paham komunisme
tersebut juga telah mempengaruhi para tokoh PKI sehingga mencetusnya
gerakan G. 30 S/PKI. Gerakan ini merupakan bentuk menentang dan ingin
mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Para tokohnya
dengan segala cara yaitu dengan picik mengadu domba dan membunuh
dengan sadis tanpa memandang HAM demi menanamkan paham
komunismenya di Indonesia. Oleh karena itu, paham atau ajaran komunisme

Pancasila dalam Kajian Historis 10


dan PKI dengan gerakannya G.30 S/PKI harus dihapuskan karena tidak
sesuai untuk dijadikan landasan masyarakat atau bangsa Indonesia.

2.2.3 Faktor Penyebab Munculnya Kasus G. 30 S/PKI


Adapun faktor penyebab munculnya kasus G. 30 S/PKI menurut
Mujiarto (2011) adalah sebagai berikut.
1. Sakitnya Presiden Soekarno
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar
isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan isu perebutan
kekuasaan jika suatu saat Bung Karno meninggal dunia. Padahal Bung Karno
hanya sakit ringan saja. Sehingga isu ini hanya sengaja dihembuskan untuk
memicu ketidakpastian di masyarakat.
2. Keributan antara PKI dan islam
Keributan antara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan
Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat
di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga
terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-
kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965, hal
ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30
September tersebut.
3. Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk 16 september 1963
adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Adanya Konfrontasi
Indonesia-Malaysia, merupakan salah satu kedekatan Presiden Sukarno
dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri
dalam gerakan G.30 S/Gestok (Gerakan Satu Oktober) dan juga pada akhirnya
menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
4. Faktor Kekacauan Ekonomi Indonesia
Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah
mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Inflasi
yang mencapai 650 % membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat

Pancasila dalam Kajian Historis 11


kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang
kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini
adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500%
dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan
mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia
yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, serta
bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi lainnya pun mereka
menggunakan kain dari karung sebagai pakaian mereka.
Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas
pembunuhan keenam jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash
terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota PKI di
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.

2.2.4 Solusi Untuk Menangani Permasalahan dari Kasus G. 30 S/PKI


Adapun solusi untuk menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI
menurut Rohman (2010) adalah sebagai berikut.
1. Tindakan Kostrad
Pangkostrad Mayjend TNI Soeharto segera menyusun rencana untuk
menumpas gerakan pengkhiatan G30S PKI. Beliau segera
mengkonsolidasikan dan menggerakkan personil Markas Kostrad dan satuan-
satuan lain di Jakarta yang tidak mendukung Gerakan 30 September, disertai
dengan usaha menyadarkan kesatuan-kesatuan yang digunakan oleh Gerakan
30 September. Kegiatan penindakan terhadap PKI yang semula hanya timbul
secara spontan dari masing-masing golongan masa, pemuda, mahasiswa dan
pelajar kemudian menjadi lebih luas. Pada tanggal 2 Oktober 1965 berbagai
partai politik yaitu NU, IPKI, Partai Katolik, Parkindo, PSII, unsur-unsur
seperti, dan unsur-unsur PNI, serta ormas-ormas anti komunis seperti
Muhamadiyah, SOSKI, dan lain-lain membentuk dan begabung menjadi fron
Pancasila.

2. Tri Tuntutan Rakyat

Pancasila dalam Kajian Historis 12


Dalam keadaan serba tidak puas dan tidak sabar, akhirnya tercetuslah
Tri-Tuntutan hati Nurani Rakyat, atau lebih dikenal sebagai Tri Tuntutan
Rakyat, yang disingkat menjadi Tritura. Dengan dipelopori oleh KAMI dam
KAPI, pada tanggal 12 Januari 1966 kesatuan-kesatuan aksi yang bergabung
dalam fron Pancasila memenuhi halaman DPR GR dan mengajukan tiga buah
tuntutan yang kemudian dikenal sebagai Tritura itu, yang isinya adalah :
1. Pembubaran PKI;
2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI; dan
3. Penurunan harga dan perbaikan ekonomi.

3. Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban


Tugas pokok Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban adalah
memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa Gerakan 30
September serta menegakkan kembali kewibawaan pemerintah pada
umumnya dengan jalan operasi fisik, militer dan mental. Dalam usaha
penumpasan gerakan pemberontakan ini, di mana-mana ABRI mendapat
bantuan dari rakyat dan bekerjasama dengan organisai-organisasi politik dan
organisasi-organisasi masa yang setia kepada Pancasila.

4. Surat Perintah 11 Maret


Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden mengeluarkan surat perintah
kepada Letjen Soeharto. Pemberian surat perintah tersebut merupakan
pemberian kepercayaan dan sekaligus pemberian wewenang kepada Letjend
Soeharto untuk mengatasi keadaan yang waktu itu serba tidak menentu.
Keluarnya Surat Perintah tersebut disambut dengan semangat yang
menggelora oleh rakyat dan surat perintah tersebut sering disebut
“Supersemar” (Surat Perintah 11 Maret). Berdasarkan kewenangan yang
bersumber pada Supersemar, dengan menimbang masih adanya kegiatan sisa-
sisa G30S PKI serta memperhatikan hasil-hasil pengadilan dan keputusan
Mahkamah militer Luar Biasa terhadap tokoh-tokoh G30S PKI, pada tanggal

Pancasila dalam Kajian Historis 13


12 Maret 1966 Letjend Soeharto pembubaran PKI dan organisasi-organisasi
yang bernaung dan berlindung dibawahnya serta menyatakan sebagai
organisasi terlarang di wilayah kekuasaan Negara RI.

5. Pembubaran PKI
Berdasarkan wewenang yang bersumber pada Supersemar, Letjend
Soeharto atas nama Presiden menetapkan pembubaran dan pelarangan PKI.
Keputusan pembubaran dan pelarangan PKI itu diambil oleh pengemban
Supersemar berdasarkan pertimbangan bahwa PKI telah nyata-nyata
melakukan perbuatan kejahatan dan kekejaman. Bukan itu saja, tetapi telah
dua kali pengkhianatan terhadap negara dan rakyat Indonesia yang sedanag
berjuang.
Seluruh rakyat yang menjunjung tinggi landasan falsafah dan ideologi
Pancasila waktu itu serentak menuntut dibubarkannya PKI. Oleh karena itu,
keputusan pembubaran PKI itu disambut dengan gembira dan perasaan lega
oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila dalam Kajian Historis 14


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan dan pemaparan pada
pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pancasila dalam kajian secara historis menyatakan nilai-nilai yang
terkandungdalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan
menjadi dasar Negara Indonesia telah dimiliki oleh bangsa Indonesiasendiri.
2. Bukti atau fenomena historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan
dijadikan Dasar Negara didapat dari bukti-bukti seperti Dalam Piagam Jakarta
atau “Jakarta Charter dan Pembukaan UUD 1945, peristiwa-peristiwa,
ungkapan-ungkapan, atau pernyataan oleh para tokoh antara lain seperti dr.
Radjiman Widyodiningrat, Mr. Moh. Yamin , R.P. Soeroso , Prof.Mr Soepomo
dan Ir. Soekarno.
3. Pada akhir dari Orde Lama, terjadi tragedi nasional yang biasa disebut
Gerakan 30 September 1965/ Partai Komunis (PKI). Hal ini merupakan usaha
mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan ideologi komunis. Banyak para
petinggi Negara yang menjadi korban pada tragedy tersebut namun pada
akhirnya gerakan tersebut dapat digagalkan dan ditumpas. Dalam hal ini
Pancasila dan UUD 1945 telah berhasil digunakan untuk menggagalkan G. 30
S/PKI dan menghancurkannya. Hal ini artinya, bahwa G. 30 S/PKI tersebut
dapat digagalkan oleh kekuatan rakyat yang setia kepada Pancasila dan UUD
1945.
4. Faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya G30/PKI antara lain :
1. Sakitnya Presiden Sukarno
2. Keributan antara PKI dan islam
3. Konfrontasi Indonesia-Malaysia
4. Faktor Kekacauan Ekonomi Indonesia
5. Paham para penanut komunis yang merupakan kelompok yang tidak
mengenal agama bahkan anti agama, HAM diabaikan, tidak adanya kebebasan

Pancasila dalam Kajian Historis 15


untuk berpendapat, semua berlandaskan pada materi atau ekonomi semata dan
lain-lain. Termasuk dalam aksi gerakannya seperti G30/PKI yang licik dan
sadis maka G30/PKI harus dihapuskan karena paham atau nilai-nilai tersebut
bertolak belakang dengan nilai- nilai yang luhur dari pancasila dan tidak
sesuai untuk dijadikan landasan masyarakat atau bangsa Indonesia.
6. Solusi untuk menangani permasalahan dari kasus G. 30 S/PKI antara lain:
1. Tindakan Kostrad
2. Tri Tuntutan Rakyat
3. Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
4. Surat Perintah 11 Maret dan
5. Pembubaran PKI

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka saran yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Pembaca agar mencari sumber-sumber lain yang relevan demi meningkatkan
pemahaman tentang Pancasila dalam kajian historis. Diharapkan pembaca
dapat memahami, mengamalkan, mengamankan dan menyebarluaskan
Pancasila melalui pendidikan.

Pancasila dalam Kajian Historis 16

Anda mungkin juga menyukai