Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

MODUL PROBLEM BASED LEARNING


KELOMPOK 9

DISUSUN OLEH:
Marisa I1011131034
Heri Irawan I1011161057
Rizky Ananda I1011191026
Nabila Bunga Andani I1011191049
Welly Bundian Henmargo I1011191050
Kenni Kenedy I1011191061
Andi Denisa Fadilah Nur I1011191073
Lala Aqila Fadia I1011191078
Uray Ziwa Rafi Zhafiran I1011191086
M. Surya I1011191096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Ryan adalah mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran di kota Pontianak. Ia
sedang menjalani modul pembelajaran berdasarkan masalah di jurusannya.
Beberapa kata baru yang dikenalnya adalah PBL, masalah, berpikir kritis, dan
pembelajaran sepanjang hayat. Ia belum paham alasan modul ini harus dipelajari
oleh mahasiswa kedokteran. Ryan berasumsi bahwa menjadi dokter yang paling
penting adalah menyembuhkan pasien, memebrikan resep yang tepat, dan
kemudian pasien sembuh. Ia belum paham peran berpikir kritis dan belajar
sepanjang hayat bagi profesi dokter.

1.2 Klarifikasi dan definisi


a. PBL merupakan proses pembelajaran atau kegiatan belajar yang terjadi
sebagai akibat dari proses pemahaman dan penyelesaian masalah serta
berpusat pada peserta didik (mahasiswa).
b. Berpikir kritis adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus untuk
membuktikan pengetahuan yang melatar belakangi suatu hal untuk kemudian
mengambil keputusan terhadap hal tersebut.

1.3 Kata kunci


a. Mahasiswa baru
b. Mahasiswa kedokteran
c. PBL
d. Berpikir kritis
e. Pembelajaran sepanjang hayat
1.4 Rumusan masalah
Ryan adalah mahasiswa baru difakultas kedokteran yang belum paham alas an
modul PBL harus dipelajari oleh mahasiswa kedokteran.

1.5 Analisis masalah

PBL Ryan

Definisi Metode Tujuan Dampak Faktor

Pertukaran Berpikir Negitif & Internal


informasi kritis Positif Eksternal

1.6 Hipotesis
Ryan harus mengetahui PBL terlebih dahulu agar mengerti sistem PBL,
berpikir kritis dan belajar sepanjang hayat.

1.7 Pertanyaan diskusi


1. PBL
a. Definisi
b. Metode
c. Tujuan
d. Dampak
e. kelebihan dan kekurangan
2. Berpikir kritis
a. Definisi
b. Metode
c. Tujuan
d. Dampak
e. Faktor
3. Mengapa pembelajaran sepanjang hayat perlu diterapkan di kedokteran?
4. Apa perbedaan pembelajaran konvensional dengan metode PBL di
kedokteran?
5. Siapa saja yang berperan dalam diskusi PBL?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PBL
a. Definisi
PBL merupakan model pembelajaran yang menginisiasi siswa dengan
menghadirkan sebuah masalah agar diselesaikan oleh siswa. Selama proses
pemecahan masalah, siswa membangun pengetahuan serta mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan self-regulated learner.
Dalam proses pembelajaran PBL, seluruh kegiatan yang disusun oleh siswa
harus bersifat sistematis. Hal tersebut diperlukan untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan
sehari– hari.1
Mengacu rumusan dari Kwan (2009), bahwa “PBL merupakan
Metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar,
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang
nyata”. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL
mempersiapkan peserta didik untuk berfikir kritis dan analistis dan untuk
mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.1
b. Metode
Kelas problem based learning diselenggarakan dengan metode
partisipatif artinya mahasiswa tidak dipandang sebagai murid, melainkan
sebagai kelompok belajar. Dalam praktiknya mahasiswa didorong untuk aktif
dan merasa tertarik terhadap masalah yang akan dipelajari, sementara
fasilitator berperan sebagai pengarah pada pengetahuan yang benar. Fasilitator
bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas
dapat sebagai sumber belajar.2
Dalam PBL, mahasiswa membagi diri dalam kelompok-kelompok
kecil. Kemudian suatu masalah yang realistis disajikan dan didiskusikan.
Kemudian mahasiswa mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dalam
hubungannya dengan masalah (“pre-existing knowledge”):3
1. Informasi apa yang dibutuhkan
2. Strategi atau langkah-langkah apa yang selanjutnya perlu diambil untuk
“mempelajari”
Informasi atau pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
menjawab masalah, lalu masing-masing mahasiswa meneliti berbagai isu dan
mengumpulkan sumber informasi. Sumber daya/ sumber informasi yang
digunakan mahasiswa dievaluasi oleh kelompok. Informasi, pengetahuan,
keterampilan baru dibagikan kepada anggota kelompok lainnya. Siklus seperti
itu diulangi sampai mahasiswa merasa bahwa semua masalah atau isu telah
terjawab dengan memuaskan. Mahasiswa bisa mengajukan saran, solusi, atau
hipotesis. Tutor melakukan evaluasi kinerja kelompok.3
Tujuh langkah dalam tutorial (seven jumps tutorial) sebagai berikut:4
1. Identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario.
(sekretaris mencatat kata-kata yang masih belum dimengerti setelah
didiskusikan)
2. Penentuan masalah. Setiap anggota memiliki bermacam perspektif
masalah, akan tetapi harus dicari masalah yang disepakati bersama.
(sekretaris mencatat daftar masalah yang telah disetujui).
3. Brainstorming. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan
masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki (prior
knowledge). Identifikasi area pengetahuan yang kurang. (sekretaris menulis
yang didiskusikan).
4. Berdasarkan langkah 2 dan 3 maka disusun penjelasan masalah dalam
bentuk penjelasan sementara (tentative solution). (sekretaris mencatat
penjelasan masalah sementara yang telah didiskusikan).
5. Penentuan Tujuan pembelajaran yang akan diraih. (Tutor mengarahkan
agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai, komprehensip dan sesuai
dengan yang diharapkan.)
6. Belajar mandiri. Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
7. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan
saling berdiskusi. (Tutor menilai jalannya proses ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan).
Berikut ini merupakan panduan dalam pelaksanaan diskusi kelompok
menggunakan 12 Langkah Brenda sebagai berikut:5
1. Klarifikasi dan definisi masalah
2. Analisis masalah
3. Pengembangan hipotesis
4. Identifikasi dan karakteristik pengetahuan yang diperlukan
5. Identifikasi pengetahuan yang sudah diketahui
6. Identifikasi sumber belajar yang tepat
7. Pengumpulan pengetahuan baru
8. Sintesis pengetahuan lama dan baru
9. Pengulangan langkah-langkah yang diperlukan
10. Identifikasi yang belum terpelajari
11. Kesimpulan
12. Pengujian pemahaman pengetahuan dengan cara mengaplikasikannya
pada masalah yang lain
c. Tujuan
PBL bertujuan untuk tujuan pendidikan berikut (Barrows & Tamblyn,
1980): Meningkatkan keterampilan siswa untuk memperoleh prinsip dan
konsep kunci yang harus lebih baik dipertahankan oleh peserta didik dan
memungkinkan mereka untuk menggunakan informasi yang dipelajari dalam
situasi serupa lainnya. Mengembangkan keterampilan penalaran klinis siswa,
pemikiran kritis dan strategi pengambilan keputusan. Mengembangkan
keterampilan siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan lintas disiplin dan
pemahaman yang lebih baik tentang peran sikap humanistik terhadap kinerja
profesional. Persiapkan siswa untuk mengejar pembelajaran seumur hidup.
Promosikan pembelajaran kelompok kecil, perlunya kerja tim yang efektif dan
pembelajaran kolaboratif.6
d. Keuntungan dan kekurangan
PBL memberikan aneka keuntungan dan kelemahan sebagai berikut:3
1. Keuntungan3
a) Kemampuan retensi dan mengingat kembali (recall) pengetahuan lebih
besar
b) Mengembangkan keterampilan interdisipliner:
1) Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek
2) Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik
3) Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan
c) Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup:
1) Cara meneliti
2) Cara berkomuniasi dalam kelompok
3) Cara mengatasi masalah
d) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri
dan kelompok), berpsat pada mahasiswa, efektivitas tinggi.
e) Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan
1) Umpan balik segera
2) Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai
3) Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran
(taksonomi Bloom)
f) Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah
g) Meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi
mahasiswa-mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur
2. Kelemahan 3
a) Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar:
1) Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi
2) Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang
diskusi, literatur, perpustakaan tradisional maupun e-library,
narasumber, tenaga profesional di bidangnya
b) Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan
dosen untuk menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan
yang diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran
c) Memerlukan perubahan paradigma:
1) Pergeseran dari fokus dari “apa yang diajarkan dosen” (teacher-
centered) menjadi “apa yang dipelajari mahasiswa” (student-
centered)
2) Perubahan pandangan dosen sebagai pakar yang berperan sebagai
“bank pengetahuan” melalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi
dosen sebagai “fasilitator “ atau “tutor” pembelajaran

2.2 Berpikir kritis


a. Definisi
Berpikir kritis atau critical thinking adalah suatu proses berpikir
intelektual serta kritis dimana seorang mahasiswa mampu menilai kualitas
pemikiran yang reflektif, jernih, dan rasional, kemampuan yang dimiliki
setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik
untuk mengejar pengetahuan yang relevan tentang dunia dengan melibatkan
evaluasi bukti.7
b. Metode
Diyakini bahwa seorang pemikir kritis melewati serangkaian langkah
kognitif sebagai realisasi dari metode berpikir kritis, yaitu:8
1. Mengumpulkan informasi dari semua indera, ekspresi verbal dan / atau
tertulis, refleksi, observasi, pengalaman dan penalaran;
2. Mengangkat pertanyaan dan masalah vital, yang didefinisikan dengan
jelas;
3. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan;
4. Menggunakan ide-ide abstrak yang ditafsirkan dan digunakan secara
efektif;
5. Sampai pada kesimpulan dan solusi yang beralasan;
6. Menguji hasil terhadap kriteria yang relevan dan standar;
7. Menggunakan strategi pemikiran alternatif sesuai dengan tugas /
kebutuhan;
8. Mengevaluasi semua asumsi, implikasi, dan praktik konsekuensi tical; dan
9. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam solusi untuk
masalah yang kompleks.
c. Tujuan
Tujuan berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang
penuh kesadaran mengarah kepada suatu tujuan yang akhirnya
memungkinkan untuk membuat keputusan. Sementara itu, Johnson (2002:
183) mengartikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk berpendapat
dengan cara terorganisasi, dan merupakan kemampuan untuk mengevaluasi
secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.9
d. Dampak
Berpikir kritis memiliki dampak yang positif seperti melatih
keterampilan dalam memecahkan masalah. Pembelajaran yang dirangkai
sesuai tahap berpikir kritis akan melatih siswa untuk terbiasa melakukan
langkah-langkah kecil terlebih dahulu sebelum akhirnya terampil dalam
berpikir ketingkat yang lebih tinggi dalam menyelesaikan solusi suatu
permasalahan. Hal ini akan secara tidak langsung membekali siswa untuk
mencari tindakan terbaik yang harus dipilih dalam bersaing dengan negara-
negara ASEAN. Munculnya pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang
tepat. Mengembangkan berpikir kritis dalam pembelajaran akan merangsang
rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari. Akibatnya siswa
termotivasi untuk bertanya, dan mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan. Aktif membangun
argumen dengan menunjukkan bukti-bukti yang akurat dan logis.10
e. Faktor
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir kritis mahasiswa,
diantaranya:
1) Kondisi fisik
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah
kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani
kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan
pada situasi yag menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan
suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia
tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yanga ada.
2) Motivasi
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau
memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara yang sangat
baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi
yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam
belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang
tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan
sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan
kepuasan, mempeerlihatkan tekad diri, sikap kontruktif, memperlihatkan
hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
3) Kecemasan
Keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan
terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000)
kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima stimulus
berlebih yang melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi
terhadap kecemasan dapat bersifat; a) konstruktif, memotivasi individu
untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan
tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif,
menimbulkan tingkah laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut
kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam
berpikir.
4) Perkembangan intelektual: intelektual atau kecerdasan merupakan
kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu
persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat merespon
dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap orang berbeda-
beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya

2.3 Mengapa pembelajaran sepanjang hayat perlu diterapkan di kedokteran?


Untuk dapat mengingat atau menerapkan banyak dari apa yang telah
dipelajari di masa lalu yang masih relevan; untuk mempelajari konsep, penyakit,
pendekatan, teknik, dan pengobatan baru yang tepat; untuk belajar bekerja dengan
ahli kesehatan lainnya; untuk belajar mengevaluasi dan meningkatkan fungsi dan
kinerja seseorang sebagai pribadi dan sebagai dokter; dan merencanakan masa
depan sesuai kebutuhan.12
2.4 Apa perbedaan pembelajaran konvensional dengan metode PBL di
kedokteran?13,14
Sistem Pembelajaran Konvensional
Sistem Pembelajaran PBL

Pengetahuan ditransfer dari dosen ke Mahasiswa secara aktif mengembangkan


mahasiswa pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajarinya
Mahasiswa-mahasiswa menerima Mahasiswa secara aktif terlibat dalam
pengetahuan secara pasif mengelola pengetahuan
Lebih menekankan pada penguasaan Tidak hanya menekankan pada materi,
secara materi tetapi juga dalam mengembangkan
karakter mahasiswa (life-long learning)
Biasa memanfaatkan media tunggal Memanfaatkan banyak media (multimedia)
Fungsi dosen atau pengajar sebagai Fungsi dosen sebagai fasilitator dan
pemberi informasi utama dan evaluasi dilakukan secara bersama dengan
evaluator mahasiswa
Proses pembelajaran dan penilaian Proses pembelajaran dan penilaian
dilakukan secara terpisah dilakukan saling berkesinambungan dan
terintegrasi
Menekankan pada jawaban yang benar Penekanan pada proses pengembangan
saja pengetahuan.Kesalahan dinilai dapat
menjadi salah satu sumber belajar
Sesuai untuk mengembangkan ilmu Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan
dalam satu disiplin saja cara pendekatan interdisipliner
Iklim belajar lebih individualis dan Iklim yang dikembangkan lebih bersifat
kompetitif kolaboratif, suportif, dan kooperatif
Mahasiswa dan dosen belajar bersama di
Hanya mahasiswa yang dianggap
dalam mengembangkan pengetahuan,
melakukan proses pembelajaran
konsep, dan keterampilan
Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari
Perkuliahan merupakan bagian
perkuliahan saja, tetapi dapat
terbesar dalam proses pembelajaran
menggunakan berbagai cara dan kegiatan
2.5 Siapa saja yang berperan dalam diskusi PBL?
Proses pembelajaran PBL secara utuh dimulai dengan membagi siswa
kedalam grup yang berisi 5-8 siswa, kemudian mereka diberikan masalah.
Masalah tersebut harus otentik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Siswa
berusaha memecahkannnya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan
sekaligus mencari informasi – informasi baru yang relevan untuk solusinya.
Mereka harus mengidentifikasi masalah tersebut, kemudian membuat hipotesis,
mendaftar apa yang mereka perlukan dan mengeksplor kegiatan eksperimen apa
yang mereka butuhkan. Selama dalam kegiatan kerja kelompok tersebut, siswa
harus menyelesaikan tugasnya. Mereka harus mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin dari berbagai sumber. Setelah itu, mereka harus membuat laporan, dan
kemudian mempresentasikan kepada teman-teman yang lain. Jika ada masukan
atau revisi, mereka harus memperbaikinya dan terakhir yaitu membuat
kesimpulan apakah hipotesisi yang telah mereka buat dirterima tau ditolak.
Sedangkan tugas pendidik adalah sebagai fasilitator yang menyajikan masalah
atau pertanyaan. Dalam PBL, siswa diorganisasikan untuk berada pada sekita
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan
sosial dan pribadinya. Pembelajaran diarahkan pada situasi nyata, menghindari
jawaban sederhana dengan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang
kompetitif beserta argumentasi.15
BAB III
KESIMPULAN

Ryan harus mengetahui PBL terlebih dahulu agar dapat beradaptasi dan
mengerti tentang sistem PBL, berpikir kritis dan pmbelajaran sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Shofiyah N, Wulandari FE. Model Problem Based Learning (PBL) dalam Melatih
Scientific Reasoning Siswa JPPIPA (Jurnal Penelitian Pendidikan IPA)..2018. 3
(1): 40-45.
2. Colliver AJ. Effectiveness of Problem Based Learning Curiculla : Reasearch and
Theory. Academic Medicine; 2000.
3. Halonen D. Problem based learning: A case study. University fo Manitoba.
Auspice, athabascau; 2010.
4. Harsono. Pengantar problem-based learning. Yogyakarta: Penerbit MEDIKA FK
UGM. 2008
5. Widodo, Siri OS. “Problem-Based Learning, A Method for Acquisition of New
Knowledge: An Experience at the Medical Faculty, University of Indonesia.”
(Bahan Penataran Pemelajaran Berdasarkan Masalah, P4T UI); 2002.
6. Azer A. Becoming a student in a PBL course: Twelve tips for successful group
discussion. Med Teach. 2004;26(1):12–5.
7. Murti Bhisma. Berpikir Kritis.Institute for Health Economic and Policy Studies
(IHEPS).2009;(1).1-5
8. Harasym PH, Tsai T, Hemmati P. Current Trends in Developing Medical
Students’ Critical Thinking Abilities. The Kaohsiung Journal Medical Sciences.
2008;24:341-55.
9. Lambertus. Pentingnya melatih keterampil berpikir dalam pembelajaran
matematika SD. FORUM Pendidik. 2009;28(2):136–42.
10. Lambertus. Pentingnya melatih keterampil berpikir dalam pembelajaran
matematika SD. FORUM Pendidik. 2009;28(2):136–42.
11. Hassoubah ZI. Developing Creative & Critical Thinking : Cara Berpikir Kreatif
& Kritis. Bandung : Nuansa; 2004.
12. Harold B. Haley MD. Does Medical School Instill Lifelong Learning, Journal of
Cancer Education. 2008;23(3):197
13. K v, Ramana, Kandi, Sabitha. Assessment of Conventional Teaching Technique
in the Era of Medical Education Technology: A Study of Biochemistry Learning
Process among First Year Medical Students Using Traditional Chalk and Board
Teaching. 2018;6(8):1137-40
14. Nilson LB. Teaching at its best: A research-based resource for college instructors
(3rd ed.). 2010;4(20):187.
15. Shofiyah N, Wulandari FE. Model problem based learning (pbl) dalam melatih
scientific reasoning siswa; 2018.

Anda mungkin juga menyukai