Anda di halaman 1dari 20

ABSTRAK

INOVASI PEMBUATAN BETON DENGAN SERBUK KACA DAN ABU


SEKAM PADI SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DAN
PENAMBAHAN SERABUT JAGUNG (Zea Mays) SEBAGAI FILLER
BETON DENGAN MENUNJANG KONSEP BETON RAMAH
LINGKUNGAN (GREEN CONCRETE)
Ricardo Pandiangan1), M Hasan Al Banna2), Yosua Kurniawan S Y3)
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang 50239
Telp.: (024) 7474770, Fax.: (024) 7460060

Abstrak : Jagung salah satu komoditas pertanian yang ada di Indonesia,


umumnya jagung hanya dimanfaatkan bijinya, serabutnya hanya menjadi limbah,
padahal limbah serabut jagung dapat memiliki nilai lebih sebagai filler pengisi
beton ramah lingkungan. Semen pembuatan betonpun menyisakan limbah sisa
hasil produksi yang berbahaya bagi lingkungan, penambahan obat pada beton
mengakibatkan beton tidak ramah lingkungan dan biaya yang dikeluarkan
bertambah. Untuk menjawab permasalahan tersebut dapat dengan substitusi
parsial semen dengan serbuk kaca serta abu sekam padi.
Inovasi beton ramah lingkungan, bertujuan untuk memanfaatkan limbah yang
tidak terpakai, meminimalkan biaya dikeluarkan sehingga mampu mengurangi
biaya dari beton konvensional, dan mampu meningkatkan kuat tarik beton
sebesar 12 %.dari beton konvensional dengan kuat tekan sesuai rencana.
Dalam penelitian ini kuat tekan rencana 25Mpa pada umur 28 hari dengan
proporsi campuran PC:PS:SP = 1:2,32:3,26. Dengan bahan substitusi serbuk
kaca sebanyak 10%, abu sekam padi sebanyak 10% dari volume semen dan
ditambah dengan serabut jagung sebanyak 5% dari volume pasir. Pembuatan
benda uji dilakukan dengan membuat beton ukuran 15 x 30 cm sebanyak 9 buah
yang kemudian pada umur 7, 14, 28 hari dilakukan pengujian kuat tekan

Kata Kunci :abu sekam padi, serbuk kaca, serabut jagung

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dewasa ini penggunaan bahan konstruksi meningkat tajam dengan
maraknya pembangunan, salah satu bahan konstruksi yang diperlukan adalah
semen. Produksi semen menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan,
setiap 1 ton semen dapat menghasilkan 1 ton CO2 (McCafrey,2010). Sehingga
dapat dikatakan bahwa emisi karbondioksida dunia sebanyak 7% dihasilkan dari
produksi semen (Olutoge dan lain-lain,2010).
Konservasi lingkungan merupakan perhatian utama masyarakat dunia saat
ini termasuk Indonesia, kerusakan alam akibat produksi bahan konstruksi tidak
dapat dihindarkan maka dari itu diperlukan metode pembuatan beton yang
mengusung konsep ramah lingkungan, namun tidak luput memperhatikan aspek-
aspek kelayakan teknis konstruksi yang dipersyaratkan.
Salah satu masalah lingkungan selain pencemaran limbah akibat produksi
semen, yaitu limbah hasil pertanian dan rumah tangga. Limbah hasil pertanian
yang dapat dimanfaatkan adalah serabut jagung, saat ini jagung umumnya hanya
dimanfaatkan bijinya, sedangkan serabut jagung menjadi limbah, demikian pula
dengan sekam padi dapat dijadikan abu sekam padi, kemudian dimanfaatkan
sebagai subtitusi parsial semen.
Tidak hanya limbah hasil pertanian, limbah rumah tanggapun mendominasi
permasalahan lingkungan saat ini, limbah kaca umumnya dihasilkan oleh
konsumsi rumah tangga harian, sehingga limbah menghasilkan intesitas yang
besar dan kontinu, namun pemnfaatan terbatas pada daur ulang dengan biaya
relatif besar. Disisi lain serbuk kaca pada proses pembuatan beton inovasi dapat
mensubstitusi parsial penggunaan semen dikarenakan kandungan silika yang
dimilikinya serta dapat mengisi celah-celah beton bahkan dapat meningkatkan
kuat tarik beton, sehingga serbuk kaca berpotensi digunakan sebagai substitusi
parsial semen pada beton.

2
Beberapa masalah diatas kemudian yang menjadi latar belakang dalam
inovasi pembuatan beton dengan serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai
substitusi parsial semen dan penambahan serabut jagung (zea mays) sebagai filler
beton dengan menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh penggunaan bahan inovasi pembuatan beton
dengan serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen
dan penambahan serabut jagung (Zea mays) sebagai filler beton dengan
menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete) terhadap
perolehan kuat tekan beton ?
2. Bagaimana nilai ekonomis inovasi pembuatan beton dengan serbuk kaca
dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen dan penambahan
serabut jagung (Zea mays) sebagai filler beton dengan menunjang konsep
beton ramah lingkungan (green concrete) dibandingkan dengan beton
normal ?
3. Bagaimana potensi pengaplikasian inovasi pembuatan beton dengan
serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen dan
penambahan serabut jagung (Zea mays) sebagai filler beton dengan
menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete) dalam
pembangunan insfrastruktur untuk menunjang konsep Green Building di
Indonesia?

1.3. Tujuan Pelaksanaan


1. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan inovasi pembuatan beton
dengan serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen
dan penambahan serabut jagung (Zea mays) sebagai filler beton dengan
menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete) terhadap
perolehan kuat tekan beton.
2. Mengetahui nilai ekonomis inovasi pembuatan beton dengan serbuk kaca
dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen dan penambahan

3
serabut jagung (zea mays) sebagai filler beton dengan menunjang konsep
beton ramah lingkungan (green concrete) dibandingkan dengan beton
normal.
3. Mengetahui potensi pengaplikasian pembuatan beton dengan serbuk kaca
dan abu sekam padi sebagai substitusi parsial semen dan penambahan
serabut jagung (Zea mays) sebagai filler beton dengan menunjang konsep
beton ramah lingkungan (green concrete) dalam pembangunan
insfrastruktur untuk menunjang konsep Green Building di Indonesia.

1.4. Luaran yang Diharapkan


1. Menekan biaya pembuatan beton karena menggunakan bahan limbah
yang sebagai pengganti substituen semen dan pasir.
2. Menambah wawasan mahasiswa bidang teknologi beton, aplikasi, dan
rekayasa beton.

4
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Beton
Menurut SNI-03-2847-2013, pengertian beton adalah campuran semen
portland atau semen hidraulis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan.
Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia terus
menerus mengalami peningkatan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap
fasilitas infrastruktur mengarah kepada digunakannya beton mutu tinggi, dimana
mencakup kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layan dan effisiensi. Menurut
PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton
Berkekuatan Tinggi, yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang
memiliki kuat tekan antara 40 – 80 MPa. Produksi beton mutu tinggi memerlukan
pemasok untuk mengoptimalisasikan 3 aspek yang mempengaruhi kekuatan beton
yaitu pasta semen, agregat, dan lekatan semen-agregat. Hal ini memerlukan
perhatian pada semua aspek produksi, yaitu pemilihan material, mix design,
penanganan dan penuangan.

2.2. Bahan Utama Penyusun Beton


Bahan utama penyusun beton pada umumnya terdiri dari semen, agregat
kasar, agregat halus, dan air. Semua bahan-bahan diatas mempunyai karakteristik
yang berbeda. Berikut karaterisitik dari setiap bahan yang akan digunakan:

2.2.1. Semen Portland


Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu
atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan
bahan tambahan lainnya (SNI-15-2049-2004).

5
Menurut SNI SNI-15-2049-2004 semen Portland dibedakan menjadi
beberapa 5 tipe berdasarkan penggunaannya:
1. Tipe I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis
lain.
2. Tipe II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Tipe III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi yang rendah.
5. Tipe V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi terhadap sulfat.
Menurut Tjokrodimuljo (2003), Semen dan air termasuk dalam bahan
perekat dimana setelah dicampurkan mengalami reaksi kimia menjadi pasta dan
dalam beberapa jam mulai merekat dan dalam beberapa hari menjadi keras.

2.2.2. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F).
Agregat dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk
suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat yang umum digunakan pada
campuran beton antara lain :
1. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm (SNI
02-6820-2002).
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah
sebagai berikut:
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
b. Butir-butir halus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca).
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat
kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.

6
2. Agregat Kasar
Menurut SNI-03-2847-2002, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm.
Menurut SK SNI S–04 – 1989 – F, kerikil harus mempunyai variasi besar
butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.

2.2.3. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan
agar bereaksi dengan semen (proses pengikatan) serta sebagai bahan pelumas
antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1971) :
1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari2 gr/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/liter
4. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.

2.3. Inovasi Beton Ramah Lingkungan untuk Menunjang Konsep Green


Building
Konsep bangunan hijau (green building) yang ramah lingkungan saat ini
sedang gencar-gencarnya berkembang di dunia konstruksi. Salah satu bagian
penting dalam konsep bangunan hijau adalah penggunaan material-material
konstruksi yang ramah lingkungan. Dimana material konstruksi tersebut diambil,
diproduksi, digunakan dan dirawat dengan seminimal mungkin berkontribusi pada
kerusakan lingkungan.
Material beton dewasa ini banyak digunakan pada hampir semua bangunan
yang didirikan. Beton tersusun atas material semen, pasir, kerikil, dan air, yang
terkadang juga diberikan bahan-bahan tambah lainnya untuk mencapai performa
beton yang diinginkan. Material semen, walaupun dalam beton digunakan sekitar
7%-15%, ternyata untuk menghasilkan semen digunakan energi yang cukup besar
dan juga limbah yang melimpah , sehingga akan sangat berpengaruh pada kondisi

7
lingkungan. Sedangkan penggunaan material agregat kerikil dan pasir, yang
merupakan bahan penyusun utama beton, sekitar 80%, apabila penambangannya
tidak terkendali dan serampangan, tentu akan menimbulkan degradasi lingkungan
yang cukup besar.
Oleh karena itu, saat ini perlu dipikirkan penggunaan material penyusun
beton yang dibuat dengan konsep ramah lingkungan. Diantara upaya untuk
mengembangkan beton ramah lingkungan adalah dengan mereduksi penggunaan
semen sebagai bahan pengikat beton, dengan melakukan pengkajian dan
pemanfaatan material lain seperti serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai
pozzolan untuk penggunaan semen dan penggunaaan serabut jagung untuk
sebagai filler. Melalui upaya ini diharapkan beton yang dihasilkan memiliki
karakteristik, performa dan kekuatan yang menyamai material beton mutu tinggi
namun tetap ramah lingkungan.

8
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Pengujian Agregat halus dan Agregat kasar dilaksanakan pada :

Tanggal : 10 Juli 2018

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro

Pelaksanaan pembuatan rancang campuran (Mix Design) dan benda uji


silinder

diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dilaksanakan pada :

Tanggal : 15 November 2018

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro

Pelaksanaan perawatan benda uji dilaksanakan pada:

Tanggal : 16 November 2018

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro

9
Pelaksanaan pengujian benda uji pada hari ke 7 hari:

Tanggal : 21 November 2018

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro

Pelaksanaan pengujian benda uji pada hari ke 14 hari:

Tanggal : 28 November 2018

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro.

Pelaksanaan pengujian benda uji pada hari ke 28 hari:

Tanggal : 11 Desember 2018

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro.

3.2 Tahapan Pelaksanaan

10
START

Persiapan Alat dan Bahan

Pemeriksaan Bahan

Agregat Halus: Agregat Halus:


1. Gradasi 1. Gradasi
2. Kadar Air 2. Kadar Air
3. Berat Jenis 3. Berat Jenis
4. Penyerapan Air 4. Penyerapan Air
5. Kadar Lumpur 5. Kadar Lumpur
6. Berat Satuan 6. Berat Satuan

Spesifikasi

Mix Design

Pengadukan

Pembuatan Benda Uji


Pengujian Beton Segar
1. Slump
2. Berat Isi
Perawatan Benda Uji

Uji Tekan

Analisis Data

Kesimpulan

Finish

Gambar 3.1. Metode Pelaksanaan

11
Metode pembuatan benda uji dimulai dari tahap persiapan alat dan bahan yang
digunakan untuk pembuatan beton. Bahan bahan yang digunakan sebelumnya
telah di uji di Laboratorium Teknik Sipil. Selanjutnya adalah perhitungan mix
design sesuai metode ACI 211.4R-93 dan dilanjutkan pembuatan benda uji
berbentuk silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm, dengan komposisi material
sesuai dengan perhitungan mix design.Adapun uji yang dilakukan antara lain uji
nilai slump pada adukan dan uji kuat tekan umur hari dan hari serta berat isi
beton.

BAB IV

12
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pemilihan Material yang Digunakan

Dalam pembuatan beton material yang diperlukan diantaranya meliputi


air, semen, agregat halus, agregat kasar dan admixture. Namun dewasa ini banyak
isu lingkungan sehingga dalam pembuatan beton sebisa mungkin menggunakan
material yang ramah lingkungan. Adapun material yang digunakan sebagi berikut:

4.1.1. Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan dalam pembuatan beton ini merupakan


pasir muntilan. Dari pengujian material yang dilakukan di Laboratorium Bahan
dan Konstruksi S1. Teknik Sipil UNDIP diperoleh hasil sebagai berikut

No Pengujian Hasil Standart Keterangan


1 Kadar Lumpur:
PBI 1971 NI-2 :
- Metode kocokan 4,62 % Memenuhi
< 5%
- Metode Pencucian 2,5 %.
2 Analisa Saringan ASTM C-33-03
(Gradasi) 2,89 Pasal 6.2 : Memenuhi
Modulus kehalusan (FM) FM = 2,3 -3,1
3 Kadar Air:
0,6 % - -
-Kondisi Asli di Lapangan
4 Berat Isi: ACI E1-99 :
Memenuhi
- Kondisi padat kering 1635 kg/m3 1200-1760 kg/m3
5 Berat Jenis : SNI 03-1737-
Memenuhi
- Kondisi SSD 2,63 1989 : min. 2,5
6 Absorbsi 0,8% - -

Tabel 4.1. Data Uji Agregat Halus

4.1.2. Agregat Kasar

13
Agregat kasar yang digunakan dalam pembuatan beton ini merupakan
agregat kasar berasal dari daerah Sayung, dengan diameter maksimum sebesar
25,4 mm. Dari pengujian material yang dilakukan di Laboratorium Bahan dan
Konstruksi S1. Teknik Sipil UNDIP diperoleh hasil sebagai berikut

Keteranga
No Pengujian Hasil Standart n
Kadar Lumpur: 0,73% PBI 1971 NI-2 pasal 3.4
1 - Metode Pencucian . : < 5% Memenuhi
2 Analisa Saringan SK SNI S-04-1989-F :
- Modulus kehalusan (FM) 6,56 FM : 6,0-7,0 Memenuhi
3 Kadar Air
-Kondisi Asli di Lapangan 0,8 % - -
4 Berat Isi: 1563 ACI E1-99 : 1200-1760
- Kondisi padat kering kg/m3 kg/m3 Memenuhi
5 Berat Jenis:
- Kondisi SSD 2,75 ACI E1-99 :2,30 -2,90 Memenuhi
6 Absorbsi 1,4% - -

Tabel 4.2. Data Uji Agregat Kasar


4.1.3. Semen

Semen yang digunakan dalam pembuatan beton ini adalah semen PCC.
Semen PCC ini dapat digunakan untuk berbagai macam kontruksi umum pada
berbagai macam mutu beton pada bangunan perumahan, bangunan bertingkat,
jembatan, jalan raya, landasan pacu pesawat udara, bendungan, bangunan irigasi,
pembuatan acian dan bahan bangunan dan lain-lain. Semen PCC ini menjadi pilihan
yang utama adalah karena semen ini lebih mudah dalam pengerjaannya dan
menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus untuk proses
pembangunan, suhu beton/panas hidrasi lebih rendah dan tidak mudah retak.

4.1.4. Air
Air yang dipakai adalah air terbebas dari unsur kimia dan memenuhi syarat
untuk konsumsi air minum.
4.2. Inovasi Limbah yang Digunakan

14
4.2.1. Serbuk Kaca sebagai Filler

Kaca merupakan limbah yang banyak dihasilkan dalam industri dan rumah
tangga. Biasanya kaca terbuat dari 75% silikon dioksida (SiO2), plus Na2O, CaO
dan beberapa zat tambahan. Pada serbuk kaca sendiri terdapat adanya unsur
penyusun semen terutama silika.

Dalam penelitian ini kaca limbah rumah tangga yang digunakan


dihaluskan sampai menjadi serbuk, sehingga dapat mengisi celah yang terdapat
dalam beton. Oleh karena itu beton akan memiliki kekuatan yang tinggi. Selain itu
butiran kaca yang tajam dapat memperkuat daya ikat beton.

4.2.2. Abu Sekam Padi sebagai Bahan Substitusi Parsial.

Abu sekam merupakan limbah hasil pembakaran dari tumbuhan, biasanya


berasal dari sekam padi dan kayu. Dari proses penggilingan gabah akan
menghasilkan limbah berupa sekam padi sebesar 16,3 s/d 28 % (Nugraha dan
Setiawati, 2006 ) . Umumnya abu sekam padi ini digunakan untuk mencuci alat-
alat rumah tangga. Namun sekarang penggunaan abu sekam padi sebagai pencuci
alat rumah tangga sudah mulai banyak ditinggalkan. Mengingat hal tersebut maka
abu sekam padi lama-kelamaan akan menjadi limbah yang semakin bertambah
setiap harinya.

Abu sekam padi dipilih sebagai bahan tambah karena ukurannya yang
sangat kecil. Oleh karena itu abu sekam padi dapat mengisi celah-celah dalam
beton sehingga beton tidak terdapat celah dan tentu dapat menambah kuat desak
beton. Selain itu abu gosok akan membentuk ikatan didalam beton sebab abu
gosok sendiri kaya akan silika (SiO2) sehingga beton akan memiliki kekuatan
tinggi walaupun menggunakan semen dalam jumlah yang sedikit.

4.2.3. Serabut Jagung sebagai Komposit

Jagung (Zea mays) merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat


kedua setelah beras, sangat penting untuk ketahanan pangan. Tanaman ini berasal
dari Meksiko bagian selatan, Amerika Tengah yang dapat tumbuh baik di daerah
beriklim tropis maupun subtropis. Di Indonesia pada dasarnya limbah jagung

15
sampai saat ini pemanfaatannya kurang maksimal padahal jumlahnya sangat
melimpah. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berhasil diolah serat
kulit jagung menjadi komposit papan partikel dengan penambahan resin polyester
dengan jenis serat serat pendek oleh Rangkuti Zulkarnain (2011).

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat
mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda.

Terdapat beberapa alasan menggunakan serat kulit jagung sebagai penguat


komposit sebagai berikut :

a. Lebih ramah lingkungan dan biodegradable dibandingkan dengan serat sintetis.

b. Berat jenis serat alam lebih kecil.

c. Memiliki rasio berat-modulus lebih baik dari serat E-glass.

d. Komposit serat alam memiliki daya redam akustik yang lebih tinggi
dibandingkan komposit serat E-glass dan serat karbon.

e. Serat alam lebih ekonomis dari serat glass dan serat karbon.

4.3 Perhitungan Mix Desain Benda Uji

16
Tabel, Kurva,
No Uraian Nilai Keterangan
Perhitungan
Kuat tekan beton rencana = f'c
1 (MPa) Ditetapkan 25 Mpa Umur 28 hari
Kuat tekan beton yang
2 disyaratkan 29,1125 Mpa
3 Berat Jenis Semen Data Spek. Bahan 3.1 Gc
Dengan Kadar
4 Beton dibuat Udara 1%
5 Ukuran maks. Agregat (mm) Data Spek. Bahan 25,4 Mm
6 Slump Beton Ditetapkan Tabel 1 75-100 Mm
7 Jumlah Air Pengaduk Tabel 3 183 Liter Wh
8 Jumlah udara yang disyaratkan Tabel 3 10 Liter
Tabel 4 dan Grafik
9 FAS 1 0,545 A
10 Jumlah Semen (kg/m3) (9)/(11) = Wh/A
Tanpa Bahan Tambah 183/0,31 338,89 kg/m3
Dengan Bahan Tambah 183/0,545-10% x 271,11 kg/m3
10 % serbuk kaca,
183/0,545
10% abu sekam padi

12 FM agregat halus Data Spek. Bahan 2,89


Berat volume padat agregat
13 kasar (m3) Data Spek. Bahan 0,310 m3
Perkiraan volume pada agregat
14 kasar Tabel 2 1098, 97 kg/m3
16 Berat jenis SSD Agregat kasar Data Spek. Bahan 2,75
17 Berat jenis SSD Agregat halus Data Spek. Bahan 2,63
18 Kadar agregat halus : atas
dasar berat
Atas dasar volume absolut
Volume Air 183/1000 0,183 m3 (a)
Volume Semen Portland 338,89 /(3,1 x 0,109 m3 (b)
1000)
Volume Agregat Kasar 1098, 97 /(2,75 x 0,310 m3 (c)
1000)
Volume Udara 1% 0,01 m3 (d)
Jumla h volume tanpa agregat (a) + (b) + (c) + (d) 0,612 m3 (e)
halus
Volume Agregat Halus 1,00 - (e) 0,388 m3 (f)

Proporsi campuran untuk 1 m3 beton segar (tanpa campuran bahan tambah), setelah dikoreksi kadar air
lapangan agregat adalah :
19 Semen (kg) 338,89 kg/m3 Koreksi
3 Agregat
20 Air (kg) 183-5,83-1,39 174,79 kg/m
Kasar =
+6,59
21 Agregat halus (kg) 693,53 + 1,39 786,33 kg/m3 kg/m3
Koreksi

17
22 Agregat kasar (kg) 971,21 +5,83 1105,56 kg/m3 Agregat
Halus =
+1,57
kg/m3
Proporsi campuran untuk 1 m3 beton segar (dengan) campuran bahan tambah), setelah dikoreksi kadar air
lapangan agregat adalah : (Bahan Tambah = 10 % serbuk kaca dan 10% abu sekam padi dari semen, 5 %
serabut jagung dari pasir)
23 Serbuk kaca (kg) 10% x (19) 33,89 kg/m3 (g)
24 Abu sekam padi (kg) 10% x (19) 33,89 kg/m3 (h)
25 Serabut jagung (kg) 5 % x (21) 39,31 kg/m 3

26 Semen (kg) (19) - (g) 271,11 kg/m3


27 Air (kg) (20) 174,79 kg/m3
28 Agregat halus (kg) (21) - (h) 747,02 kg/m3
29 Agregat kasar (kg) (22) 1105,56 kg/m3
Perhitungan kebutuhan material untuk 1 benda Uji ( silinder 15 x 30 cm)
SF =
Serbuk kaca (kg) (23) x SF x V 0,216 Kg 1,2
Abu sekam padi (kg) (24) x SF x V 0,216 Kg
Serabut jagung (kg) (25) x SF x V 0,250 Kg Volume
Semen (kg) (26) x SF x V 1,725 Kg Silinder
Air (kg) (27) x SF x V 1,112 Kg (V) =
5302
Agregat halus (kg) (28) x SF x V 4,753 Kg cm3
Agregat kasar (kg) (29) x SF x V 7,034 Kg
Tabel 4.3 Perhitungan Mix Desain berdasarkan ACI 211.4R-93

4.4 Analisa Aplikasi Beton di Lapangan

Kekuatan beton yang direncanakan adalah 25 Mpa yang akan


diaplikasikan dalam pekerjaan konstruksi khususnya pekerjaan struktural dengan
pengawasan mutu kekuatan tekan dan kontinu, seperti plat beton, kolom maupun
dinding. Adapun kelebihan dari beton inovasi ini adalah:

1. Karena mengggunakan limbah maka mendukung konsep pembuatan


beton ramah lingkungan yang tentu dengan harga yang lebih ekonomis.

2. Adanya pengisi di antara celah beton(filler) yang memiliki partikel rapat


dan halus tentu akan meningkatkan kuat tekan beton itu sendiri.

BAB V

18
RENCANA ANGGARAN BIAYA

5.1.Anggaran Biaya
Berikut perincian anggaran dana dari beton inovasi.
Material Berat Harga Harga
Semen 271,11 kg Rp 1.060,00 Rp 287.376,60
Pasir 747,02 kg Rp 211,736 Rp 158.171,03
Split 1105,56 kg Rp 191,939 Rp 212.200,08
Serbuk kaca 33,89 kg Rp 400,00 Rp 13.556,00
Abu sekam
33,89 kg Rp 600,00 Rp 20.334,00
padi
Serabut
39,31 kg - -
jagung
Total Rp 691.637,71
Tabel 5.1 RAB Pembuatan Beton dengan Bahan Inovasi
5.2. Perbandingan RAB per m3 beton normal dengan beton inovasi oleh
peserta.
Untuk mengetahui nilai ekonomis pada beton ini, maka dilakukan
perincian anggaran dana dari masing masing beton. Berikut hasil analisa
harga pembuatan beton biasa dan beton inovasi.
Material Berat Harga Harga
Semen 338,89 kg Rp 1.060,00 Rp 359.223,40
Pasir 786,33 kg Rp 211,736 Rp 166.494,37
Split 1105,56 kg Rp 191,939 Rp 212.200,08
Total Rp 737.917,85
Tabel 5.2 RAB Pembuatan 1 m3 Beton tanpa Bahan Inovasi

Dari hasil perhitungan RAB di atas dengan penggunaan bahan inovasi


dalam pembuatan 1m3 beton dapat mengurangi biaya sebesar Rp 46.280,14

BAB VI

19
PENUTUP

6.1.Kesimpulan
Inovasi pembuatan beton dengan serbuk kaca dan abu sekam padi sebagai
substitusi parsial semen dan penambahan serabut jagung (Zea mays) sebagai filler
beton dengan menunjang konsep beton ramah lingkungan (green concrete)
mampu meningkatkan kuat tekan beton. Jika ditinjau dari segi ekonomi,
penggunaan serbuk kaca, abu sekam padi, dan serabut jagung (Zea mays) dapat
mengurangi anggaran dana sebesar Rp 46.280,14 untuk setiap pembuatan 1m3
beton. Selain itu, inovasi bahan pembuatan beton dengan komposisi serbuk kaca
sebesar 10% dari berat semen, abu sekam padi sebesar 10% dari berat semen dan
serabut jagung (Zea mays) sebesar 5% dari berat pasir dinilai mampu menjadi
solusi penanganan limbah yang efektif.

6.2.Saran
Penggunaan serbuk kaca, abu sekam padi, dan serabut jagung (Zea mays)
mempunyai potensi yang baik untuk digunakan dalam pembuatan beton yang
ekonomis dan ramah lingkungan. Namun ketika dalam perhitungan mix desain
perlu diperhatikan absorbsi dari bahan tambah agar dapat menghasilkan kuat
tekan yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian tentang kandungan serabut jagung
ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui kadar optimum dalam
memperoleh kuat tekan beton yang tinggi.

20

Anda mungkin juga menyukai