Anda di halaman 1dari 112

FIKRI CAHYADI

PENDIDIKAN BERKARAKTER IESQ DAN

REVOLUSI MENTAL DEMI


MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS 2045

Sebuah Pemikiran Kritis dan Sederhana dari Seorang


Pemuda Pemimpin masa depan Indonesia

Persembahan dalam rangka memperingati


HUT RI yang ke 70

Penerbit : PT Jaya Fiolfa


(Koleksi Pribadi)

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 1


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan buku ini dengan judul: “PENDIDIKAN
BERKARAKTER IESQ DAN REVOLUSI MENTAL DEMI
MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS 2045”.

Melalui kesempatan ini, tidak lepas saya


menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Yang terhormat, Bapak Dr. Muhadam Labolo, M.Si


yang telah memberikan petunjuk demi kesempurnaan
pembuatan buku ini.

2. Kedua orang tua, Saudara-saudara, dan teman-teman


yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan buku ini tepat
pada waktunya.

3. Siapapun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu


yang telah membantu memberikan masukan,
menyediakan literatur dan memberikan kritik untuk
kesempurnaan buku ini.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 2


Penulisan buku ini dimaksudkan untuk
menyumbangkan pemikiran saya dalam rangka memperingati
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke 70
dan sebagai persembahan Ulang Tahun saya yang telah
menginjak usia kepala dua. Selain itu juga menambah
wawasan dan pengetahuan saya terhadap analisis fakta dan
realita yang terjadi di lapangan.
Saya menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca
untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi buku ini
dapat lebih sempurna.

Akhirnya, saya berharap semoga isi buku ini dapat


memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya
dimasa sekarang dan yang akan datang. Amin..

Jatinangor, 7 Agustus 2015

Penulis,

M. FIKRI CAHYADI

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 3


ABSTRAK

Pendidikan berkarakter merupakan pendidikan yang


mengimplementasikan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta
didik dalam memahami nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat, serta melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Revolusi Mental melibatkan semacam strategi
social dan kebudayaan. Strategi ini berisi haluan umum yang
berperan memberi arah bagaimana keadaan social dan
kebudayaan yang akan ditangani, supaya tercapai
kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara. Strategi
tersebut berisi visi dan haluan dasar yang dilaksanakan
berdasarkan tahapan, target setiap tahap, langkah
pencapaian dan metode evaluasinya. Mewujudkan Indonesia
Emas 2045 kita harus mampu mengimplentasikan
Pendidikan Berkarakter dan Revolusi Mental kepada

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 4


masyarakat Indonesia secara keseluruhan, terutama pada
generasi muda, karena generasi muda adalah penerus
tonggak estafet kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Generasi muda juga sebagai pelopor dalam sendi sendi
perubahan sosial masyarakat yang kita harapkan mampu
mewujudkan apa yang kita cita-citakan, yaitu Indonesia
Emas 2045, Indonesia yang maju, persatuan dan kesatuan
yang utuh, masyarakat yang tentram, adil, dan makmur.
Serta kuat dan mandiri dalam system
IPOLEKSOSBUDHANKAM (Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan).

Kata kunci : Pendidikan Berkarakter, Revolusi Mental,


Indonesia Emas 2045

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 5


DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………….....2

Abstrak……………………………………………………..4

Daftar isi………………………………………….………..6

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………..…..…………………….…….8

1.2 Rumusan Masalah…………………………………...18

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan……………................18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pendidikan Berkarakter di Indonesia………………..20

2.2 Revolusi Mental……………………………………...33

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Generasi Muda sebagai Pelopor dalam Pendidikan
Berkarakter Berbasis IESQ.............................................38

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 6


3.2 Implementasi Kepemimpinan Berkarakter kepada
Generasi Muda……………………………………………67

3.3 Implementasi Pola Pikir (Mindset) Berkarakter……..74

3.4 Revolusi Mental dalam Mewujudkan Indonesia Emas


2045……………………………………………….……...79

3.5 Pentingnya Menerapkan Revolusi Mental…………….95

BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan…………………………………………..106

4.2 Saran………………………………………………....102

DAFTAR PUSTAKA

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era modernitas saat ini, telah sama-sama kita


saksikan bahwa banyak di kalangan masyarakat, khususnya
di kalangan generasi muda jauh dari apa yang kia harapkan.
Problema bangsa untuk menciptakan dan mencetak generasi
penerus indah tidak terperhatikan lagi. Ditambah lagi dengan
adanya arus globalisasi saat ini, dimana hal itu akan menjadi
hantaman besar bagaikan ombak yang siap menghadang jika
tidak ada persiapan yang matang untuk itu. Maraknya
pergaulan bebas, penyalahgunaan tekhnologi informasi, dan
apatisnya generasi muda terhadap lingkungan sosialnya
menjadi problem tersendiri bagi kelangsungan hidup suatu
bangsa. Menanggapi hal itu, kita tentunya berharap akan
adanya terobosa-terobosan baru untuk generasi muda bangsa
supaya nentinya Indonesia tidak hanya tinggal nama dan
hanya punya sejarah besar saja. Para elite-elite politik negeri
ini pun sepertinya sudah berusaha keras untuk menyelesaikan
dan mencari solusi dari permasalahan ini. Tetapi, apadaya?
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 8
Sosialisasi yang kurang efektif yang hanya melibatkan
beberapa oknum-oknum saja melalui seminar-seminar,
pelatihan-pelatihan, pertemuan-pertemuan, dan lain
sebagainya tidak cukup untuk memperbaiki karakter bangsa
ini kearah yang lebih baik. Pemerintah telah mencanangkan
dan menggalakan apa yang namanya “Pendidikan
Berkarakter”, tetapi apakah hanya itu? Hanya manis di lidah
dan merdu di dengar saja? Tentu tidak. Kita harus memahami
inti dan tujuan mengapa itu digalakkan kepada kita, kaum
pelajar dan generasi muda. Istilah itu sepertinya sudah sangat
sakral ditelinga kita, baik itu dalam pidato-pidato dan
pengarahan para civitas akademika, maupun dari kalangan
elite birokrasi sekalipun. Tetapi, kembali ke pertanyaan
sebelumnya, apakah hanya itu? Tanpa diiringi pelaksanaan
yang kongkret dan praktek di tengah-tengah masyarakat.
Kalau jawabannya ya, itu sia-sia saja. Lebih baik tidak sama
sekali, karna membangun dan mengarahkan generasi penerus
itu tidak cukup hanya seperti itu yang kita lakukan. Kita
harus melihat, mencari, dan menelaah inti dari permasalahan
tersebut hingga ke akar-akarnya.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 9


Tahun 2045 merupakan milestone 100 tahun Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam konteks ini,
saya mengajukan kepada pembaca sekalian, yaitu
“Mewujudkan Indonesia Emas “ dengan strategi pendidikan
berkarakter dan revolusi mental yang berbasis IESQ. Dimana
nantinya saya yakini pemikiran saya ini dapat menjadi acuan
dan pedoman untuk memperbaiki karakter generasi muda
kita. Mewujudkan generasi emas tentunya tidak segampang
apa yang kita ucapkan, dalam praktiknya tentu kita harus
berusaha keras untuk mewujudkannya. Ada 3 hal yang perlu
di garisbawahi dalam membangun generasi emas, kita harus
menerapkan hal ini terlebih dahulu, yaitu (1) konsisten
dengan sistem yang dibuat, maksudnya kita harus taat dan
patuh dengan apa yang sama-sama kita terapkan dan setujui
sendiri. Seperti tata tertib dan hukum yang berlaku. Jangan
kita mengkhianati dan melanggar apa yang telah kita sepakati
bersama. Kemudian (2) disiplin waktu, tentunya tidak
menyianyiakan waktu yang ada untuk “berleha-leha”, kita
harus mengelola waktu dengan efektif, efisien, dan tepat
waktu pada saat-saat yang diperlukan. Terakhir (3) Saling
menghargai aspirasi, dimana kita harus mencoba untuk
sedikit bersabar dalam menerima masukan dan pendapat
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 10
orang lain walaupun hal itu tida seperti yang kita harapkan.
Kita harus menerapkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari
maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Indonesia saat ini menghadapi suatu paradoks pelik


yang menuntut jawaban dari para pemimpin nasional. Setelah
16 tahun melaksanakan reformasi, kenapa masyarakat kita
bertambah resah dan bukannya tambah bahagia, atau dalam
istilah anak muda sekarang semakin galau?. Dipimpin
bergantian oleh empat presiden antara 1998 dan 2014, mulai
dari BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid, Megawati
Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono,
Indonesia telah mencatat sejumlah kemajuan di bidang
ekonomi dan politik. Mereka memimpin di bawah bendera
reformasi yang didukung oleh pemerintahan yang dipilih
rakyat melalui proses yang demokratis. Ekonomi semakin
berkembang dan masyarakat banyak yang bertambah
makmur. Bank Dunia bulan Mei ini mengatakan ekonomi
Indonesia sudah masuk 10 besar dunia, jauh lebih awal dari
perkiraan pemerintah SBY yang memprediksi baru terjadi
tahun 2025. Di bidang politik, masyarakat sudah banyak
menikmati kebebasan serta hak-haknya dibandingkan

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 11


sebelumnya, termasuk di antaranya melakukan pergantian
pemimpinnya secara periodik melalui pemilu yang
demokratis.

Namun, di sisi lain, kita melihat dan merasakan


kegalauan masyarakat seperti yang dapat kita saksikan
melalui protes di jalan-jalan di kota besar dan kecil dan juga
di ruang publik lainnya, termasuk media massa dan media
sosial. Gejala apa ini? Pemimpin nasional dan pemikir di
Indonesia bingung menjelaskan fenomena bagaimana
keresahan dan kemarahan masyarakat justru merebak.
Sementara, oleh dunia, Indonesia dijadikan model
keberhasilan reformasi yang menghantarkan kebebasan
politik serta demokrasi bersama pembangunan ekonomi bagi
masyarakatnya. Reformasi yang dilaksanakan di Indonesia
sejak tumbangnya rezim Orde Baru Soeharto tahun 1998
baru sebatas melakukan perombakan yang sifatnya
institusional. Ia belum menyentuh paradigma, mindset, atau
budaya politik kita dalam rangka pembangunan bangsa
(nation building). Agar perubahan benar-benar bermakna dan
berkesinambungan, dan sesuai dengan cita-cita Proklamasi

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 12


Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur, kita perlu
melakukan revolusi mental.

Nation building tidak mungkin maju kalau sekadar


mengandalkan perombakan institusional tanpa melakukan
perombakan manusianya atau sifat mereka yang menjalankan
sistem ini. Sehebat apa pun kelembagaan yang kita ciptakan,
selama ia ditangani oleh manusia dengan salah kaprah tidak
akan membawa kesejahteraan. Sejarah Indonesia merdeka
penuh dengan contoh di mana salah pengelolaan
(mismanagement) negara telah membawa bencana besar
nasional. Kita melakukan amandemen atas UUD 1945. Kita
membentuk sejumlah komisi independen (termasuk KPK).
Kita melaksanakan otonomi daerah. Dan, kita telah banyak
memperbaiki sejumlah undang-undang nasional dan daerah.
Kita juga sudah melaksanakan pemilu secara berkala di
tingkat nasional/daerah. Kesemuanya ditujukan dalam rangka
perbaikan pengelolaan negara yang demokratis dan
akuntabel. Cita-cita yang akan kita wujudkan bersama
dimana bangsa Indonesia sudah terlepas dari krisis moral dan
seluruh komponen bangsa telah berhati emas dan
mengaplikasikan tujuh nilai dasar “karakter emosional” yaitu

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 13


jujur, visioner, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil,
peduli, dan sebagainya.

Keinginan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,


akan tercapai jika semua kita yang ada dalam suatu bangsa
sadar akan kewajibannya sebagai generasi yang akan
melanjutkan kepemimpinan bagi terciptanya masa depan
bangsa yang lebih baik dan lebih maju. Sebagaimana
ungkapan yang Soekarno atau yang biasa disapa Bung
Karno, Presiden pertama Indonesia, dia mengatakan,
berikanlah aku 10 anak muda, maka akan aku goncangkan
dunia ini. Ungkapan ini yang membuktikan bahwa betapa
kuatnya generasi muda itu, jika kita sadar akan pentingnya
generasi muda sebagai generasi penerus. Mewujudkan
generasi emas untuk memperoleh generasi penerus bangsa
yang hebat memang harus dari sekarang. Dimana kita harus
bersama-sama mewujudkannya dari seluruh komponen
masyarakat. Sistem dan metode pendidikan yang berasaskan
kepada prektek dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
sangat dibutuhkan dan ditambah pembinaan pendidikan tujuh
nilai dasar “karakter emosional” yang telah saya sebutkan
tadi. Karena pada hakikatnya setiap orang akan diaanggap

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 14


berhasil jika dapat mewujudkannya keterampilannya didepan
mata bukan pada diatas kertas. Ilmuan dapat menemukan
sesuatu setelah ia menerapkan ilmu dan meteri yang didapat
pada praktek yang dilakukannya di alam nyata. Bangsa
Indonesia harus mengubah sistem dan pola pendidikannya
seperti di Negara maju dan Negara-negara mulai maju seperti
pola dan sistem pendidikan yang telah saya sebutkan tadi.
Dengan begitu tentunya kita bangsa Indonesia tidak terus-
terusan terbelenggu pada keterpurukan baik itu di bidang
tekhnologi, ekonomi, budaya, maupun di bidang sosial dan
politik. Penerapan dan sosialisasinya jangan hanya setengah-
setengah, tetapi memang harus menyeluruh mulai dari pelajar
dan mahasiswa, guru dan tenaga pengajar lainnya, hingga
elite birokrasi pendidikan. Kita bersama tentu mengharapkan
kemajuan bangsa dan adanya penerus yang hebat untuk
mengganti tonggak estafet pimpinan sekarang. Dari mana
kita memulai hal itu?? Tentu dari system metode pendidikan,
dan mental masyarakat sekarang yang harus kita perbaiki
bersama demi tercetaknya generasi muda sebagai generasi
penerus yang hebat.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 15


Pembangunan karakter membutuhkan konsistensi,
menyeluruh dan dalam waktu relatif lama. Berbagai
kebijakan dan implementasi, baik oleh pemerintah di pusat,
di daerah sampai di satuan pendidikan sungguh sangat jauh
dari upaya pembentukan karakter yang diharapkan.
Kebijakan, implementasi dan evaluasi mestinya tetap
mengacu pada output karakter yang diharapkan. Artinya,
kebijakan berkarakter, implementasi berkarakter dan evaluasi
juga harus berkarakter. Pengerdilan konsep pendidikan
karakter dalam kebijakan dan implementasi merupakan
ancaman bagi eksistensi NKRI. Di samping itu, kebijakan
dalam bidang pengelolaan keuangan pendidikan juga tidak
memihak kepada proses pendidikankarakter yang diinginkan.
Sistem keuangan mengutamakan kelengkapan
pertanggungjawaban administratif, bukan akuntabilitas
pelaksanaan pendidikan berkarakter. Bentuk
pertanggungjawaban seperti ini tidak menuntut karakter yang
baik, sebab yang tidak berkarakter baik pun bisa membuat
pertanggungjawaban administrative dengan baik. Pola ini
sangat merusak karakter. Dalam berbagai pelatihan, dan juga
kegiatan proses pendidikan, semua pihak lebih fokus pada
bagaimana mempertanggungjawabkan keuangan, bukan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 16
fokus pada proses pembentukan karakter. Akibatnya
pendidikan untuk menghasilkan karakter yang diinginkan
sulit terwujudkan. Pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan di bidang pendidikan menuntut tanggungjawab
moral untuk kepentingan bangsa dan negara. Inilah yang
harus dibangun dalam karakter Generasi Emas 2045.

Sebagai salah satu generasi muda saat ini, Saya juga


ikut bertanggung jawab dalam mewujudkan Indonesia emas
2045. Hal-hal yang bisa Saya lakukan terkait dengan
tanggung jawab itu di antaranya belajar dengan serius untuk
meningkatkan pengetahuan dalam bidang yang saya tekuni,
tidak apatis terhadap kondisi perpolitikan dan gejala
pemerintahan di Indonesia meskipun tidak berpartisipasi
secara langsung dan ikut terlibat dalam kegiatan sosial guna
melatih jiwa kepemimpinan dan kepekaan sosial.
Namun, berkaca pada kondisi bangsa Indonesia saat ini, tak
salah jika keraguan memenuhi benak kita. Tetapi, usaha
untuk mewujudkan Indonesia emas 2045 tetap kita jalankan
lewat berbagai sarana dan wadah yang mampu kita
manfaatkan dan optimalkan.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 17


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti
yang telah dikemukakan di atas, perlu dicari jawab atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
(1) Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan
Berkarakter dan Revolusi Mental itu?
(2) Bagaimana Implementasinya terhadap Generasi
Muda?
(3) Bagaimanakah pengaruh Pendidikan Berkarakter
dan Revolusi Mental dalam mewujudkan Indonesia
Emas 2045 ?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Maksud penulisan ini adalah untuk menyumbangkan
pemikiran saya yang dituangkan dalam dalam buku ini
dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia (HUT RI) yang ke 70 dan sebagai
persembahan Ulang Tahun saya yang telah menginjak
usia kepala dua. Selain itu juga menambah wawasan dan
pengetahuan saya terhadap analisis fakta dan realita yang
terjadi di lapangan.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 18
2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah :
1) Mengetahui dan memehami secara menyeluruh apa
itu Pendidikan Berkarakter dan Revolusi Mental.
2) Mempelajari secara mendalam tentang proses dan
impelementasinya terhadap generasi muda, dalam
mewujudkan Indonesia Emas 2045.
3) Memberikan pengetahuan dan gambaran polemik
kepada pembaca dan orang-orang sekitar tentang
fakta empirik yang terjadi di lapangan dan apa
langkah yang semestinya kita terapkan dalm
mewujudkan Indonesia Emas 2045.
4) Sebagai bahan referensi dan renungan agar nanti
mampu menerapkannya di lapangan.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 19


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Karakter Di Indonesia


Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu pendidikan dan karakter. Kita ketahui bahwa
pengertian pendidikan begitu banyak versi yang
menyebutkan. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara
dalam Kongres Taman Siswa yang pertama tahun 1930
mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam
Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar
kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya. Sedangkan pada Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan keagamaan.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 20


Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Kertajaya
(2010), karakter adalah ciri khas yang, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari
bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak,
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau
akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok
orang dan dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas
tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda
atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang
mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap,
dan merespon sesuatu.
Maka pendidikan karakter merupakan upaya-upaya
yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 21
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action).

Berikut adalah pemahaman IESQ yang


diimplentasikan dalam Pendidikan Berkarakter :

1. IQ ( Intelligence Quotiens )
Intelligence Quotients adalah kecerdasan manusia
dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu,
kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman
gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan
awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak
dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern
membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari
proses belajar. Kecerdasan inipun tidaklah baku untuk satu
hal saja, tetapi untuk banyak hal, contohnya ; seseorang
dengan kemampuan mahir dalam bermusik, dan yang lainnya

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 22


dalam hal olahraga. Jadi kecerdasan ini dari tiap - tiap orang
tidaklah sama, tetapi berbeda satu sama lainnya.

2. EQ (Emosional Quotiens)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan
pengendalian diri sendiri,semangat, dan ketekunan, serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk
membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,
untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya,
kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.

3. SQ (Spiritual Quotients)
Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan
dengan agama, Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan
jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya
secara utuh. SQtidak bergantung pada budaya atau nilai.
Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 23
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari
dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika kita dihadapkan
pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang
terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan
baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati.
Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai
setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat
manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya.

4. ESQ (Emotional and Spiritual Quotient)


ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional
Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ,
yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi
dan spiritual. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya
keseimabangan antara hubungan Horizontal (manusia dengan
manusia) dan Vertikal (manusia dan Tuhan). ESQ juga dapat
membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan tindakan.
Generasi 2045 berhadapan dengan tantangan yang
sangat kompleks. Globalisasi dengan dukungan teknologi
informasi yang begitu pesat membuat kehidupan semakin
kompleks sehingga sulit dipahami dan diprediksi. Polapikir
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 24
(mindset) negarawan bangsa ini semakin jauh dari smart
karena terjebak pada berfikir praktis. Mayoritas di antara
mereka fokus pada kehidupan kuantitatif materialistik dan
melupakan kehidupan kualitatif spiritual. Mereka yang
menerapkan polapikir kuantitatif materialistik menjadikan
pengumpulan harta sebagai kriteria keberhasilan. Sementara
mereka yang menggunakan berpikir kualitatif spiritual
menjadikan harta sebagai instrumen untuk tercapainya tujuan
yang lebih mulia. Karakter Generasi Emas 2045 seharusnya
diarahkan kepada orientasi hidup kualitatif spiritual yang
menjadi kekuatan membangun negara besar, maju, jaya dan
bermartabat. Masa depan sebuah bangsa bukanlah sebuah
tempat yang akan di tuju, melainkan dibangun. Lintasan
menuju ke sana, bukan ditemukan, melainkan harus dibuat.
Saat pembuatan lintasan itu terjadi perubahan baik bangsa
yang semakin matang, maupun perubahan masa depan yang
lebih baik lagi. Karakter menentukan kualitas hidup masa
depan, artinya, efektivitas menghadapi tantangan masa depan
sebuah bangsa, membutuhkan karakter yang baik.
Karakter Generasi Emas 2045 merupakan kekuatan
utama membangun masa depan bangsa. Pendidikan
menyongsong tahun 2045 fokus seyogianya membangun
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 25
karakter Generasi Emas 2045 agar memiliki sikap positif,
polapikir esensial, komitmen normatifdan kompetensi
abilitas. Ironisnya, pendidikan di Indonesia sungguh-sungguh
masih jauh dari arah pembentukan karakter seperti itu.
Bahkan boleh jadi belum ada konsep yang benar dan
dipahami bersama. Fenomena yang ada ialah ketika
pendidikan karakter disosialisasikan, semua pihak memang
menyambut dengan antusias, namun masih banyak
penafsiran beragam tentang sosok keilmuan karakter yang
diharapkan itu. Banyak diskusi tentang karakter, namun
pemahaman esensi masih belum dipahami. Banyak proposal
yang diajukan untuk pendidikan karakter, namun masing-
masing membuat penafsiran yang beragam. Pemahaman
konsep dan strategi pengembangan karakter seyogianya
dilihat dari filosofi ideografis dan nomotetis.
Filosofi ideografis merujuk kepada kemampaun
individual, sedang filosofi nomotetis merujuk pada
internalisasi nilai-nilai filsafat pendidikan Indonesia yakni
Pancasila. Selama ini pendidikan di Indonesia focus pada
filosofi ideografis, sementara filosofi nomotetis hampir
terabaikan. Akibatnya kehidupan berbangsa semakin rapuh,
karena tujuan utama mereka adalah hanya untuk memperkaya
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 26
diri sendiri. Ketika sedang menduduki posisi di pemerintahan
yang dipikirkan adalah untuk memperkaya diri sendiri.
Kehilangan filosofi nomotetis dari kehidupan berbangsa
merusak pembangunan karakter Pancasila. Nilai Pancasila
adalah acuan konsep, implementasi serta tujuan yang harus
dicapai dalam kehidupan berbangsa. Pendidikan di Indonesia
belum berhasil menghasilkan SDM untuk siap mengabdi
bahkan berkorban membangun bangsa yang besar, maju, jaya
dan bermartabat. Orientasi pendidikan bermutu di Indonesia
diukur dari keberhasilan membangun dirinya sendiri,
keluarganya atau kelompoknya. Pertanyaan, siapa yang akan
membangun bangsa ini? Keberhasilan secara individual atau
kelompok tidak otomatis menjadi keberhasilan bangsa.
Pendidikan harus mampu membangun karakter bahwa
kepentingan bangsa lebih utama dibandingkan dengan
kepentingan pribadi atau kelompok. Pembiaran ideografis
menjadi determinan dalam pendidikan berpeluang menjadi
ancaman bagi eksistensi NKRI.
Karakter adalah yang utama dari manusia
berkualitas. Jika kekayaan sirna, sesungguhnya tidak ada
yang hilang karena karakter mengutamakan kekayaan budi
pekerti. Jika kesehatan yang hilang, sesuatu telah hilang
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 27
karena karakter memerlukan kesehatan jiwa dan raga. Jika
karakter yang hilang, segalanya telah hilang karena karakter
adalah roh kehidupan. Manusia berkualitas baik adalah
manusia berkarakter yang dalam filsafat pendidikan
mencakup dimensi ideografis dan dimensi nomotetis. Secara
individual (ideografis) memiliki kemampuan yang
dimanfaatkan dengan rambu-rambu nomotetis, yakni norma
kebangsaan. Karakter merupakan pendukung utama dalam
pembangunan bangsa, kata Bung Karno. Beliau (Soedarsono,
2009:46) mengatakan: “Bangsa ini harus dibangun dengan
mendahulukan pembangunan karakter (character building).
Karena character building inilah yang akan membuat
Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta
bermartabat. Kalau character building tidak dilakukan, maka
bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli” . Dalam
perspektif filosofis dikatakan bahwa education without
character, this is sins the basis for misery in the world, The
essence of educationis to recognize truth. Let your secular
education go hand in hand with spiritual education (Sathya,
2002:83).
Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yakni pendekatan praktis dan pendekatan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 28
esensial. Pendekatan praktis melatihkan sifat-sifat yang
diharapkan menjadi perilaku peserta didik. Pendekatan esensi
menyiapkan kepribadian sebagai rumahnya karakter.
Kemendikbud membuat desain pendidikan karakter dengan
membuat daftar sifat-sifat yang harusdiimplementasikan
kepada peserta didik. Ada delapan belas sifat untuk
pendidikan karakter dan sembilan sifat pendidikan anti
korupsi. Fenomena krisis hidup (krisis karakter) tidak hanya
semata-mata krisis intelektual dan moral, namun sedikit lebih
dalam kejantung peroalan bahwa krisis moral yanghampir
merambah seluruh lini kehidupan kita, sebenarnya berasal
dan bermuara pada krisis spiritual. Artinya krisis karakter
tidak hanya sekedar kehilangan 18 sifat dan kehilangan 9
sifat seseorang menjadi koruptor. Pendidikan karakter jauh
lebih mendasar yakni memfungsikan kecerdasan nurani (SQ).
Karakter mewarnai seluruh perilaku. Ketika seseorang ada di
rumah ia membawa kebaikan. Ketika ia melakukan aktivitas
bisnis, ia menunjukkan kejujuran. Ketika ia bergaul di tengah
masyarakat, ia menampakkan kesopanan. Ketika ia bekerja ia
bekerja dengan cermat. Ketika bergabung dalam sebuah
permainan, ia menunjukkan sportivitas. Melihat orang yang
beruntung, ia memberi selamat dengan tulus. Jika berhadapan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 29
dengan orang yang lemah, ia menujukkan kemurahan hatinya
untuk menolong. Jika bertemu dengan orang jahat, ia bisa
bertahan untuk tidakikut jahat. Ketika bertemu dengan orang
yang kuat, ia percaya kekuatannya bias bermanfaat. Ketika
berhadapan dengan orang yang menyesal, ia memaafkan
dengan sungguh-sungguh, dan terhadap Tuhan, ia selalu
memuliakan dan mengasihi dengan tulus. Artinya, karakter
tidak hanya sebatas sifat-sifat yang bisa dipilahpilah,
melainkan terintegrasi menjadi sebuah kepribadian. Apabila
pendidikan karakter hanya sebatas menanamkan sifat sifat
tertentu, akan banyak muncul karakter tiruan, sehingga
perbuatan muncul dalam kepura-puraan.
Konsep pendidikan karakter dan pendidikan anti
korupsi rancangan Kemendikbud dapat dikategorikan sebagai
pendekatan praktis yang cenderung menghasilkan karakter
tiruan (pura-pura), sehingga kurang efektif membangun
bangsa. Karakter Generasi Emas 2045 akan sangat efektif
membangun bangsa yang besar, maju, jaya dan bermartabat.
Pendidikan yang diperkirakan paling efektif adalah
pendekatan esensial seperti pada Gambar 1. Pendidikan
karakter di satuan pendidikan fokus pada sikap, pola pikir,
komitmen dan kompetensi berbasis pada kecerdasan (IESQ).
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 30
Penyelenggaraan Kegiatan intra dan ekstra kurikuler bahkan
atmosfir kelembagaan secara keseluruhan ikut serta
membangun karakter. Artinya, kepala sekolah, guru, pegawai
dan juga peserta didik dengan segala interaksinya
mempunyai peran masing-masing membangun karakter.

Tabel 1. Sifat untuk Pendidikan Karakter

Sumber : Pusat Kurikulum Balitbang Kemendikbud

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 31


Dalam kondisi seperti ini karakter seringkali hanya
sebatas wacana, dan dalam perkembangan selanjutnya
cenderung terjadi krisis yang semakin lama
semakinmengkhawatirkan Paul Brunton dan Suchumacher
(Sukidi, 2005:5). Belakangan ini orang baru sadar bahwa
segala krisis baik krisis ekonomi, bahan bakar, makanan,
lingkungan, maupun krisis kesehatan, justru berangkat dari
krisis spiritual dan krisis pengenalan diri kita terhadap yang
absolut, Tuhan. Karakter Generasi Emas 2045 dididik dalam
perspektif nomotetis dan ideografis, untuk melahirkan
keempat dimensi karakter tersebut. Presiden Susilo Bambang
Yudoyono pernah mengatakan “Penyakit bangsa kita yang
paling parah adalah mentalitas kalau bisa dipersulit, kenapa
dipermudah. Pada dasarnya kegelisahan tentang
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sudah sejak lama
dikhawatirkan. Winarno Surachmad pada Seminar
Internasional Pendidikan dan Pertemuan FIP-JIP se-
Indonesia di Bukittinggi tgl 12-14 September 2005 dalam
rangka Dies Natalis UNP ke-51 karena kegelisahan beliau
sampai menulis judul makalah yang kontroversial:
”Mendidik Memang tidak Memerlukan Ilmu Pendidikan”
(Laporan Kegiatan Seminar Internasional Pendidikan:
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 32
2005:1). Beliau sudah sampai pada tingkat klimaks
kegalauan melihat penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
yang mengabaikan ilmu pendidikan.

2.1 Revolusi Mental

Revolusi mental menyangkut keadaan kejiwaaan,


roh, spiritual dan nilai-nilai (vested interest) yang diyakini
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah ruang
lingkup kecil atau bahkan dalam sebuah Negara. Beberapa
saat yang lalu istilah ini sangat sering kita dengar, dan
melekat pada jargon Jokowi. Sebagai sebuah jargon, maka
biasanya tidak disertai penjelasan lebih detail, apa
sebenarnya maksud dari revolusi mental. Secara istilah,
ada dua kata yang mmbutuhkan penjelasan, yaitu revolusi
dan mental. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI), revolusi adalah perubahan yang cukup mendasar
dalam suatu bidang, sedangkan mental adalah bersangkutan
dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat
badan dan tenaga. Dengan demikian dapat ditarik benang
merah dari istilah ini bahwa revolusi mental menyangkut
keadaan kejiwaaan, roh, spiritual dan nilai-nilai (vested
interest) yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 33
orang dalam sebuah ruang lingkup kecil atau bahkan dalam
sebuah Negara. Hanya saja timbul sebuah pertanyaan,
bagaiamana cara melakukan revolusi itu dan dan dimulai
dari mana dan apa saja yang harus diubah secara radikal,
Jokowi tidak pernah membahas ini, atau menjelaskan lebih
lanjut hal ini.
Belum lagi muncul istilah yang hampir mirip, yaitu
moral, akhlak dan budi pekerti. Bagaimana
membedakannya. Menurut Imam Ghazali yang disebut
akhlak adalah keadaaan yang bersifat batin dimana dari
sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir atau tanpa
dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru
‘anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hajatun an
fikrin wa ruwiyyatun). Dengan pengertian ini, makna
akhlak bisa disejajarkan dengan mental karena keduanya
menyangkut kondisi batin. Lain halnya dengan moral,
yang identik dengan budi pekerti, keduanya sudah masuk
ke tataran prilaku yang terlihat.
Lalu bagaimana hubungannya dengan istilah
revolusi Mental Jokowi, mungkin saja Jokowi melihat
pembangunan Negara belakangan ini hanya fokus pada
pembangunan fisik semata, perubahan ketatanegaraan dan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 34
reformasi yang hanya bersifat struktural, belum menyentuh
kepada pembangunan karakter bangsa atau Nation
Character Building. Sehingga 69 tahun kemerdekaan
Negara Republik Indonesia, korupsi masih saja merajalela,
maraknya tawuran pelajar maupun warga, ketidak
disipilinan berkendara di jalan raya, membuang sampah
sembarangan dan lain sebagainya. meski secara
pembangunan fisik, Indonesia tidak kalah dengan Negara-
negara di kawasan asia tenggara, dapat dilihat dari
pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia yang pesat
terutama Jakarta. Seperti yang dilangsir oleh situs
penyedia informasi bangunan yang berbasis di Hamburg,
Jerman, Emporis, membuat daftar kota-kota di dunia yang
memiliki gedung pencakar langit terbanyak sekaligus
terbesar di dunia. Salah satu kota yang masuk dalam daftar
adalah kota Jakarta. Ini membuktikan bahwa revolusi fisik
tidak ada masalah di Indonesia khususnya Jakarta, yg jadi
pertanyaan bagaimana dengan upaya pemerintah
membangun karakter bangsa atau revolusi mental bangsa.
Inilah sejatinya masalah yang harus direvolusi
kalau memang ingin memakai istilah itu, darimana
memulainya, tentunya dari lingkungan terkecil, yaitu
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 35
keluarga. Keluarga yang terdidik lah yang bisa melakukan
perubahan pada masyarakat. Lalu apa makna pendidikan
bagi revolusi mental, dapat disimak dari pengertian
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan
adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
maksudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut H. Horne, pendidikan adalah proses
yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara
fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia. Model
pendidikan yang harus diterapkan adalah pendidikan
terpadu artinya pendidikan berbasis karakter, bukan
sekedar melatih anak untuk berpikir nalar atau menghafal,
tapi memasukkan pendidikan budi pekerti atau karakter.
Triangle pendidikan untuk anak harus terpadu, yaitu Orang
tua, guru dan siswa. Peran orang tua sangat vital bagi
perkembangan karakter anak, setelah itu guru. Menarik
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 36
membaca tulisan Timothy Wibowo. Dia mencontohkan
kehidupan orang tua di Australia dimana waktu yang
dibutuhkan untuk menanamkan dan mendidik karakter
sebuah anak, butuh paling lambat kira-kira 16 tahun untuk
itu secara kontinyu dan konsisten, dan harus dimulai di usia
dini 3-5 tahun, ini lebih penting dari hanya sekedar
mengajarkan anak baca tulis, karena hanya membutuhkan
waktu 6 bulan. Waktu yang lama itu untuk mendidik
karakter anak terdapat pada lingkunngan keluarga karena
Hampir 70 % waktu anak dihabiskan di lingkungan
keluarga, 30 % untuk lingkungan sekolah dan masyarakat.
Sehingga peran orang tua sangat besar dalam pembentukan
karakter anak kelak.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 37


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Generasi Muda sebagai Pelopor dalam Pendidikan


Berkarakter Berbasis IESQ

Penentu baik dan buruknya masa depan suatu Bangsa


adalah berada ditangan anak muda, sebagaiamana yang
diungkapkan oleh Bung Karno dalam sebuah pidatonya,
mengatakan ”berilah aku sepuluh anak muda, maka aku akan
menguasai dunia”. Inilah ungkapan yang menandakan bahwa
betapa pentingnya peran anak muda dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Plato, mengatakan bahwa: “ If you ask what is the


good of education, in general, the answer is easy, that
education makes good men, and that good men act nobly” .
Prayitno dan Manullang (2011) mengatakan bahwa “The end
of education is character” . Jadi, seluruh aktivitas pendidikan
semestinya bermuara kepada pembentukan karakter.
Kegiatan intra dan ekstra kurikuer sebagai inti pendidikan di
satuan pendidikan harus dilakukan dalam kontek
pengembangan karakter. Warga negara Indonesia berkualitas
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 38
memiliki karakter Pancasila, artinya ukuran berkualitas
(terdidik) bagi seluruh warga NKRI adalah apakah dirinya
memiliki nilai-nilai Pancasila serta nilai-nilai kemanusiaan.
Kekeringan nilai Pancasila dari kepribadian akan merupakan
ancaman bagi NKRI. Filosofi ideografis member ruang agar
setiap warga cerdas serta menguasai ilmu pengetahuan
seluas-luasnya. Oleh sebab itu, warga negara berkualitas
memiliki karakter Pancasila, nilai-nilai kemanusiaan, dan
kemampuan individual dalam penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Karakter tidak dapat diinterpretasi sebagai
jumlah dari sifat-sifat, melainkan karakter adalah
kepribadian. “The essence of education is to recognize truth.
All branches of learning are like rivers.The spiritual learning
is the like ocean. All rivers go and merge into the ocean.
When they merge in the ocean, the rivers lose their
individually completely” (Sathya, 2002:83). Karakter harus
dilihat sebagai sifat- sifat menyeluruh dari sebuah
kepribadian, yang mewarnai seluruh perilaku seseorang.
Inilah esensi dari sebuah konsep karakter. Jika seseorang
berkarakter baik di rumah, maka ia juga berkarakter baik di
tengah masyarakat, di tempat kerja dan lain-lain. Apabila
terjadi kepribadian ganda, yakni dua karakter dalam diri
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 39
seseorang, lebih cenderung dikatakan sebagai karakter tiruan,
yaitu ketika ucapan tidak sesuai dengan perbuatan.

Pendidikan berkarakter yang berbasis IESQ perlu


diterapkan dengan metode sebagai berikut :

a. IQ (Intelligence Quotients)
Intelligence Quotients adalah kecerdasan manusia
dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu,
kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman
gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan
awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak
dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern
membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari
proses belajar. Kecerdasan inipun tidaklah baku untuk satu
hal saja, tetapi untuk banyak hal, contohnya ; seseorang
dengan kemampuan mahir dalam bermusik, dan yang lainnya
dalam hal olahraga. Jadi kecerdasan ini dari tiap - tiap orang
tidaklah sama, tetapi berbeda satu sama lainnya. William
Stern ( 1912 ) Inteligent Quotient (IQ) adalah kecerdasan
otak tentang bagaimana kita berhitung, berpikir, berimajinasi,
berkreasi, beranalogi, dan kegiatan-kegiatan otak lainnya.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 40
Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak).
Oleh para pakar psikologi sering diumpamakan dengan
”What I Think ?”.
Kegiatan-kegiatan yang menggunakan otak dapat
menunjukkan tingkat intelegensi seseorang tinggi, sedang
atau rendah. IQ biasanya berhubungan dengan kepintaran
seseorang dalam bidang intelektual atau pelajaran. Dan tidak
jarang IQ juga menjadi tolak ukur seseorang untuk dapat
diterima bekerja dalam suatu instansi. Dalam hal ini IQ yang
tinggi dianggap sebagai syarat utama seseorang dianggap
layak untuk diperhitungkan dalam kehidupan. Kecerdasan
intelegensi adalah persepsi tentang yang nyata dan a fortiori,
persepsi tentang yang nyata itu sendiri. Sesuai kenyataannya,
ia adalah pembeda antara yang nyata dan yang tidak nyata.
Intelegensi tidak hanya membangkitkan penglihatan tetapi
juga kesadaran akan superioritas dalam hubungannya dengan
mereka yang tidak tahu bagaimana cara melihat. Dengan
intelegensi, fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan
tepat untuk mengatasi suatu situasi atau untuk mencegah
suatu masalah. Dengan kata lain, perkataan intelegensi adalah
situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas
(intelegensi). Pada umumnya, intelegensi ini dapat dilihat
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 41
dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan
situasi yang sedang berubah dengan keadaan di luar dirinya
yang biasa maupun baru.
Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan
bawaan lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah
salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa
kemampuan IQ dapat meningkat dari proses pendidikan.
Kecerdasan ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja, tetapi
untuk banyak hal, contohnya : seseorang dengan kemampuan
mahir dalam bermusik, dan yang lainnya dalam hal olahraga.
Jadi kecerdasan ini dari tiap-tiap orang tidaklah sama, tetapi
berbeda satu sama lainnya.
b. EQ (Emotional Quotients)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan
pengendalian diri sendiri,semangat, dan ketekunan, serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk
membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,
untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya,
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 42
kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
Santrock, (1994). Mengemukakan bahwa :
Emotional Intelligence atau Kecerdasan emosional
merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri
sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan
mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam
berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999). Emosi
adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi
terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun
dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat
dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut,
sedih, gembira, kasih sayang dan takjub. Kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan
emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan
maupun menyakitkan.Di samping itu, kecerdasan emosional
mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi,
kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan
diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia
bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self
awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri),
self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 43
(interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami
orang lain dan social Kecerdasan emosi adalah kemampuan
pengendalian diri sendiri, semangat, dan ketekunan serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, untuk
membaca perasaan terdalam orang lain(empati) dan berdoa,
untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya,
kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitar.
Contoh EQ misalnya bagaimana ketika kita bertemu
seseorang yang baru dikenal, bagaimana kita tersenyum
dengan orang lain karena senyum yang baik adalah ketika
bibir kiri kanan simetris karena jika tidak simetris akan
menunjukkan bahwa senyumnya dipaksakan. Ini tentu saja
tidak menyenangkan bagi orang lain karena dianggapnya dia
meremehkannya. Jadi peran EQ sangatlah penting, anda tahu
bagaimana prosentase antara IQ dan EQ dalam keberhasilan
seseorang yaitu IQ memilik pengaruh 6% saja bahkan hanya

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 44


maksimal 20% saja sedangkan EQ 80%. Cara meningkatkan
EQ :
1. Mengidentifikasi emosi diri
Langkah pertama yang dapat Anda lakukan untuk
meningkatkan EQ adalah menuliskan pikiran negatif dan
mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan.
Seperti: frustasi, marah, kesepian
2. Melepaskan emosi negatif
Emosi negatif memberikan dampak buruk bagi
hubungan Anda, baik dengan atasan maupun dengan
bawahan. Seperti contohnya saat Anda dikejar deadline,
maka Anda memiiki berpostensi lebih besar untuk stress dan
saat Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda, maka akan
lebih sulit meraih potensi terbaik dalam kinerga Anda.Anda
dapat melakukan teknik melepaskan emosi negatif melalui
teknik memberdayakan pikiran bawah sadar.
3. Mengatur emosi dalam diri
Yang harus Anda ketahui dalam mengatur emosi
dalam diri, baik emosi positif maupun negatif merupakan
cara pikiran memberikan sinyal untuk melakukan tindakan
guna menghadapi munculnya emoi tesebut. Untuk mengatur
emosi yang Anda rasakan, Anda dapat menghargai emosi
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 45
yang Anda rasakan.Dan cobalah memahami pesan yang
disampaikan emosi serta yakini bahwa Anda pernah berhasil
menangani emosi ini sebelumnya dan pastikan Anda dalam
kondisi bahagia dalam mengatur emosi. Pentingnya
memotovasi diri sendiri Banyak hal yang dapat menjadikan
kita bekerja dengan giat ataupun merasa lelah akan
perkerjaan kita. Namun pastikan Anda selalu memiliki
motivasi yang kuat akan setiap hal yang Anda sedang
lakukan. Motivasi dapat menjadi bahan bakar Anda yang
paling efektif untuk mencapai seluruh prestasi Anda.Sadari
kapan saat-saat Anda merasa demotivasi atau penurunan
motivasi dan Antisipasi langsung setiap gejalanya.
Demotivasi yang berkelanjutan akan menghambat setiap
aktivitas Anda.
4. Berbicara dengan diri sendiri
Sadarkah Anda terkadang terdapat bagian-bagian
pikiran kita butuh dipahami, saat merasa kesepian, saat
merasa penolakan atau terjadi suatu kegagalan.Ubahlah diri
Anda menjadi motivator pribadi untuk diri sendiri, pahami
saat-saat Anda merasa terpuruk, dorong diri Anda untuk
dapat mencapai hal-hal yang maksimal dalam hidup serta
gunakan pendekatan yang baik dengan memahami diri
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 46
sendiri melalui pembicaraan sederhana seperti halnya saat
Anda berbicara dengan teman dekat Anda. Daniel Goleman
(1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan
manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang
dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni
Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya
dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman
mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain.
Menurut hemat saya sesungguhnya penggunaan
istilah EQ ini tidaklah sepenuhnya tepat dan terkesan
sterotype (latah) mengikuti popularitas IQ yang lebih dulu
dikenal orang. Penggunaan konsep Quotient dalam EQ belum
begitu jelas perumusannya. Berbeda dengan IQ, pengertian
Quotient disana sangat jelas menunjuk kepada hasil bagi
antara usia mental (mental age) yang dihasilkan melalui
pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender
(chronological age). Terlepas dari “kesalahkaprahan”
penggunaan istilah tersebut, ada satu hal yang perlu
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 47
digarisbawahi dari para “penggagas beserta pengikut
kelompok kecerdasan emosional”, bahwasanya potensi
individu dalam aspek-aspek “non-intelektual” yang berkaitan
dengan sikap, motivasi, sosiabilitas, serta aspek – aspek
emosional lainnya, merupakan faktor-faktor yang amat
penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang. Emotional
Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosional. Maksudnya di
sini adalah kecerdasan seseorang yang menyangkut prilaku
dan bagaimana cara dia dalam menanggapi berbagai kejadian
(masalah) yang datang kepadanya atau yang ada di
sekitarnya. Kecerdasan ini terletak pada otak bagian
belakang. Sering diistilahkan dengan ”What I Feel ?”. Emosi
biasanya lebih mendominasi sikap seseorang daripada logika,
apalagi pada kaum perempuan yang lebih sensitif. Seringkali
emosi yang meluap-luap dikeluarkan demi memuaskan
dirinya. Di sini kecerdasan untuk mengendalikan emosi
sangat diperlukan, bagaimana seharusnya dia bersikap dalam
menghadapi keadaan dan situasi tersebut. Dari situ kita bisa
menyimpulkan apakah EQ seseorang tersebut sudah benar-
benar matang atau belum. Jenis dan sifat emosi dapat
dikelompokkan menjadi delapan bagian, yaitu :

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 48


1) Amarah : benci, marah, sakit hati, dendam,
dan lain-lain.

2) Kesedihan : sedih, kecewa, putus asa,


depresi, dan lain-lain.

3) Rasa takut : phobia, cemas, ngeri, dan lain-


lain.

4) Kenikmatan : senang, bahagia, puas, riang


gembira, dan lain-lain.

5) Cinta : diterima, ditolak, kasmaran, rasa


sayang, dan lain-lain.

6) Terkejut : terkesima, takjub, terpana, dn lain-


lain.

7) Jengkel : benci, muak, hina, dan lain-lain.

8) Malu : rasa salah, aib, sesal, dan lain-lain.

Menurut Paul Ekman dari Universitas California,


seseorang dari suku dan etnik manapun akan menampilkan
raut muka yang sama apabila mengalami berbagai jenis

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 49


emosi di atas. Sedangkan jenis dan sifat emosi (qalbu) dalam
Al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Qalbu yang positif :


a. Qalbu yang damai

b. Qalbu yang penuh rasa takut

c. Qalbu yang tenang

d. Qalbu yang berfikir

e. Qalbu yang mukmin

2. Qalbu yang negatif :

a. Qalbu yang sewenang-wenang

b. Qalbu yang sakit

c. Qalbu yang melampaui batas

d. Qalbu yang berdosa

e. Qalbu yang terkunci dan tertutup

f. Qalbu yang terpecah-pecah


REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 50
c. SQ (Spritual Quotiens)
Spritual Quotiens (SQ) adalah inti dari segala
intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan
masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya
kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai
kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam
dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya.
Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga
ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal
itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat
menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja
dengan Sang Maha Pencipta. Kecerdasan spiritual ini adalah
kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang
dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah
menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan
spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang
yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup
dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa,
masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 51
memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan
jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
SQ tidak mesti berhubungan dengan agama,
Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat
membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ
tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti
nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk
memiliki nilai-nilai itu sendiri. kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan kita
kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi, dan
mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta
menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan
dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat individu
mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi
kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat
dicintainya Menurut Danah Zohar (Harvard University) dan
Ian Marshall (Oxford University) Spiritual Quotient (SQ)
adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau
value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan ini
merupakan kunci untuk menemukan jati diri seseorang,
”Who Am I ?”, siapa saya ?, dan apa tujuan hidupnya. Orang
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 52
yang mempunyai SQ tinggi akan lebih mampu memaknai
setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang
dialaminya dengan makna yang positif. Dengan begitu, dia
mampu menghibur dan membangkitkan dirinya dari
keterpurukan, kemudian dia akan melakukan tindakan-
tindakan positif untuk mengubah kehidupannya ke arah yang
lebih baik. Ciri-ciri SQ tinggi menurut Danah Zohar dan Ian
Marshall adalah :
a. Kemampuan bersikap fleksibel

b. Tingkat kesadaran yang tinggi

c. Kemampuan menghadapi dan memnfaatkan


penderitaan

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa


takut

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi-visi dan nilai-


nilai

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang


tidak perlu

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 53


g. Kecenderungan untk melihat keterkaitan antara
berbagai hal (berpandangan holistik)

h. Kecenderungan nyata untuk bertanya ”mengapa?”


dan ”bagaimana jika?” untuk mencari jawaban yang
mendasar

i. Pemimpin yang penuh pengabdian dan


bertanggungjawab

d. ESQ (Emotional Spiritual Quotient)


ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional
Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ,
yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi
dan spiritual. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya
keseimabangan antara hubungan Horizontal (manusia dengan
manusia) dan Vertikal (manusia dan Tuhan). ESQ juga dapat
membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan tindakan.
Ari Ginanjar (2001) ESQ menekankan tentang :
(1) Zero Mind Process; yakni suatu usaha untuk
menjernihkan kembali pemikiran menuju God Spot (fitrah),
kembali kepada hati dan fikiran yang bersifat merdeka dan
bebas dari belenggu;
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 54
(2) Mental Building; yaitu usaha untuk menciptakan
format berfikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri (self
awareness), serta sesuai dengan hati nurani dengan merujuk
pada Rukun Iman;
(3) Mission Statement, Character Building, dan Self
Controlling; yaitu usaha untuk menghasilkan ketangguhan
pribadi (personal strength) dengan merujuk pada Rukun
Islam;
(4) Strategic Collaboration; usaha untuk melakukan
aliansi atau sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan
sosialnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial individu;
dan
(5) Total Action; yaitu suatu usaha untuk
membangun ketangguhan social.

Karakter Generasi Emas 2045 diharapkan


menunjukkan sosok kepribadian yang utuh, dan orisinil,
dimana ucapan sesuai dengan perbuatan. Karakter Generasi
Emas 2045 dapat dibangun secara utuh dan orisinil, apabila
berbasis IESQ (kecerdasan intelektual-IQ, emosional-EQ dan
spiritual-SQ). IQ merujuk kepada kecepatan dan ketepatan
aktivitas kognitif dalam memahami, menyelesaikan berbagai
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 55
masalah, tantangan maupun tugas-tugas. Cerdas intelektual
berarti cepat dan tepat melakukan aktivitas mental, berfikir,
penalaran, dan pemecahan masalah. Dimensi kemampuan
intelektual meliputi numerik, pemahaman verbal, kecepatan
perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi
ruang, memori. IQ bisa diukur dengan menggunakan tes
inteligensi. EQ merujuk pada potensi kemampuan personal
dan interpersonal. Kemampuan personal meliputi kecepatan
memahami emosi diri sendiri, mengelola suasana hati,
memotivasi diri sendiri (kesadaran aktif), Kemampuan
interpersonal meliputi kemampuan memahami perasaan
orang lain (empati), kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuanmemecahkan masalah antarpribadi, keramahan,
setiakawan, dan sikap hormat. (Goleman, 1995:46-47). SQ
merujuk pada sifat-sifat mulia dan nilai-nilai kemanusiaan,
merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan masalah
makna dan nilai. Kecerdasan yang memposisikan perilaku
dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
Kecerdasan untuk menaksir bahwa suatu tindakan atau jalan
hidup tertentu lebih bermakna dibandingkan yang lain. SQ
adalah fundasi yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan
EQ secara efektif. Inilah kecerdasan tertinggi manusia.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 56
Pendidikan karakter terdiri atas pengembangan sikap positif,
pola pikir esensial, komitmen normatif, dan kompetensi
abilitas yang harus berlandaskan IESQ. Sikap positif meliputi
pemahaman (thought), perbuatan (action) dan kebiasaan
(habit). Landasan utama pemahaman adalah IQ, perbuatan
adalah IEQ dan kebiasaan landasannya adalah IESQ terutama
SQ. Polapikir esensial terdiri dari pendekatan praktis,
pendekatan teoretis dan pendekatan esensial. Landasan utama
pendekatan praktis adalah IQ, pendekatan teoretis adalah IEQ
dan landasan pendekatan esensial adalah IESQ terutama SQ.
Komitmen terdiri dari kontinuans, afektif dan normatif.
Landasan utama kontinuans adalah IQ, afektif landasan
utamanya IEQ, dan normatif landasannya IESQ terutama SQ.
Kompetensi terdiri dari pemahaman konsep (knowledge),
keterampilan (skill) dan abilitas (abilities). Landasan utama
pemahaman konsep adalah IQ, keterampilan menerapkan
konsep adalah IEQ dan landasan abilitas adalah IESQ
teutama SQ. Esensi pendidikan karakter landasannya IESQ.
Artinya, pendidikan karakter tidak hanya sebatas melatihkan
sifat-sifat tertentu kepada peserta didik, melainkan
membangun kepribadian cerdas intelektual, emosional dan
spiritual sebagai wadah sifat-sifat tersebut. Guru sulit
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 57
menyayangi murid manakala mereka kurang cerdas secara
spiritual. Mereka bisa paham bahwa murid harus disayangi,
namun tanpa SQ yang baik ketulusan menyayangi sulit
terwujud. Demikian pula, tanpa SQ yang baik, seorang
kepala sekolah sulit menghargai guru dengan tulus, terutama
ketika gurunya kurang baik. Seorang guru sulit menghormati
kepala sekolah terutama ketika kepala sekolahnya kurang
baik. Esensi pendidikan karakter harus berkembang dengan
dukungan IESQ yang baik, sehingga ia tidak hanya
menghormati atau menghargai orang-orang baik saja, namun
termasuk juga yang kurang baik. Strategi pengembangan
IESQ di satuan pendidikan dapat dilakukan dengan
mengendalikan seluruh program dan kegiatan intra dan
ekstra-kurikuler, serta atmosfir kelembagaan. Kepala sekolah
dalam kepemimpinan, guru dalam pembelajaran, pegawai
dalam pelayanan administratif, unit-unit kegiatan pelayanan
yang lain, atmosfir kelembagaan, seluruhnya terkendali untuk
membangun IESQ. Pembangunan IESQ secara komprehensif
merupakan prasyarat untuk membangun sikap positif,
polapikir esensial, komitmen normatif dan kompetensi
abilitas.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 58


Harrel (2004:10) menyebut karakter sebagai
“attitude” . In your life attitude is everything. Your attitude
today, determine your success tomorrow. What ever you do
in life, if you have positive attitude, you’ll always be 100
percent. Sikap adalah persepsi positif atau negatif yang
menjadi motivasi perbuatan. Sikap positif melahirkan sifat
optimis, sabar, tekun dan selalu siap bekerja keras. Sikap
negatif melahirkan perbuatannya bersifat pesimis, kritik
destruktif, bersungut-sungut bahkan sampai ke tingkat
frustrasi. Karakter Generasi Emas 2045 harus memiliki sikap
positif. Peale (2000:5) mengatakan sikap positif sebagai
wujud dari positive thinking. Sikap positif memposisikan
seseorang mudah diterima oleh orang lain. Mereka dapat
memaknai sebuah situasi dalam artian positif. Mungkin
mereka ini berhadapan dengan seseorang yang memiliki
kebiasaan buruk. Akan tetapi, sikap positif memungkinkan
mereka dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga memiliki
peluang untuk memperbaiki kebiasaan buruk itu. Mereka
tidak memiliki kebiasaan memojok kan, mendeskritkan,
menyalahkan, bahkan melecehkan orang lain, tetapi dapat
memaklumi bahwa di samping kekurangan ada juga
kebaikan, dan kekurangan adalah bagian keterbatasan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 59
manusia. Dalam konteks seperti inilah Harrel (2004:11-16)
mengatakan bagaimana sikap positif sungguh-sungguh
membuat seseorang, hari demi hari betindak semakin efektif,
baik dalam pekerjaan, pengembangan kepribadian, hidup di
dalam rumah dan perbuatan- perbuatan lainnya.
Seperti diuraikan sebelumnya, sikap positif dapat
dikategorikan menjadi tiga tingkatan yakni tingkat
pemahaman, perbuatan dan kebiasaan. Tingkat pemahaman
menyangkut pengertian tentang konsep sikap positif. Tingkat
perbuatan adalah perbuatan sesuai konsep. Pada tingkatan ini
perbuatan atas dasar sikap positif masih lebih banyak
dipengaruhi faktor eksternal, yakni faktor lingkungan. Sikap
positif pada tingkat terbiasa adalah perbuatan yang sudah
menjadi kehidupan (darah daging), di mana kebiasaan lebih
dipengaruhi oleh faktor internal yakni spirit yang tumbuh
dalam dirinya sendiri. Tingkatan pemahaman sikap positif
berbasis pada IQ, perbuatan berbasis pada IEQ, sementara
kebiasaan berbasis pada IESQ. Strategi pengembangan sikap
positif di satuan pendidikan baik yang nomotetis (Pancasila)
maupun ideografis (individual) dikendalikan dalam seluruh
program dan aktivitas intra dan ekstra kurikuler, serta

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 60


atmosfir kelembagaan. Sikap positif dapat dibangun melalui
kepemimpinan kepala sekolah, pengendalian pembelajaran
oleh guru, penatalayanan administrasi oleh pegawai, serta
seluruh kegiatan pelayanan lain, pengelolaan atmosfir satuan
pendidikan. Pengembangan sikap positif secara komprehensif
adalah yang utama karena dimensi ini merupakan roh
dimensi karakter lainnya. Di luar program dan aktivitas
internal kelembagaan harus disadari juga bahwa suasana
eksternal, baik keluarga, pemerintahan, bisnis, sosial, dan
lain-lain turut berpengaruh mempercepat atau mengganggu
usaha pengembangan sikap positif. Misalnya, jika atmosfir
satuan pendidikan telah mengendalikan implementasi
pengembangan sikap positif tentang nomotetis Pancasila,
seyogianya di keluarga, pemerintahan, lingkungan sosial dan
lain-lain harus menunjukkan atmosfir yang sama. Apabila
terdapat dua atmosfir yang sungguh kontrast maka karakter
nomotetis (Pancasila) dan ideografis (individual) sulit
diinternalisasi menjadi kepribadian.
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rumusan
mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan Pendidikan. Oleh karena
itu, rumusan tujuan Pendidikan Nasional menjadi dasar
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 61
dalam pengembangan pendidikan karakter. Tujuan
Pendidikan Karakter diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik
sebagai manusia dan Warga Negara yang memiliki
nilai-nilai pancasila
2. Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan pancasila
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Secara singkatnya pendidikan karakter bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan. Pendidikan Karakter juga bertujuan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 62
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan.
Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Dalam perspektif progresivisme, pendidikan
bukanlah sekadar memberikan pengetahuan, lebih dari itu
pendidikan melatih kemampuan berpikir (aspek kognitif).
Manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding
makhluk lain, yaitu dianugerahi akal dan kecerdasan.
Sehingga dengan akal dan kecerdasan tersebut diharapkan
manusia atau seseorang dapat mengetahui, memahami, dan
mengembangkan potensi-potensi yang telah ada pada dirinya
sejak dilahirkan.
Aliran inilah yang menjadi dasar atau landasan
terbentuknya pendidikan karakter. Pandangan yang
mengatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi dan
kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 63
Progresivisme yang juga menaruh kepercayaan terhadap
kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya, serta
lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi
kepribadiannnya. Beberapa hal yang terkandung dalam aliran
progresivisme ini kemudian secara mendalam dipikirkan
untuk kemudian memunculkan sebuah paradigma pendidikan
yang sedang menjadi primadona paradigma pendidikan
dewasa ini, yang tidak lain adalah pendidikan karakter.
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai
yang dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber
Agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat
beragama, maka kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa
selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan. Secara
politis, kehidupan kenegaraan didasari pada nilai yang
berasal dari agama. Dan sumber yang kedua adalah
Pancasila. Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan
atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
yang disebut dengan Pancasila. Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut lagi dalam
pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 64


yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya dan seni.
Sebagai warga negara Indonesia, pendidikan karakter
yang diajarkan harus sejalan dengan karakter bangsa yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Pancasila mempunyai tujuan yang
salah satunya yaitu sebagai pandangan hidup bangsa. Bahwa
nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok
dalam berpikir dan berbuat, dan hal ini mengharuskan bangsa
Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Pancasila itu
kedalam sikap dan perilaku baik dalam perilaku hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satunya
dengan menerapkan pendidikan berkarakter. Dengan
berlandaskan pancasila maka tingkah laku kita akan
terlindungi dari hal-hal yang tidak sesuai dengan pancasila,
dikarenakan saat ini sudah berkembang tentang kenakalan
remaja dalam masyarakat seperti perkelahian masal
(tawuran). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 65


Hal tersebut juga terdapat pada pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea 4.
Character Education Quality Standards
merekomendaikan sebelas prinsip untuk mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis
karakter.
2. Mengidentifikasikan karakter secara komprehensif
supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3. Mengguanakan pendekatan yang tajam, proaktif dan
efektif untuk membangun karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki
kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada generasi muda untuk
menunjukkan perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang
bermakna dan menantang yang menghargai semua
generasi muda, membangun karakter mereka dan
membantu mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para
generasi muda.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 66


8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai
komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk
pendidikan karakter yang setia kepada nilai dasar
yang sama.
9. Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan
luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah
sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter
positif dalam kehidupan generasi muda.

3.2 Implementasi Kepemimpinan Berkarakter kepada


Generasi Muda

Kalau kita melihat kembali konsep kepemimpinan


yang dicerminkan oleh Rasulullah. Maka ada beberapa
konsep kepemimpinan yang diterapkan oleh Nabi
Muhammad SAW dan para khalifah yang memang menjadi
contoh bagi umat sesudahnya :

Pertama, Bertakwa kepada Allah SWT. Bertakwa


kepada Allah merupakan landasan pokok (prinsip utama) dari
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 67
kepemimpinan Rasulullah SAW. Mengapa takwa itu menjadi
landasan utamanya, karena akan lahir sebuah sistem
masyarakat yang tidak mengenal perbedaan antara satu dan
yang lainnya. Sebab kepemimpinan itu dijalankan dengan
benar-benar berdedikasi kepada masyarakat, juga dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, siddiq (berkata benar atau jujur) seperti gelar


yang diberikan kepada Abu Bakar Khalifah yang pertama.
Setiap Muslimdiperintahkan untuk senantiasa berlaku siddiq
(jujur) atau berkata benar. Seperti yang dikatakan oleh beliau
dalam Haditsnya yang berbunyi: “qulil haqqa walau kanna
muran” (berkatalah yang benar meskipun itu pahit atau
berteriaklah jika itu benar). Apalagi kalau dia adalah seorang
pemimpin, karena setiap kata-katanya mengikat banyak
orang. Ketika seorang pemimpin berjanji, maka dia berjanji
dengan orang banyak, dan apabila janji (amanah) itu tidak
mampu dia jalankan (dia tepati), maka amanah itu ia
pertanggung-jawabkan dihadapan sejarah, umat dan lebih-
lebih dihadapan Allah SWT. Dia akan disebut-sebut oleh
orang sepanjang sejarah sebagai pemimpin yang tidak
memiliki tanggungjawab terhadap rakyat yang menjadi

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 68


tanggungannya. Penulis menyarankan; ”apabila kita sudah
mengetahui diri kita tidak mampu menjalankan hal tersebut
atau tidak mampu menjalankan roda pemerintahan dengan
baik, maka kita jangan pernah bermimpi untuk menjadi
pemimpin sebelum kita mampu memimpin keluarga kita,
saya yakin kita mengetahui semua apa tanggungjawab
seorang pemimpin, pemimpin itu adalah amanah rakyat
banyak yang harus kita perjuangkan dan setiap kita berjanji
dengan rakyat harus kita tepati dengan baik, misalnya kita
berjanji untuk kesehatan gratis, pendidikan gratis, dan lain
sebagainya, kalau memang kita tidak mampu menjalankan
hal tersebut janganlah kita berjanji yang demikian”.

Ketiga, Tabligh (menyampaikan). Sebagai seorang


pemimpin hendaknya komunikatif, atau terampil dalam
menyampaikan hal-hal yang tengah terjadi didalam
masyarakat. Seorang pemimpin harus selalu berkomunikasi
dengan masyarakat dalam menyampaikan berbagai persoalan
yang dihadapinya, sehingga persoalan-persoalan yang
muncul tidak disembunyikan, agar mampu dicarikan akar
permasalahannya sehingga dapat dipecahkan secara bersama-
sama dan dicarikan solusi yang tepat. Begitu pula dengan

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 69


posisi yang ditempati oleh politisi Islam. Dan harus dipahami
bahwa ia wajib menyampaikan dakwah dan kebenaran Islam
dalam posisi dan kedudukannya sebagai penguasa. Dalam
berpolitik seorang Muslim harus berdakwah dan bukan
berarti menjadikan mesjid sebagai panggung untuk
berpolitik, karena saya lihat politisi kita sekarang menjadikan
mesjid sebagai panggung politik, itu namanya politisi yang
bodoh yang tidak tahu tempat untuk melakukan proses
politik, sehingga mesjid tempat kita beribadah dijadikan
tempat untuk berpolitik. Oleh karena itu, politik memang
harus dipandang sebagai salah satu jalur dan media dakwah
yang sangat penting dan strategis. Dalam melakukan dakwah
untuk mengubah persepsi keliru bahwa, “politik memang
kotor” tersebut, bisa dilakukan dengan lisan (Da’wah bil
lisan atau da’wah bilisanial-maqal) maupun dengan suri
tauladan (Da’wah bil hal atau tepatnya da’wah bil lisani al-
hal). (Hajriyanto Y. Tohari, Ibid: 239).

Keempat, Fathonah (cerdas dan cakap). Seorang


pemimpin jelas dituntut memiliki kecerdasan dan
kemampuan yang memadai dalam kepemimpinannya,
melebihi kecerdasan yang dimiliki oleh masyarakat yang

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 70


dipimpinnya, sehingga tidak menyebabkan wibawanya turun
dihadapan masyarakat. Seorang pemimpin tidak boleh
mengandalkan secara terus-menerus kecerdasan orang-orang
yang ada disekitarnya (pembantu-pembantunya), karena pada
saat tertentu, seorang pemimpin harus menangani masalah
yang timbul didalam masyarakat, atau keputusan-keputusan
politik dengan cepat.

Kelima, Amanah (kepercayaan). Dalam perspektif


Islam, kepemimpinan ituhakikatnya adalah melaksanakan
Amanah Allah SWT dan kemanusiaan. Maka bukan saja
mempertanggung-jawabkannya didunia ini, tetapi juga
diakhirat kelak, kecuali itu kepemimpinan yang seyogyianya
atas orang yang berhak lantaran memang mampu
melaksanakannya (amanah itu), sehingga layak menerima/
mendapatkanya.

Keenam, Adil. Seorang pemimpin tidak boleh


menunjukkan kepemim-pinannya hanya baik dan
menguntungkan atas Diri, Keluarga, maupun suatu kelompok
(partai) semata. Melainkan harus benar adil dan memihak
pada siapa yang benar meskipun yang salah itu adalah
anaknya sendiri. Seorang pemimpin tidak boleh
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 71
menempatkan rakyat sebagai obyek kekuasaan, sementara
para elit politik ditempatkan sebagai pelaku utama yang akan
memerankan segala hal. Sehingga semuanya diputuskan
secara sepihak tanpa mempedulikan suara rakyat dan tidak
mendengarkan jeritan nurani rakyat. Para Koruptor kelas
kakap dibiarkan berkeliaran tanpa sedikitpun disentuh oleh
Hukum, sedangkan jika rakyat mencuri ayam saja ditahan
minimal 2 bulan dalam penjara, mereka yang mengambil
uang rakyat bermilyar-milyar itu tidak pernah disentuh oleh
yang namanya hukum, rakyat selalu berteriak dan bertanya
dimanakah Hukum dinegeri antah-barantah ini?. Keadilan
tidak menjadi landasan utama bertindak bagi elit-elit politik
Islam saat ini, yang menjadi landasan utamanya sekarang
adalah kekayaan mereka tidak pernah memikirkan rakyat.
Sehingga penyimpangan terjadi dimana-mana, seperti
korupsi yang kini terjadi di berbagai institusi pemerintahan,
itu karena mereka melupakan ajaran Islam yang melarang
berbuat curang dan membenci orang yang tidak memiliki
sifat amanah dan menjadi pecundang dipentas politik.

Ketujuh, Bersahaja. Seorang pemimpin hendaknya


berpola hidup sederhana, yaitu menghidari perilaku serakah

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 72


dan menumpukkan Harta, seperti perilaku para pemimpin
kita sekarang, yang membuat Allah sangat membencinya.
Setelah kita melakukan identifikasi realitas politik yang
dipersentuhkan dengan idealitas Al-Qur’an, maka ditemukan
beberapa dimensi perilaku elit politik yang bertentangan
dengan Al-Qur’an, dimana mereka suka saling menuding
ketika berkampanye, saling menghina dan mencaci diantara
sesama. Di samping itu kemunafikan elit politik ketika
berkampanye merupakan realitas politik yang bertentangan
dengan Al-Qur’an. Menurut para pakar sosial-politik,
kemunafikan dan kedustaan yang terjadi dipentas politik itu
adalah sebuah keniscayaan, sebab, ketika kita kembali
ketujuan awal dari politik adalah kepenntingan atau
kekuasaan, ”tidak ada saudara dan sahabat sejati dalam
pentas politik, yang ada hanyalah kepentingan dan kekuasaan
sejati”. Ini adalah ungkapan yang sangat pas untuk dikatakan
ketika kita berbicara tentang politik beserta para aktor-
aktornya. Mereka bisa saja menghalalkan segala cara untuk
mencapai hasrat kekuasaannya dan untuk memenuhi
kepentingannya.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 73


3.3 Implementasi Pola Pikir (Mindset) Berkarakter
Pola pikir adalah pendekatan menemukan kebenaran.
Ada pendekatan praktis, pendekatan teoretis dan pendekatan
esensial. Polapikir generasi saat ini tampaknya masih
terjebak pada tingkat praktis. Setiap masalah, tugas atau
pekerjaan cenderung diselesaikan dengan pendekatan praktis.
Yang utama bagi mereka ialah masalah cepat terselesaikan
walaupun akan menimbulkan banyak masalah baru. Di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sampai di satuan
pendidikan nyata-nyata masih menggunakan pola pikir
praktis. Hampir sulit menemukan sebuah kebijakan yang
sungguh-sungguh esensial. Misalnya, untuk lulus UN (ujian
nasional) menempuh cara-cara praktis, misalnya
menyediakan “kunci jawaban”.
Pendidikan karakter Generasi Emas 2045 harus
mampu membangun polapikir tidak hanya pendekatan
praktis, dan pendekatan teoretis melainkan harus sampai pada
tingkat pendekatan esensial. Pendekatan praktis
mengutamakan penalaran akal sehat (commonsence) saja.
Misalnya, kebijakan pemerintah atas dasar asumsi bahwa jika
kesejahteraan guru ditambah maka guru profesionalitas akan
meningkat, kemudian ditetapkan kebijakan sertifikasi guru.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 74
Ternyata setelah berlangsung sejak tahun 2007 sampai
sekarang banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kinerja
guru yang sudah bersertifikat dibandingkan dengan guru
yang belum bersertifikat tidak ada perbedaan signifikan.
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa kebijakan
berbasis commonsence justru menimbulkan masalah yang
semakin kompleks, dan malah merusak karakter guru.
Contoh pemalsuan portofolio, jalan pintas untuk lulus PLPG
(Pendidikan dan Latihan Profesi Guru), semakin maraknya
kredit guru di sejumlah perbankkan. Ironisnya, pendekatan
seperti inilah yang mewarnai sebagian besar kebijakan
Kemendikbud. Pengangkatan pejabat di jajaran
Kemendikbud hampir seluruhnya menggunakan pendekatan
akal sehat saja. Siapapun bisa diangkat menjadi kepala
dinas,kepala sekolah atau pejabat lain, yang penting nalarnya
jalan. Akhirnya, mereka secara keseluruhan mengambil
kebijakan akal sehat. Pendekatan teoretis mengutamakan
penalaran deduktif dan induktif (rasional dan pembuktian
empiris). Teori dibangun berdasarkan dua penalaran ini, oleh
sebab itu kebenarannya lebih dipercaya dan terandalkan
(reliable,valid). Akan tetapi hamper dapat diyakini bahwa
masalah pendidikan di Indonesia belum menggunakan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 75
pendekatan ini. Seorang kepala sekolah yang sudah bertugas
selama puluhan tahun, ketika ditanyakan tentang teori
kepemimpinan di sekolah mereka hanya tahu kepemimpinan
otoriter dan demokratis. Sungguh sangat ironis, bagaimana
kepala sekolah menerapkan kepemimpinan yang efekktif
apabila tidak memahami teori kepemimpinan. Akibatnya,
masalah kepemimpinan di sekolah diselesaikan dengan
polapikir praktis. Kepala sekolah, guru dan pegawai telah
merasa cukup ketika mereka menyelesaikan pendidikan
formal. Pada hal ilmu pengetahuan, dan teori terus tumbuh
dan berkembang. Profesionalitas harus didukung oleh
penguasaan teori secara komprehensif.
Karakter Generasi Emas 2045 harus dibangun
dengan polapikir teoretis dalam bidangnya masing-masing,
dan tidak ada kebijakan yang mengatakan siapapun bisa
melakukan apapun. Hanya orangorang yang menguasai teori
secara komprehensif bisa melaksanakan pekerjaan dengan
lebih efektif. Akan tetapi, dengan pendekatan teoretis saja
belum cukup untuk membuat kehidupan efektif. Salah satu
pendekatan teoretis sebagai bukti kurang efektif adalah
penegakan hukum di Indonesia. Forum Indonesian Lawyer’s
Club yang disiarkan media TVone terkesan kurang efektif
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 76
menemukan kebenaran. Ketika berbagai pakar hukum
bertemu mendiskusikan berbagai kasus tampak tidak efektif
menawarkan solusi. Disparitas dan relativitas kebenaran
semakin terasa karena masing-masing pihak mengemukakan
argumentasi dengan penalaran rasional dan pembuktian-
pembuktian empisiris yang kuat. Penegakan hukum semakin
jauh dari rasa keadilan dan akibatnya ada pihak yang mencari
solusi- solusi pragmatis. Disparitas dan relativitas ini terjadi
karena unsur etika terabaikan. Unsur ditemukan dalam
pendekatan esensial. Karakter Generasi Emas 2045 dimensi
polapikir tidak hanya mengutamakan pendekatan praktis dan
teoretis tetapi juga pendekatan esensi dengan penalaran
suprarasional. Penalaran suprarasional mengandung etika dan
estetika. Inilah yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi “ think
rightly, act rightly and live rightly”. Sekalipun menggunakan
pendekatan praktis dan teoretis jangan sampai kehilangan
etika dan estetika. Jadi, pendekatan praktis, teoretis dan
esensi berada pada perspektif yang sama. Misalnya, guru
menghormati kepala sekolah (premis mayor). Guru
menghormati kepala sekolah yang baik (premis minor).
Kemudian guru menghormati kepala sekolah yang kurang
baik (premis minor). Seluruh premis minor harus konsisten
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 77
dengan premis mayor. Inilah polapikir dengan pendekatan
esensial. Apakah kepala sekolah yang kurang baik harus
dipertahankan? Jawaban penalaran suprarasional ialah
kebaikan lebih efektif mengubah keburukan. Cara-cara buruk
tidak membuat orang berubah menjadi lebih baik, melainkan
justeru semakin lebih buruk. Kebijakan Menteri
Kemendikbud melalui Pusat Pengembangan Kurikulum
Kemendikbud mendisain kurikulum 2013 mungkin bukan
sebuah kebijakan berbasis polapikir pendekatan esensi.
Dalam system pendidikan di satuan pendidikan, bukan
kurikulum yang esensi, melainkan factor guru. Henderson
(1999:306) mengatakan “The crucial factor in accomplishing
the purpose of a good school is the good teacher. Masalah
pendidikan di Indonesia selama ini bukan persoalan
kurikulum, melainkan persoalan guru. Kurikulum yang baik
di tangan guru yang kurang berkarakter, hasilnya gagal.
Kurikulum yang kurang baik di tangan guru yang berkarakter
hasilnya lebih baik. Polapikir guru yang harus terus- menerus
diperbaiki. Borg (2010:15) mengatakan, change your
thingking, change your life. Pengembangan ketiga
pendekatan pola pikir ini efektif dilakukan terutama dalam
kegiatan intra dan ekstra kurikuler.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 78
3.4 Revolusi Mental dalam Mewujudkan Indonesia Emas
2045

Dalam mengartikan istilah “Revolusi Mental” yang


dikemukakan oleh Bapak Joko Widodo (Jokowi). Penegasan
ini saya kemukakan karena cara kita memahami sekarang ini
diwarnai dengan kecenderungan untuk mengambil apa yang
kita lihat dan dengar hanya menurut apa yang kita suka, atau
menafsirkannya sesuai kepentingan kita. Cara pikir ini
cenderung mengabaikan substansi. Substansi inilah yang
akan kita bicarakan. Untuk itu, pertama-tama perlu saya
sampaikan bahwa istilah ‘Revolusi Mental’ banyak dipakai
dalam sejarah pemikiran, manajemen, sejarah politik dan
bahkan sejarah musik. Penggunaan itu terjadi baik di dunia
Barat maupun Timur, baik oleh pemikir Islam, Kristiani,
Hinduisme maupun (Zen) Buddhisme. Bung Karno pun
pernah menggunakan istilah ini dalam pidato 17 Agustus
1956.

Istilah ‘mental’ adalah nama bagi genangan segala


sesuatu menyangkut cara hidup – misalnya: ‘mentalitas
zaman’. Di dalam cara hidup ada cara berpikir, cara

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 79


memandang masalah, cara merasa, mempercayai/meyakini,
cara berperilaku dan bertindak. Namun kerap muncul
anggapan bahwa ‘mental’ hanyalah urusan batin yang tidak
terkait dengan sifat ragawi tindakan dan cirri fisik benda-
benda dunia. Daya-daya mental seperti bernalar, berpikir,
membuat pertimbangan dan mengambil keputusan memang
tidak ragawi (tidak kasat mata), tetapi dunia mental tidak
mungkin terbangun tanpa pengalaman ragawi. Pada
gilirannya, daya-daya mental pun dibentuk dan menghasilkan
perilaku serta tindakan ragawi. Kelenturan mental, yaitu
kemampuan untuk mengubah cara berpikir, cara memandang,
cara berperilaku/bertindak juga dipengaruhi oleh hasrat
(campuran antara emosi dan motivasi).

Karena itulah kita memakai istilah ‘mentalitas’ untuk


menggambarkan dan juga mengkritik “mentalitas zaman”.
Ada mentalitas petani, mentalitas industrial, mentalitas
priyayi, mentalitas gawai (gadget), dsb. Mentalitas priyayi
tentu bukan sekadar perkara batin para priyayi, melainkan
cara mereka memahami diri dan dunia, bagaimana mereka
menampilkan diri dan kepercayaan yang mereka yakini, cara
berpakaian, bertutur, berperilaku, bertindak, bagaimana
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 80
mereka memandang benda-benda, ritual keagamaan, seni,
dsb.

Kekeliruan memahami pengertian mental (dan


bahkan ada yang menyempitkannya ke kesadaran moral)
membuat seolah-olah perubahan mental hanyalah soal
perubahan moral yang tidak ada hubungannya dengan hal-hal
ragawi seperti soal-soal struktural ekonomi, politik, dsb.
Padahal kesadaran moral, atau hati nurani yang mengarahkan
orang ke putusan moral yang tepat, hanyalah salah satu buah
daya-daya mental yang terdidik dengan baik. Kekeliruan ini
muncul dari perdebatan menyangkut kaitan kebudayaan,
struktur sosial dan pelaku. Kekeliruan itu terungkap dalam
omongan kita sehari-hari: “Wah, itu masalah mental
pelakunya!”, atau: “Tidak, itu masalah struktur!” Akibatnya,
interaksi keduanya terasa putus. Pokok ini tidak perlu diurai
panjang lebar di sini. Cukuplah disebut bahwa kesesatan itu
melahirkan pandangan seakan-akan ‘kebudayaan’ berurusan
hanya dengan ranah subyektif pelaku, sedangkan ‘struktur
sosial’ berurusan dengan ranah obyektif tindakan. Dan
keduanya tidak berhubungan. Itu pandangan primitif dan
sesat.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 81
Bagaimana kesesatan itu dikoreksi? Jawabnya:
hubungan integral antara “mental pelaku” dan “struktur
sosial” terjembatani dengan memahami ‘kebudayaan’
(culture) sebagai pola caraberpikir, cara-merasa, dan cara-
bertindak yang terungkap dalam praktik kebiasaan sehari-hari
(practices, habits). Di dunia nyata tidak ada pemisahan antara
‘struktur’ sebagai kondisi material/ fisik/ sosial dan
‘kebudayaan’ sebagai proses mental. Keduanya saling terkait
secara integral.

Corak praktik serta sistem ekonomi dan politik yang


berlangsung tiap hari merupakan ungkapan kebudayaan,
sedangkan cara kita berpikir, merasa dan bertindak (budaya)
dibentuk secara mendalam oleh sistem dan praktik habitual
ekonomi serta politik. Tak ada ekonomi dan politik tanpa
kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
ekonomi dan politik. Pemisahan itu hanya ada pada aras
analitik. Pada yang politik dan ekonomi selalu terlibat
budaya dan pada yang budaya selalu terlibat ekonomi dan
politik. Selain sebagai corak/pola kebiasaan, tentu
kebudayaan juga punya lapis makna yang berisi cara
masyarakat menafsirkan diri, nilai dan tujuan-tujuan serta
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 82
cara mengevaluasinya. Kebudayaan juga punya lapis
fisik/material karya cipta manusia termasuk sistem
pengetahuan yang melandasinya. Namun dalam praktek
sehari-hari ketiganya tidak terpisah secara tajam. Contohnya
adalah bagaimana selera dan hasrat terbentuk dari kebiasaan-
kebiasaan yang kita peroleh melalui struktur lingkungan.
Konsumerisme sebagai gejala budaya lahir dari perubahan
struktur lingkungan yang memaksakan hasrat tertentu agar
menjadi kebiasaan sosial. Misalnya, kebiasaan berbelanja
sebagai gaya hidup dan bukan karena perlu, atau menilai
prestise melalui kepemilikan benda bermerek luar negeri.

Implikasi dari kekeliruan memahami gejala yang


disebut di atas sangat besar. Pernyataan-pernyataan publik
seperti pendekatan ekonomi dan politik sudah gagal sehingga
diperlukan jalan kebudayaan adalah contoh kekeliruan
memahami hubungan integral struktur, kebudayaan, dan
pelaku. Kekeliruan itu juga melahirkan anggapan seakan-
akan urusan perubahan mental akan menciutkan masalah-
masalah kemiskinan dan korupsi sebagai perkara moral
bangsa – “kalau moral berubah, selesailah masalah!”.
Sungguh keliru anggapan itu. Dengan paparan tadi,
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 83
bagaimanakah kita mengartikan ‘Revolusi Mental’? Revolusi
Mental melibatkan semacam strategi kebudayaan. Strategi
kebudayaan berisi haluan umum yang berperan memberi arah
bagaimana kebudayaan akan ditangani, supaya tercapai
kemaslahatan hidup berbangsa. Strategi berisi visi dan haluan
dasar yang dilaksanakan berdasarkan tahapan, target setiap
tahap, langkah pencapaian dan metode evaluasinya.

Tetapi karena ‘kebudayaan’ juga menyangkut cara


kita berpikir, merasa dan bertindak, ‘revolusi mental’ tidak
bisa tidak mengarah ke transformasi besar yang menyangkut
corak cara-berpikir, cara-merasa dan cara-bertindak kita itu.
Kebudayaan hanya dapat “di-strategi-kan”(3) jika kita
sungguh memberi perhatian pada lapis kebudayaan tersebut.
Karena itu, kunci bagi ‘Revolusi Mental’ sebagai strategi
kebudayaan adalah menempatkan arti dan pengertian
kebudayaan ke tataran praktek hidup sehari-hari.

Jadi, untuk agenda ‘Revolusi Mental’, kebudayaan


mesti dipahami bukan sekadar sebagai seni pertunjukan,
pameran, kesenian, tarian, lukisan, atau celoteh tentang moral
dan kesadaran, melainkan sebagai corak/pola cara-berpikir,

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 84


cara-merasa, dan cara-bertindak yang terungkap dalam
tindakan, praktik dan kebiasaan kita sehari-hari. Hanya
dengan itu ‘Revolusi Mental’ memang akan menjadi wahana
melahirkan Indonesia baru. Apa yang mau dibidik oleh
‘Revolusi Mental’ adalah transformasi etos, yaitu perubahan
mendasar dalam mentalitas (lihat butir 4 untuk pengertian
ini), cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang
semuanya menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-hari.
Etos ini menyangkut semua bidang kehidupan mulai dari
ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, agama, dsb. Begitu
rupa, sehingga mentalitas bangsa (yang terungkap dalam
praktik/kebiasaan seharihari) lambat-laun berubah.
Pengorganisasian, rumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan diarahkan untuk proses transformasi itu.

Di satu pihak, pendidikan lewat sekolah merupakan


lokus untuk memulai revolusi mental. Di lain pihak, kita
tentu tidak mungkin membongkar seluruh sistem pendidikan
yang ada. Meski demikian, revolusi mental dapat
dimasukkan ke dalam strategi pendidikan di sekolah.
Langkah operasionalnya ditempuh melalui siasat kebudayaan
membentuk etos warga negara (citizenship). Maka, sejak dini
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 85
anak-anak sekolah perlu mengalami proses pedagogis yang
membuat etos warga negara ini ‘menubuh’. Mengapa?
Karena landasan kebangsaan Indonesia adalah
kewarganegaraan. Indonesia tidak berdiri dan didirikan di
atas prinsip kesukuan, keagamaan atau budaya tertentu.
Karena itu, pendidikan kewarganegaraan perlu diperkenalkan
kepada siswa mulai dari usia dini. Dalam menjalankan
Revolusi Mental, pendidikan kewarganegaraan merupakan
tuntutan yang tidak dapat diganti misalnya dengan pelajaran
agama. Sebaliknya, pelajaran agama membantu pendidikan
kewarganegaraan.

Untuk keperluan pendidikan kewarganegaraan kita


dapat menyusun pertanyaan: (a) Keutamaan/karakter baik
(virtue) apa yang harus dipelajari oleh siswa agar menjadi
warga negara yang baik? (b) Sebagai infrastuktur kultural,
keutamaan/karakter baik (virtue) apa yang perlu dipelajari
siswa untuk “menemukan kembali” Indonesia yang dicita-
citakan bersama?. Sebagai contoh, jika gagasan tentang
Indonesia yang mau dikembangkan adalah Indonesia yang
bebas korupsi, maka keutamaan yang dididik adalah
kejujuran; jika sasarannya adalah kebinekaan, maka yang
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 86
dididik adalah pengakuan dan hormat pada keragaman
budaya, agama, suku/etnisitas, dll; jika kepemimpinan, maka
yang dikembangkan adalah tanggungjawab; dst.

Tampaknya memang tidak ada yang baru dari hal-hal


yang disebut di atas. Dengan memusatkan perhatian pada
perubahan kebiasaan sehari-hari yang punyai dampak
kebaikan publik, kebaruan terletak pada cara mendidik.
Proses pendidikan mesti bermuara ke corak kebiasaan
bertindak. Artinya, pendidikan diarahkan ke transformasi dari
pengetahuan diskursif (discursive knowledge) ke
pengetahuan praktis (practical knowledge). Pengetahuan
diskursif tentu sangat dibutuhkan dalam mengawal secara
kritis kehidupan berbangsa-bernegara, namun biarlah
sementara ini itu jadi urusan para intelektual/cendekia. Bagi
agenda ‘Revolusi Mental’, yang paling dibutuhkan adalah
pengetahuan praktis – transformasi pada tataran kebiasaan
bertindak sehari-hari para warga negara dalam lingkup dan
skala seluas bangsa.

Keutamaan (virtue) adalah pengetahuan praktis. Ini


berarti bahwa dalam proses pendidikan, Revolusi Mental

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 87


adalah membuat bagaimana kejujuran dan keutamaan lain-
lainnya itu menjadi suatu disposisi batin ketika siswa
berhadapan dengan situasi konkret. Ketika berhadapan
dengan kesulitan saat ulangan, misalnya, siswa tidak lagi
melihat kejujuran sebagai hal terpisah dari dirinya. Dia tidak
lagi berpikir apakah akan mencontek atau tidak, karena
kejujuran sudah menjadi kebiasaan, sudah menjadi habit.
Kejujuran mengalir dari dirinya. Ibarat seseorang yang mahir
berenang, dia tidak lagi perlu memikirkan ritme gerakan
tangan dan kakinya. Gerakan itu menjadi bagian dirinya
ketika dia berada di air. Contoh lain bisa kita ambil dari
Skandinavia dimana kesetaraan (equality) diajarkan sejak
anakanak. Itulah mengapa sistem welfare state menjadi
mungkin di Negara-negara Skandinavia. Kendati dikenai
pajak progresif, warga memahami arti dan keutamaannya
karena kesetaraan sudah menjadi sikap dasar (dan tentu saja
juga karena penyelenggara negara yang akuntabel dan tidak
korup). Di Jepang, sikap stoic (Jepang: gaman) sudah
diajarkan sejak usia 3 – 6 tahun sampai menjadi kebiasaan
dan sikap hidup sehari-hari. Kita tentu masih ingat reaksi
tenang, rasional, terkendali dan hening masyarakat Jepang

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 88


yang banyak dibahas media internasional ketika terjadi
tragedi nuklir 2011.

Pendidikan di sekolah hanyalah bagian saja dari


proses pendidikan warga negara. Padahal kalau sungguh mau
dilaksanakan, Revolusi Mental harus menjadi gerakan
kolosal berskala nasional. Gerakan itu mencakup masyarakat
seluas bangsa agar perilaku sosial setiap individu menjadikan
keutamaan warga negara sebagai kebiasaan. Untuk itu, kita
tidak perlu menunggu adanya kebijakan. Silakan memulai
dengan membangun kantung-kantung perubahan dan
menyusun siasat yang berfokus pada transformasi cara hidup
sehari-hari kelompok-kelompok warga negara. Siasat itu
melibatkan gerakan rutin dalam bentuk langkah-langkah
konkret untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang punya
dampak terhadap terwujudnya kebaikan hidup berbangsa dan
bernegara.

Jadi, ‘Revolusi Mental’ bukanlah urusan membikin


panggung di mana para selebriti mencari sorak dan puja-puji.
Transformasi sejati terjadi dalam kesetiaan bergerak dan
menggerakkan perubahan dalam hal-hal yang rutin. Hanya

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 89


melalui kesetiaan inilah ‘Revolusi Mental’ akan terjadi.
‘Revolusi Mental’ juga tidak akan terjadi hanya dengan
khotbah tentang kesadaran moral, serta tidak terjadi dengan
pelbagai seminar dan pertunjukan. Semua itu cenderung jadi
panggung slogan. Agar ‘Revolusi Mental’ menjadi siasat
integral tranformasi kebudayaan, yang dibutuhkan adalah
menaruh arti dan praksis kebudayaan ke dalam proses
perubahan ragawi menyangkut praktik dan kebiasaan hidup
sehari-hari pada lingkup dan skala sebesar bangsa. Arah itu
juga merupakan resep bagi masyarakat warga untuk ikut
terlibat secara ragawi dalam memulai dan merawat revolusi
mental. Jika pada awal Reformasi kita banyak membicarakan
civil society, maka inilah arti civil society yang sebenarnya:
civil society adalah gerakan para warga negara (citizens)
untuk melaksanakan transformasi secara berkelanjutan bagi
pemberadaban hidup bersama yang bernama Indonesia.
Itulah ‘Revolusi Mental’.

Latar belakang perlunya revolusi mental bagi bangsa


ini, paling tidak dilandasi tiga hal. Pertama, masih kuatnya
mentalitas bangsa yang negatif, sehingga menjadi
penghambat kemajuan. Sebagaimana dikemukakan oleh
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 90
Koentjaraningrat (1984), bahwa mentalitas bangsa ini
menjadi rusak akibat koloni yang panjang, hingga saat ini
masih bisa dirasakan. Mentalitas tersebut antara lain adalah
(1) tidak menghargai mutu, (2) suka menerabas, (3) tidak
percaya diri, (4) tidak berdisiplin muni, dan (5) tidak
bertanggung jawab. Manivestasi dari sikap mental ini masih
dengan mudah kita temukan pada setiap lapisan masyarakat
dan pada semua aspek kehidupan. Kedua, masih kuatnya cara
berfikir yang terkotak-kotak, primordialisme, kesukuan dan
ashobiyyah, yang juga menjadi hambatan bagi kebersamaan,
harmoni, persaudaraan dan egalitarianisme yang diperlukan
sebagai prasyarat untuk membangun dan maju bersama.
Ketiga, sebagai akibat dari dua kondisi mental di atas, maka
hingga saat ini krisis mental dan moral masih terus melanda.
Perwujudan mentalitas di atas antara lain muncul dalam
hilangnya kejujuran dan sikap amanah (trust) di semua
lapisan, korupsi, plagiarism, maraknya peredaran narkotika,
kerusakan lingkungan, kerusakan moral generasi muda,
tawuran antar kelompok, dan seterusnya.
Dalam kondisi demikian, banyak pihak kemudian
mempertanyakan peran pendidikan agama. Bukankah selama
ini pendidikan agama ada di mana-mana, diajarkan pada
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 91
semua jenjang dan jenis pendidikan? Memang benar bahwa
semua lembaga pendidikan telah mengajarkan pendidikan
agama kepada peserta didik. Namun harus diketahui bahwa
agama di sekolah hakikatnya tidak berbeda dengan mata
pelajaran yang lain. Pendidikan agama hanyalah satu jenis
mata pelajaran yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan agama (knowing and doing), tidak sampai
mengajarkan keberagamaan dalam arti mengarah pada being
a religious person. Oleh karena itu, hasil dari pendidikan
agama selama ini sama saja dengan mata pelajaran lain, yaitu
berupa pengetahuan dan nilai raport, bukan religiusitas
masyarakat.

Kalau kita meyakini (dan memang harus yakin)


bahwa pendidikan agama seharusnya berperan besar dalam
revolusi mental bangsa, maka yang pertama harus dilakukan
adalah merevolusi pendidikan agama di sekolah-sekolah.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Kurikulum 2013) tidak
boleh ditempatkan dan diperlakukan sama dengan mata
pelajaran yang lain. Pendidikan agama harus diprioritaskan,
diutamakan, didukung, dan difasilitasi sepenuhnya oleh
semua pihak dengan segala upaya untuk mengantarkan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 92
peserta didik menjadi pribadi yang baik dan religius
(menghargai, menghayati, dan melaksanakan ajaran
agamanya). Hal ini sudah tergambar dalam kompetensi inti
dan jabaran pembelajaran agama dan budi pekerti pada
kurikulum 2013. Namun, kesadaran akan pentingnya
pendidikan agama sebagai instrumen revolusi mental belum
nampak pada pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan
agama. Belum munculsense of crisis mengenai mentalitas
negatif dan dekadensi moral bangsa sehingga menempatkan
pendidikan agama sebagai solusinya.

Sebagai kesimpulan, dapat dikemukakan bahwa


revolusi mental seharusnya dimulai dari revolusi pendidikan
agama dan budi pekerti di sekolah. Untuk ini, perlu kita
simak kata-kata bijak dari Henry Ford:If you always do what
you’ve always done, you’ll always get what you’ve always
got. (Bila anda selalu melakukan apa yang biasa anda
lakukan, maka anda akan selalu mendapat, apa yang biasa
anda dapatkan). Artinya, tanpa revolusi pendidikan agama
dan budi pekerti, dan pendidikan secara luas, akan sulit
membayangkan revolusi mental bisa terwujud di negeri ini.
Namun, di saat yang sama, sejumlah tradisi atau budaya yang
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 93
tumbuh subur dan berkembang di alam represif Orde Baru
masih berlangsung sampai sekarang, mulai dari korupsi,
intoleransi terhadap perbedaan, dan sifat kerakusan, sampai
sifat ingin menang sendiri, kecenderungan menggunakan
kekerasan dalam memecahkan masalah, pelecehan hukum,
dan sifat oportunis. Kesemuanya ini masih berlangsung, dan
beberapa di antaranya bahkan semakin merajalela, di alam
Indonesia yang katanya lebih reformis.

Korupsi menjadi faktor utama yang membawa


bangsa ini ke ambang kebangkrutan ekonomi di tahun 1998
sehingga Indonesia harus menerima suntikan dari Dana
Moneter Internasional (IMF) yang harus ditebus oleh bangsa
ini dengan harga diri kita. Terlepas dari sepak terjang dan
kerja keras KPK mengejar koruptor, praktik korupsi sekarang
masih berlangsung, malah ada gejala semakin luas.
Demikian juga sifat intoleransi yang tumbuh subur di tengah
kebebasan yang dinikmati masyarakat. Sementara itu,
pertumbuhan ekonomi yang pesat malah memacu sifat
kerakusan dan keinginan sebagian masyarakat untuk cepat
kaya sehingga menghalalkan segala cara, termasuk
pelanggaran hukum. Jelas reformasi, yang hanya menyentuh
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 94
faktor kelembagaan negara, tidak akan cukup untuk
menghantarkan Indonesia ke arah cita-cita bangsa seperti
diproklamasikan oleh para pendiri bangsa. Apabila kita gagal
melakukan perubahan dan memberantas praktik korupsi,
intoleransi, kerakusan, keinginan cepat kaya secara instan,
pelecehan hukum, dan sikap oportunis, semua keberhasilan
reformasi ini segera lenyap bersama kehancuran bangsa.

3.5 Pentingnya Menerapkan Revolusi Mental

Dalam pembangunan bangsa, saat ini kita cenderung


menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang jelas
tidak sesuai dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan
karakter bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia
melakukan tindakan korektif, tidak dengan menghentikan
proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan
mencanangkan revolusi mental menciptakan paradigma,
budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang
lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja,
dan berkesinambungan.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 95


Penggunaan istilah ”revolusi” tidak berlebihan.
Sebab, Indonesia memerlukan suatu terobosan budaya politik
untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik
yang buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh
kembang sejak zaman Orde Baru sampai sekarang. Revolusi
mental beda dengan revolusi fisik karena ia tidak
memerlukan pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap
memerlukan dukungan moril dan spiritual serta komitmen
dalam diri seorang pemimpin—dan selayaknya setiap
revolusi—diperlukan pengorbanan oleh masyarakat.

Dalam melaksanakan revolusi mental, kita dapat


menggunakan konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung
Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya,
”Indonesia yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang
mandiri secara ekonomi”, dan ”Indonesia yang
berkepribadian secara sosial-budaya”. Terus terang kita
banyak mendapat masukan dari diskusi dengan berbagai
tokoh nasional tentang relevansi dan kontektualisasi konsep
Trisakti Bung Karno ini.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 96


Kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat sila
keempat Pancasila haruslah ditegakkan di Bumi kita ini.
Negara dan pemerintahan yang terpilih melalui pemilihan
yang demokratis harus benar-benar bekerja bagi rakyat dan
bukan bagi segelintir golongan kecil. Kita harus menciptakan
sebuah sistem politik yang akuntabel, bersih dari praktik
korupsi dan tindakan intimidasi. Semaraknya politik uang
dalam proses pemilu sedikit banyak memengaruhi kualitas
dan integritas dari mereka yang dipilih sebagai wakil rakyat.
Kita perlu memperbaiki cara kita merekrut pemain politik,
yang lebih mengandalkan keterampilan dan rekam jejak
ketimbang kekayaan atau kedekatan mereka dengan
pengambil keputusan.

Kita juga memerlukan birokrasi yang bersih, andal,


dan kapabel, yang benar-benar bekerja melayani kepentingan
rakyat dan mendukung pekerjaan pemerintah yang terpilih.
Demikian juga dengan penegakan hukum, yang penting demi
menegakkan wibawa pemerintah dan negara, menjadikan
Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum. Tidak
kalah pentingnya dalam rangka penegakan kedaulatan politik
adalah peran TNI yang kuat dan terlatih untuk menjaga
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 97
kesatuan dan integritas teritorial Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Di bidang ekonomi, Indonesia harus berusaha melepaskan
diri dari ketergantungan yang mendalam pada
investasi/modal/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga
pemenuhan kebutuhan makanan dan bahan pokok lainnya
dari impor. Kebijakan ekonomi liberal yang sekadar
mengedepankan kekuatan pasar telah menjebak Indonesia
sehingga menggantung pada modal asing. Sementara sumber
daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional bersama
para ”komprador” Indonesia-nya.

Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa


perubahan dalam cara kita mengelola ekonomi. Pemerintah
dengan gampang membuka keran impor untuk bahan
makanan dan kebutuhan lain. Banyak elite politik kita
terjebak menjadi pemburu rente sebagai jalan pintas yang
diambil yang tidak memikirkan konsekuensi terhadap petani
di Indonesia. Ironis kalau Indonesia dengan kekayaan
alamnya masih mengandalkan impor pangan. Indonesia
secara ekonomi seharusnya dapat berdiri di atas kaki sendiri,
sesuai dengan amanat Trisakti. Ketahanan pangan dan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 98
ketahanan energi merupakan dua hal yang sudah tidak dapat
ditawar lagi. Indonesia harus segera mengarah ke sana
dengan program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di luar
kedua sektor ini, Indonesia tetap akan mengandalkan
kegiatan ekspor dan impor untuk menggerakkan roda
ekonomi. Kita juga perlu meneliti ulang kebijakan investasi
luar negeri yang angkanya mencapai tingkat rekor beberapa
tahun terakhir ini karena ternyata sebagian besar investasi
diarahkan ke sektor ekstraktif yang padat modal, tidak
menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pilar ketiga Trisakti adalah membangun kepribadian
sosial dan budaya Indonesia. Sifat ke-Indonesia-an semakin
pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi dan dampak
dari revolusi teknologi komunikasi selama 20 tahun terakhir.
Indonesia tidak boleh membiarkan bangsanya larut dengan
arus budaya yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa kita. Sistem pendidikan harus diarahkan untuk
membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang
berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai
moral agama yang hidup di negara ini. Akses ke pendidikan
dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah,
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 99
dan tepat sasaran oleh nagara dapat membantu kita
membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia. Kalau
bisa disepakati bahwa Indonesia perlu melakukan revolusi
mental, pertanyaan berikutnya adalah dari mana kita harus
memulainya. Jawabannya dari masing-masing kita sendiri,
dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat
tinggal serta lingkungan kerja dan kemudian meluas menjadi
lingkungan kota dan lingkungan negara.

Revolusi mental harus menjadi sebuah gerakan


nasional. Usaha kita bersama untuk mengubah nasib
Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil,
dan makmur. Kita harus berani mengendalikan masa depan
bangsa kita sendiri dengan restu Allah SWT. Sebab,
sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu bangsa
kecuali bangsa itu mengubah apa yang ada pada diri mereka.

Akhirnya, apabila revolusi mental ini memang benar-


benar akan menjadi proyek pemerintahan baru, kita yang
berkiprah di bidang pendidikan agama pasti harus
mendukung dan terlibat di dalamnya. Dalam kondisi krisis
mental dan moral bangsa ini, maka pendidikan agama dan
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 100
budi pekerti serta revolusi mental merupakan salah
bentuk jihad akbar yang harus dilaksanakan oleh semua
insan pendidikan sebagai landasan kemajuan bangsa.
Wallaahu a’lam.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 101


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action).
Secara singkatnya pendidikan karakter bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan.
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai
yang dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber
yang mencerminkan karakter Inonesia, yaitu Agama,
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 102
pancasila dan UUD 1945 dan diwujudkan berdasarkan
prinsip pendidikan karakter.
Karakter Generasi Emas 2045 berlandaskan IESQ
akan membentuk pribadi generasi muda baik dan berkualitas
akhlak dan moralnya. Generasi muda tidak seharusnya
terjebak pada arus kepemimpinan yang yang dicerminkan
oleh mereka yang berkuasa, dia harus mampu bercermin
kepada apa yang pernah dicerminkan oleh Rasulullah SAW
sebagai tauladan bagi umat manusia. Generasi muda sebagai
penopang dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang
akan berpengaruh dalam suatu masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, dialah sebagai batu tonggak
perubahan itu, maka dia harus menciptakan perubahan sosial
masyarakat yang lebih baik.
Pentingnya revolusi mental bagi bangsa ini, paling
tidak dilandasi tiga hal. Pertama, masih kuatnya mentalitas
bangsa yang negatif, sehingga menjadi penghambat
kemajuan. Manivestasi dari sikap mental yang keliru masih
dengan mudah kita temukan pada setiap lapisan masyarakat
dan pada semua aspek kehidupan. Kedua, masih kuatnya cara
berfikir yang terkotak-kotak, primordialisme, kesukuan dan
ashobiyyah, yang juga menjadi hambatan bagi kebersamaan,
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 103
harmoni, persaudaraan dan egalitarianisme yang diperlukan
sebagai prasyarat untuk membangun dan maju bersama.
Ketiga, sebagai akibat dari dua kondisi mental di atas, maka
hingga saat ini krisis mental dan moral masih terus melanda.
Perwujudan mentalitas di atas antara lain muncul dalam
hilangnya kejujuran dan sikap amanah (trust) di semua
lapisan, korupsi, plagiarism, maraknya peredaran narkotika,
kerusakan lingkungan, kerusakan moral generasi muda,
tawuran antar kelompok, dan seterusnya.

Revolusi Mental melibatkan semacam strategi


kebudayaan. Strategi kebudayaan berisi haluan umum yang
berperan memberi arah bagaimana kebudayaan akan
ditangani, supaya tercapai kemaslahatan hidup berbangsa.
Strategi berisi visi dan haluan dasar yang dilaksanakan
berdasarkan tahapan, target setiap tahap, langkah pencapaian
dan metode evaluasinya.

Revolusi mental seharusnya dimulai dari revolusi


pendidikan agama dan budi pekerti di sekolah dan tempat
tempat pendidikan. Artinya, tanpa revolusi pendidikan agama
dan budi pekerti, dan pendidikan secara luas, akan sulit

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 104


membayangkan revolusi mental bisa terwujud di negeri ini.
Namun, di saat yang sama, sejumlah tradisi atau budaya
masih berlangsung sampai sekarang, mulai dari korupsi,
intoleransi terhadap perbedaan, dan sifat kerakusan, sampai
sifat ingin menang sendiri, kecenderungan menggunakan
kekerasan dalam memecahkan masalah, pelecehan hukum,
dan sifat oportunis. Kesemuanya ini masih berlangsung, dan
beberapa di antaranya bahkan semakin merajalela, di alam
Indonesia yang katanya lebih reformis.
Jadi, dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 kita
harus mampu mengimplentasikan Pendidikan Berkarakter
dan Revolusi Mental kepada masyarakat Indonesia secara
keseluruhan, terutama pada generasi muda, karena generasi
muda adalah penerus tonggak estafet kehidupan berbangsa
dan bernegara saat ini. Generasi muda juga sebagai pelopor
dalam sendi sendi perubahan sosial masyarakat yang kita
harapkan mampu mewujudkan apa yang kita cita-citakan,
yaitu Indonesia Emas 2045, Indonesia yang maju, persatuan
dan kesatuan yang utuh, masyarakat yang tentram, adil, dan
makmur. Serta kuat dan mandiri dalam system
IPOLEKSOSBUDHANKAM (Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan).
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 105
4.2. Saran

Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang sangat


penting dan harus dipahami serta dipraktekkan secara
menyeluruh. Pembentukan karakter yang pada umumnya
terjadi pada masa anak-anak, mendorong para orangtua untuk
bersikap serius dalam masalah ini. Orangtua harus
memberikan pendidikan yang baik dalam rangka membentuk
karakter anak. Sehingga diharapkan lahir generasi penerus
bangsa yang memiliki karakter kuat dalam rangka
memajukan bangsa dan negara.
Hal yang sama juga harus dilakukan para pendidik
baik di sekolah (guru), di Perguruan Tinggi, atau dimanapun
berada, yang merupakan orangtua kedua bagi anak. Budaya
yang baik di lingkngan tempat belajar harus dibangun dan
diaplikasikan oleh semua pihak, agar tercipta manusia-
manusia yang berkarakter di masa mendatang.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 106


DAFTAR PUSTAKA

Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa,


dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Elex Media
Komputindo, Kompas Gramedia.

Sukidi. 2005. Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ Lebih


Penting dari pada IQ dan SQ

https://www.academia.edu/7094665/Makalah_pendidikan_ka
rakter

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta:


Grasindo

Syarifuddin Jurdi; (Sejarah Wahdah Islamiyah: Sebuah


Geliat Ormas Islam di Era Transisi, Yogyakarta, Kreasi
Wacana, 2007, Hlm: 46-48)

Fajlurrahman Jurdi, “Aib Politik Muhammadiyah”,


Yogyakarta, Juxtapose, 2007, Hlm: 87-90. yang dicetak
miring dari penulis

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 107


Borg, James. 2010. Mind Power; Change your Thinking,
Change your Life. New York: Pearson.

Colquit Jason A., Jeffry A.LePine, dan Michael J.Wesson.


2009. Organizational Behavior: Improving Performance and
Commitment in the Workplace. NewYork: the McGraw-Hill
Companies.

Davis, Keith. 1990. Human Behavior at Work;


Organizational Behavior. New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing.

Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence, Why it can


Matter more than IQ, NY: Bantam Books.

Harrel, Keith. 2004. Attitude is Everything. NY: Collins


Business.

Henderson, Stella van Petten. 1999. Introduction to


Phylosophy of Education. New York: Book Publishers.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 108


Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan
Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan Pengembangan,
Pusat Kurikulum.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2012 Kompilasi Hasil


Diskusi tentang Karakter. Medan: PPs Unimed.

Panitia Penyelenggara FIP–UNP. 2005. “Laporan Kegiatan


Seminar Internasional Pendiddikan dan Pertemuan FIPJIP se-
Indonesia Tahun 2005. dalam

Rangka Dies Natalis UNP ke-51” . Mendidik Memang Tidak


Memerlukan Ilmu Pendidikan. Padang: UNP.

Peale, Norman Vincent. 1996. Berpikir Positif. Terjemahan


FX Budiyanto. Jakarta: Bina Aksara.

Prayitno & Belferik Manullang. 2011. Pendidikan Karakter


dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta: Grasindo.

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 109


Sathya, Sai. 2002. A Compilation of The Teaching of Sathya
Sai Baba on Education. Sathya Sai Book Center of America.

Slocum, Jhon W. dan Don Hellriegel. 2009. Principles of


Organizational Behavior. UK: Cengage Learning.

http://lapazinaction.blogspot.com/2012/03/tujuan-dan-
fungsi-pendidikan.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-
pendidikan-karakter/

http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-
pendidikan-karakter-di.html

http://ibnoeahmed.blogspot.com/2011/10/tinjauan-filosofis-
tentang-pendidikan.html

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 110


TENTANG PENULIS
M. Fikri Cahyadi, lahir di
Pariaman, 7 Agustus 1995. Adalah
buah hati dari pasangan Ir. Yuniswan,
M.Si seorang pamong di bidang
Pertanian dan Yurmailis,S.Pd seorang
guru. Pribadi yang enerjik, tegas,
disiplin, percaya diri, sederhana, serta
pantang menyerah ini memulai
pendidikannya di SDN 29 Kp.Baru
Pariaman pada tahun 2001. Kemudian ia melanjutkan
pendidikan di SMP N 1 Pariaman pada tahun 2007.
Pernah menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Kreatif
Tingkat Generasi Muda & Jurnalis Award memperingati
HUT Sewindu Kota Pariaman, serta mendapatkan
penghargaan langsung dari Wali Kota Pariaman pada
tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMA N
Agam Cendekia pada tahun 2010.
Di masa SMA, ia semakin aktif mengasah
kemampuannya baik di bidang akademik maupun non
akademik seperti karya tulis menulis, serta meraih
penghargaan dari berbagai ajang, di antaranya menjadi
Juara II Lomba Karya Tulis Essay tingkat Nasional tahun
2012, yang penghargaannya diberikan oleh UKM-ITB, dan
Naskah terbaik Lomba Karya Tulis tahun 2011, oleh
KGTK-Universitas Indonesia (UI). Serta memperoleh
banyak penghargaan lain dari berbagai ajang lomba
lainnya baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 111
Pemuda yang menyukai Ekstrakurikuler Olahraga
Beladiri Silat dan Pramuka ini kemudian pada tahun 2013
melanjutkan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam
Negeri (IPDN). Di IPDN, ia aktif berorganisasi di Wahana
Wyata Praja (WWP) dan menjabat di suatu jabatan
penting dilingkungan Praja IPDN. Ia juga menorehkan
banyak prestasi gemilang baik di bidang Akademis,
Keterampilan, maupun Kepemimpinan Pemerintahan.
Pada tahun ajaran 2013/2014 ini sebagai Muda Praja, ia
tercatat sebagai Praja dengan IPK Jarlatsuh (Pengajaran,
Pelatihan, dan Pengasuhan) terbaik se Sumatera Barat
dan pada tahun ajaran berikutnya mendapatkan
penghargaan Kartika Adhi Kertiyasa dan Kartika Adhi
Karyatama Angkatan XXIV IPDN yaitu sebuah
penghargaan dengan Nilai Pengajaran dan Pelatihan
terbaik se Indonesia dengan IPK 4,00 yang diberikan
diakhir tahun ajaran IPDN. Pemuda yang becita-cita
menjadi aparat negara sejati dan pemimpin bangsa dan
negara ini juga berjanji tidak akan pernah berhenti
berkarya dan akan selalu aktif untuk mendatangkan
manfaat bagi orang banyak, serta mengabdi kepada
bangsa dan negara yang dicintainya ini. Mudah-mudahan
Allah SWT selalu memberikan berkahnya kepada kita
bersama. Amin
E-mail : fikry_cy001@yahoo.com, Fb : Fikri Cahyadi,
Twitter : @fikri_cahyadi1, Pin BB : 524cdbf8
Instagram : fikricahyadi ID Line : fikricahyadi
Hp : 085271688579

REVOLUSI MENTAL DEMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045 | 112

Anda mungkin juga menyukai