DISUSUN OLEH:
Marisa I1011131034
Heri Irawan I1011161057
Rizky Ananda I1011191026
Nabila Bunga Andani I1011191049
Welly Bundian Henmargo I1011191050
Kenni Kenedy I1011191061
Andi Denisa Fadilah Nur I1011191073
Lala Aqila Fadia I1011191078
Uray Ziwa Rafi Zhafiran I1011191086
M. Surya I1011191096
1.1 Pemicu
Ryan adalah mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran di kota Pontianak. Ia
sedang menjalani modul pembelajaran berdasarkan masalah di jurusannya.
Beberapa kata baru yang dikenalnya adalah PBL, masalah, berpikir kritis, dan
pembelajaran sepanjang hayat. Ia belum paham alasan modul ini harus dipelajari
oleh mahasiswa kedokteran. Ryan berasumsi bahwa menjadi dokter yang paling
penting adalah menyembuhkan pasien, memebrikan resep yang tepat, dan
kemudian pasien sembuh. Ia belum paham peran berpikir kritis dan belajar
sepanjang hayat bagi profesi dokter.
PBL Ryan
1.6 Hipotesis
Ryan harus mengetahui PBL terlebih dahulu agar mengerti sistem PBL,
berpikir kritis dan belajar sepanjang hayat.
2.1 PBL
a. Definisi
PBL merupakan model pembelajaran yang menginisiasi siswa dengan
menghadirkan sebuah masalah agar diselesaikan oleh siswa. Selama proses
pemecahan masalah, siswa membangun pengetahuan serta mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan self-regulated learner.
Dalam proses pembelajaran PBL, seluruh kegiatan yang disusun oleh siswa
harus bersifat sistematis. Hal tersebut diperlukan untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan
sehari– hari.1
Mengacu rumusan dari Kwan (2009), bahwa “PBL merupakan
Metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar,
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang
nyata”. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL
mempersiapkan peserta didik untuk berfikir kritis dan analistis dan untuk
mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.1
b. Metode
Kelas problem based learning diselenggarakan dengan metode
partisipatif artinya mahasiswa tidak dipandang sebagai murid, melainkan
sebagai kelompok belajar. Dalam praktiknya mahasiswa didorong untuk aktif
dan merasa tertarik terhadap masalah yang akan dipelajari, sementara
fasilitator berperan sebagai pengarah pada pengetahuan yang benar. Fasilitator
bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas
dapat sebagai sumber belajar.2
Dalam PBL, mahasiswa membagi diri dalam kelompok-kelompok
kecil. Kemudian suatu masalah yang realistis disajikan dan didiskusikan.
Kemudian mahasiswa mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dalam
hubungannya dengan masalah (“pre-existing knowledge”):3
1. Informasi apa yang dibutuhkan
2. Strategi atau langkah-langkah apa yang selanjutnya perlu diambil untuk
“mempelajari”
Informasi atau pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
menjawab masalah, lalu masing-masing mahasiswa meneliti berbagai isu dan
mengumpulkan sumber informasi. Sumber daya/ sumber informasi yang
digunakan mahasiswa dievaluasi oleh kelompok. Informasi, pengetahuan,
keterampilan baru dibagikan kepada anggota kelompok lainnya. Siklus seperti
itu diulangi sampai mahasiswa merasa bahwa semua masalah atau isu telah
terjawab dengan memuaskan. Mahasiswa bisa mengajukan saran, solusi, atau
hipotesis. Tutor melakukan evaluasi kinerja kelompok.3
Tujuh langkah dalam tutorial (seven jumps tutorial) sebagai berikut:4
1. Identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario.
(sekretaris mencatat kata-kata yang masih belum dimengerti setelah
didiskusikan)
2. Penentuan masalah. Setiap anggota memiliki bermacam perspektif
masalah, akan tetapi harus dicari masalah yang disepakati bersama.
(sekretaris mencatat daftar masalah yang telah disetujui).
3. Brainstorming. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan
masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki (prior
knowledge). Identifikasi area pengetahuan yang kurang. (sekretaris menulis
yang didiskusikan).
4. Berdasarkan langkah 2 dan 3 maka disusun penjelasan masalah dalam
bentuk penjelasan sementara (tentative solution). (sekretaris mencatat
penjelasan masalah sementara yang telah didiskusikan).
5. Penentuan Tujuan pembelajaran yang akan diraih. (Tutor mengarahkan
agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai, komprehensip dan sesuai
dengan yang diharapkan.)
6. Belajar mandiri. Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
7. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan
saling berdiskusi. (Tutor menilai jalannya proses ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan).
Berikut ini merupakan panduan dalam pelaksanaan diskusi kelompok
menggunakan 12 Langkah Brenda sebagai berikut:5
1. Klarifikasi dan definisi masalah
2. Analisis masalah
3. Pengembangan hipotesis
4. Identifikasi dan karakteristik pengetahuan yang diperlukan
5. Identifikasi pengetahuan yang sudah diketahui
6. Identifikasi sumber belajar yang tepat
7. Pengumpulan pengetahuan baru
8. Sintesis pengetahuan lama dan baru
9. Pengulangan langkah-langkah yang diperlukan
10. Identifikasi yang belum terpelajari
11. Kesimpulan
12. Pengujian pemahaman pengetahuan dengan cara mengaplikasikannya
pada masalah yang lain
c. Tujuan
PBL bertujuan untuk tujuan pendidikan berikut (Barrows & Tamblyn,
1980): Meningkatkan keterampilan siswa untuk memperoleh prinsip dan
konsep kunci yang harus lebih baik dipertahankan oleh peserta didik dan
memungkinkan mereka untuk menggunakan informasi yang dipelajari dalam
situasi serupa lainnya. Mengembangkan keterampilan penalaran klinis siswa,
pemikiran kritis dan strategi pengambilan keputusan. Mengembangkan
keterampilan siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan lintas disiplin dan
pemahaman yang lebih baik tentang peran sikap humanistik terhadap kinerja
profesional. Persiapkan siswa untuk mengejar pembelajaran seumur hidup.
Promosikan pembelajaran kelompok kecil, perlunya kerja tim yang efektif dan
pembelajaran kolaboratif.6
d. Keuntungan dan kekurangan
PBL memberikan aneka keuntungan dan kelemahan sebagai berikut:3
1. Keuntungan3
a) Kemampuan retensi dan mengingat kembali (recall) pengetahuan lebih
besar
b) Mengembangkan keterampilan interdisipliner:
1) Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek
2) Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik
3) Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan
c) Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup:
1) Cara meneliti
2) Cara berkomuniasi dalam kelompok
3) Cara mengatasi masalah
d) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri
dan kelompok), berpsat pada mahasiswa, efektivitas tinggi.
e) Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan
1) Umpan balik segera
2) Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai
3) Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran
(taksonomi Bloom)
f) Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah
g) Meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi
mahasiswa-mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur
2. Kelemahan 3
a) Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar:
1) Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi
2) Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang
diskusi, literatur, perpustakaan tradisional maupun e-library,
narasumber, tenaga profesional di bidangnya
b) Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan
dosen untuk menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan
yang diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran
c) Memerlukan perubahan paradigma:
1) Pergeseran dari fokus dari “apa yang diajarkan dosen” (teacher-
centered) menjadi “apa yang dipelajari mahasiswa” (student-
centered)
2) Perubahan pandangan dosen sebagai pakar yang berperan sebagai
“bank pengetahuan” melalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi
dosen sebagai “fasilitator “ atau “tutor” pembelajaran
Ryan harus mengetahui PBL terlebih dahulu agar dapat beradaptasi dan
mengerti tentang sistem PBL, berpikir kritis dan pmbelajaran sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shofiyah N, Wulandari FE. Model Problem Based Learning (PBL) dalam Melatih
Scientific Reasoning Siswa JPPIPA (Jurnal Penelitian Pendidikan IPA)..2018. 3
(1): 40-45.
2. Colliver AJ. Effectiveness of Problem Based Learning Curiculla : Reasearch and
Theory. Academic Medicine; 2000.
3. Halonen D. Problem based learning: A case study. University fo Manitoba.
Auspice, athabascau; 2010.
4. Harsono. Pengantar problem-based learning. Yogyakarta: Penerbit MEDIKA FK
UGM. 2008
5. Widodo, Siri OS. “Problem-Based Learning, A Method for Acquisition of New
Knowledge: An Experience at the Medical Faculty, University of Indonesia.”
(Bahan Penataran Pemelajaran Berdasarkan Masalah, P4T UI); 2002.
6. Azer A. Becoming a student in a PBL course: Twelve tips for successful group
discussion. Med Teach. 2004;26(1):12–5.
7. Murti Bhisma. Berpikir Kritis.Institute for Health Economic and Policy Studies
(IHEPS).2009;(1).1-5
8. Harasym PH, Tsai T, Hemmati P. Current Trends in Developing Medical
Students’ Critical Thinking Abilities. The Kaohsiung Journal Medical Sciences.
2008;24:341-55.
9. Lambertus. Pentingnya melatih keterampil berpikir dalam pembelajaran
matematika SD. FORUM Pendidik. 2009;28(2):136–42.
10. Lambertus. Pentingnya melatih keterampil berpikir dalam pembelajaran
matematika SD. FORUM Pendidik. 2009;28(2):136–42.
11. Hassoubah ZI. Developing Creative & Critical Thinking : Cara Berpikir Kreatif
& Kritis. Bandung : Nuansa; 2004.
12. Harold B. Haley MD. Does Medical School Instill Lifelong Learning, Journal of
Cancer Education. 2008;23(3):197
13. K v, Ramana, Kandi, Sabitha. Assessment of Conventional Teaching Technique
in the Era of Medical Education Technology: A Study of Biochemistry Learning
Process among First Year Medical Students Using Traditional Chalk and Board
Teaching. 2018;6(8):1137-40
14. Nilson LB. Teaching at its best: A research-based resource for college instructors
(3rd ed.). 2010;4(20):187.
15. Shofiyah N, Wulandari FE. Model problem based learning (pbl) dalam melatih
scientific reasoning siswa; 2018.