Anda di halaman 1dari 31

ENERGY LOSSES IN PIPE AND BENDS

Oleh : 1. Yesaya Reuben Natanael


2. Rachel Angie Kristianita
3. M. Rosihan Faris

Cuaca Suhu Udara Suhu Air Tekanan Udara


Cerah 31 0C 30 0C 755 mmHg

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Surabaya
2015
INTISARI

Percobaan ini bertujuan untuk Mempelajari variasi faktor friksi, f, terhadap


bilangan Reynold pada aliran laminer, transisi, maupun turbulen, mengukur kehilangan
energi pada fitting dan menghitung panjang ekivalennya, serta menaksir kekasaran
(roughness) permukaan pipa dengan persamaan Colebrook. Pada percobaan ini, hal
yang pertama dilakukan adalah mengkalibrasi manometer. Setelah manometer
terkalibrasi dengan baik, selanjutnya adalah membuka gate valve dan globe valve secara
penuh dan menentukan rate dengan variabel jenis aliran, yaitu : laminer, transisi, dan
turbulen pada sistem perpipaan biru muda dan perpipaan biru tua. Kemudian dilakukan
pembacaan Δh pada manometer yang berhubungan dengan fitting ataupun valve.
Pembacaan Δh pada manometer dilakukan pada semua variabel percobaan. Selanjutnya
semua data dianalisa dan dihitung. Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat
disimpulkan hubungan antara faktor friksi dan bilangan Reynolds yaitu semakin besar
bilangan Reynold suatu aliran, maka semakin kecil nilai faktor friksinya (f) dan pada
saat aliran sangat turbulen, atau nilai bilangan Reynold sangat besar, nilai faktor friksi
percobaan tidak sesuai dengan nilai faktor friksi dengan persamaan von Karman
(teoritis). Panjang ekivalent pada percobaan ini ialah 12449,426 meter, dimana sistem
kehilangan energy total sebesar 26,604 joule. Nilai roughness atau kekasaran pada pada
pipa secara percobaan untuk jalur pipa biru tua adalah 0.034 dan untuk jalur pipa biru
muda adalah 0.010. Sedangkan kekasaran pipa secara teoritis adalah 0.001807.

i
DAFTAR ISI
INTISARI………………………………………………...……………................................ i
DAFTAR ISI…………………………………………...……………….............................. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………...…...………...................... iii
DAFTAR GAMBAR…………………...………………………..…….............................. iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan………………………………………………................. I-1
I.2 Dasar Teori ………………………………………….................................. I-1
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan…………………...…………..................................... II-1
II.2 Metodologi Percobaan…………...…………….....…………................... II-1
II.3 Alat dan Bahan Percobaan……………………........................................ II-3
II.4 Skema Alat Percobaan............................................................................... II-3
II.5 Hasil Percobaan ………………………………………………................ II-4
BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Perhitungan.................……………............................................... III-1
III.2 Pembahasan…….....……………………....………............................... III-4
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................................. IV-1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NOTASI
APPENDIKS
LAMPIRAN

i
DAFTAR TABEL

Tabel II.1.1 Variabel Percobaan………………………………………….........................II-1


Tabel II.5.1 Hasil Percobaan Untuk Aliran Laminer……….......................................... II-4
Tabel II.5.2 Hasil Percobaan Untuk Aliran Transisi……….......................................... II-4
Tabel II.5.3 Hasil Percobaan Untuk Aliran Turbulen……….......................................... II-5
Tabel III.1.1.1Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru tua...........III-1
Tabel III.1.1.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda......III-1
Tabel III.1.1.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua.......III-1
Tabel III.1.1.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda...III-1
Tabel III.1.2.1 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru tua..........III-2
Tabel III.1.2.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda......III-2
Tabel III.1.2.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru
Tua………………………………………………………………………….III-2
Tabel III.1.2.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru
muda………………………………………………………………………...III-2
Tabel III.1.3.1 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru tua..........III-3
Tabel III.1.3.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda......III-3
Tabel III.1.3.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru
tua…………………………………………………………………………III-3
Tabel III.1.3.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru
Muda……...………………………………………………………………...III-3
Tabel.III.2.2 Perbandingan ε teoritis dengan ε percobaan pada pipa biru tua....................III-7
Tabel.III.2.3 Perbandingan ε teoritis dengan ε percobaan pada pipa biru muda................III-7

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.2.1 Macam-macam Aliran Fluida …………..……............................................... I-1


Gambar I.2.2 Manometer Tabung U…...……………....……............................................... I-2
Gambar I.2.3 Manometer untuk Pipa Lurus………………….............................................. I-3
Gambar I.2.4 Manometer untuk Aliran Melalui Belokan…….............................................. I-4
Gambar I.2.5 Manometer untuk Aliran Melalui Valve……….............................................. I-5
Gambar I.2.6 Manometer untuk Aliran Melewati Sudden Expansion/Contraction.............. I-6
Gambar I.2.7 Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynold, Fanning Friction Factor, dan
Kekasaran Relatif (ε/D)……………………………………………............... I-7
Gambar II.4.1 Sistem Perpipaan…………..……............................................................ II-3
Gambar III.2.1 Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru
Muda ………………….............................................................................I-10
Gambar III.2.2 Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru
Tua....................................................................................................I-10
Gambar III.2.3 Grafik antara f dengan Bilangan Reynold untuk aliran turbulen............... I-12

iv
BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mempelajari variasi faktor friksi, f, terhadap bilangan Reynold pada aliran
laminer, transisi, maupun turbulen.
2. Mengukur kehilangan energi pada fitting dan menghitung panjang ekivalennya.
3. Menaksir kekasaran (roughness) permukaan pipa dengan persamaan Colebrook.

I.2. Dasar teori


Dalam pengelolaan aliran fluida, sifat dan aliran fluida adalah poin-poin yang sangat
penting dalam berbagai unit operasi. Dimana aliran fluida dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu:
 Aliran Laminer : Aliran ini memiliki kecepatan rendah dengan pola aliran teratur
yakni bahwa arus air memiliki arus yang sederhana (streamline/arus tenang), laju alir
fluida yang kecil dengan dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari
nol pada dinding dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan
banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah. dan nilai Reynold Number
(NRe)-nya < 2100.
 Aliran Transisi : Aliran ini merupakan perubahan dari aliran laminer ke aliran
turbulen dengan NRe antara 2100 sampai 4000.
 Aliran Turbulen :Aliran ini biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan
kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga
mempunyai pola aliran yang tidak teratur dan memiliki NRe > 4000 (Geankoplis,
2003).

Gambar I.2.1 Macam-macam Aliran Fluida

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-2

Manometer
Manometer tabung U, dapat dilihat pada Gambar I.2.2, menunjukkan tekanan
diberikan pada satu sisi manometer, dan pada sisi yang lain. Baik tekanan dan dapat
berupa tekanan keran dari sebuah fluid meter, atau dapat berupa pressure tap dan
tekanan atmosfer. Bagian atas manometer diisi dengan liquid B, yang mempunyai massa jenis
� , dan pada bagian bawah diisi dengan massa jenis fluida A yang lebih berat, yang
mempunyai massa jenis � . Liquid A immiscible dengan B. Untuk menurunkan hubungan
antara dan , adalah tekanan pada titik 1 dan pada titik 5. Tekanan pada titik 2
adalah
= + +� � …(1)
dimana R dapat dibaca pada manometer dalam m. Tekanan pada titik 3 sama dengan pada
titik 2 karena prinsip hidrostatis:
=
Tekanan pada titik 3 adalah sama dengan:
= + � + �� …(2)
Persamaan 1 dan 2 menghasilkan,
+ +� � = + � + ��
− =� � −�

Gambar I.2.2 Manometer Tabung U


(Mc Cabe, 2001)
Friction Loss
Fluida yang mengalir di dalam suatu sistem perpipaan akan mengalami gesekan dengan
permukaan pipa sehingga akan menimbulkan kehilangan energi yang diakibatkan oleh
gesekan tersebut.
Friction loss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi tekanan
total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem pengaliran. Total head,
Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS
BAB I PENDAHULUAN I-3

seperti kita ketahui merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian
suatu fluida), velocity head (tekanan karena Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head
(tekanan normal dari fluida itu sendiri). Friction loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan
sistem pengaliran fluida di lapangan. Friction loss dapat terjadi karena gesekan antara fluida
dan dinding pipa, friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut, dan turbulensi yang
diakibatkan saat aliran dibelokkan arahnya atau hal lain seperti misalnya perubahan akibat
komponen perpipaan (valve, flow reducer, atau kran). Kehilangan karena friksi/gesekan
adalah bagian dari total head loss yang terjadi saat aliran fluida melewati suatu pipa lurus.
Friction loss pada suatu fluida pada umumnya berbanding lurus dengan panjang pipa, nilai
kuadrat dari kecepatan fluida dan nilai friksi fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai
friction loss berbanding terbalik dengan diameter pipa.
Pada percobaan ini fluida dialirkan dengan berbagai kecepatan melalui pipa lurus,
fitting, valve, dan belokan serta mengalami suatu expansi dan kontraksi yang mendadak.
Fluida yang mengalir di dalam suatu sistem perpipaan akan mengalami gesekan dengan
permukaan pipa sehingga akan menimbulkan kehilangan energi yang diakibatkan oleh
gesekan tersebut. Untuk mengukur beda tekanan kedua ujung digunakan manometer untuk
beda tekanan yang besar, manometer untuk beda tekanan yang kecil. Hubungan HL dengan
pembacaan beda ketinggian sebagai berikut :
 Energi yang hilang pada pipa lurus
Berdasarkan persamaan kesetimbangan energi mekanik,

Gambar I.2.3 Manometer untuk Pipa Lurus


Dengan melihat pembacaan pada manometer air didapatkan :

h 
 p1  p2 
(  air   udara) g
Friction loss pada pipa lurus dan fittings:
−� � � Δh
� � ℎ ��� =
� �
Kemudian untuk menghitung friction factor pada straight pipe digunakan persamaan

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-4

l v 2
Friction los,s F f  4 f
D 2
(Geankoplis, 2003)
 Energi yang hilang pada fittings

2
a
b x

Gambar I.2.4 Manometer untuk Aliran Melalui Belokan


Berdasarkan persamaan kesetimbangan energi mekanik dan z1 = z2 = 0,v1= v2, Ws = 0, maka:

Σ� =

 p1  p 2 
h 
(  air   udara) g
� � −� Δh
�� �� =
� �

Penentuan koefisien loss factor pada fittings dapat dicari dengan membuat plot antara Ff (Hf)
v2
vs , sehingga diperoleh plot sebesar Kf.
2
v2
Ff (Hf) = K f
2
 Energi yang hilang pada valve
Valve berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan aliran fluida. Jenis valve yang
paling umum dan banyak digunakan adalah gate valve dan globe valve.

Gambar I.2.5 Manometer untuk Aliran Melalui Valve


Berdasarkan persamaan kesetimbangan energi mekanik dan z1= z2= 0,v1= v2, Ws = 0, maka:

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-5


Σ� =

dan dari gambar 1.5 maka dapat disimpulkan friction loss untuk valve adalah

�� − � � Δh
� =
� �
Penentuan koefisien untuk gate valve dan globe valve dapat dicari dengan membuat plot
v2
antara Ff (Hf) vs , sehingga diperoleh plot sebesar Kf.
2
v2
Ff (Hf) = K f
2
 Sudden Expansion dan Sudden Contraction
Bila luas penampang pipa yang teraliri fluida tiba – tiba berubah maka akan terjadi
gesekan yang mengakibatkan terjadinya kehilangan energi. Berdasarkan persamaan
kesetimbangan energi mekanik, dapat diketahui kehilangan energi tersebut.

x
1 2 y

Gambar I.2.6 Manometer untuk Aliran Melewati Sudden Expansion/Contraction


Untuk sudden expansion :
Dari persamaan mechanical-energy balance, dengan z1 = z2 = 0, dan Ws = 0, maka

− + + Σ� =
� �
Dimana:
− = � � −� Δℎ
− (� �� −� )× ×∆ℎ
Fekspansi = �
+ � ��

v  v2 2
2
 A  v
2
v
2

hex  1  1  1  1  K ex 1
2  A2  2 2

Penentuan koefisien loss factor pada ekspansi dapat dicari dengan membuat plot antara

Feks(Heks) vs �
sehingga diperoleh plot sebesar Keks.

� =� =

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-6

Untuk sudden contraction :


Dari persamaan mechanical-energy balance, dengan z1 = z2 = 0, dan Ws = 0, maka

− + + Σ� =
� �
Dimana:
− = � � −� Δℎ
v -v ρair-ρud ×g×∆h
F konstraksi = α
+ ρair
2
 A2  v1
2
v2
2
hc  0.551    Kc
 A1  2 2

dimana, α = 1 (untuk aliran turbulen) dan α = 0.5 (untuk aliran laminar).


Penentuan koefisien loss factor pada ekspansi dapat dicari dengan membuat plot antara

Fc (Hc) vs sehingga diperoleh plot sebesar Kc (Geankoplis, 2003).



v
Fc = H c = K c α

Prinsip-prinsip Pengukuran pada Percobaan


Head loss akibat aliran fluida melalui pipa dinyatakan oleh Darcy Formula:

ℎ =

dimana hf adalah head loss (satuan panjang) dan kecepatan rata-rata adalah V. Faktor
gesekan, f, bervariasi dengan bilangan Reynold dan faktor kekasaran. Untuk aliran laminar
hubungan dapat disimpulkan dari persamaan Hagen-Poiseuille, ditunjukkan sebagai berikut :

= =
��� ��
Kekasaran pipa dalam aliran laminer merupakan faktor independen karena gangguan yang
disebabkan oleh kekasaran permukaan dengan cepat teredam oleh viskositas.
Ketika alirannya turbulen, hubungannya menjadi lebih kompleks dan terbaik
ditunjukkan dengan grafik karena faktor gesekan merupakan fungsi dari kedua bilangan
Reynold dan kekasaran. Tingkat kekasaran ditetapkan sebagai rasio dari kekasaran relatif pipa
dibagi diameter pipa (/D). Hal ini jelas bahwa untuk pipa kasar, kekasarannya yang lebih
menentukan besarnya faktor gesekan daripada bilangan Reynold. Pada bilangan Reynold yang
tinggi (turbulen dan pipa kasar), faktor gesekan tergantung sepenuhnya pada kekasaran dan
faktor gesekan dapat diperoleh dari hukum pipa kasar.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-7

. �
= log ( )
√ �

Untuk pipa lurus, faktor gesekan tidak tergantung dari kekasaran dan diberikan oleh:
�� √
= log
√ .

Hukum pipa halus dan kasar dikembangkan oleh von Karman pada tahun 1930.
Banyak masalah aliran pipa dalam rezim transition zone ditunjukkan antara hukum pipa halus
dan kasar. Dalam hilangnya zona transisi head adalah fungsi dari kedua bilangan Reynold dan
kekasaran. Colebrook mengembangkan fungsi transisi empiris untuk pipa komersial. Diagram
moody didasarkan pada persamaan Colebrook dalam aliran turbulen.

Gambar I.2.7 Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynold, Fanning Friction Factor, dan
Kekasaran Relatif (ε/D)
� ⁄� .
=− � +
√ . �� √
Persamaan Colebrook dapat digunakan untuk menentukan kekasaran absolut, , dengan
eksperimen mengukur faktor gesekan dan bilangan Reynold (Nayyar, 1973).


.
�= . � √� −
�� √

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB II PERCOBAAN II-1

BAB II
PERCOBAAN

II.1 Variabel Percobaan


Pada percobaan ini variabel yang digunakan adalah besaran nilai NRe pada masing-
masing jenis aliran (laminar, turbulen dan transisi), dimana setiap jenis aliran memiliki 3
NRe yaitu:
Tabel II.1.1 Variabel percobaan
Jenis aliran Nre
577.9939
Laminar 1040.389
1502.784
2658.772
Transisi 3467.963
3814.961
6935.927
Turbulen 24853.74
39534.78

II.2. Metodologi Percobaan


II.2.1 Mencari Nilai NRe
Start

Aliran Fluida

Mengalirkan ke rangakaian alat

Membuka Gate Valve dan Globe


Valve

Mencatat volume air keluar untuk


5s
Menghitung flowrate dan NRe

NRe variable;
flowrate
End

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB II PERCOBAAN II-2

II.2.2 Pengukuran Untuk Pipa Biru Muda

Start

Aliran Fluida dengan


NRe tertentu
NRe berikutnya

Membuka Globe Valve


Menutup Gate Valve

Mencatat Δh pada manometer pada


fitting

Δh pada setiap fitting

End

II.2.2 Pengukuran Untuk Pipa Biru Tua

Start

Aliran Fluida dengan


NRe tertentu
NRe berikutnya

Membuka Gate Valve


Menutup Globe Valve

Mencatat Δh pada manometer pada


fitting

Δh pada setiap fitting

End

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB II PERCOBAAN II-3

II.3 Alat dan Bahan Percobaan


II.3.a Alat Percobaan
1. Rangkaian sistem perpipaan
2. Gelas ukur 100ml (1 buah)
3. Beaker glass 500ml (1 buah)
4. Termometer (1 buah)
5. Stopwatch (1 buah)
II.3.b Bahan Percobaan
1. Air
II.4 Gambar Skema Alat

6 B
C
1
5
11 G
H
15

Outlet

Inlet
D 2

13 12

14 I
J E 8 9
7 10
K

3 A 4

Gambar II.4.1 Sistem perpipaan


perperpipaan
Keterangan Gambar II.4.1:
A. Pipa lurus D = 13,6 mm; L = 914,4 mm (3-4)
B. Mitre 90o (5-6)
C. Standart Elbow 90o (1-2)
D. Gate Valve (Manometer)
E. Ekspansi 13,6 mm ke 26,2 mm (7-8)
F. Konstraksi 26,2 mm ke 13,6 mm (9-10)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB II PERCOBAAN II-4

G. Bend radius 50 mm (15-16)


H. Bend radius 100 mm (11-12)
I. Bend radius 150 mm (13-14)
J. Globe Valve (Manometer)
K. Pipa lurus D = 26,2 mm; L = 914,4 mm (8-9)

Keterangan : Yang berada dalam kurung di belakang tiap jenis fitting adalah nomor
manometer yang digunakan untuk pengukuran.

II.5 Hasil Percobaan


Dari hasil percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel II.5.1 Hasil Percobaan Untuk Aliran Laminer
∆h m hg ∆h m air
NRE Q(ml/5s) v (m/s)
hg globe hg gate elbow 90 expansion
577.9939 5.0000 0.0421 0.045 0.025 0.001 0.001
1040.389 9.0000 0.0758 0.045 0.022 0.001 0.001
1502.784 13.0000 0.1095 0.046 0.02 0.002 0.001

∆h m air
v straight 100 150 50
NRE Q(ml/5s)
(m/s)
straight pipe mm mm mm 90
26.6 contraction 13.6 radius radius radius mitre
577.9939 5.0000 0.0421 0.001 0.001 0.002 0.012 0.001 0.005 0.001
1040.389 9.0000 0.0758 0.001 0.001 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001
1502.784 13.0000 0.1095 0.001 0.001 0.002 0.003 0.002 0.002 0.001

Tabel II.5.2 Hasil Percobaan Untuk Aliran Transisi


∆h m hg ∆h m air
NRE Q(ml/5s) v (m/s)
hg globe hg gate elbow 90 expansion
2658.772 23.0000 0.1937 0.045 0.02 0.001 0.001
3467.963 30.0000 0.2527 0.036 0.02 0.001 0.002
3814.961 33.0000 0.2948 0.037 0.02 0.001 0.001

∆h m air
v straight 100 150 50
NRE Q(ml/5s)
(m/s)
straight pipe mm mm mm 90
26.6 contraction 13.6 radius radius radius mitre
2658.772 23.0000 0.1937 0.004 0.001 0.002 0.002 0.001 0.002 0.003

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB II PERCOBAAN II-5

3467.963 30.0000 0.2527 0.001 0.002 0.002 0.002 0.002 0.003 0.002
3814.961 33.0000 0.2948 0.001 0.001 0.001 0.002 0.001 0.002 0.001

Tabel II.5.3 Hasil Percobaan Untuk Aliran Turbulen


∆h m hg ∆h m air
NRE Q(ml/5s) v (m/s)
hg globe hg gate elbow 90 expansion
6935.927 60.0000 0.5053 0.005 0.025 0.003 0.003
24853.74 215 1.8108 0.005 0.025 0.006 0.003
39534.78 342.0000 2.8805 0.002 0.025 0.043 0.002

∆h m air
v straight 100 150 50
NRE Q(ml/5s)
(m/s)
straight pipe mm mm mm 90
26.6 contraction 13.6 radius radius radius mitre
6935.927 60.0000 0.5053 0.002 0.001 0.003 0.07 0.11 0.065 0.005
24853.74 215 1.8108 0.01 0.005 0.003 0.07 0.09 0.059 0.001
39534.78 342.0000 2.8805 0.005 0.005 0.035 0.09 0.12 0.065 0.04

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-1

BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Perhitungan


III.1.1 Aliran Laminer
Tabel III.1.1.1 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru tua
Energi Loss, hf (J/kg)
Nre f percobaan f korelasi
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90
577.9939 3.4133 0.1107 3.0902 0.01959 0.01959 0.01959
1040.389 1.6730 0.0615 2.7194 0.01959 0.01959 0.01959
1502.784 1.0592 0.0426 2.4722 0.01959 0.01959 0.02938

Tabel III.1.1.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa korelas bend globe
expansio contractio 100m 150m
n i 50mm valve
n n m m
577.993 27.3809 0.1107 9.7469 9.7460 0.0587 0.1272 0.0195 5.562
9 4 6 9 4
1040.38 15.1291 0.0615 9.7478 9.7451 0.0195 0.0293 0.0195 5.562
9 9 8 9 4
1502.78 10.5378 0.0426 9.7493 9.7435 0.0293 0.0391 0.0293 5.686
4 8 7 8 0

Tabel III.1.1.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
577.9939 1184.924 7.511 7.511 7.511 0.006
1040.389 321.831 2.318 2.318 2.318 0.011
1502.784 140.228 1.111 1.111 1.666 0.015

Tabel III.1.1.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend 50 Bend Bend 150 Globe ε
Expansion Contraction mm 100 mm mm valve (m)

577.9939 0.383 3737.025 22.524 48.798 7.511 2132.864 -0.001

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-2

1040.389 0.118 1153.289 2.318 3.477 2.318 658.291 0.000


1502.784 0.057 552.674 1.666 2.222 1.666 322.524 0.001

III.1.2 Aliran Transisi


Tabel III.1.2.1 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru tua
Energi Loss, hf (J/kg)
Nre f percobaan f korelasi Straight Elbow
gate valve 90 mitre
26.6 90
2658.772 0.6079 0.0441 2.4722 0.04895 0.03917 0.01959
3467.963 0.4590 0.0412 2.4722 0.01959 0.02938 0.01959
3814.76 0.4157 0.0403 2.4722 0.01959 0.01959 0.01959

Tabel III.1.2.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f
f Sudden Sudden bend bend glob
Nre percobaa bend
korelasi expansio contractio 100m 150m e
n 50mm
n n m m valve
2658.772 25.1337 0.0441 9.7555 9.7374 0.0293 0.0293 0.0195 5.562
3467.963 43.5336 0.0412 19.5083 19.4775 0.0391 0.0293 0.0293 4.449
3814.76 24.1448 0.0403 9.7651 9.7278 0.0293 0.0293 0.0195 4.573

Tabel III.1.2.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
2658.772 125.510 2.485 1.988 0.994 0.020
3467.963 72.600 0.575 0.863 0.575 0.023
3814.76 53.040 0.420 0.420 0.420 0.024

Tabel III.1.2.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru muda
L eq (m)
Sudden Sudden
Nre Bend 50 Bend 100 Bend 150 Globe ε
Expansio Contractio
mm mm mm valve (m)
n n

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-3

2658.772 0.051 494.354 1.491 1.491 0.994 282.397 0.003


3467.963 0.059 571.988 1.150 0.863 0.863 130.680 0.002
3814.76 0.021 208.707 0.630 0.630 0.420 98.124 0.005

III.1.3 Aliran Turbulen


Tabel III.1.3.1 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru tua
Energi Loss, hf (J/kg)
Nre f percobaan f korelasi
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90
6935.927 0.2906 0.1334 3.0902 0.02938 0.05874 0.03917
24853.74 0.0828 0.1162 3.0902 0.10769 0.01959 0.06853
39534.78 0.0631 0.1110 3.0902 0.05874 0.40134 0.43071

Tabel III.1.3.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa korelas bend globe
expansio contractio 100m 150m
n i 50mm valve
n n m m
6935.92 3.7966 0.1334 29.3010 9.6847 0.6460 0.6950 1.0865 0.618
7 5 0 4 0
24853.7 2.0358 0.1162 30.0315 47.9400 0.5873 0.6950 0.8907 0.618
4 2 0 7 0
39534.7 1.1282 0.1110 21.4974 46.7277 0.6460 0.8907 1.1844 0.247
8 5 7 2 2

Tabel III.1.3.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
6935.927 16.457 0.156 0.313 0.209 0.027
24853.74 1.282 0.045 0.008 0.028 0.036
39534.78 0.507 0.010 0.066 0.071 0.038

Tabel III.1.3.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend 50 Bend Bend 150 Globe ε
Expansion Contraction mm 100 mm mm valve (m)

6935.927 0.016 51.577 22.524 3.441 5.786 3.291 0.005


24853.74 0.001 19.883 2.318 0.244 0.369 0.256 0.010

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-4

39534.78 0.000 7.659 1.666 0.106 0.194 0.041 0.015

III.2 Pembahasan
Percobaan Energy Losses in Pipe and Bends bertujuan mempelajari variasi faktor friksi,
f, terhadap bilangan Reynold pada aliran laminer, transisi, maupun turbulen; mengukur
kehilangan energi pada fitting dan menghitung panjang ekuivalennya; dan menaksir kekasaran
(roughness) permukaan pipa dengan persamaan Colebrook.
Pada percobaan terdapat dua jalur aliran yang digunakan, ditandai dengan perbedaan
warna pada pipa. Adapun jalur yang digunakan adalah jalur pada pipa biru tua dan jalur pada
pipa biru muda. Pada jalur biru tua terdapat fitting berupa gate valve, 90 elbow, straight pipe
diameter 26.6 mm, dan 90 mitre. Sedangkan pada jalur biru muda terdapat fitting berupa
globe valve, pipe bend 50 mm, pipe bend 100 mm, pipe bend 150 mm, sudden expansion, dan
sudden contraction. Untuk pengukuran energy losses digunakan dua macam manometer, yaitu
manometer air-udara dan manometer air-raksa. Manometer air-raksa digunakan untuk
mengukur energy losses pada globe valve dan gate valve, sedangkan manometer air-udara
digunakan untuk mengukur fitting selain globe valve dan gate valve.

30,0000

25,0000

20,0000 f laminer percobaan


Faktor Friksi (f)

f laminer korelasi
15,0000
f transisi percobaan

10,0000 f transisi korelasi


f turbulen percobaan
5,0000
f turbulen korelasi

0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynold (NRe)

Gambar III.2.1. Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Muda

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-5

4,0000

3,5000

3,0000
f laminer percobaan
Faktor Friksi (f)

2,5000
f laminer korelasi
2,0000
f transisi percobaan
1,5000
f transisi korelasi
1,0000 f turbulen percobaan
0,5000 f turbulen korelasi

0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynold (NRe)

Gambar III.2.2. GrafikFaktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Tua

Berdasarkan gambar III.2.1, terlihat bahwa pada aliran pipa biru muda terdapat ketidak
sesuaian antara faktor friksi yang didapatkan berdasarkan percobaan dengan faktor friksi
korelasi. Hasil yang sama ditunjukkan juga pada gambar III.2.2 yaitu pada jalur pipa biru tua.
Pada kedua gambar, terlihat bahwa pada aliran turbulen didapatkan bahwa harga f secara
korelasi maupun percobaan, menurun seiring dengan bertambahnya nilai bilangan
Reynoldnya. Hal ini ditunjukkan dengan kemiringan garis (slope) yang sangat kecil hingga
mendekati nol. Penurunan nilai f mengindikasikan bahwa nilai bilang Reynold hanya sedikit
mempengaruhi harga f atau friction factor-nya. Hasil yang sama juga terlihat untuk aliran
laminer dan transisi. Hasil tersebut juga sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
semakin besar nilai bilangan Reynoldnya, maka nila f akan semakin kecil. Dengan kata lain,
harga f untuk aliran laminer, transisi, turbulen akan semakin kecil.
Harga f pada grafik didapatkan dengan dua persamaan, yaitu persamaan Darcy dan juga
persamaan korelasi, dimana untuk aliran laminer digunakan korelasi persamaan Hagen-
Poiseulle, aliran transisi digunakan korelasi persamaan Blasius, dan aliran turbulen digunakan
korelasi persamaan von Karman. Pada kedua grafik, dapat terlihat bahwa nilai f hasil
percobaan, atau perhitungan Darcy, dengan hasil korelasi sangatlah berbeda jauh. Sebagai
contoh, pada grafik untuk jalur biru muda, didapatkan bahwa untuk aliran turbulen, grafik f
hasil percobaan semakin menurun dan membentuk kurva, sedangkan grafik f berdasarkan
korelasi cenderung membentuk garis linier dan mendekati nol. Hal yang sama juga terjadi
untuk aliran laminer dan transisi, dan juga untuk jalur pipa biru tua. Adanya perbedaan antara

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-6

harga f percobaan dengan harga f korelasi disebabkan oleh pembacaan manometer yang tidak
akurat dikarenakan manometer belum menunjukkan hasil yang konstan maupun karena pada
saat pengamatan selang manometer terdapat gelembung udara.

4,0000

3,5000

3,0000
Faktor Friksi (f)

2,5000

2,0000 harga f darcy pipa biru tua


harga f von karman
1,5000
harga f darcy pipa biru muda
1,0000

0,5000

0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynold (NRe)

Gambar III.2.3 Grafik antara f dengan Bilangan Reynold untuk aliran turbulen

Gambar III.2.3 merupakan grafik antara f dengan bilangan Reynold untuk aliran
turbulen pada jalur pipa biru muda dan pipa biru muda. Pada saat bilangan Reynold sangat
tinggi, atau kondisi aliran sangat turbulen, maka harga f menjadi tidak dipengaruhi oleh
1 3.7�
bilangan Reynold tetapi menjadi asimptotik pada nilai = 2log⁡ . Namun, pada gambar
√� �

III.2.3, terlihat bahwa hasil faktor friksi percobaan atau dengan perhitungan Darcy tidak
menunjukkan kesesuaian dengan faktor friksi hasil korelasi persamaan von Karman. Pada
perhitungan Darcy, harga f cenderung membentuk kurva turun. Hal ini nampak pada harga f
perhitungan Darcy untuk jalur pipa biru tua dan pipa biru muda. Sedangkan pada harga f
korelasi von Karman, didapatkan bahwa kurva f korelasi von Karman cenderung membentuk
garis linier, dimana garis linier ini menandakan bahwa nilai f menjadi asimptotik pada
1 3.7�
= 2log⁡ �
. Adanya perbedaan nilai f ini dapat disebabkan oleh adanya pengamatan
√�

yang tidak akurat pada saat pembacaan manometer.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-7

Seperti yang sudah dijelaskan bawha semakin tinggi nilai bilangan Reynold, maka harga
faktor friksi tidak dipengaruhi oleh bilangan Reynold lagi, tetapi dipengaruhi oleh kekasaran
1 3.7�
pipa. Harga faktor friksi yang asimptotik dengan = 2log⁡ dapat digunakan untuk
√� �

menghitung kekasaran pipa. Nilai kekasaran pipa (ε) berdasarkan percobaan dan korelasi von
Karman adalah sebagai berikut :

Tabel.III.2.2 Perbandingan ε teoritis dengan ε percobaan pada pipa biru tua


f von f
Nre ε percobaan Ε von Karman
Karman percobaan
6935.927 0.1334 0.2906 0.027 0.002117
24853.74 0.1162 0.0828 0.036 0.001715
39534.78 0.1110 0.0631 0.038 0.001590

Tabel.III.2.3 Perbandingan ε teoritis dengan ε percobaan pada pipa biru muda


f von f
Nre ε percobaan ε
Karman percobaan
6935.927 0.1334 3.7966 0.005 0.0000000383
24853.74 0.1162 2.0358 0.010 -0.0000000577
39534.78 0.1110 1.1282 0.015 -0.0000000641

Berdasarkan percobaan, didapatkan rata-rata kekasaran pipa (ε) untuk jalur pipa biru tua
adalah 0.034 dan untuk jalur pipa biru muda adalah 0.010. Sedangkan berdasarkan persaman
von Karman, didapatkan rata-rata kekasaran pipa (ε) adalah 0.001807. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat terlihat bahwa kekasaran pipa (ε) biru muda sedikit mendekati harga kekasaran
pipa secara perhitungan von Karman, sedangkan kekasaran pipa (ε) biru tuasangat jauh
dibandingkan dengan perhitungan von Karman. Adanya perbedaan dapat disebabkan oleh
ketidakstabilan aliran air yang melalui pipa sehingga data head loss yang didapat tidak akurat.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB IVKESIMPULAN IV-1

BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hubungan antara faktor friksi dan bilangan Reynolds berdasarkan percobaan didapatkan
bahwa :
 Semakin besar bilangan Reynold suatu aliran, maka semakin kecil nilai faktor
friksinya (f)
 Pada saat aliran sangat turbulen, atau nilai bilangan Reynold sangat besar, nilai
faktor friksi percobaan tidak sesuai dengan nilai faktor friksi dengan persamaan von
Karman (teoritis).

2. Besarnya Head loss sepanjang pipa dan panjang ekivalent didapatkan data sebagai berikut :
 Pada pipa biru tua
Headloss (Hf) Leq gate valve Leq pipa lurus Leq mitre bend Leq elbow
26.604 1916.379 14.632 14.598 13.793

 Pada pipa biru muda


Headloss Leq Leq Leq Bend Leq Bend Leq Bend Leq Globe
(Hf) ekspansi Kontraksi 50 mm 100 mm 150 mm valve

362.461 0.707 6797.157 33.571 12.818 20.123 3628.468

3. Nilai roughness atau kekasaran pada pada pipa secara percobaan menghasilkan nilai yang
berbeda dengan perhitungan menggunakan persaman von Karman (secara teoritis).
Kekasaran pipa secara percobaan, untuk jalur pipa biru tua adalah 0.034 dan untuk jalur
pipa biru muda adalah 0.010. Sedangkan kekasaran pipa secara teoritis adalah 0.001807.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


APPENDIKS

ρair suhu 30oC = 995,7kg/m3 D pipa = 0,0136 m


ρraksa = 13554,67 kg/m3 D2 (expansion dan contraction) = 0,0266 m
ρudara suhu 31oC = 1,165 kg/m3 Panjang pipa = 7,22 m
µ air suhu 30oC = 0,000798 kg/m s g = 9,8m/s2

1. Perhitungan kecepatan aliran fluida


air = 995,7 kg/m3 ; D = 0,0136 m ; μair = 0,000798 kg/ms
� =��

= �

�= , / , � , � , = , m/s

��
�� =

� , � ,
�� = = = ,
�� , x ,
Untuk kondisi percobaan lain, digunakan cara yang sama untuk menghitung nilai velocity
dan NRe yang lain.

2. Menghitung Head Loss atau Friction Loss Sepanjang Pipa


a. Head Loss pada Gate Valve dan Globe Valve
Misal untuk globe valve dengan Nre 577,9939:
�� � − �� ∆ℎ
ℎ =
��

� � �
( , − , ) , , �
� �
ℎ =

,

ℎ = , �/�

A-1
Dilakukan juga untuk perhitungan head loss pada gate valve dan globe valve yang lain
juga menggunakan cara yang sama dengan perhitungan di atas.

b. Head Loss pada Bend 50 mm, Bend 100 mm, Elbow, dan straight pipe
Elbow dengan Nre 577,9939:
��� −���� � ∆ℎ
ℎ = + ∆ℎ
���
�� �� �
, − , , , � �
ℎ = � �
�� + , , �
,

ℎ = , �/�
Cara yang sama diaplikasikan pada perhitungan head loss pada straight pipe, Bend 50
mm, Bend 100 mm, Bend 150 mm, Elbow dan 90° Mitre.
c. Head Loss pada sudden expansion dan sudden contraction
Misal untuk sudden expansion dengan Nre 577,9939:
�� − � � � ∆ℎ
ℎ = + � −�
��

� � �
( , − , ) , , �
� �
ℎ = + , − ,

,

ℎ = , �/�
Perhitungan head loss pada sudden contraction juga menggunakan rumus perhitungan
yang sama dengan perhitungan di atas.

3. Menghitung Faktor Friksi Percobaan


Untuk perhitungan faktor friksi percobaan, digunakan persamaan Darcy berdasarkan data
head loss (hf total) sepanjang pipa.
Misal untuk globe valve dengan Nre 577,9939:
hf total = 25,2609 J/kg

� � =ℎ
��
, �� � , �/
� � = , �/� �
, �� ,

A-2
� � = ,
Perhitungan faktor friksi pada kondisi percobaan lain digunakan cara yang sama dalam
menghitung fdarcy.

4. Menghitung Faktor Friksi dari Korelasi


Pada gate valve aliran laminer, transisi dan turbulen
a. Untuk aliran laminer Nre < 2100
Pada Nre 577,9939 :

=

=
,
= ,
Perhitungan faktor friksi korelasi pada kondisi percobaan lain menggunakan cara
yang sama dengan persamaan di atas.
b. Untuk aliran transisi 2100 < Nre < 4000
Pada Nre 2658,772 :
,
= ,

,
= ,
,
= .
Perhitungan faktor friksi korelasi pada kondisi percobaan lain menggunakan cara
yang sama dengan persamaan di atas.
c. Untuk aliran turbulen Nre > 4000
Pada Nre 6935,927 perhitunganya :
� √
= log
√ ,

, √
= log
√ ,

Dengan trial didapatkan:


= ,
A-3
Perhitungan faktor friksi korelasi pada kondisi percobaan lain menggunakan cara
yang sama dengan persamaan di atas.
5. Menghitung Panjang Ekuivalen
Panjang ekuivalen untuk Elbow,
Pada persamaan ini, untuk turbulen α = dan untuk laminer α = ,
Misal untuk elbow 90o pada Nre 577,9939:
h α L
=
v D

, � � , � � ,

� =
,
� = , �
Untuk panjang ekuivalen pada kondisi lainnya dapat dihitung dengan persamaan di atas.

6. Menghitung Absolute Roughness


Berdasarkan persamaan Colebrook dari data percobaan pada pipa biru tua aliran lam,iner :
Misal pada Nre 577,9939


,
�= , � −
� √

( ) ,
�= , � , √ , −
, √ ,
�= ,

A-4
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


 Luas penampang m2
D diameter pipa m
f faktor friksi (friction factor)
g percepatan gravitasi m/s2
F friction loss J/kg
hc Friksi yang hilang pada kontraksi J/kg
hex Friksi yang hilang pada ekspansi J/kg
Kc koefisien friksi untuk kontraksi
Kex koefisien friksi untuk expansi
Kf koefisien friksi untuk fitting dan valve
L panjang pipa lurus m
Le Panjang ekivalent
Nre bilangan reynold
P Tekanan Pa
Q rate volumetrik m3/s
t Waktu s
v kecepatan aliran m/s
 phi (3,14)
 Densitasmassa jenis) kg/m3
 Viskositas poise
∆h beda ketinggian pada manometer m
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J.2003. Transport Processes and Unit Operation 4th edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Mc Cabe, W.L., Julian Smith, Peter Hariot. 2001. Unit Operation of Chemical Engineering
4th edition. Singapore: Mc Graw Hill, Inc.

Anda mungkin juga menyukai