1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Beberapa masalah diatas kemudian yang menjadi latar belakang dalam
inovasi pembuatan beton dengan serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai
substitusi parsial semen dan penambahan serabut jagung (zea mays) sebagai filler
beton dengan menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete).
3
serabut jagung (zea mays) sebagai filler beton dengan menunjang konsep
beton ramah lingkungan (green concrete) dibandingkan dengan beton
normal.
3. Mengetahui potensi pengaplikasian pembuatan beton dengan serbuk kaca
dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen dan penambahan
serabut jagung (Zea mays) sebagai filler beton dengan menunjang konsep
beton ramah lingkungan (green concrete) dalam pembangunan
insfrastruktur untuk menunjang konsep Green Building di Indonesia.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Beton
Menurut SNI-03-2847-2013, pengertian beton adalah campuran semen
portland atau semen hidraulis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan.
Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia terus
menerus mengalami peningkatan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap
fasilitas infrastruktur mengarah kepada digunakannya beton mutu tinggi, dimana
mencakup kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layan dan effisiensi. Menurut
PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton
Berkekuatan Tinggi, yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang
memiliki kuat tekan antara 40 – 80 MPa. Produksi beton mutu tinggi memerlukan
pemasok untuk mengoptimalisasikan 3 aspek yang mempengaruhi kekuatan beton
yaitu pasta semen, agregat, dan lekatan semen-agregat. Hal ini memerlukan
perhatian pada semua aspek produksi, yaitu pemilihan material, mix design,
penanganan dan penuangan.
5
Menurut SNI SNI-15-2049-2004 semen Portland dibedakan menjadi
beberapa 5 tipe berdasarkan penggunaannya:
1. Tipe I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis
lain.
2. Tipe II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Tipe III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi yang rendah.
5. Tipe V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi terhadap sulfat.
Menurut Tjokrodimuljo (2003), Semen dan air termasuk dalam bahan
perekat dimana setelah dicampurkan mengalami reaksi kimia menjadi pasta dan
dalam beberapa jam mulai merekat dan dalam beberapa hari menjadi keras.
2.2.2. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F).
Agregat dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk
suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat yang umum digunakan pada
campuran beton antara lain :
1. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm (SNI
02-6820-2002).
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah
sebagai berikut:
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
b. Butir-butir halus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca).
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat
kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.
6
2. Agregat Kasar
Menurut SNI-03-2847-2002, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm.
Menurut SK SNI S–04 – 1989 – F, kerikil harus mempunyai variasi besar
butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
2.2.3. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan
agar bereaksi dengan semen (proses pengikatan) serta sebagai bahan pelumas
antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1971) :
1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari2 gr/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/liter
4. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.
7
lingkungan. Sedangkan penggunaan material agregat kerikil dan pasir, yang
merupakan bahan penyusun utama beton, sekitar 80%, apabila penambangannya
tidak terkendali dan serampangan, tentu akan menimbulkan degradasi lingkungan
yang cukup besar.
Oleh karena itu, saat ini perlu dipikirkan penggunaan material penyusun
beton yang dibuat dengan konsep ramah lingkungan. Diantara upaya untuk
mengembangkan beton ramah lingkungan adalah dengan mereduksi penggunaan
semen sebagai bahan pengikat beton, dengan melakukan pengkajian dan
pemanfaatan material lain seperti serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai
pozzolan untuk penggunaan semen dan penggunaaan serabut jagung untuk
sebagai filler. Melalui upaya ini diharapkan beton yang dihasilkan memiliki
karakteristik, performa dan kekuatan yang menyamai material beton mutu tinggi
namun tetap ramah lingkungan.
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
9
Pelaksanaan pengujian benda uji pada hari ke 7 hari:
10
START
Pemeriksaan Bahan
Spesifikasi
Mix Design
Pengadukan
Uji Tekan
Analisis Data
Kesimpulan
Finish
11
Metode pembuatan benda uji dimulai dari tahap persiapan alat dan bahan yang
digunakan untuk pembuatan beton. Bahan bahan yang digunakan sebelumnya
telah di uji di Laboratorium Teknik Sipil. Selanjutnya adalah perhitungan mix
design sesuai metode ACI 211.4R-93 dan dilanjutkan pembuatan benda uji
berbentuk silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm, dengan komposisi material
sesuai dengan perhitungan mix design.Adapun uji yang dilakukan antara lain uji
nilai slump pada adukan dan uji kuat tekan umur hari dan hari serta berat isi
beton.
BAB IV
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Agregat kasar yang digunakan dalam pembuatan beton ini merupakan
agregat kasar berasal dari daerah Sayung, dengan diameter maksimum sebesar
25,4 mm. Dari pengujian material yang dilakukan di Laboratorium Bahan dan
Konstruksi S1. Teknik Sipil UNDIP diperoleh hasil sebagai berikut
Keteranga
No Pengujian Hasil Standart n
Kadar Lumpur: 0,73% PBI 1971 NI-2 pasal 3.4
1 - Metode Pencucian . : < 5% Memenuhi
2 Analisa Saringan SK SNI S-04-1989-F :
- Modulus kehalusan (FM) 6,56 FM : 6,0-7,0 Memenuhi
3 Kadar Air
-Kondisi Asli di Lapangan 0,8 % - -
4 Berat Isi: 1563 ACI E1-99 : 1200-1760
- Kondisi padat kering kg/m3 kg/m3 Memenuhi
5 Berat Jenis:
- Kondisi SSD 2,75 ACI E1-99 :2,30 -2,90 Memenuhi
6 Absorbsi 1,4% - -
Semen yang digunakan dalam pembuatan beton ini adalah semen PCC.
Semen PCC ini dapat digunakan untuk berbagai macam kontruksi umum pada
berbagai macam mutu beton pada bangunan perumahan, bangunan bertingkat,
jembatan, jalan raya, landasan pacu pesawat udara, bendungan, bangunan irigasi,
pembuatan acian dan bahan bangunan dan lain-lain. Semen PCC ini menjadi pilihan
yang utama adalah karena semen ini lebih mudah dalam pengerjaannya dan
menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus untuk proses
pembangunan, suhu beton/panas hidrasi lebih rendah dan tidak mudah retak.
4.1.4. Air
Air yang dipakai adalah air terbebas dari unsur kimia dan memenuhi syarat
untuk konsumsi air minum.
4.2. Inovasi Limbah yang Digunakan
14
4.2.1. Serbuk Kaca sebagai Filler
Kaca merupakan limbah yang banyak dihasilkan dalam industri dan rumah
tangga. Biasanya kaca terbuat dari 75% silikon dioksida (SiO2), plus Na2O, CaO
dan beberapa zat tambahan. Pada serbuk kaca sendiri terdapat adanya unsur
penyusun semen terutama silika.
Abu sekam padi dipilih sebagai bahan tambah karena ukurannya yang
sangat kecil. Oleh karena itu abu sekam padi dapat mengisi celah-celah dalam
beton sehingga beton tidak terdapat celah dan tentu dapat menambah kuat desak
beton. Selain itu abu gosok akan membentuk ikatan didalam beton sebab abu
gosok sendiri kaya akan silika (SiO2) sehingga beton akan memiliki kekuatan
tinggi walaupun menggunakan semen dalam jumlah yang sedikit.
15
sampai saat ini pemanfaatannya kurang maksimal padahal jumlahnya sangat
melimpah. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berhasil diolah serat
kulit jagung menjadi komposit papan partikel dengan penambahan resin polyester
dengan jenis serat serat pendek oleh Rangkuti Zulkarnain (2011).
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat
mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda.
d. Komposit serat alam memiliki daya redam akustik yang lebih tinggi
dibandingkan komposit serat E-glass dan serat karbon.
e. Serat alam lebih ekonomis dari serat glass dan serat karbon.
16
Tabel, Kurva,
No Uraian Nilai Keterangan
Perhitungan
Kuat tekan beton rencana = f'c
1 (MPa) Ditetapkan 25 Mpa Umur 28 hari
Kuat tekan beton yang
2 disyaratkan 29,1125 Mpa
3 Berat Jenis Semen Data Spek. Bahan 3.1 Gc
Dengan Kadar
4 Beton dibuat Udara 1%
5 Ukuran maks. Agregat (mm) Data Spek. Bahan 25,4 Mm
6 Slump Beton Ditetapkan Tabel 1 75-100 Mm
7 Jumlah Air Pengaduk Tabel 3 183 Liter Wh
8 Jumlah udara yang disyaratkan Tabel 3 10 Liter
Tabel 4 dan Grafik
9 FAS 1 0,545 A
10 Jumlah Semen (kg/m3) (9)/(11) = Wh/A
Tanpa Bahan Tambah 183/0,31 338,89 kg/m3
Dengan Bahan Tambah 183/0,545-10% x 271,11 kg/m3
10 % serbuk kaca,
183/0,545
10% abu sekam padi
Proporsi campuran untuk 1 m3 beton segar (tanpa campuran bahan tambah), setelah dikoreksi kadar air
lapangan agregat adalah :
19 Semen (kg) 338,89 kg/m3 Koreksi
3 Agregat
20 Air (kg) 183-5,83-1,39 174,79 kg/m
Kasar =
+6,59
21 Agregat halus (kg) 693,53 + 1,39 786,33 kg/m3 kg/m3
Koreksi
17
22 Agregat kasar (kg) 971,21 +5,83 1105,56 kg/m3 Agregat
Halus =
+1,57
kg/m3
Proporsi campuran untuk 1 m3 beton segar (dengan) campuran bahan tambah), setelah dikoreksi kadar air
lapangan agregat adalah : (Bahan Tambah = 10 % serbuk kaca dan 10% abu sekam padi dari semen, 5 %
serabut jagung dari pasir)
23 Serbuk kaca (kg) 10% x (19) 33,89 kg/m3 (g)
24 Abu sekam padi (kg) 10% x (19) 33,89 kg/m3 (h)
25 Serabut jagung (kg) 5 % x (21) 39,31 kg/m 3
BAB V
18
RENCANA ANGGARAN BIAYA
5.1.Anggaran Biaya
Berikut perincian anggaran dana dari beton inovasi.
Material Berat Harga Harga
Semen 271,11 kg Rp 1.060,00 Rp 287.376,60
Pasir 747,02 kg Rp 211,736 Rp 158.171,03
Split 1105,56 kg Rp 191,939 Rp 212.200,08
Serbuk kaca 33,89 kg Rp 400,00 Rp 13.556,00
Abu sekam
33,89 kg Rp 600,00 Rp 20.334,00
padi
Serabut
39,31 kg - -
jagung
Total Rp 691.637,71
Tabel 5.1 RAB Pembuatan Beton dengan Bahan Inovasi
5.2. Perbandingan RAB per m3 beton normal dengan beton inovasi oleh
peserta.
Untuk mengetahui nilai ekonomis pada beton ini, maka dilakukan
perincian anggaran dana dari masing masing beton. Berikut hasil analisa
harga pembuatan beton biasa dan beton inovasi.
Material Berat Harga Harga
Semen 338,89 kg Rp 1.060,00 Rp 359.223,40
Pasir 786,33 kg Rp 211,736 Rp 166.494,37
Split 1105,56 kg Rp 191,939 Rp 212.200,08
Total Rp 737.917,85
Tabel 5.2 RAB Pembuatan 1 m3 Beton tanpa Bahan Inovasi
BAB VI
19
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Inovasi pembuatan beton dengan serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai
substitusi parsial semen dan penambahan serabut jagung (Zea mays) sebagai filler
beton dengan menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete)
mampu meningkatkan kuat tekan beton. Jika ditinjau dari segi ekonomi,
penggunaan serbuk kaca, abu sekam padi, dan serabut jagung (Zea mays) dapat
mengurangi anggaran dana sebesar Rp 46.280,14 untuk setiap pembuatan 1m3
beton. Selain itu, inovasi bahan pembuatan beton dengan komposisi serbuk kaca
sebesar 10% dari berat semen, abu sekam padi sebesar 10% dari berat semen dan
serabut jagung (Zea mays) sebesar 5% dari berat pasir dinilai mampu menjadi
solusi penanganan limbah yang efektif.
6.2.Saran
Penggunaan serbuk kaca, abu sekam padi, dan serabut jagung (Zea mays)
mempunyai potensi yang baik untuk digunakan dalam pembuatan beton yang
ekonomis dan ramah lingkungan. Namun ketika dalam perhitungan mix desain
perlu diperhatikan absorbsi dari bahan tambah agar dapat menghasilkan kuat
tekan yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian tentang kandungan serabut jagung
ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui kadar optimum dalam
memperoleh kuat tekan beton yang tinggi.
20