i
DAFTAR ISI
INTISARI………………………………………………...……………................................ i
DAFTAR ISI…………………………………………...……………….............................. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………...…...………...................... iii
DAFTAR GAMBAR…………………...………………………..…….............................. iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan………………………………………………................. I-1
I.2 Dasar Teori ………………………………………….................................. I-1
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan…………………...…………..................................... II-1
II.2 Metodologi Percobaan…………...…………….....…………................... II-1
II.3 Alat dan Bahan Percobaan……………………........................................ II-3
II.4 Skema Alat Percobaan............................................................................... II-3
II.5 Hasil Percobaan ………………………………………………................ II-4
BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Perhitungan.................……………............................................... III-1
III.2 Pembahasan…….....……………………....………............................... III-4
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................................. IV-1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NOTASI
APPENDIKS
LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Manometer
Manometer tabung U, dapat dilihat pada Gambar I.2.2, menunjukkan tekanan
diberikan pada satu sisi manometer, dan pada sisi yang lain. Baik tekanan dan dapat
berupa tekanan keran dari sebuah fluid meter, atau dapat berupa pressure tap dan
tekanan atmosfer. Bagian atas manometer diisi dengan liquid B, yang mempunyai massa jenis
� , dan pada bagian bawah diisi dengan massa jenis fluida A yang lebih berat, yang
mempunyai massa jenis � . Liquid A immiscible dengan B. Untuk menurunkan hubungan
antara dan , adalah tekanan pada titik 1 dan pada titik 5. Tekanan pada titik 2
adalah
= + +� � …(1)
dimana R dapat dibaca pada manometer dalam m. Tekanan pada titik 3 sama dengan pada
titik 2 karena prinsip hidrostatis:
=
Tekanan pada titik 3 adalah sama dengan:
= + � + �� …(2)
Persamaan 1 dan 2 menghasilkan,
+ +� � = + � + ��
− =� � −�
seperti kita ketahui merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian
suatu fluida), velocity head (tekanan karena Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head
(tekanan normal dari fluida itu sendiri). Friction loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan
sistem pengaliran fluida di lapangan. Friction loss dapat terjadi karena gesekan antara fluida
dan dinding pipa, friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut, dan turbulensi yang
diakibatkan saat aliran dibelokkan arahnya atau hal lain seperti misalnya perubahan akibat
komponen perpipaan (valve, flow reducer, atau kran). Kehilangan karena friksi/gesekan
adalah bagian dari total head loss yang terjadi saat aliran fluida melewati suatu pipa lurus.
Friction loss pada suatu fluida pada umumnya berbanding lurus dengan panjang pipa, nilai
kuadrat dari kecepatan fluida dan nilai friksi fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai
friction loss berbanding terbalik dengan diameter pipa.
Pada percobaan ini fluida dialirkan dengan berbagai kecepatan melalui pipa lurus,
fitting, valve, dan belokan serta mengalami suatu expansi dan kontraksi yang mendadak.
Fluida yang mengalir di dalam suatu sistem perpipaan akan mengalami gesekan dengan
permukaan pipa sehingga akan menimbulkan kehilangan energi yang diakibatkan oleh
gesekan tersebut. Untuk mengukur beda tekanan kedua ujung digunakan manometer untuk
beda tekanan yang besar, manometer untuk beda tekanan yang kecil. Hubungan HL dengan
pembacaan beda ketinggian sebagai berikut :
Energi yang hilang pada pipa lurus
Berdasarkan persamaan kesetimbangan energi mekanik,
h
p1 p2
( air udara) g
Friction loss pada pipa lurus dan fittings:
−� � � Δh
� � ℎ ��� =
� �
Kemudian untuk menghitung friction factor pada straight pipe digunakan persamaan
l v 2
Friction los,s F f 4 f
D 2
(Geankoplis, 2003)
Energi yang hilang pada fittings
2
a
b x
Penentuan koefisien loss factor pada fittings dapat dicari dengan membuat plot antara Ff (Hf)
v2
vs , sehingga diperoleh plot sebesar Kf.
2
v2
Ff (Hf) = K f
2
Energi yang hilang pada valve
Valve berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan aliran fluida. Jenis valve yang
paling umum dan banyak digunakan adalah gate valve dan globe valve.
−
Σ� =
�
dan dari gambar 1.5 maka dapat disimpulkan friction loss untuk valve adalah
�� − � � Δh
� =
� �
Penentuan koefisien untuk gate valve dan globe valve dapat dicari dengan membuat plot
v2
antara Ff (Hf) vs , sehingga diperoleh plot sebesar Kf.
2
v2
Ff (Hf) = K f
2
Sudden Expansion dan Sudden Contraction
Bila luas penampang pipa yang teraliri fluida tiba – tiba berubah maka akan terjadi
gesekan yang mengakibatkan terjadinya kehilangan energi. Berdasarkan persamaan
kesetimbangan energi mekanik, dapat diketahui kehilangan energi tersebut.
x
1 2 y
v v2 2
2
A v
2
v
2
hex 1 1 1 1 K ex 1
2 A2 2 2
Penentuan koefisien loss factor pada ekspansi dapat dicari dengan membuat plot antara
Feks(Heks) vs �
sehingga diperoleh plot sebesar Keks.
� =� =
�
. �
= log ( )
√ �
Untuk pipa lurus, faktor gesekan tidak tergantung dari kekasaran dan diberikan oleh:
�� √
= log
√ .
Hukum pipa halus dan kasar dikembangkan oleh von Karman pada tahun 1930.
Banyak masalah aliran pipa dalam rezim transition zone ditunjukkan antara hukum pipa halus
dan kasar. Dalam hilangnya zona transisi head adalah fungsi dari kedua bilangan Reynold dan
kekasaran. Colebrook mengembangkan fungsi transisi empiris untuk pipa komersial. Diagram
moody didasarkan pada persamaan Colebrook dalam aliran turbulen.
Gambar I.2.7 Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynold, Fanning Friction Factor, dan
Kekasaran Relatif (ε/D)
� ⁄� .
=− � +
√ . �� √
Persamaan Colebrook dapat digunakan untuk menentukan kekasaran absolut, , dengan
eksperimen mengukur faktor gesekan dan bilangan Reynold (Nayyar, 1973).
−
.
�= . � √� −
�� √
BAB II
PERCOBAAN
Aliran Fluida
NRe variable;
flowrate
End
Start
End
Start
End
6 B
C
1
5
11 G
H
15
Outlet
Inlet
D 2
13 12
14 I
J E 8 9
7 10
K
3 A 4
Keterangan : Yang berada dalam kurung di belakang tiap jenis fitting adalah nomor
manometer yang digunakan untuk pengukuran.
∆h m air
v straight 100 150 50
NRE Q(ml/5s)
(m/s)
straight pipe mm mm mm 90
26.6 contraction 13.6 radius radius radius mitre
577.9939 5.0000 0.0421 0.001 0.001 0.002 0.012 0.001 0.005 0.001
1040.389 9.0000 0.0758 0.001 0.001 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001
1502.784 13.0000 0.1095 0.001 0.001 0.002 0.003 0.002 0.002 0.001
∆h m air
v straight 100 150 50
NRE Q(ml/5s)
(m/s)
straight pipe mm mm mm 90
26.6 contraction 13.6 radius radius radius mitre
2658.772 23.0000 0.1937 0.004 0.001 0.002 0.002 0.001 0.002 0.003
3467.963 30.0000 0.2527 0.001 0.002 0.002 0.002 0.002 0.003 0.002
3814.961 33.0000 0.2948 0.001 0.001 0.001 0.002 0.001 0.002 0.001
∆h m air
v straight 100 150 50
NRE Q(ml/5s)
(m/s)
straight pipe mm mm mm 90
26.6 contraction 13.6 radius radius radius mitre
6935.927 60.0000 0.5053 0.002 0.001 0.003 0.07 0.11 0.065 0.005
24853.74 215 1.8108 0.01 0.005 0.003 0.07 0.09 0.059 0.001
39534.78 342.0000 2.8805 0.005 0.005 0.035 0.09 0.12 0.065 0.04
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Tabel III.1.1.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa korelas bend globe
expansio contractio 100m 150m
n i 50mm valve
n n m m
577.993 27.3809 0.1107 9.7469 9.7460 0.0587 0.1272 0.0195 5.562
9 4 6 9 4
1040.38 15.1291 0.0615 9.7478 9.7451 0.0195 0.0293 0.0195 5.562
9 9 8 9 4
1502.78 10.5378 0.0426 9.7493 9.7435 0.0293 0.0391 0.0293 5.686
4 8 7 8 0
Tabel III.1.1.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
577.9939 1184.924 7.511 7.511 7.511 0.006
1040.389 321.831 2.318 2.318 2.318 0.011
1502.784 140.228 1.111 1.111 1.666 0.015
Tabel III.1.1.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend 50 Bend Bend 150 Globe ε
Expansion Contraction mm 100 mm mm valve (m)
Tabel III.1.2.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f
f Sudden Sudden bend bend glob
Nre percobaa bend
korelasi expansio contractio 100m 150m e
n 50mm
n n m m valve
2658.772 25.1337 0.0441 9.7555 9.7374 0.0293 0.0293 0.0195 5.562
3467.963 43.5336 0.0412 19.5083 19.4775 0.0391 0.0293 0.0293 4.449
3814.76 24.1448 0.0403 9.7651 9.7278 0.0293 0.0293 0.0195 4.573
Tabel III.1.2.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
2658.772 125.510 2.485 1.988 0.994 0.020
3467.963 72.600 0.575 0.863 0.575 0.023
3814.76 53.040 0.420 0.420 0.420 0.024
Tabel III.1.2.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru muda
L eq (m)
Sudden Sudden
Nre Bend 50 Bend 100 Bend 150 Globe ε
Expansio Contractio
mm mm mm valve (m)
n n
Tabel III.1.3.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa korelas bend globe
expansio contractio 100m 150m
n i 50mm valve
n n m m
6935.92 3.7966 0.1334 29.3010 9.6847 0.6460 0.6950 1.0865 0.618
7 5 0 4 0
24853.7 2.0358 0.1162 30.0315 47.9400 0.5873 0.6950 0.8907 0.618
4 2 0 7 0
39534.7 1.1282 0.1110 21.4974 46.7277 0.6460 0.8907 1.1844 0.247
8 5 7 2 2
Tabel III.1.3.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
6935.927 16.457 0.156 0.313 0.209 0.027
24853.74 1.282 0.045 0.008 0.028 0.036
39534.78 0.507 0.010 0.066 0.071 0.038
Tabel III.1.3.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend 50 Bend Bend 150 Globe ε
Expansion Contraction mm 100 mm mm valve (m)
III.2 Pembahasan
Percobaan Energy Losses in Pipe and Bends bertujuan mempelajari variasi faktor friksi,
f, terhadap bilangan Reynold pada aliran laminer, transisi, maupun turbulen; mengukur
kehilangan energi pada fitting dan menghitung panjang ekuivalennya; dan menaksir kekasaran
(roughness) permukaan pipa dengan persamaan Colebrook.
Pada percobaan terdapat dua jalur aliran yang digunakan, ditandai dengan perbedaan
warna pada pipa. Adapun jalur yang digunakan adalah jalur pada pipa biru tua dan jalur pada
pipa biru muda. Pada jalur biru tua terdapat fitting berupa gate valve, 90 elbow, straight pipe
diameter 26.6 mm, dan 90 mitre. Sedangkan pada jalur biru muda terdapat fitting berupa
globe valve, pipe bend 50 mm, pipe bend 100 mm, pipe bend 150 mm, sudden expansion, dan
sudden contraction. Untuk pengukuran energy losses digunakan dua macam manometer, yaitu
manometer air-udara dan manometer air-raksa. Manometer air-raksa digunakan untuk
mengukur energy losses pada globe valve dan gate valve, sedangkan manometer air-udara
digunakan untuk mengukur fitting selain globe valve dan gate valve.
30,0000
25,0000
f laminer korelasi
15,0000
f transisi percobaan
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynold (NRe)
Gambar III.2.1. Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Muda
4,0000
3,5000
3,0000
f laminer percobaan
Faktor Friksi (f)
2,5000
f laminer korelasi
2,0000
f transisi percobaan
1,5000
f transisi korelasi
1,0000 f turbulen percobaan
0,5000 f turbulen korelasi
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynold (NRe)
Gambar III.2.2. GrafikFaktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Tua
Berdasarkan gambar III.2.1, terlihat bahwa pada aliran pipa biru muda terdapat ketidak
sesuaian antara faktor friksi yang didapatkan berdasarkan percobaan dengan faktor friksi
korelasi. Hasil yang sama ditunjukkan juga pada gambar III.2.2 yaitu pada jalur pipa biru tua.
Pada kedua gambar, terlihat bahwa pada aliran turbulen didapatkan bahwa harga f secara
korelasi maupun percobaan, menurun seiring dengan bertambahnya nilai bilangan
Reynoldnya. Hal ini ditunjukkan dengan kemiringan garis (slope) yang sangat kecil hingga
mendekati nol. Penurunan nilai f mengindikasikan bahwa nilai bilang Reynold hanya sedikit
mempengaruhi harga f atau friction factor-nya. Hasil yang sama juga terlihat untuk aliran
laminer dan transisi. Hasil tersebut juga sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
semakin besar nilai bilangan Reynoldnya, maka nila f akan semakin kecil. Dengan kata lain,
harga f untuk aliran laminer, transisi, turbulen akan semakin kecil.
Harga f pada grafik didapatkan dengan dua persamaan, yaitu persamaan Darcy dan juga
persamaan korelasi, dimana untuk aliran laminer digunakan korelasi persamaan Hagen-
Poiseulle, aliran transisi digunakan korelasi persamaan Blasius, dan aliran turbulen digunakan
korelasi persamaan von Karman. Pada kedua grafik, dapat terlihat bahwa nilai f hasil
percobaan, atau perhitungan Darcy, dengan hasil korelasi sangatlah berbeda jauh. Sebagai
contoh, pada grafik untuk jalur biru muda, didapatkan bahwa untuk aliran turbulen, grafik f
hasil percobaan semakin menurun dan membentuk kurva, sedangkan grafik f berdasarkan
korelasi cenderung membentuk garis linier dan mendekati nol. Hal yang sama juga terjadi
untuk aliran laminer dan transisi, dan juga untuk jalur pipa biru tua. Adanya perbedaan antara
harga f percobaan dengan harga f korelasi disebabkan oleh pembacaan manometer yang tidak
akurat dikarenakan manometer belum menunjukkan hasil yang konstan maupun karena pada
saat pengamatan selang manometer terdapat gelembung udara.
4,0000
3,5000
3,0000
Faktor Friksi (f)
2,5000
0,5000
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynold (NRe)
Gambar III.2.3 Grafik antara f dengan Bilangan Reynold untuk aliran turbulen
Gambar III.2.3 merupakan grafik antara f dengan bilangan Reynold untuk aliran
turbulen pada jalur pipa biru muda dan pipa biru muda. Pada saat bilangan Reynold sangat
tinggi, atau kondisi aliran sangat turbulen, maka harga f menjadi tidak dipengaruhi oleh
1 3.7�
bilangan Reynold tetapi menjadi asimptotik pada nilai = 2log . Namun, pada gambar
√� �
III.2.3, terlihat bahwa hasil faktor friksi percobaan atau dengan perhitungan Darcy tidak
menunjukkan kesesuaian dengan faktor friksi hasil korelasi persamaan von Karman. Pada
perhitungan Darcy, harga f cenderung membentuk kurva turun. Hal ini nampak pada harga f
perhitungan Darcy untuk jalur pipa biru tua dan pipa biru muda. Sedangkan pada harga f
korelasi von Karman, didapatkan bahwa kurva f korelasi von Karman cenderung membentuk
garis linier, dimana garis linier ini menandakan bahwa nilai f menjadi asimptotik pada
1 3.7�
= 2log �
. Adanya perbedaan nilai f ini dapat disebabkan oleh adanya pengamatan
√�
Seperti yang sudah dijelaskan bawha semakin tinggi nilai bilangan Reynold, maka harga
faktor friksi tidak dipengaruhi oleh bilangan Reynold lagi, tetapi dipengaruhi oleh kekasaran
1 3.7�
pipa. Harga faktor friksi yang asimptotik dengan = 2log dapat digunakan untuk
√� �
menghitung kekasaran pipa. Nilai kekasaran pipa (ε) berdasarkan percobaan dan korelasi von
Karman adalah sebagai berikut :
Berdasarkan percobaan, didapatkan rata-rata kekasaran pipa (ε) untuk jalur pipa biru tua
adalah 0.034 dan untuk jalur pipa biru muda adalah 0.010. Sedangkan berdasarkan persaman
von Karman, didapatkan rata-rata kekasaran pipa (ε) adalah 0.001807. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat terlihat bahwa kekasaran pipa (ε) biru muda sedikit mendekati harga kekasaran
pipa secara perhitungan von Karman, sedangkan kekasaran pipa (ε) biru tuasangat jauh
dibandingkan dengan perhitungan von Karman. Adanya perbedaan dapat disebabkan oleh
ketidakstabilan aliran air yang melalui pipa sehingga data head loss yang didapat tidak akurat.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hubungan antara faktor friksi dan bilangan Reynolds berdasarkan percobaan didapatkan
bahwa :
Semakin besar bilangan Reynold suatu aliran, maka semakin kecil nilai faktor
friksinya (f)
Pada saat aliran sangat turbulen, atau nilai bilangan Reynold sangat besar, nilai
faktor friksi percobaan tidak sesuai dengan nilai faktor friksi dengan persamaan von
Karman (teoritis).
2. Besarnya Head loss sepanjang pipa dan panjang ekivalent didapatkan data sebagai berikut :
Pada pipa biru tua
Headloss (Hf) Leq gate valve Leq pipa lurus Leq mitre bend Leq elbow
26.604 1916.379 14.632 14.598 13.793
3. Nilai roughness atau kekasaran pada pada pipa secara percobaan menghasilkan nilai yang
berbeda dengan perhitungan menggunakan persaman von Karman (secara teoritis).
Kekasaran pipa secara percobaan, untuk jalur pipa biru tua adalah 0.034 dan untuk jalur
pipa biru muda adalah 0.010. Sedangkan kekasaran pipa secara teoritis adalah 0.001807.
�= , / , � , � , = , m/s
��
�� =
�
� , � ,
�� = = = ,
�� , x ,
Untuk kondisi percobaan lain, digunakan cara yang sama untuk menghitung nilai velocity
dan NRe yang lain.
� � �
( , − , ) , , �
� �
ℎ =
�
,
�
ℎ = , �/�
A-1
Dilakukan juga untuk perhitungan head loss pada gate valve dan globe valve yang lain
juga menggunakan cara yang sama dengan perhitungan di atas.
b. Head Loss pada Bend 50 mm, Bend 100 mm, Elbow, dan straight pipe
Elbow dengan Nre 577,9939:
��� −���� � ∆ℎ
ℎ = + ∆ℎ
���
�� �� �
, − , , , � �
ℎ = � �
�� + , , �
,
�
ℎ = , �/�
Cara yang sama diaplikasikan pada perhitungan head loss pada straight pipe, Bend 50
mm, Bend 100 mm, Bend 150 mm, Elbow dan 90° Mitre.
c. Head Loss pada sudden expansion dan sudden contraction
Misal untuk sudden expansion dengan Nre 577,9939:
�� − � � � ∆ℎ
ℎ = + � −�
��
� � �
( , − , ) , , �
� �
ℎ = + , − ,
�
,
�
ℎ = , �/�
Perhitungan head loss pada sudden contraction juga menggunakan rumus perhitungan
yang sama dengan perhitungan di atas.
A-2
� � = ,
Perhitungan faktor friksi pada kondisi percobaan lain digunakan cara yang sama dalam
menghitung fdarcy.
=
�
=
,
= ,
Perhitungan faktor friksi korelasi pada kondisi percobaan lain menggunakan cara
yang sama dengan persamaan di atas.
b. Untuk aliran transisi 2100 < Nre < 4000
Pada Nre 2658,772 :
,
= ,
�
,
= ,
,
= .
Perhitungan faktor friksi korelasi pada kondisi percobaan lain menggunakan cara
yang sama dengan persamaan di atas.
c. Untuk aliran turbulen Nre > 4000
Pada Nre 6935,927 perhitunganya :
� √
= log
√ ,
, √
= log
√ ,
A-4
DAFTAR NOTASI
Geankoplis, Christie J.2003. Transport Processes and Unit Operation 4th edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Mc Cabe, W.L., Julian Smith, Peter Hariot. 2001. Unit Operation of Chemical Engineering
4th edition. Singapore: Mc Graw Hill, Inc.