Askep Bbrspdi Indra
Askep Bbrspdi Indra
DI SUSUN
OLEH:
USWATUN HASANAH
P1337420715023
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
A. DEFINISI
Disabilitas Intelektual terdiri dari kata Intelektual dan Disabilitas.
Intelektual atau inteligensi merupakan padanan kata dari kecerdasan kognitif
seseorang, yaitu kemampuan verbal dan nonverbal yang mencakup ingatan,
abstraksi, logika, persepsi, wawasan, perbendaharaan kata, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, dan keterampilan motorik visual (Puar,
1998). Disabilitas merupakan kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi
atau berkurangnya suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur atau dilihat,
karena adanya kehilangan atau kelainan dari bagian tubuh atau organ
seseorang (Mangunsong, 2009).
C. KLASIFIKASI
The American Phsychological Association ( APA ) membuat klasifikasi
anak disabilitas intelektual, yaitu mild, moderate, severe, dan profound.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat kecerdasan atau skor IQ, yaitu
KLASIFIKASI RENTANG IQ
Mild 55-70
Moderate 40-55
Severe 25-40
Profound Dibawah 25
1. Sindrom Down
Sindroma Down adalah penyebab paling umum masalah
kromosom pada retardasi mental. Sindroma Down umumnya terjadi
karena kromosom 21 dari ibu gagal terpisah selama proses meiosis
(pembelahan sel yang terjadi selama pembentukan sel reproduksi). Ketika
sepasang kromosom yang tidak terpisah ini bersatu dengan kormosom 21
dari ayah, anak tersebut menerima tiga salinan koromosom 21 satu (label
trisomi 21 juga digunakan untuk mendeskripsikan Sindroma Down).
Kasus langka ketika Sindroma Down disebabkan oleh translokasi bagian
kromosom 21 ke kromosom 14.
Sindrom Down adalah suatu kondisi dimana terdapat tambahan
kromosom pada kromosom 21 atau dikenal juga dengan istilah trisomi 21
yang menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik, ketidakmampuan
belajar, penyakit jantung, tanda awal alzeimer, dan leukemia. Bayi yang
lahir dengan sindrom Down berkisar 1 dari 800 kelahiran hidup.
Beberapa individu memiliki sebagian besar gambaran klinis
dibawah ini, sementara lainnya hanya menunjukkan beberapa gambaran
klinis saja. Gambaran klinis penderita sindrom Down, yaitu mata sipit
dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds), mulut
yang mengecil dengan lidah besar sehingga tampak menonjol keluar
(macroglossia), bentuk kepala yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan orang normal (microchephaly), rajah telapak tangan yang
melintang lurus/horizontal (simian crease), penurunan tonus otot
(hypotonia), jembatan hidung datar (depressed nasal bridge), bertubuh
pendek, gangguan pendengaran, dagu yang lebih kecil (micrognatia), dan
gigi lebih kecil dari normal (microdontia).
2. Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X adalah penyebab utama disabilitas intelektual
yang dapat diturunkan setelah sindroma down. Nama sindrom Fragile X
didasarkan pada adanya patahan pada ujung lengan panjang kromosom X
yang ditemukan pertama kali oleh Martin dan Bell tahun 1943. Mutasi ini
berada pada gen yang saat ini disebut Fragile X Mental Retardation Gene
(FMR1).
Perempuan lebih sedikit terkena sindrom ini dibandingkan laki-laki
karena hanya satu kromosom X yang aktif dalam setiap sel. Karena
perempuan mempunyai dua kromosom, sebuah kromosom X dengan
sebuah gen FMR1 normal mungkin menjadi aktif dalam banyak sel yang
juga terdapat sebuah kromosom X dengan sebuah gen FMR1 termutasi,
sehingga sel mereka lebih sedikit rusak. Dibandingkan laki-laki yang
hanya mempunyai satu kromosom X, semua sel dengan kromosom X
dengan gen FRM1 yang termutasi akan menjadi rusak. Gambaran klinik
mencakup disabilitas intelektual ringan sampai berat, dengan gambaran
wajah yang kasar, muka panjang dan lonjong, perbesaran testis, telinga
panjang dan menonjol, rahang menonjol, dahi tinggi, nada suara tinggi dan
bicara jenaka.
Anak tuna grahita sering memusatkan perhatian pada benda yang salah
serta sulit mengalokasikan perhatian dengan tepat. Penelitian yang
dilakukan oleh Mulyadiprana dan Simanjuntak (2014), mengemukakan
bahwa intervensi atau perlakukan dengan media permainan kolase
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan konsentrasi
siswa tunagrahita, hal ini menunjukkan bahwa media permainan kolase
efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.
b. Daya ingat.
c. Perkembangan bahasa.
d. Regulasi Diri.
e. Perkembangan sosial.
g. Prestasi akademis.
a. Suka meniru perilaku orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan yang
anak lakukan.
b. Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri.
c. Mempunyai masalah yang berkaitan dengan perilaku sosial serta kurang
mampu untuk berkomunikasi.
d. Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar.
e. Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan.
f. Mempunyai masalah pada kesehatan fisik serta adanya kelainan pada
sensori dan gerak.
Jadi terdapat beberapa karakteristik pada anak dengan disabilitas
intelektual meliputi perhatian, yaitu anak sulit mengalokasikan perhatian dengan
tepat. Daya ingat anak yang masih kurang, perkembangan bahasa yang lebih
rendah dibandingkan anak normal yang sebaya. Regulasi diri yang kurang, sulit
untuk mengatur tingkah laku anak sendiri. Perkembangan sosial yang kurang,
anak sulit mendapat teman dan mempertahankan pertemanan. Motivasi cenderung
menurun karena anak mudah putus asa saat dihadapkan pada tugas yang
menantang serta prestasi akademis yang berada di bawah rata-rata dengan anak
seusianya.
F. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini
beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu
(Swaiman, 1989):
Prenatal
Pasca natal
Ketidakmampuan kognitif
(IQ <70-75)
dan perkembangan
I. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan
naltrekson. Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik
seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat
diatasi dengan penghambat beta seperti propranolol dan buspiron. Adapun
untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas dapat digunakan metilpenidat.
J. Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005) Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan
Wartonah 2000 ).
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan
defisit perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
( Keliat dan Akemat, 2007)
B. Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
3. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
4. Kurang perawatan diri : Makan
5. Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
6. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2004, 79 )
C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang
perawatan diri adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri
adalah :
1 Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2 Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain –
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan
fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
3. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi
4. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak
dapat merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.
E. Pohon Masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
isolasi social
A. Identitas
1. Penerima Manfaat
a. N a m a : FN
b. N I R : 1011117
c. Klasifikasi : Embisil
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SD kelas 1
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 69 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Petani
e. Hubungan : Ayah PM
B. Genogram
Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Laki-laki : Klien (Penerima Manfaat)
: Garis Perkawinan
2. Pola Nutrisi
3. Pola Eliminasi
ADL 0 1 2 3 4
Mandi
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Bergerak/berpindah
Turun dari bed
Berjalan
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total
Istirahat PM dalam sehari cukup, dan bila setelah pulang sekolah biasanya
PM tidur siang
9. Pola seksualitas
PM jarang terlihat marah. Tingkah laku dan emosi masih dalam batas
wajar.
D. Pengumpulan Data
1. Pemeriksaan Fisik
2. Aspek Mental
4. Aspek Vokasional
G. Pengelompokan Data
DS:
3. Pengawas PM mengatakan PM
masih susah untuk berganti pakaian
dengan tertib dan teratur.
DO:
09
Defisiensi Gangguan fungsi
April 1. . PM tampak terlihat bingung
pengetahuan kognitif
2018 saat ditanya perihal
kesehatan
2. PM masuk pada klasifikasi
embisil
DS:
1. Pengawas PM mengatakan
PM masuk dalam katagori
embisil
I. Diagnosa Keperawatan
09 April 00108 Setelah dilakukan Perawatan diri: mandi 0301 Bantuan perawatan diri: mandi/kebersihan 1801
2018 tindakan
Defisit keperawatan Indikator : Aktivitas :
perawatan diri selama 2 x 12 jam
(mandi) ...01 masuk dan keluar dari kamar 1. Monitor integritas kulit
diharapkan skala mandi
targer outcome 2. Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi dengan tepat
dipertahankan pada ...02 mengambil alat/bahan mandi
3 ditingkatkan ke 4 3. Fasilitas pasien untuk mandi sendiri,dengan tepat
...09 mandi dengan bersiram
4. Monitor kebersihan kuku,sesuai dengan kemampuan
…13 Mencuci wajah merawat diri pasein
…15 Mencuci badan bagian 6. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu
bawah merawat diri secara mandiri
…16 Membersihkan area 7. Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan yang
perineum diperlukan
Skala :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
2 : pengetahuan terbatas
3 : pengetahuan sedang
4 : pengetahuan banyak
K. IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam No Implementasi Evaluasi Ttd
DX
2. memfasilitasi pasien untuk menggosok PM mengatakan akan menggosok gigi dengan baik, mandi
gigi dengan tepat seperti yang di ajarkan
6. membantu memberikan obat salep kulit turgor kulit baik,kulit kering, warna kulit sawo
matang, tidak terdapat sianosis, terdapat bercak bercak,dan
lesi bekas garukan diselangkangan dan genitalia.
P; lanjutkan intervensi
09 April 2018 2 1. membina hubungan baik S:
P: lanjutkan intervensi
11 April 2018 1. 1. Memonitor integritas kulit S:
2. memfasilitasi pasien untuk menggosok PM mengatakan mandi dengan benar (gosok gigi,
gigi dengan tepat memakai sabun)
P ;lanjutkan intervensi
11 April 2018 2 1. membina hubungan baik
P :lanjutkan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN