TINJAUAN PUSTAKA
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Dipasaran dapat ditemukan berapa
macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang dan
kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi dipasaran, harus diperhatikan
keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut, seperti : kenyamanan
bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur dari bulu sikat, mudah digunakan,
mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak lembab, awet dan tidak mahal,
bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan tangkainya ringan, dan ujung bulu sikat
membulat (Megananda, dkk. 2010).
Kesehatan mulut tidak lepas dari etiologi dengan plak sebagai faktor bersama
terjadinya karies. Pentingnya disadari bahwa plak pada dasarnya dibentuk terus-
menerus. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi dan melakukan
pembersihan gigi dengan benang pembersih gigi. Pentingnya upaya ini adalah
untuk menghilangkan plak
Dalam pemelihan sikat gigi hal utama yang harus diperhatikan adalah bulu
sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu lunak dengan ujung
bulu sikat membulat/tumpul. Bulu sikat yang terlalu keras akan melukai gusi dan
mengabrasi lapisan gigi. Bila bulu sikat bermacam-macam yaitu berbentuk bulat,
runcing atau datar. ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karea dapat
mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gusi (Sumarti, 2007).
a. Ukuran sikat gigi harus mampu menelusuri bagian-bagian dalam mulut sampai
gigi bagian belakang. Untuk anak, karena ukuran rongga mulutnya sangat
kecil, maka sebaiknya bentuk kepala sikatnya juga kecil dan pipih, sehingga
bisa menjangkau lorong gigi anak yang sangat sempit. Kemudian, bulu sikat
hendaknya lembut, tapi kuat. Anggapan bahwa bulu sikat yang kasar atau
kaku dianggap lebih efektifit membersihkan kotoran dan plak ketimbang bulu
sikat yang halus adalah tidak benar.
b. Bulu sikat gigi yang kasar bisa menyebabkan kerusakan gusi, terutama gusi
yang berbatasan langsung dengan gigi atau yang lazim disebut dengan leher
gigi. Gusi yang rusak membuat umur gigi tidak berumur panjang. Gigi akan
mudah goyang dan akhirnya satu persatu akan tanggal terkena infeksi. Gusi
ibarat pondasai sebuah bangunan, sementara gigi adalah bangunannya. Jadi,
meski bangunan tersebut dibuat dari bahan yang kuat dan berkualitas, tidak
akan ada artinya jika pondasinya sendiri keropos. Pondasi yang kuat juga akan
sia-sia jika bangunan yang dibuat tidak kokoh. Jadi, baik gigi maupun gusi
harus sama-sama saling menguatkan. Tidak hanya itu, email gigi yang terletak
dileher gigi maupun akan rusak. Penipisan email gigi ini akan menyebabkan
gigi kerap mengalami gangguan, seperti nglu dan nyeri. Hal ini terjadi karena
rusakya email turut merusak pelindungan syaraf gigi. Jika tidak ditangani
secara serius, lambat laun gigi akan membusuk dan tanggal. Masalah
kebiasaan mengunakan sikat gigi berbulu kaku itu akan terbawa dari masa
anak-anak hingga menjadi dewasa. Sikat gigi harus mampu memijat gusi. Gusi
merupakan jaringan lunak yang harus dijaga kekuatan dan kebersihannya.
Itulah mengapa, kita sebaiknya menjaga peredaran darah digusi tetap lancar.
Caranya, dengan melakukan pemijatan di areal gusi lewat sikat berbulu lembut
tadi.
c. Sikat gigi yang standar banyak beredar dipasaran dengan bulu yang rata,
tangkai yang lurus dengan kepala yang lancip juga mampu berperan optimal
dalam membersihkan kotoran dan plak dalam gigi. Bentuk seperti ini juga
mudah digunakan dan dikendalikan saat menyikat (Rahmadhan, 2010).
Sikat gigi elektrik juga sangat membantu pemakai kawat gigi agar dapat
membersihkan gigi dengan lebih mudah. Cara penggunaan sikat gigi elektrik
adalah tekanan yang ringan dengan gerakkan yang pelan ke semua permukaan
gigi (Rahmadhan, 2010).
f. Teknik Fisiologik
Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-buluyang lunak.
Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal dengan bulu-bulu sikat
tegak lurus terhadap permukaan gigi.
Dalam penyikatan gigi harus diperhatikan hal-hal berikut:
a. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua
permukaan gigi dan gusi secara efesien terutama daerah saku gusi
dan daerah interdental.
b. Pergerakkan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan
jaringan gusi atau abrasi gigi.
c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat dan efesien
waktu(Megananda dkk,2010).
1. Gingiva
a. Pengertian Gingiva
Gingiva (gusi) adalah bagian mukosa didalam rongga mulut yang mengelilingi
gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva merupakan bagian dari aparatus
pendukung gigi, periodonsium dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva
berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut (Manson & Eley, 1993). Gingiva merupakan bagian dari
jaringan periodontal yang paling luar (Herijulianti, 2009)
b. Anatomi Gingiva
Bagian-bagian dari gingiva menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai
berikut :
1) Mukosa alveolar
Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan
tulang alveolar di bawahnya. Mukosa alveolar terpisah dari periosteum
melalui perantara jaringan ikat longgar yang sangat vascular sehinga
umumnya berwarna merah tua.
a. Pertautan Mukogingiva
Pertautan mukogingiva atau mucogingival junction adalah pemisah
antara perlekatan gingiva dengan mukosa alveolar.
b. Perlekatan gingiva
Perlekatan gingiva atau attached gingiva meluas dari alur gingiva
bebas kepertautan mukogingiva yang akan bertemu dengan mukosa
alveolar. Permukaan attached gingiva berwarna merah muda dan
mempunyai stippling yang mirip seperti kulit jeruk.
Lebar attached gingiva bervariasi dari 0-9 mm. Attached gingiva
biasanya tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah dan
terlebar pada daerah insisivus (3-5 mm)
c. Alur Gingiva Bebas
Alur gingiva bebas atau free gingival garoove dengan batas dari
permukaan tepi gingiva yang halus dan membentuk lekukkan sedalam
1-2 mm disekitar leher gingiva yang mempunyai kedalaman 0-2mm.
d. Interdental Gingiva
Interdental gigngiva atau gingiva interdental adalah gingiva antara
gigi-geligi yang umumnya konkaf dan membentuk lajur yang
menghubungkan papilla labial dan papilla lingual. Epitelium lajur
biasanya sangat tipis, tidak kerantinsasi dan terbentuk hanya dari
beberapa lapis sel.
a. Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang
diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epetelium serta
sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya
dengan pigmentasi kutaeous.
Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit
gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna
pada alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
1) Ukuran gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler,
dan suplai darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran
yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal.
2) Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi
oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lekungnya, lokalasi dan luas
area kotak proksimal dan dimensi embrasure (interdental) gingiva oral
maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental
gingiva sehingga tampak lancip
3) Konsisten Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai
lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan
kenyal.
4) Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-
bintik ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas
apabila permukaan gingiva dikeringkan.
3. Indeks gingiva
Menentukan derajat inflamasi gingiva atau gingivitis dipakai indeks gingiva yang
diperkenalkan oleh Loe dan Silness. Pengukuran dilakukan pada gigi indeks 16, 12,
24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke dalam empat unit penilaian gingiva,
papilla distal-labilal, margin gingiva labial, papilla mesial-labial dan margin gingiva
lingual keseluruhan. (Daliemunthe, 2008).
Ket : peradangan dinilai dengan cara menelusuri dinding margin gusi pada bagian
dalam saku gusi dengan probe periodontal.
Skor setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang
diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa). Jumlah skor
semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka
diperoleh skor indeks gingiva.
Gingival indeks (GI) adalah derajat keparahan inflamasi gingiva secara klinis
dapat ditentukan dari skor indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria Skor
Sehat 0
Perandagan Ringan 0,1-1,0
Peradangan Sedang 1,1-2,0
Peradangan Berat 2,1-3,0
Indeks gingiva
Keterangan :
D. Hipotesis
H0 = Tidak ada perbedaan efektifitas penggunan sikat gigi soft dan medium terhadap
indeks gingiva pada wanita berusia 35-45 tahun desa lombe
H1 = Ada perbedaan efektifitas penggunaan sikat gigi soft dan medium terhadap
indeks gingiva pada wanita berusia 35-45 tahun desa lombe