Bab 2 - Kelompok 5 - Kelas D
Bab 2 - Kelompok 5 - Kelas D
NAMA KELOMPOK :
JAWA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan atas rahmat dan kehadirat Allah SWT, dimana
atas berkat rahmat dan limpahan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat dan baik.
Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Karena berkat perjuangan gigih dan pemikiran cerdas
beliaulah kami dapat merasakan hangatnya matahari dan sejuknya udara.
Makalah tentang “Laporan Audit” yang berisi mengenai pengetahuan-
pengetahuan yang sangatbermanfaat.Taklupa Kami juga munuturkan rasa terima
kasih kepada seluruh teman yang bekerja sama dan mensuport dalam
menyelesaikan makalah ini dengan sesempurna mungkin. Selain itu penulis juga
ingin mengucapkan ribuan rasa terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi IIyang membimbing kami dalam menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.
PENDAHULUAN
Dari setiap audit yang telah diselesaikan harus dibuat satu laporan tertulis
danditanda tangani demikian standar internal audit mengharuskan hal ini. Namun,
standartidak merekomendasikan bentuk atau format laporan tertentu. Untuk hal
tersebutstandar menyerahkan kepada masing-masing auditor.
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam
proses auditatapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan
informasi utama yangdapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa
yang dilakukan auditordan kesimpulan yang diperolehnya.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat kita simpulkan bahwa tujuan
dari pembuatan makalah ini untuk menjelaskan :
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Penulis
Makalah tugas Pemeriksaan Akuntansi I ini diharapkan sebagai langkah awal bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, serta merupakan suatu
makalah untuk memenuhi tugas semester gasal mata kuliah Pemeriksaan
Akuntansi I.
BAB II
PEMBAHASAN
Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance
karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para
pengguna laporan keuangan menyandarkan diri pada laporan auditor untuk
memperoleh keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Sebagaimana auditor
diminta untuk bertanggung jawab bila terlanjur menerbitkan suatu laporan audit
yang tidak tepat.
Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan laporan audit. Hal
tersebut dipelajari untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit sebelum
mempelajari pengumpulan bukti audit. Konsep-konsep audit akan lebih berarti
setelah memahami bentuk dan isi dari produk akhir audit.
1. Judul Laporan
Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan
dalam judul tersebut tercantum pula kata independen.
3. Paragraf Pendahuluan
Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal. Pertama, membuat
suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah
melaksanakan audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan
yang telah diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode
akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf
pendahuluan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung
jawab manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan
pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit.
4. Paragraf Scope
Paragraf scope berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan
selama proses audit. Paragraf scope menyatakan bahwa audir dirancang
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material. Berikutnya paragraf scope membahas
tentang pengumpulan bukti audit serta menyatakan bahwa auditor yakin
bahwa bukti audit yang dikumpulkan telah memberikan dasar yang
memadai bagi pernyataan pendapat.
5. Paragraf Pendapat
Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah
dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan
laporan audit, sehingga seringkali seluruh laporan audit dinyatakan secara
sederhana sebagai pendapat auditor. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa
kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan profesional.
6. Nama KAP
Nama tersebut akan mengidentifikasi kantor akuntan publik atau
praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit.
Laporan audit bentuk baku (laporan audit tanpa syarat) diterbitkan bila
kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
Laporan audit bentuk baku seringkali disebut sebagai suatu opini yang
bersih karena tidak terdapat suatu situasipun yang memerlukan suatu kualifikasi
atau modifikasi dalam pendapat auditor. Jika salah satu dari lima kondisi laporan
audit bentuk baku tidak dapat dipenuhi, maka laporan audit bentuk baku tersebut
tidak dapat diterbitkan. Para pengguna laporan keuangan umumnya akan lebih
memperhatikan pernyataan tidak memberikan pendapat atau suatu pendapat tidak
wajar daripada memperhatikan suatu laporan audit wajar tanpa syarat dengan
sebuah paragraf penjelasan.
2.2 LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA SYARAT DENGAN PARAGRAF
PENJELASAN ATAU MODIFIKASI
Pada beberapa situasi, suatu laporan audit wajar tanpa syarat diterbitkan,
tetapi dengan kalimat yang sedikit menyimpang dari laporan audit bentuk baku.
Laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan atau modifikasi
kalimat sesuai dengan kriteria suatu audit yang lengkap dengan hasil audit yang
memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor
merasa wajib untuk memberikan informasi tambahan.
(sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat pada
laporan audit bentuk baku).
(sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat dalam
laporan audit bentuk baku)
Contoh keberadaan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini dapat
menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya :
Aturan 203 dari Kode Etik Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam
situasi-situasi yang tidak umum, suatu penyimangan dari prinsip akuntansi
yang telah disusun oleh sebuah lembaga untuk digunakan AICPA sebagai
panduan prinsip akuntansi, barangkali tidak memerlukan suatu pendapat wajar
dengn pengecualian atau pendapat tidak wajar. Berikut ini adalah contoh-
contoh kasus yang menyebabkan seorang auditor berpikir bahwa ia harus
menjelaskan permasalahan yang terjadi : terdapat transaksi dengan ihak yang
terkait yang bernilai sangat besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal
neraca, penjelasan masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas
laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya,
serta ketidakpastian material yang diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan
public lain untuk melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila
klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka
kantor akuntan public utama memiliki tiga alternative pilihan. Hanya
alternative kedua yang memberikan ilihan akan suatu laporan audit wajar tanpa
syarat dengan modifikasi kalimat.
Dalam studi laporan audit yang menyimpang dari laporan audit bentuk
baku, terdapat tiga toik yang saling terkait satu sama lain : kondisi-kondisi
yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, jenis
laporan/pendapat audit lainnya selain laporan audit bentuk baku, serta
materialitas.
Ketika salah satu dari ketiga kondisi diatas menunjukkan gejala bahwa
suatu penyimpangan dari laporan bentuk baku hadir dan bernilai material,
maka suatu laporan selain laporan bentuk baku/laporan wajar tanpa syarat
harus diterbitkan. Tiga jenis laporan audit yang data diterbitkan dibawah
ketiga kondisi ini adalah laoran wajar dengan pengecualian, tidak wajar, serta
menolak memberikan pendapat.
Nilainya tidak Material Ketika suatu kesalahan penyajian terjadi dalam aporan
keuangan tetapi salah saji tersebut tidak mungkin mempengaruhi keputusan ang
dibuat oleh si pengguna laporan, maka hal tersebut dikategorikan sebagai bdak
material. Dalam kondisi tersebut sangat pantas untuk menerbitkan pendapat wajar
tanpa syarat. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa manajemen pada tahun
memutuskan untuk membebankannya sebagai biaya dalam tahun berjalan untuk
mengurangi biaya pemeliharaan catatan keuangan. Dengan demikian manajemen
telah gagal untuk mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka
Mesalahan penyajian tersebut bersifat tidak material dan suatu laporan audit
bentuk baku layak untuk diterbitkan.
Perbandingan Nilal Dollar pada Suatu Patokan Tertentu Pada saat searang
klien gagal mematuhi prinsip-prinsip GAAP maka yang menjadi perhatian utame
dalam pengukuran materialitasnya umumnya adalah nilai uang dari total kesalaha
pada akun-akun yang ferkait, dibandingkan pada suatu patokan tertentu. Susan
kesalahan senilai $10,000 mungkin bersifat material bagi sebuah perusahaan s
kecil, tetapi tidak material bagi sebuah perusahaan besar. Oleh karenanya, kesalah
penyajian harus dibandingkan dengan suatu patokan tertentu sebelum dibuat suat
keputusan tentang tingkat materialitas dari kegagalan mematuhi prinsip-prinisi
GAAP itu Patokan/panduan yang umumnya digunakan adalah laba bersih, t
aktiva, aktiva lancar, dan modal kerja.
Sebagai contoh, diasumsikan bahwa seorang auditor meyakini adanya
kelebihan pencatatan saldo persediaan sebesar $100,000 akibat dari kegagalan
klien dak mematuhi prinsip-prinsip GAAP Diasumsikan pula saldo persediaan
tercatat sebes $1,000,000, aktiva lancar $3,000,000, dan laba bersih sebelum pajak
sebes $2,000,000. Dalam kasus ini, auditor harus mengevaluasi materialitas dari
suah kesalahan pencatatan yang berprosentase 10% terhadap nilai persediaan, 3.3
dari aktiva lancar, dan 5% dari laba bersih sebelun pajak.
Untuk mengevaluasi keseluruhan materialitas, auditor pun haru
menggabungkan seluruh kesalahan saji yang belum diperbaiki serta menimbang
apakah mungkin terdapat kesalahan saji yang bersifat tidak material yang, ketla
digabungkan dengan kesalahan saji lainnya, akan mempengaruhi laporan
keuangan secara signifikan. Dalam kasus persediaan di atas, diasumsikan bahwa
auditor meyakini pula adanya kelebihan pencatatan saldo piutang dagang sebesa
$150,000. Maka total pengaruh kelebihan pencatatan tersebut pada aktiva lanca
sekarang sebesar 8.3 % ( $250,000 dibagi dengan $3,000,000) dan sebesar 12.5%
($250,000 dibagi dengan $2,000,000) pada laba bersih sebelum pajak.
Ketika membandingkan potensi kesalahan penyajian dengan suatu patokas
tertentu, seorang auditor harus mempertimbangkan dengan secara berhati-ha
seluruh akun yang dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut (pervasiveness
Sebagai contoh, merupakan hal yang penting untuk tidak memperhatikan pengan
dari kekurangan pencatatan saldo persediaan pada harga pokok penjualan, lab
sebelum pajak, pajak penghasilan yang dibayarkan, serta pajak penghasilan yang
terutang.
Terukur Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur seca
akurat. Sebagai contoh, ketidaksediaan seorang klien untuk mengungkapkan su
gugatan pengadilan yang sedang berlangsung atau pembelian sebuah perusaha
baru yang dilakukan setelah tanggal neraca sulit, jika memungkinkan, untuk diuk
dalam satuan uang. Pertanyaan materialitas yang harus dievaluasi oleh audito
dalam situasi-situasi seperti ini adalah pengaruh dari kegagalannya dalan
mengungkapkan hal-hal tersebut pada para pengguna laporan.
Karakteristik Item itu Sendiri Keputusan seorang pengguna laporan mungl pula
dipengaruhi oleh jenis kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Berkut ini
adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna laporan, serta
mempengaruhi pula pendapat auditor dalam suatu pendekatan yang berbeda
dengan mayoritas kesalahan penyajian
1. Transaksi-transaksi tersebut bersifat ilegal atau curang.
2. Suatu item secara material dapat mempengaruhi penyajian dalam beberapa
periode mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat
material bagi penyajian laporan pada periode berjalan.
3. Suatu item mempunyai suatu pengaruh "fisik" (sebagai contoh, sejumlah
kecil laba terhadap sejumlah kecil kerugian atau saldo kas terhadap
cerukan).
4. Suatu itern mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas
konsekuensi yang timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah
disepakati bersama (sebagai contoh, pengaruh dari kegagalan mematuhi
persyaratan dalam suatu perjanjian hutang dapat berakibat pada suatu
penarikan pinjaman yang material)
Dua kategori utama dari pembatasan lingkup audit adalah: pembatasan lingkup
aduit yang disebabkan oleh klien serta pembatasan lingkup audit yang disebabkan
oleh kondisi-kondisi diluar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis lingkup
audit tersebut memiliki pengaruh yang sama pada laporan auditor, tetapi
nterpretasi materialitasnya kemungkinan besar berbeda. Saat terdapat suatu
laporan audit bentuk baku, suatu laporan wajar dengan pengecualian pada lingkup
dan pendapat audit, serta suatu penolakan pemberian pendapat, tergantung pada
tingkat materialitasnya.
Untuk pembatasan lingkup audit yan disebabkan oleh klien, auditor harus
mempertimbangkan suatu kemungkinan bahwa manajemen berusaha untuk
mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Ketika pembahasan lingkup
audit terjadi akibat kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun
auditor, maka laporan audit wajar dengan pengecualian pada lingkup dan
pendapat audit lebih tepat untuk diterbitkan. Alasan-alasan klien untuk membatasi
lingkup audit dapat berupa kehendak untuk menghemat biaya audit dan, dalam hal
konfirmasi piutang dagang untuk mencegah terjadinya konflik antara klien dengan
pelanggannya saat jumlah yang dikonfirmasikan ternyata berbeda.
Kasus umum yang terjadi pada sat terdapat kondisi-kondisi yan berada diluar
kendali klien dan auditor sehingga menyebabkan terjadinya pembatasan lingkup
audit adalah penugasan baru yang ditandatangani setelah tanggal neraca klien.
Konfirmasi atas piutang dagang, pengamatan fisik persediaan, serta prosedur-
prosedur penting lainnya barangkali tidak mungkin dilaksanakan dalam kondisi-
kondisi itu. Ketika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur-prosedur yang
menurutnya harus dilakukan, tetapi ia dapat dipuaskan dengan suatu prosedur
alternatif yang dapat membantunya menyimpulkan bahwa informasi yan diuji
telah disajikan secara wajar, maka suatu laporan audit bentuk baku dapat
diterbitkan.
Jika prosedur alternatif tersebut tidak dapat dilaksanakan, suatu pendapat wajar
dengan pengecualian pada lingkup audit dan, tergantun pada tingkat materialitas
yang ada, baik suatu pendapat wajar dengan pengecualian pada opini audit atau
suatu penolakan pemberian pendapat wajib yang diberikan. Batasan pada cakupan
ujian auditor mewajbkan paragraf yang mengukur yang mendahului pendapat
untuk menjelaskan batasannya. Dalam kasus tidak memberikan pendapat, seluruh
cakupan paragraf dikeluarkan dari laporan.
Ketika nilai pembatasan lingkup audit tersebut sangat material sehingga suatu
penolakan pemberian pendapat daripada suatu pendapat wajar dengan
pengecualian harus diterbitkan, maka auditor hanya menggunakan tiga buah
paragraf.
Ketika seorang klien gagal menampilkan informasi yang wajib disampaikan agar
ia dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar, baik menampilkan informasi
tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan yang
terkait, maka merupakan tanggung jawab auditor untuk menyajikan informasi
tersebut dalam laporan audtitnya serta menerbitkan pula suatu pendapat wajar
dengan pengecualian atau suatu pendapat tidak wajar. Terdapat beberapa aturan
yang mengatur bagaimana laporan audit dibuat tanpa melanggar tata cara atau
aturan yang berlaku, diantaranya:
3. Ketiadaan Laporan Arus Kas. Ketika laporan arus kas ini ditiadakan, harus
dibuat paragraf ketiga yang menyatakan tentang penghapusan laporan
tersebut serta penerbitan suatu pendapat wajar dengan pengecualian
“kecuali untuk”.
Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun baik memutuskan laporan
audit apa yang tepat untuk diterbitkan pada serangkaian kondisi tertentu.
Hal yang paling penting dari kondisi –kondisi tersebut telah diidentifikasikan
dalam Tabel 3-3. Para auditor mengidentifikasikan kondisi-kondisi ini saat
mereka sedang melaksanakan proses audit serta memasukkan berbagai informasi
yang ada ke dalam kertas kerja mereka sebagai bahan diskusi untuk menentukan
laporan audit yang tepat untuk di terbitkan.
Setelah memutuskan kedua hal yang pertama, maka merupakan hal yang mudah
untuk memutuskan jenis pendapat yang akan diberikan dengan bantuan suatu alat
pembantu pembuat keputusan.
Mayoritas kantor akuntan publik memiliki suatu file komputer yang telah berisi
kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda-beda yang dapat
membantu auditor menuliskan laporan auditnya.
2.5 DAMPAK E-COMMERCE PADA LAPORAN AUDIT
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bab ini dijelaskan bahwa laporan audit memiliki standar dan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam mengerjakan suatu laporan audit bagi perusahaan.
Setiap hasil audit yang berhasil diselesaikan haruslah memberikan opini wajar
tanpa syarat dalam bentuk baku yang sesuai dengan standar pelaporan audit.
Laporan audit pun memiliki unsur-unsur berbentuk baku yang harus dipenuhi dan
tercatat dalam pembuatan laporan audit. Unsur-unsur tersebut harus terdapat
dalam laporan audit apabila laporan tersebut berbentuk baku (wajar tanpa syarat).
Laporan bentuk baku ini tidak diterbitkan sewaktu-waktu, melainkan memiliki
beberapa kondisi yang apabila salah satu kondisi ini muncul mengharuskan
diterbitkannya laporan dalam bentuk baku.
Dalam pelaporan audit pun terdapat penyimpangan dalam bentuk baku, dimana
terkadang beberapa kondisi yang tidak tepat muncul dan menyebabkan terjadinya
penyimpangan laporan audit bentuk baku. Beberapa kondisi tersebut disebabkan
karena misalnya, bukti kurang memadai, tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan auditor yang yang tidak independen. Saat kondisi ini
muncul maka hal ini menunjukkan gejala bahwa suatu penyimpangan dari laporan
bentuk baku hadir dan bernilai material, oleh karena itu suatu laporan selain
laporan bentuk baku harus diterbitkan.
3.2 Saran