7876 19653 1 SM PDF
7876 19653 1 SM PDF
) SECARA IN
VITRO
In vitro antioxidant activity of Seledri (Apium graveolens L.)
ABSTRAK
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat menghambat reaksi oksidasi atau suatu zat yang dapat
menetralkan atau menangkap radikal bebas. Antioksidan eksogen (dari luar tubuh) yang umum digunakan adalah vitamin
C, vitamin E, β-karoten, serta komponen-komponen yang terkandung dalam tanaman seperti polifenol dan bioflavonoid.
Beberapa tanaman yang mengandung flavonoid adalah: Seledri (Apium graveolens L.), Echinacea (Echinacea purpurea)
dan Ketul (Bidens pilosa L.). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan flavonoid pada organ
daun, batang dan bunga herba Seledri (Apium graveolens.L), serta uji potensi aktifitas antioksidannya guna mendukung
upaya pengembangan sumber antioksidan alami. Metode penelitian merupakan Penelitian eksperimental dengan desain
Rancangan Acak Lengkap, dengan variabel bebas adalah bagian tanaman seledri (daun, batang dan bunga), sedangkan
variabel terikatnya adalah kadar Flavonoid yang ditetapkan dengan metode Chriss & Muller, serta pengukuran antioksidan
ditetapkan dengan metode DPPH. Kedua metode ini dibaca serapan (absorbansinya) secara spektrofotometri UV-Vis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kadar Flavonoid tertinggi ekstrak air seledri terdapat pada organ daun
yaitu sebesar 0,51% + 0,063. Adapun potensi sebagai antioksidan alami berturut turut dari potensi terkecil ke besar
adalah ekstrak bunga Seledri dengan IC50 103,07 ppm + 35,91, ekstrak daun Seledri dengan IC50 189,36 ppm + 46,18,
ekstrak batang Seledri dengan IC50 665,54 ppm + 65,99.
ABSTRACT
Antioxidant is compound that is able to inhibit oxidation reaction or a substance that can neutralize or catch free
radical. The exogen of antioxidant (outside the body) which generally used are vitamin C, vitamin E, β-karoten,
and components contained inside plants such as polifenol and bioflavonoid. There are some plants contained
flavonoid properties such as Seledri (Apium graveolens), Echinacea (Echinacea purpurea) and Ketul (Bidens
pilosa L.). This research is aimed to know the flavonoid content of leaves, stems, and flowers of Seledri (Apium
graveolens) and the antioxidant activity potential in order to support the development of natural antioxidant
source effort. The research method is experimental research with Full Random Design and its free variable is
the part of Seledri (leaves, stems, and flowers), while the bonded variable is degree of flavonoid content which
is determined by Chriss & Muller method and the measurement of the antioxidant determined by DPPH method.
Both methods are read its absorbances by spectrofotometry UV-Vis. The research result showed that the highest
degree of flavonoid water extract is on the leave, which is about 0,51% ± 0,063. Whereas, the potential to be the
natural antioxidant from the lowest to the highest are IC50 103,07 ppm ± 35,91 for flower extract, IC50 189,36 ppm
± 46,18 for leaves extract, and IC 50 665,54 ppm ± 65,99 for stem extract, respectively.
hingga memberikan serapan 0,9 pada 515 nm. dibuat grafik antara % Inhibisi v.s konsentrasi.
Dibuat larutan ekstrak konsentrasi 0,10-1 Setelah dilakukan analisis regresi, akan dapat
ppm dalam methanol. Ditambahkan 1 ml DPPH, dihitung nilai IC50, dari masing-masing sampel.
dikocok, didiamkan selama 30 menit, diukur
absorbansinya pada λ 515 nm. Melakukan uji HASIL DAN PEMBAHASAN
blangko, yaitu hanya larutan DPPH tanpa sampel, Hasil dari penetapan kadar flavonoid, pada
dan uji control positif antioksidan menggunakan ekstrak air (infus) bagian daun, batang dan bunga
vitamin C. Dihitung persen inhibisi, kemudian seledri, ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar flavonoid pada daun, bunga dan batang seledri
Kadar Flavonoid (%)
No Bagian Ulangan Ulangan Ulangan Rata- SD
tanaman 1 2 3 rata
(%)
Dari Tabel 1 terlihat bahwa kadar flavonoid nyata terhadap kadar flavonoidnya (F= 116, P<
ekstrak seledri pada organ daun diperoleh hasil 0,05). Kadar flavonoid ekstrak seledri tertinggi
terbesar, jika dibandingkan dengan organ tanaman diperoleh dari bagian daun yaitu 0,51% + 0,063.
yang lain, sedangkan organ batang memiliki Setelah dilakukan penetapan kadar
kadar flavonoid paling kecil dibandingkan yang flavonoid ekstrak air herba seledri,
lain. Hal ini terjadi karena daun merupakan organ selanjutnya terhadap ekstrak air yang tersisa,
tempat berlangsungnya proses fotosintesa pada juga dilakukan uji potensi antioksidan
tanaman. Dijelaskan oleh Salisbury dan Ross dengan menggunakan vitamin C sebagai
bahwa sebagian tumbuhan membentuk pigmen pembandingnya. Hasil penetapan antioksidan
antosianin dan flavonoid lainya disalah satu atau vitamin C diperlihatkan pada Gambar 1.
beberapa organnya, dan proses ini terpacu oleh
cahaya. Produksi flavonoid memerlukan gula, 120
60
atau dari fotosintesa di sel yang mengandung 40
klorofil. 20
r2 = 0,7931
0
Dari data pada Tabel 1 setelah dilakukan 12,5 ppm 25 ppm 50 ppm
Gambar 1. Persentase Inhibisi Vitamin C vs dapat digunakan untuk menghitung nilai IC50
Konsentrasi Vitamin C
dari ekstrak.
Dari grafik pada Gambar 1 dapat dapat Hasil perhitungan IC50 seperti tertera
dibuat persamaan regresi liniernya, sehingga pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai IC50 Ekstrak Seledri
IC50 ppm
No Bagian tanaman Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata SD
1 Daun Seledri 242,32 157,49 168,28 189,36 ** 46,18
2 Batang Seledri 589,97 694,86 711,78 665,54 *** 65,99
3 Bunga Seledri 144,53 82,82 81,87 103,07 ** 35,91
* = sangat aktif sebagai antioksidan;
** = aktivitas antioksidan sedang
*** = tidak aktif sebagai antioksidan
Harga IC50 Ekstrak selanjutnya dijadikan dihitung sebagai quercetin, padahal quercetin
dasar untuk menghitung Potens Antioksidan bukan merupakan satu-satunya senyawa yang
Ekstrak. Potensi antioksidan ekstrak diperoleh bersifat sebagai antioksidan dalam tanaman.
dengan cara membandingkan harga IC50 Ekstrak: Sehingga ekstrak dengan kadar flavonoid tertinggi
IC50 Vitamin C, sehingga diperoleh data seperti belum tentu memiliki potensi antioksidan yang
tersaji pada Gambar 2. paling aktif. Aktivitas antioksidan bisa berasal
dari senyawa metabolit sekunder seperti
minyak atsiri, karotenoid, dan vitamin. Aktivitas
antioksidan dalam tanaman dapat merupakan
efek sinergi dari dua atau lebih senyawa dari
tanaman. Senyawa sistein, glutation, asam
askorbat, tokoferol, senyawa polihidroksi
aromatis dan amina aromatis dapat mereduksi
Gambar 2. Potensi Antioksidan Seledri dengan dan menghilangkan warna DPPH, melalui
Vitamin C sebagai pembanding kemampuannya sebagai donatur hidrogen (Vani
et al., 1997).
Dari data pada Tabel 1 dan Tabel 2, terlihat Dari Gambar 1 terlihat bahwa konsentrasi
tidak adanya korelasi antara kadar flavonoid Vitamin C yang diuji hanya sampai konsentrasi 50
dan nilai IC50 nya yang merupakan refleksi dari ppm. Hal ini terjadi karena pada saat konsentrasi
potensi antioksidannya. Pada sampel daun, 100 ppm dan 200 ppm ditambah larutan DPPH,
dengan kadar flavonoid tertinggi, ternyata potensi larutan DPPH yang semula berwarna ungu
antioksidannya lebih kecil jika dibandingkan langsung berubah menjadi kuning, sehingga tidak
dengan sampel bunga. Hal ini terjadi karena pada dapat dilakukan pengukuran absorbansinya.
penetapan kadar flavonoid, total flavonoidnya Fenomena ini juga membuktikan bahwa vitamin