Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN AUDIT

DOSEN PENGAJAR : Rika Puspitasari, SE, MA, CPA

NAMA KELOMPOK :

1. Fitri Andriani (17013010021)


2. Adinda Fitriyah (17013010121)
3. Ika Widya Rahmadhani (17013010124)
4. Ariya Mutika (17013010126)
5. Siti Famila Karuniansyah (17013010128)
6. HafizhAnugrahPedana (17013010132)
7. Ima Mukaromah (17013010133)
8. Ayesha Nadya Sumarno (17013010142)
9. NadioPraakasila (17013010149)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas rahmat dan kehadirat Allah SWT, dimana
atas berkat rahmat dan limpahan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat dan baik.
Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Karena berkat perjuangan gigih dan pemikiran cerdas
beliaulah kami dapat merasakan hangatnya matahari dan sejuknya udara.
Makalah tentang “Laporan Audit” yang berisi mengenai pengetahuan-
pengetahuan yang sangatbermanfaat.Taklupa Kami juga munuturkan rasa terima
kasih kepada seluruh teman yang bekerja sama dan mensuport dalam
menyelesaikan makalah ini dengan sesempurna mungkin. Selain itu penulis juga
ingin mengucapkan ribuan rasa terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi IIyang membimbing kami dalam menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.

Harapan kami bersama, makalah ini dapat berguna dalam pemanfaatan di


kehidupan kita sehingga dalam kehidupan kita dapat mempermudah dan lebih
meningkatkan kesejahteraan bersama.
Mungkin dalam Makalah ini masih banyak terdapat kasalahan dan
kekeliruan, jadi penulis mengharapkan kritik dan saran dari anda sekalian
khususnya ibu sendiri selaku pembimbing mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I.
Sekian terima kasih.
Wassalaikum Wr. Wb.
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tahap terakhir dari penugasan audit adalah melaporkan semua temuan


yangdidapat. Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Laporan audit
berisitentang opini auditor yang merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua
hal yangmaterial, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan Audit dari seorang Auditor dipergunakan sebagai alat komunikasi


antaraAuditor dengan pihak Manajemen mengenai temuan(finding) dari setiap
audit yangtelah dilakukan auditor.

Dari setiap audit yang telah diselesaikan harus dibuat satu laporan tertulis
danditanda tangani demikian standar internal audit mengharuskan hal ini. Namun,
standartidak merekomendasikan bentuk atau format laporan tertentu. Untuk hal
tersebutstandar menyerahkan kepada masing-masing auditor.

Laporan audit harus ditandatangani oleh auditor yang berhak,


penunjukkanauditor yang menandatangani hal tersebut di tentukan oleh Kepala
Satuan InternalAudit. Tandatangan dapat dilakukan (diterakan) pada body laporan
atau pada coverletter (Surat Pengantar).

Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam
proses auditatapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan
informasi utama yangdapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa
yang dilakukan auditordan kesimpulan yang diperolehnya.

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam


berkomunikasidengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui
beberapa tahap auditsehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini
yang harus diberikan ataslaporan keuangan yang diauditnya. Auditor dalam
memberikan opini sudah didasarkanpada keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas
laporankeuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapattentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha,perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum diIndonesia. Laporan auditor juga merupakan
sarana bagi auditor untuk menyatakanpendapatnya atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikanpendapat.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan untuk menjadikan pembahasan


laporan tugas Pemeriksaan Akuntansi 1 ini lebih terarah, maka beberapa
permasalahan yang akan penulis rumuskan sebagai upaya untuk mencari jalan
pemecahannya.
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari laporan audit?

2. Apa saja unsur-unsur laporan audit?

3. Kategori laporan audit itu apa saja?

4. Apa peyimpangan audit bentuk baku?

5. Apa saja aturan atau tata cara pembuatan laporan audit?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat kita simpulkan bahwa tujuan
dari pembuatan makalah ini untuk menjelaskan :

1. Pengertian laporan audit\


2. Unsur-unsur laporan audit
3. Kategori laporan audit
4. Penyimpangan audit
5. Aturan atau tata cara pembuatan laporan audit
I.4 Manfaat

Hasil penelitian ini pada akhirnya dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Lembaga Pendidikan UPN “Veteran” Jawa Timur

Makalah Tugas Pemeriksaan Akuntansi I ini diharapkan hasilnya dapat


memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan yang
selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi pembelajaran.

2. Bagi Masyarakat

Makalah tugas Pemeriksan Akuntansi I ini hendaknya dapat memberikan


gambaran kepada masyarakat tentang Laporan Audit.

3. Bagi Penulis

Makalah tugas Pemeriksaan Akuntansi I ini diharapkan sebagai langkah awal bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, serta merupakan suatu
makalah untuk memenuhi tugas semester gasal mata kuliah Pemeriksaan
Akuntansi I.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LAPORAN AUDIT

Laporan Audit yang Tepat Waktu, Tetapi dengan Pengeluaran Biaya


Seberapa Besar?

Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance
karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para
pengguna laporan keuangan menyandarkan diri pada laporan auditor untuk
memperoleh keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Sebagaimana auditor
diminta untuk bertanggung jawab bila terlanjur menerbitkan suatu laporan audit
yang tidak tepat.

Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan laporan audit. Hal
tersebut dipelajari untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit sebelum
mempelajari pengumpulan bukti audit. Konsep-konsep audit akan lebih berarti
setelah memahami bentuk dan isi dari produk akhir audit.

Laporan Audit Bentuk Baku

Standar pelaporan keempat mengharuskan mengharuskan laporan audit


berisi suatu petunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat
tanggung jawab yang diembannya atas laporan keuangan. Agar para pengguna
laporan dapat memahami laporan audit, maka profesi telah menyediakan standar
kalimat yang digunakan dalam laporan audit.
Contoh: Laporan Audit Bentuk Baku atas Laporan Komporotil

ANDERSON and ZINDER, P.C.


Kantor Akuntan Publik
Suite 100
Park Plaza East
Denver,Colorado 80110303/359-0800
Laporan Auditor Independen
Kepada Yang Terhormat Para Pemegang Saham General Ring Corporation
Kami telah mengaudit neraca General Ring Corporation tanggal 31 Desember 2002 dan 2001,
beserta laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporana rus kas untuk tahun-tahun yang
berakhir pada tanggal tesebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab managemen perusahaan.
Tanggung jawabn kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesi akuntan publik. Standar tersebut
mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah satu material. Audit tersebut meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit tersebut juga meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh managemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami
memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan General Ring Corporation tanggal 31 Desember 2002
dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahu yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kantor Akuntan Publik ANDERSON AND ZINDER, P.C.
15 Pebruari 2003
Setiap auditor diperbolehkan mengubah sedikit penyajian atau kalimat
laporan tersebut, tetapi arti laporan harus sama tetap sama. Tujuh unsur laporan
audit:

1. Judul Laporan
Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan
dalam judul tersebut tercantum pula kata independen.

2. Alamat Laporan Audit


Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang
saham atau dewan direksi perusahaan.

3. Paragraf Pendahuluan
Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal. Pertama, membuat
suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah
melaksanakan audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan
yang telah diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode
akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf
pendahuluan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung
jawab manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan
pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit.

4. Paragraf Scope
Paragraf scope berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan
selama proses audit. Paragraf scope menyatakan bahwa audir dirancang
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material. Berikutnya paragraf scope membahas
tentang pengumpulan bukti audit serta menyatakan bahwa auditor yakin
bahwa bukti audit yang dikumpulkan telah memberikan dasar yang
memadai bagi pernyataan pendapat.

5. Paragraf Pendapat
Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah
dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan
laporan audit, sehingga seringkali seluruh laporan audit dinyatakan secara
sederhana sebagai pendapat auditor. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa
kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan profesional.

6. Nama KAP
Nama tersebut akan mengidentifikasi kantor akuntan publik atau
praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit.

7. Tanggal Laporan Audit


Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah
tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di
lokasi pemeriksaan.

Laporan audit bentuk baku (laporan audit tanpa syarat) diterbitkan bila
kondisi-kondisi berikut terpenuhi:

1. Seluruh laporan keuangan – neraca, laporan laba rugi, laporan laba


ditahan, dan laporan arus kas – telah lengkap.
2. Semua aspek dari standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam
penugasan audit tersebut.
3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga
membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan
lapangan telah dipatuhi.
4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informasi
yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta
bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan tersebut.
5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk
menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat
dalam laporan audit.

Empat kategori laporan audit:

1. Wajar Tanpa Syarat


Kelima kondisi diatas terpenuhi.
2. Wajar Tanpa Syarat dengan Paragraf Penjelasan Atau dengan Modifikasi
Kalimat
Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang
memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi
auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan.
3. Wajar dengan Pengecualian
Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan
memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi
secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum pada saat penyiapan laporan keuangan.

4. Tidak Wajar Atau Menolak Memberikan Pendapat


Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar, auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, atau auditor berada dalam
posisi yang independen.

Laporan audit bentuk baku seringkali disebut sebagai suatu opini yang
bersih karena tidak terdapat suatu situasipun yang memerlukan suatu kualifikasi
atau modifikasi dalam pendapat auditor. Jika salah satu dari lima kondisi laporan
audit bentuk baku tidak dapat dipenuhi, maka laporan audit bentuk baku tersebut
tidak dapat diterbitkan. Para pengguna laporan keuangan umumnya akan lebih
memperhatikan pernyataan tidak memberikan pendapat atau suatu pendapat tidak
wajar daripada memperhatikan suatu laporan audit wajar tanpa syarat dengan
sebuah paragraf penjelasan.
2.2 LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA SYARAT DENGAN PARAGRAF
PENJELASAN ATAU MODIFIKASI

Pada beberapa situasi, suatu laporan audit wajar tanpa syarat diterbitkan,
tetapi dengan kalimat yang sedikit menyimpang dari laporan audit bentuk baku.
Laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan atau modifikasi
kalimat sesuai dengan kriteria suatu audit yang lengkap dengan hasil audit yang
memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor
merasa wajib untuk memberikan informasi tambahan.

Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf


penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku:

 Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku


umum.
 Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
 Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
 Penekanan pada suatu masalah.
 Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

Untuk keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraf penjelasan. Pada


masing-masing kasus, tiga paragraf standar tetap disertakan tanpa di bubuhi
modifikasi apapun kemudian ditambahkan sebuah paragraf penjelasan dan baru
dengan diikuti paragraf pendapat.

Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk menaruh perhatian pada


kondisi-kondisi yang membuat prinsip akuntansi tidak diberlakukan secara
konsisten antara prinsip akuntansi yang digunakanpada tahun berjalan dengan
prinsip akuntansi yang digunakan pada tahun sebelumnya. GAAP/PSAK
menghendaki agar perubahan dalam prinsip atau metode akuntansi yang
digunakan serta sifat dan pengaruh perubahan tersebut diungkapkan secukupnya.
Paragraf Penjelasan Karena Adanya Perubahan Prinsip Akuntansi

Laporan Auditor Independen

(sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat pada
laporan audit bentuk baku).

Konsistensi versus Komparabilitasauditor juga harus menentukan


perbedaan antara perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan
pada perubahan yang dapat memengaruhi komparabilitas tetapi tidak
memengaruhi konsistensi pelaporan. Berikut ini adalah contoh-contoh perubahan
yang dapat memengaruhi konsistensi pelaporan dan memerlukan suatu paragraf
penjelasan saat perubahan tersebut bersifat material:

1. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian


persediaan dari FIFO menjadi LIFO.
2. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan
baru dalam laporan keuangan gabungan.
3. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu
dengan melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima
secara umum pada prinsip akuntansi yang diterima secara umum, termasuk
didalamnya perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip
akuntansi tersebut.

Termasuk dalam perubahan yang memengaruhi komparabilitas tetapi tidak


memengaruhi konsistensi pelaporan sehingga tidak perlu dicantumkan dalam
laporan audit adalah sebagai berikut:

1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis suatu aktiva untuk


tujuan perhitungan depresiasi.
2. Perbaikan kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, misalnya
kesalahan perhitungan matematis dalam laporan keuangan terdahulu.
3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan.
4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat
berbeda, seperti suatu proyek penelitian dan pengembangan yang baru atau
penjualan sebuah anak perusahaan.

Hal-hal yang secara material memengaruhi komparabilitas laporan keuangan


umumnya memerlukan suatu pengungkapan informatif dalam catatan atas laporan
keuangan.

Walaupun mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan bukan tujuan dari


suatu proses audit, tetapi auditor memiliki tanggungjawab untuk mengevaluasi.

Paragraf Penjelasan Karena Adanya Ketidakpastian yang Kuat akan


Kelangsungan Hidup Perusahaan

Laporan Aditor Independen

(sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat dalam
laporan audit bentuk baku)

Contoh keberadaan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini dapat
menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya :

1. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang


signifikan
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh temonya
3. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijadimn
oleh asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau suatu masalah
ketenagakerjaan yang tidak umum.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal lainnya yang serupa dapat
mengancam kemampuan operasional perusahaan

Pertimbangan auditor atas situasi-situasi tersebut adalah timbulnya suatu


pertimbangan bahwa klien mungkin tidak dapat meneruskan kegiatan usahanya
atau memenuhi kewajibannya dalam suatu periode tertentu
Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat ketidakpastian akan
kelangsungan hidup perusahaan, maka suatu laporan audit wajar tanpa syarat
dengan suatu paragraph penjelasan harus ditebitkan, tanpa memperhatikan
pengungkapan dalam laoran keuangan.

SAS 59 mengijinkan tetapi tidak mewajibkan suatu penolakan pemberian


pendapat ketika terdapat suatu ketidakastian akan kelangsungan hidup
perusahaan. Suatu contoh tentang penolakan pemberian pendapat terjadi ketika
suatu lembaga engatur, seperti Badan Perlindungan Lingkungan, telah
memutuskan untuk membebankan sejumlah denda yang sangat besar kepada
sebuah perusahaan, dan jika hal tersebut mengakibatkan suatu hasil akhir yang
kurang menyenangkan, maka peerusahaan mungkin terpaksa dilikuidasi.

Aturan 203 dari Kode Etik Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam
situasi-situasi yang tidak umum, suatu penyimangan dari prinsip akuntansi
yang telah disusun oleh sebuah lembaga untuk digunakan AICPA sebagai
panduan prinsip akuntansi, barangkali tidak memerlukan suatu pendapat wajar
dengn pengecualian atau pendapat tidak wajar. Berikut ini adalah contoh-
contoh kasus yang menyebabkan seorang auditor berpikir bahwa ia harus
menjelaskan permasalahan yang terjadi : terdapat transaksi dengan ihak yang
terkait yang bernilai sangat besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal
neraca, penjelasan masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas
laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya,
serta ketidakpastian material yang diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan
public lain untuk melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila
klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka
kantor akuntan public utama memiliki tiga alternative pilihan. Hanya
alternative kedua yang memberikan ilihan akan suatu laporan audit wajar tanpa
syarat dengan modifikasi kalimat.

1. Tidak memberikan referensi dalam laporan audit Ketika tak ada


referensi yang dibuat untuk auditor lainnya, maka suatu pendapat wajar
tanpa syarat diberikan kecuali terdapat kondisi lain yang mengharuskan
dikeluarkannya pendapat lain diluar pendapat wajar tanpa syarat.
Pendekatan ini dilakukan pada saat auditor lain mengaudit laporan
keuangan dengan proporsi yang tidak material, auditor lain sangat
dikenal atau disuervisi secara ketat oleh auditor utama, atau auditor
utama telah melakukan review yang mendalam pada pekerjaan yang
dilakukan oleh auditor lain. Auditor lainnya tersebut tetap bertanggung
jawab atas laporan auditnya sendiri dan turut bekerja saat terjadi suatu
gugfatan pengadilan atau tindakan dari SEC.
2. Memberikan referensi dalam laporan (modifikasi kalimat)
Jenis laporan ini disebut pula sebagai suatu laporan atau pendapat
bersama. Suatu laporan bersama wajar tanpa syarat merupakan laporan
yang tepat untuk diterbitkan bila merupakan hal yang tidak praktis
untuk merevisi kembali ekerjaan auditor lain atau ketika proporsi
laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain material terhadap
keseluruhan laporan keuangan.
3. Mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian Auditor utama
dapat menyimpulkan bahwa perlu diterbitkan suatu pendapat wajar
dengan pengecualian. Suatu pendapat wajar tanpa syarat atau tidak
memberikan pendapat (disclaimer), tergantung pada materialitasnya
diperlukan jika auditor utama tidak menginginkan untuk mengambil
tanggung jawab apapun atas pekerjaan auditor lainnya. Auditor utama
pun dapat memutuskan bahwa suatu pendapat wajar dengan
pengecualian diperlukan bagi keseluruhan laoran keuangan jika auditor
lainnya memberikan pendapat wajar dengan pengecualian untuk
sebagian dari laporan keuangan yang telah diauditnya tersebut.

Penyimpangan Dari Laporan Audit Bentuk Baku

Dalam studi laporan audit yang menyimpang dari laporan audit bentuk
baku, terdapat tiga toik yang saling terkait satu sama lain : kondisi-kondisi
yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, jenis
laporan/pendapat audit lainnya selain laporan audit bentuk baku, serta
materialitas.

Pertama, ikhtisar dari ketiga kondisi yang menyebabkan penyimpangan


dari laporan audit bentuk baku.

1. Ruang lingkup audit dibatasi Ketika auditor tidak dapat


mengumpulkan bukti audit yang memadai untuk menyimpulakn
apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK,
maka terdapat suatu pembatasan atas lingkup audit. Terdapat dua
penyebab utama atas pembatasan lingkup audit ini : pembatasan oleh
klien dan pembatasan yang idsebabkan oelh kondisi-kondisi di luar
kendali klien atau auditor. Suatu contoh dari pembatasan oleh klien
adalah penolakan manajemen untuk memberikan ijin kepada auditor
mengkonfirmasikan piutang-piutang yang material atau penguji fisik
persediaan. Suatu contoh pembatasan yang disebabkan oleh kondisi-
kondisi di luar kendali adalah saat tidak adanya kesepakatan
penugasan audit hingga setelah akhir periode keuangan klien.
2. Penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (penyimpangan dari GAAP/PSAK)
Sebagai contoh, jika seorang klien bersikeras untuk menggunakn harga
penggantian bagi aktiva tetapnya atau menilai persediaannya
berdasarkan harga jual daripada berdasarkan harga historis, maka perlu
diberikan pendapat diluar pendapat wajar tanpa syarat. Ketika prinsip
akuntansi yang berlaku umum diterapkan menurut konteks ini, maka
pertimbangan auditor atas kecukupan seluruh pengungkapan
informatif, termasuk catatan atas laporan keuangan, memiliki peran
sangat penting.
3. Auditor tidak independen Independensi umumnya ditentukan
berdasarkan aturan 101 dari Aturan Kode Etik Profesional.

Ketika salah satu dari ketiga kondisi diatas menunjukkan gejala bahwa
suatu penyimpangan dari laporan bentuk baku hadir dan bernilai material,
maka suatu laporan selain laporan bentuk baku/laporan wajar tanpa syarat
harus diterbitkan. Tiga jenis laporan audit yang data diterbitkan dibawah
ketiga kondisi ini adalah laoran wajar dengan pengecualian, tidak wajar, serta
menolak memberikan pendapat.

Laporan wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan akibat dari


pembatasan lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Laporan wajar dengan pengecualian hanya dapat
diterbitkan pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan
keuangan disajikan secar wajar. Laporan tidak wajar atau tidak memberikan
pendapat harus diterbitkan jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi
yang dilaporkannya tersebut bersifat material. Oleh karena itu, pendapat
wajar dengan pengecualian dianggap sebagai jenis laporan audit yang paling
baik artinya setelah laporan audit wajar tanpa syarat.

Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk pengecualian baik


atas lingkup maupun pendapat audit maupun pengecualian atas pendapat saja.
Suatu pengecualian atas lingkup dan pendapat audit dinyatakan hanya pada
saat auditor merasa tidak mampu mengumpulakn semua bukti audit yang
diwajibkan dalam standar professional akuntan public. Selanjutnya, jenis
pengecualian ini digunakan pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik
oleh klien maupun oleh kondisi-kondisi yang ada, yang mencegah auditor
untuk melaksanakan proses audit secara lengkap. Penggunaan suatu
pengecualian atas pendapat saja terbatas pada situasi-situasi dimana laporan
keuangan disajikan tidak sesuai dengan GAAP/PSAK.

Ketika auditor menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus


menggunakan istilah kecuali dalam paragraph pendapat. Sebagai
implikasinya, sang auditor merasa puas bahwa laporan keuangan telah
disajikan dengan benar “kecuali” aspek tertentu laporan keungan saja.

Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara


material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar
sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau
hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Laporan pendapat tidak wajar hanya dapat diterbitkan jika
sang auditor memiliki pengetahuan, yang diperoleh setelah melakukan suatu
investasi mendalam , bahwa terdapat ketidaksesuaian dengan GAAP/PSAK.
Hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar jarang sekali diterbitkan.

Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat


auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang
diauditnya telah disajikan secara wajar. Kewajiban untuk menolak
memberikan pendapat akan timbul jika terdapat pembatasan lingkup audit
atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut Kode Etik
Profesional antara auditor dengan kliennnya. Kedua situasi ini mencegah
auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan. Auditor pun memiliki piihan untuk menolak memberikan
pendapat pada suatu masalah kelangsungan hidup perusahaan.

Penolakan pemberian pendapat ini brbeda dengan pemberian pendapat


tidak wajar sebab penolakan pemberian pendapat terjadi saat auditor kurang
memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan, sementara untuk
menyatakan pendapat tidak wajar, seorang auditor harus memiliki
pengetahuan bahwa laporan tidak disajikan secara wajar. Penolakan
pemberian pendapat maupun pendapat tidak wajar hanya diberikan pada saat
kondisi yang menyebabkan dikeluarkannya slh satu dari keuda jenis pendapat
tersebut.

Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis


laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu.
Sebagai contoh, jika suatu kesalahan penyajian yang terjadi relatif bersifat tidak
material terhadap keseluruhan laporan keuangan suatu entitas pada periode
berjalan, maka merupakan hal yang tepat untuk menerbitkan suatu pendapat wajar
tanpa syarat. Suatu contoh yang umum adalah pembebanan persediaan kantor
langsung sebagai biaya daripada membukukan sebagian persediaan kantor yang
belum digunakan tersebut ke dalam persediaan karena jumlahnya yang tidak
signifikan
Situasi akan berubah secara total ketika nilai persediaan kantor itu cukup
signifikan yang membuat keselunuhan laporan keuangan akan dipengaruhi secara
material. Dalam kondisi tersebut, merupakan suatu kewajiban untuk menerbitkan
suatu pendapat tidak wajar atau menolak memberikan pendapat, di mana
pemberian salah satu dari kedua pendapat itu tergantung dari sifat kesalahan
penyajian tersebut. Pada situasi-situasi yang tingkat materialitasnya lebih rendah,
maka akan lebih tepat jika menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian.

Definisi umum materialitas yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan


selanjutnya berlaku pula dalam pelaporan audit adalah sebagai berikut :
Kesalahan penyajan laporan keuangan dapat dianggap material jika kesalahan
penyajian tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna
laporan.
Dalam penerapan definisi ini, terdapat tiga tingkat materialitas yang
digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan.

Nilainya tidak Material Ketika suatu kesalahan penyajian terjadi dalam aporan
keuangan tetapi salah saji tersebut tidak mungkin mempengaruhi keputusan ang
dibuat oleh si pengguna laporan, maka hal tersebut dikategorikan sebagai bdak
material. Dalam kondisi tersebut sangat pantas untuk menerbitkan pendapat wajar
tanpa syarat. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa manajemen pada tahun
memutuskan untuk membebankannya sebagai biaya dalam tahun berjalan untuk
mengurangi biaya pemeliharaan catatan keuangan. Dengan demikian manajemen
telah gagal untuk mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka
Mesalahan penyajian tersebut bersifat tidak material dan suatu laporan audit
bentuk baku layak untuk diterbitkan.

Nilainya Material tetapi tidak Mempengaruhl Keseluruhan Penyajlan


Laporan Keuangan Tingkat materialitas yang kedua hadir pada saat terdapat
eputusan seorang pengguna laporan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan
atu kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi etap
disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan. Sebagai contoh, bila diketahui
terdapat kesalahan penyajian dalam aktiva tetap yang bernilai cukup besar, hal
tersebut dapat mempengaruhi kesediaan dari si pengguna laporan untuk
meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan jika aktiva tetap tersebut akan
digunakan sebagai jaminan pinjamannya. Tidak berarti bila terdapat suat
kesalahan penyajian dalam nilai persediaan, maka kas, plutang dagang, serts
elemen-elemen laporan keuangan lainnya, atau keseluruhan laporan keuangan
akan mengalami kesalahan penyajian yang material pula.
Untuk menentukan tingkat materialitas yang terjadi pada saat hadirnya
suat kondisi tertentu yang mewajibkan auditor menerbitkan pendapat di luar
pendapat wajar tanpa syarat, maka auditor harus melakukan evaluasi atas semua
penganuh yang mungkin timbul dalam laporan keuangan, Diasumsikan bahwa
auditor tidak dapat memuaskan keingintahuannya tentang apakah nilai persediaan
telah disajikan secara wajar pada saat ia akan memutuskan tentang pendapat apa
yang akan diterbitkannya untuk laporan keuangan tersebut Karena kesalahan
penyajian nilal persediaan berpengaruh pula pada akun-akun lainnya serta pada
nilai tercantum dalam laporan keuangan, maka auditor wajib mempertimbangkan
materialitas dari efek gabungan itu pada persediaan, total aktiva lancar, total
modal kerja, total aktiva, pajak penghasilan, pajak penghasilan yang terutang,
total hutang lancar, harga pokok penjualan, laba bersih sebelum pajak, serta laba
berei setelah pajak
Ketika auditor berkesimpulan bahwa suatu kesalahan penyajian bersifat
mate. rial tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan keuangan,
maka pendapat auditor yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian
(menggunakan "kecuali untuk").

Nilainya Sangat Material sehingga Kewajaran Seluruh Laporan Keuangan


Dipertanyakan Tingkat materialitas tertinggi hadir saat terdapat probabilitas
yang sangat tinggi bahwa pengguna laporan akan membuat keputusan yang tidak
benar jika pengguna laporan menyandarkan dirinya pada keseluruha laporan
keuangan dalam pembuatan keputusan mereka. Kembali pada contoh sebelumnya,
jika persediaan merupakan nilai terbesar dalam laporan keuangan.
maka suatu kesalahan pencatatan yang bernilai tinggi dan sedemikian
material akan mengharuskan laporan auditor untuk mengindikasikan bahwa
keseluruhan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Ketika tingkat
materialitas tertinggi hadir, auditor harus menolak memberikan pendapat atau
memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada situasi saat itu.
Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, maka
auditor harus dipertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji tersebut
terhadap bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Hal ini disebut tingkat resapan
(perva- siveness). Suatu kesalahan pengklasifikasian antara kas dan piutang
dagang hanya mempenganuhi kedua akun tersebut dan dikatakan tidak pervasive.
Di sisi lain, kegagalan mencatat suatu penjualan yang bernilai tinggi dikatakan
sangat perva- sive karena hal tersebut mempengaruhi nilai penjualan, piutang
dagang, pajak penghasilan yang harus dibayar, pajak penghasilan yang terutang,
serta laba ditahan, yang kemudian mempengaruhi pula aktiva lancar, total aktiva,
hutang lancar, total hutang, modal, laba kotor dan pendapatan operasional.
Saat kesalahan penyajian semakin pervasive, probabilitas diterbitkannya
suatu pendapat tidak wajar dibandingkan penerbitan pendapat wajar dengan
pengecualian akan semakin tinggi. Sebagai contoh, andai kata auditor
memutuskan terdapat suatu kesalahan klasifikasi antara kas dan piutang dagang
dan mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian karena kesalahan
klasifikasi tersebut dianggap material; maka kegagalan dalam mencatat suatu
penjualan dengan nilai yang sama dengan nilai kesalahan klasifikasi antara kas
dan piutang dagang tersebut, akan mengakibatkan diterbitkannya suatu pendapat
tidak wajar karena efek pervasive-nya itu.
Tanpa memperhatikan nilainya, suatu penolakan pemberian pendapat
harus dilakukan saat auditor merasa tidak memiliki independensi sebagaimana
independensi yang didefinisikan dalam aturan pada Kode Etik Profesional.
Ketentuan yang sangat keras ini mencerminkan pentingnya independensi bagi
para auditor. Setiap penyimpangan dari aturan independensi ini akan dianggap
sangat material. Tabel 3-1 mengikhtisarkan hubungan antara materialitas dan jenis
pendapat/opini yang harus diterbitkan auditor.

Dalam konsepnya, tingkat materialitas berpengaruh langsung terhadap jenis opini


yang diterbitkan. Dalam penerapannya, merupakan suatu pertimbangan yang
cukup sulit untuk memutuskan berapa materialitas sebenarnya dalan suatu situasi
tertentu. Tidak terdapat suatu panduan yang sederhana dan terstruktur yang dapat
menolong seorang auditor untuk memutuskan apakah sesuatu hal bersifat tidak
material, material, atau sangat material. Evaluasi materialitas tergantung pula pada
apakah dalam suatu situasi tertentu terdapat suatu ketidaksesuaian dengan
GAAP/PSAK alau terdapat suatu pembatasan lingkup audit.

Keputusan Materialitas-Kondisi Non-GAAP Ketika seorang klien gagal dalam


mengikuti prinsip-prinsip GAAP maka laporan audit yang diterbitkan apakah
berupa pendapat wajar tanpa syarat, hanya pendapat wajar dengan pengecualian,
Ketika seorang klien gagal atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas
dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas harus
dipertimbangkan.

Perbandingan Nilal Dollar pada Suatu Patokan Tertentu Pada saat searang
klien gagal mematuhi prinsip-prinsip GAAP maka yang menjadi perhatian utame
dalam pengukuran materialitasnya umumnya adalah nilai uang dari total kesalaha
pada akun-akun yang ferkait, dibandingkan pada suatu patokan tertentu. Susan
kesalahan senilai $10,000 mungkin bersifat material bagi sebuah perusahaan s
kecil, tetapi tidak material bagi sebuah perusahaan besar. Oleh karenanya, kesalah
penyajian harus dibandingkan dengan suatu patokan tertentu sebelum dibuat suat
keputusan tentang tingkat materialitas dari kegagalan mematuhi prinsip-prinisi
GAAP itu Patokan/panduan yang umumnya digunakan adalah laba bersih, t
aktiva, aktiva lancar, dan modal kerja.
Sebagai contoh, diasumsikan bahwa seorang auditor meyakini adanya
kelebihan pencatatan saldo persediaan sebesar $100,000 akibat dari kegagalan
klien dak mematuhi prinsip-prinsip GAAP Diasumsikan pula saldo persediaan
tercatat sebes $1,000,000, aktiva lancar $3,000,000, dan laba bersih sebelum pajak
sebes $2,000,000. Dalam kasus ini, auditor harus mengevaluasi materialitas dari
suah kesalahan pencatatan yang berprosentase 10% terhadap nilai persediaan, 3.3
dari aktiva lancar, dan 5% dari laba bersih sebelun pajak.
Untuk mengevaluasi keseluruhan materialitas, auditor pun haru
menggabungkan seluruh kesalahan saji yang belum diperbaiki serta menimbang
apakah mungkin terdapat kesalahan saji yang bersifat tidak material yang, ketla
digabungkan dengan kesalahan saji lainnya, akan mempengaruhi laporan
keuangan secara signifikan. Dalam kasus persediaan di atas, diasumsikan bahwa
auditor meyakini pula adanya kelebihan pencatatan saldo piutang dagang sebesa
$150,000. Maka total pengaruh kelebihan pencatatan tersebut pada aktiva lanca
sekarang sebesar 8.3 % ( $250,000 dibagi dengan $3,000,000) dan sebesar 12.5%
($250,000 dibagi dengan $2,000,000) pada laba bersih sebelum pajak.
Ketika membandingkan potensi kesalahan penyajian dengan suatu patokas
tertentu, seorang auditor harus mempertimbangkan dengan secara berhati-ha
seluruh akun yang dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut (pervasiveness
Sebagai contoh, merupakan hal yang penting untuk tidak memperhatikan pengan
dari kekurangan pencatatan saldo persediaan pada harga pokok penjualan, lab
sebelum pajak, pajak penghasilan yang dibayarkan, serta pajak penghasilan yang
terutang.

Terukur Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur seca
akurat. Sebagai contoh, ketidaksediaan seorang klien untuk mengungkapkan su
gugatan pengadilan yang sedang berlangsung atau pembelian sebuah perusaha
baru yang dilakukan setelah tanggal neraca sulit, jika memungkinkan, untuk diuk
dalam satuan uang. Pertanyaan materialitas yang harus dievaluasi oleh audito
dalam situasi-situasi seperti ini adalah pengaruh dari kegagalannya dalan
mengungkapkan hal-hal tersebut pada para pengguna laporan.
Karakteristik Item itu Sendiri Keputusan seorang pengguna laporan mungl pula
dipengaruhi oleh jenis kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Berkut ini
adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna laporan, serta
mempengaruhi pula pendapat auditor dalam suatu pendekatan yang berbeda
dengan mayoritas kesalahan penyajian
1. Transaksi-transaksi tersebut bersifat ilegal atau curang.
2. Suatu item secara material dapat mempengaruhi penyajian dalam beberapa
periode mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat
material bagi penyajian laporan pada periode berjalan.
3. Suatu item mempunyai suatu pengaruh "fisik" (sebagai contoh, sejumlah
kecil laba terhadap sejumlah kecil kerugian atau saldo kas terhadap
cerukan).
4. Suatu itern mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas
konsekuensi yang timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah
disepakati bersama (sebagai contoh, pengaruh dari kegagalan mematuhi
persyaratan dalam suatu perjanjian hutang dapat berakibat pada suatu
penarikan pinjaman yang material)

Keputusan Materialitas-Kondisi Pembatasan Lingkup Audit Ketika terdapat


suatu pembatasan lingkup audit, laporan audit dapat berupa wajar tanpa hsyarat,
wajar dengan pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit, atau penolakan
pemberian pendapat, tergantung dari materialitas pembatasan lingkup audit
tersebut. Auditor akan mempertirmbangkannya terhadap ketiga faktor yang sama
yang telah dibahas sebelumnya dalam keputusan materialitas atas kondisi non-
GAAP tetapi dengan pertimbangan yang sama sekali berbeda. Ukuran kesalahan
saji potensial, daripada kesalahan saji yang telah diketahui saat ini, merupakan hal
yang penting dalam menentukan apakah suatu pendapat wajar tanpa syarat,
pendapat wajar dengan pengecualian, atau suatu penolakan pemberian pendapat
adalah hal yang tepat bagi suatu pembatasan lingkup audit. Sebagai contoh, jika
saldo hutang dagang sebesar $400,000 tidak diaudit, auditor harus mengevaluasi
potensi kesalahan penyajian dalam hutang dagang tersebut serta memutuskan
seberapa material pengaruhnya pada laporan keuangan. Tingkat esapan
(peruasiveness) dari kesalahan saji potensial ini pun harus dipertimbangkan.
Umumnya melakukan evaluasi materialitas atas kesalahan saji yang
potensial diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit lebih sulit dilakukan
daripada melakukan evaluasi materialitas yang disebabkan oleh ketidakpatuhan
pada prinsip prinsip GAAP Kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh
ketidakpatuhan pada prinsip-prinsip GAAP dapat diketahui. Sementara kesalahan
penyajian yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit umumnya harus diukur
secara subjektif aas potensi terjadinya kesalahan penyajian. Sebagai contoh, suatu
pencatatan ulang dagang sebesar $400,000 mungkin saja mengalami kekurangan
pencatatan lebih dari $1 juta,yang dapat mempengaruhi beberapa nilai, termasuk
di dalamnya edalah laba kotor, laba bersih, serta total aktiva.

2.3 DISUKUSI ATAS KONDISI-KONDISI YANG MEMBUTUHKAN


PENYIMPANGAN

Dua kategori utama dari pembatasan lingkup audit adalah: pembatasan lingkup
aduit yang disebabkan oleh klien serta pembatasan lingkup audit yang disebabkan
oleh kondisi-kondisi diluar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis lingkup
audit tersebut memiliki pengaruh yang sama pada laporan auditor, tetapi
nterpretasi materialitasnya kemungkinan besar berbeda. Saat terdapat suatu
laporan audit bentuk baku, suatu laporan wajar dengan pengecualian pada lingkup
dan pendapat audit, serta suatu penolakan pemberian pendapat, tergantung pada
tingkat materialitasnya.

Untuk pembatasan lingkup audit yan disebabkan oleh klien, auditor harus
mempertimbangkan suatu kemungkinan bahwa manajemen berusaha untuk
mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Ketika pembahasan lingkup
audit terjadi akibat kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun
auditor, maka laporan audit wajar dengan pengecualian pada lingkup dan
pendapat audit lebih tepat untuk diterbitkan. Alasan-alasan klien untuk membatasi
lingkup audit dapat berupa kehendak untuk menghemat biaya audit dan, dalam hal
konfirmasi piutang dagang untuk mencegah terjadinya konflik antara klien dengan
pelanggannya saat jumlah yang dikonfirmasikan ternyata berbeda.

Kasus umum yang terjadi pada sat terdapat kondisi-kondisi yan berada diluar
kendali klien dan auditor sehingga menyebabkan terjadinya pembatasan lingkup
audit adalah penugasan baru yang ditandatangani setelah tanggal neraca klien.
Konfirmasi atas piutang dagang, pengamatan fisik persediaan, serta prosedur-
prosedur penting lainnya barangkali tidak mungkin dilaksanakan dalam kondisi-
kondisi itu. Ketika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur-prosedur yang
menurutnya harus dilakukan, tetapi ia dapat dipuaskan dengan suatu prosedur
alternatif yang dapat membantunya menyimpulkan bahwa informasi yan diuji
telah disajikan secara wajar, maka suatu laporan audit bentuk baku dapat
diterbitkan.

Jika prosedur alternatif tersebut tidak dapat dilaksanakan, suatu pendapat wajar
dengan pengecualian pada lingkup audit dan, tergantun pada tingkat materialitas
yang ada, baik suatu pendapat wajar dengan pengecualian pada opini audit atau
suatu penolakan pemberian pendapat wajib yang diberikan. Batasan pada cakupan
ujian auditor mewajbkan paragraf yang mengukur yang mendahului pendapat
untuk menjelaskan batasannya. Dalam kasus tidak memberikan pendapat, seluruh
cakupan paragraf dikeluarkan dari laporan.

Ketika nilai pembatasan lingkup audit tersebut sangat material sehingga suatu
penolakan pemberian pendapat daripada suatu pendapat wajar dengan
pengecualian harus diterbitkan, maka auditor hanya menggunakan tiga buah
paragraf.

 Paragraf pertama (pendahuluan). Paragraf ini dimodifikasi sedikit dengan


kalimat “Kami telah ditugaskan untuk mengaudit..”
 Paragraf kedua sama dengan paragraf ketiga, dimana paragraf scope
ditiadakan serta paragraf serta paragraf terakhir (paragraf pendapat) diubah
menjadi suatu penolakan pemberian pendapat.

Alasan atas ditiadakannya paragraf scope adalah untuk menghindari dibuatnya


pernyataan apapun yang dapat membuat para pembaca meyakini bahwa bagian
lainnya dari laporan keuangan telah diaudit sehingga menimbulkan suatu
kesimpulan bahwa mungkin saja bagian tersebut telah disajikan secara wajar.

Ketika auditor mengetahui bahwa laporan keuanan dapat menyesatkan pengguna


laporan karena laporan keuangan tersebut penyusutannya tidak sesuai dengan
GAAP/PSAK, maka ia harus menerbitkan suatu pendapat tidak wajar, tergantung
dari tingkat materialitas dan item yang dipertanyakan tersebut. Pendapat terseburt
harus dengan jelas menyatakan karakteristik penyimpanagn dari prnsip akuntansi
yang berlaku umum serta nilai dari kesalahan penyajian tersebut, jika nilainya
diketahui.

Ketika seorang klien gagal menampilkan informasi yang wajib disampaikan agar
ia dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar, baik menampilkan informasi
tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan yang
terkait, maka merupakan tanggung jawab auditor untuk menyajikan informasi
tersebut dalam laporan audtitnya serta menerbitkan pula suatu pendapat wajar
dengan pengecualian atau suatu pendapat tidak wajar. Terdapat beberapa aturan
yang mengatur bagaimana laporan audit dibuat tanpa melanggar tata cara atau
aturan yang berlaku, diantaranya:

1. Laporan Aturan 203. Menentukan apakah laporan keuangan telah


disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK dapat menjadi suatu tugas yang
sulit. Aturan 303 dari Kode Etik Profesional, menginjinkan adanya
penyimpangan dari buletin penelitian akuntansi, pendapat Dewan Prinsip-
prinsip Akuntansi, serta dari pernyataan FASB ketika sang auditor
meyakini bahwa ketaatan pada ketiga hal diatas dapat menyebabkan
kesehatan pada laporan keuangan.
2. Laporan Aturan 203 – Prinsip-Prinsip Akuntansi. Seorang anggota tidak
diperbolehkan untuk:
a. Mengeluarkan suatu pendapat atau pernyataan afirmatif bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lainnya pada suatu entitas disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menyadari bahwa diperlukan suatu
modifikasi yang material pada laporan keuangan atau data keuangan
lainnya agar laporan keuangan dan data keuangan lainnya tersebut
disajikan sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum, jika ada
suatu yang menyimpang dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan yang berwenang sehingga mengakibatkan suatu dampak yang
bersifat material pada keseluruhan laporan keuangan atau data
keuangan tersebut.

3. Ketiadaan Laporan Arus Kas. Ketika laporan arus kas ini ditiadakan, harus
dibuat paragraf ketiga yang menyatakan tentang penghapusan laporan
tersebut serta penerbitan suatu pendapat wajar dengan pengecualian
“kecuali untuk”.

Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi sebagaimana


dinyatakan dalam Kode Etik Profesional, maka penolakan pemberian pendapat
harus dilakukan walaupun seluruh prosedur audit yang dilaksanakan dianggap
telah sesuai dengan kondisi yang ada. Ketiadaan independensi akan
menyingkirkan semua pembatasan lingkup audit jenis lainnya. Selanjutnya tidak
ada alasan untuk memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat.
Didalam laporan audit yang memberikan pernyataan menolak memberikan
pendapat, tidak boleh menuliskan satupun kalimat tentang pelaksanaan atas
prosedur audit apapun. Laporan audit ini merupakan suatu contoh dari laporan
audit satu paragraf.
2.4 PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK PENERBITAN
LAPORAN AUDIT

Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun baik memutuskan laporan
audit apa yang tepat untuk diterbitkan pada serangkaian kondisi tertentu.

Menentukan Apakah Terdapat Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan


dai Laporan Audit Bentuk Baku

Hal yang paling penting dari kondisi –kondisi tersebut telah diidentifikasikan
dalam Tabel 3-3. Para auditor mengidentifikasikan kondisi-kondisi ini saat
mereka sedang melaksanakan proses audit serta memasukkan berbagai informasi
yang ada ke dalam kertas kerja mereka sebagai bahan diskusi untuk menentukan
laporan audit yang tepat untuk di terbitkan.

Memutuskan Tingkat Materialitas Tiap-tiap Kondisi

Ketika terdapat kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan audit


bentuk bahan baku, auditor mengevaluasi potensi pengaruhnya terhadap laporan
keuangan. Dalam kondisi terdapat penyimpangan dari GAAP atau pembatasan
lingkup audit, auditor harus memutuskan apakah hal tersebut tidak material,
material, atau sangat material.
Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat bagi Kondisi Tertentu, pada
Tingkat Materialitas Tetentu

Setelah memutuskan kedua hal yang pertama, maka merupakan hal yang mudah
untuk memutuskan jenis pendapat yang akan diberikan dengan bantuan suatu alat
pembantu pembuat keputusan.

Menuliskan Laporan Audit

Mayoritas kantor akuntan publik memiliki suatu file komputer yang telah berisi
kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda-beda yang dapat
membantu auditor menuliskan laporan auditnya.
2.5 DAMPAK E-COMMERCE PADA LAPORAN AUDIT

Kebanyakan perusahaan publik memberikan akses kepada informasi keuangan


melalui situs Web awal mereka. Pengunjung ke situs Web perusahaan bisa
melihat laporan keuangan perusahaan yang paling baru, termasuk laporan auditor.
Sebagai tambahan, adalah umum untuk perusahaan juga menyertakan informasi
laporan keuangan tiga vbulan yang tidak di audit, informasi keuangan lainnya
yang terpilih, dan berita untuk wartawan sering kali diberi judul “Tentang
Perusahaan” atau “Hubungan Investor” pada situs Web-nya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam bab ini dijelaskan bahwa laporan audit memiliki standar dan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam mengerjakan suatu laporan audit bagi perusahaan.
Setiap hasil audit yang berhasil diselesaikan haruslah memberikan opini wajar
tanpa syarat dalam bentuk baku yang sesuai dengan standar pelaporan audit.
Laporan audit pun memiliki unsur-unsur berbentuk baku yang harus dipenuhi dan
tercatat dalam pembuatan laporan audit. Unsur-unsur tersebut harus terdapat
dalam laporan audit apabila laporan tersebut berbentuk baku (wajar tanpa syarat).
Laporan bentuk baku ini tidak diterbitkan sewaktu-waktu, melainkan memiliki
beberapa kondisi yang apabila salah satu kondisi ini muncul mengharuskan
diterbitkannya laporan dalam bentuk baku.

Apabila suatu laporan audit memiliki beberapa kalimat menyimpang, maka


diharuskan untuk menambahkan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat yang
sesuai dengan kriteria suatu audit yang lengkap dengan hasil audit yang
memuaskan. Paragraf ini ditambahkan pula apabila auditor merasa ada beberapa
informasi penting yang wajib ditambahkan, dapat dijelaskan melalui paragraf ini.
Standar pelaporan dalam audit juga mewajibkan auditor untuk menaruh perhatian
pada kondisi-kondisi yang membuat prinsip akuntansi tidak diberlakukan secara
konsisten antara tahun yang digunakan pada tahun berjalan dan yang digunakan
pada tahun sebelumnya.

Dalam pelaporan audit pun terdapat penyimpangan dalam bentuk baku, dimana
terkadang beberapa kondisi yang tidak tepat muncul dan menyebabkan terjadinya
penyimpangan laporan audit bentuk baku. Beberapa kondisi tersebut disebabkan
karena misalnya, bukti kurang memadai, tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan auditor yang yang tidak independen. Saat kondisi ini
muncul maka hal ini menunjukkan gejala bahwa suatu penyimpangan dari laporan
bentuk baku hadir dan bernilai material, oleh karena itu suatu laporan selain
laporan bentuk baku harus diterbitkan.

Terdapat juga kondisi-kondisi yang membutuhkan penyimpangan dimana kondisi


tersebut disebut pembatasan lingkup audit. Pembatasan ini disebabkan oleh klien
dan kondisi-kondisi diluar kendali klien maupun auditor. Alasan klien untuk
membatasi lingkup auditor dapat berupa kehendak untuk menghemat biaya audit
dan dalam hal konfirmasi, karena terkadang salah konfirmasi akan berakibat pada
konflik antara klien dan pelanggannya saat jumlah yang dikonfirmasikan ternyata
berbeda.

Dalam pengambilan keputusan, auditor juga perlu menggunakan suatu proses


yang tersusun baik dalam memutuskan laporan audit apa yang tepat untuk
diterbitkan dalam kondisi tertentu. Auditor harus menilai apakah kondisi ini cocok
untuk diterbitkannya laporan audit bentuk baku atau tingkat materialitas. Apakah
kondisi ini memerlukan penyimpangan dalam dari laporan bentuk baku, atau
memutuskan tingkat materialitas laporan tersebut sehingga dapat menerbitkan
laporan dalam tingkat tersebut. Semua pertimbangan tersebut memerlukan proses
yang tersusun dimana akan dipertimbangkan kondisi dari setiap klien untuk
nantinya dapat diterbitkan laporan tersebut.

3.2 Saran

Dalam menulis laporan audit untuk kliennya alangkah baiknya auditor


memperhatikan setiap standar dan prinsip akuntansi yang berlaku, karena seperti
yang diketahui diatas bahwa kedua ketentuan tersebut sangat diperlukan dalam
penyusunannya sehingga nantinya akan dapat menghasilkan laporan audit yang
sesuai dengan prinsip pelaporan. Kemudian dalam pembatasan, diperlukannya
komunikasi dan konfirmasi yang jelas antara klien dan auditor sehingga nantinya
tidak terjadi miskomunikasi dan kejelasan dalam laporan audit yang dihasilkan
oleh auditor tersebut. Dalam pengambilan keputusan, auditor sudah sangat benar
dalam diperlukannya proses dalam penentuan laporan dimana nantinya akan
disesuaikan dengan kondisi yang dilalui oleh kliennya sehingga akan tepat dalam
diterbitkan dan meningkatkan kredibilitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Jakarta : PT Salemba Empat.,


Arens, Alvin A, dkk. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Jilid 1. Jakata : PT
Indeks.

Anda mungkin juga menyukai