Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HEAT TREATMENT

Disusun oleh :

NIZAR MIFTAH ILYASA (218411020)

RAYADI RIDUANSYAH (218411022)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berjalannya zaman kebutuhan akan pengetahuan akan bahan-bahan semakin
diperlukan apalagi material teknik. Dengan mengetahui karakteristik dan perlakuan-
perlakuan yang bisa dipergunakan pada material maka kita akan semakin mendapatkan
kegunaan dari material itu sendiri agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaatnya banyak sekali seperti contoh benda bisa dikeraskan namun mempunyai
sifat ulet maka bisa dipergunakan pada permesinan. Kegunaan yang lainnya dapat dicari
dan diketahui dengan mempelajari dari sumber-sumber buku terpercaya dan dengan
praktik langsung contohnya Heat Treatment. Dengan kita praktik langsung apa yang
tertulis di buku sumber bisa kita buktikan dan bisa kita aplikasikan proses-prosesnya.
Maka dari pada itu penting untuk memahami dan mengerti kaidah-kaidah dasar dalam
ilmu material sehingga kita bisa mendapatkan manfaat yang terkandung di dalamnya.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Mengetahui kekerasan benda sebelum dan setelah dikeraskan
b. Mengidentifikasi jenis benda dengan mengetahui data Brinell Hardness (HB)

1.3 Tempat dan Waktu Percobaan


Tempat : Laboratorium Heat Treatment Lantai 1 dan 3
Waktu : 10 s.d. 12 April 2019

BAB II ISI

2.1 Dasar Teori


Proses Heat Treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja,
melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan laju
pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme penguatan logam dimana logam
yang akan kita ubahsifatnya sudah berada dalam kondisi solid. Dalam heat treatment kita
memanaskan specimen sampai dengan temperature austenisasinya.Temperatur
austenisasi yang diberikan tergantung pada kadar karbon baja yang diproses. Setelah
temperature austenisasinya tecapai, benda kerja dibiarkan pada temperature tersebut
dalam jangka waktu tertentu agar temperature homogenya diseluruh benda kerja. Proses
ini disebut dengan homogenisasi. Setelah itu,dengan mengatur laju pendinginan akan
didapat kekerasan yang diinginkan. Kekerasan yang diperoleh bergantung pada kadar
karbon baja yang diproses
Heat Treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja, melalui
pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan laju pendinginan.
Heat Treatment merupakan mekanisme penguatan logam dimana logam yang akan kita
ubah sifatnya sudah berada dalam kondisi solid.Dalam heat treatment kita memanaskan
spesimen sampai dengan temperatur austenisasinya.
Proses perlakuan panas ada dua kategori, yaitu :
1) Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar menjadi
lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan didalam tungku
(annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka (normalizing).
2) Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material terutama
kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang sudah dipanaskan ke
dalam suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli

Dalam Heat Treatment ada beberapa macam proses diantaranya:

A. Pelunakan (Annealing)
Proses annealing atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
temperature kritis ( 723 °C ) selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperatur
merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar
temperature bagian luar dan dalam kira-kira sama hingga diperoleh struktur yang
diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Tujuan proses annealing :
1. Melunakkan material logam
2. Menghilangkan tegangan dalam / sisa
3. Memperbaiki butir-butir logam.

B. Pengerasan (Hardening)
Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material terutama kekerasan dengan
cara selup cepat (quenching) material yang sudah dipanaskan ke dalam suatu media
quenching berupa air, air garam, maupun oli. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
kekerasan dalam perlakuan panas antara lain : komposisi kimia, langkah perlakuan
panas, cairan pendinginan, temperatur pemanasan. Tujuan utama dari pengerasan
adalah untuk mengembangkan pengerasan yang tinggi. Objek utama dalam membuat
pengerasan bagian mesin dari struktur baja adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik.
Dalam ilmu Heat Treatment, hardening pada prinsipnya dilakukan dengan
membentuk suatu baru struktur yang keras pada material. Mekanisme yang biasa
dilakukan ialah dengan penambahan suatu unsur atau sekedar membuat suatu struktur
yang keras dengan komposisi yang telah ada pada material. Salah satu struktur keras
yang dimaksud pada mekanisme kedua ialah martensit (>500 BHN). Struktur
martensit bersifat keras dan rapuh sehingga pada praktiknya tidak dapat langsung
digunakan, karena pembentukan martensit diiringi distorsi matriks yang cukup besar.
Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench)
dari fasa austenit (struktur FCC – Face Centered Cubic) hingga temperatur ruang,
yang berakibat pada terperangkapnya atom karbon (tidak sempat berdifusi) sehingga
terjadi peregangan kisi dari struktur BCC (Body Centered Cubic) yang seharusnya
terbentuk (ferrite) menjadi martensit yang berstruktur BCT (Body Centered
Tetragonal).
Ada beberapa penyebab kegagalan proses Hardening :
a). Suhu pengerasan terlalu rendah sehingga suhu belum mencapai pada
temperatur austenit sehingga kekerasan tidak tercapai seperti yang diharapkan.
b). Pemanasan terlalu cepat sehingga temperatur inti dari benda kerja belum
sama dengan temperatur kulit luar pada baja.
c). Tidak adanya proses pemanasan bertahap dan tidak adanya waktu
penahanan pada proses pemanasan sehingga pada waktu di quenching benda kerja
akan mengalami retak.
d). Timbulnya nyala api yang mengakibatkan terlepasnya karbon pada
permukaan benda kerja, sehingga permukaan benda kerja kurang keras.
e). Kesalahan pemilihan media quenching, misalnya baja keras ilo di
quenching dengan air.

C. Penormalan (Normalizing)
Proses normalizing bertujuan untuk memperbaiki dan menghilangkan struktur
butiran kasar dan ketidak seragaman struktur dalam baja menjadi berstruktur yang
normal kembali yang otomatis mengembalikan keuletan baja lagi.
Struktur butiran kasar terbentuk karena waktu pemanasan dengan temperatur
tinggi atau di daerah austenit yang menyebabkan baja berstruktur butiran kasar.
Sedangkan penyebab dari ketidak seragaman struktur karena :
– pengerjaan rol atau tempa
– pengerjaan las atau potong las
– temperatur pengerasan yang terlalu tinggi
– menahan terlalu lama di daerah austenit
– Pengepresan, penglubangan dengan punch, penarikan
Pada proses normalizing ini baja di panaskan secara pelan-pelan sampai suhu
20 ºC sampai 30 ºC diatas suhu pengerasan, ditahan sebentar lalu didinginkan dengan
perlahan dan kontinue. Proses normalizing ini dilakukan juga sebelum kita melakukan
proses Soft anneling. Jadi, hardening merupakan proses perlakuan panas yang
menghasilkan perlit halus, pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih
keras dan kuat dari hasil anneal. Secara teknis prosesnya hampir sama dengan
annealing, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini
lebih cepat daripada pendinginan pada annealing.

D. Penghilangan Tegangan (Stess Realiving)


Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai hasil dari salah satu faktor
yang disebutkan diatas harus dapat dihilangkan agar sifat yang diinginkan dari
komponen yang terbuat dari logam tersebut dapat dicapai. Proses penghilangan
tegangan sisa dilakukan biasanya dengan cara memanaskan benda kerja dibawah
temperatur A1. Penghilangan tegangan sisa dari baja dilakukan dengan memanaskan
baja tersebut pada temperatur sekitar 550-700oC, tergantung pada jenis baja yang
diproses. Kemudian benda kerja ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang merata diseluruh benda kerja
selanjutnya didinginkan di dalam tungku.

E. Pencelupan (Quenching)
Quenching merupakan salah satu teknik perlakuan panas yang diawali dengan
proses pemanasan sampai temperatur austenit (austenisasi) diikuti pendinginan secara
cepat, sehingga fasa austenit langsung bertransformasi secara parsial membentuk
struktur martensit. Austenisasi dimulai pada temperatur minimum ± 50°C di
atas Ac3, yang merupakan temperatur aktual transformasi fasa ferit, perlit, dan
sementit menjadi austenit. Temperatur pemanasan hingga fasa austenit untuk
proses quenching disebut juga sebagai temperatur pengerasan (haardening
temperature). Dan setelah mencapai temperatur pengerasan, dilakukan penahanan
selama beberapa menit untuk menghomogenisasikan energi panas yang diserap
selama pemanasan, kemudian didinginkan secara cepat dalam media pendingin yang
dapat berupa air, oli, dan udara bertekanan.
Tujuan utama quenching adalah menghasilkan baja dengan sifat kekerasan
tinggi. Sekaligus terakumulasi dengan kekuatan tarik dan kekuatan luluh, melalui
transformasi austenit ke martensit. Proses quenching akan optimal jika selama proses
transformasi, struktur austenit dapat dikonversi secara keseluruhan membentuk
struktur martensit. Hal-hal penting untuk menjamin keberhasilan quenching dan
menunjang terbentuknya martensit khususnya, adalah : temperatur pengerasan, waktu
tahan, laju pemanasan, metode pendinginan, media pendingin dan hardenability.

F. Penambahan Karbon (Carburizing)


Pada beberapa komponen elemen mesin seperti poros atau roda gigi, kadang
diperlukan sifat yang keras dan tahan aus pada permukaanya, sedangkan pada inti atau
bagian dalam tetap dalam keadaan lunak dan ulet. Hal ini akan berdampak pada
ketahanan benda terhadap keausan dan keuletan yang sesuai dengan kebutuhan.
Karburising adalah proses dimana benda akan dikeraskan pada kulitnya
dengan cara penambahan karbon ke permukaan benda, karburising dilakukan dengan
cara memanaskan benda kerja dalam lingkungan yang banyak mengandung karbon
aktif, sehingga karbon berdifusi masuk ke permukaan baja (Wahid Suherman, 1998:
147).
Pada temperatur karburising, media karbon terurai menjadi CO yang
selanjutnya terurai menjadi karbon aktif yang dapat berdifusi masuk ke dalam baja
dan menaikkan kadar karbon pada permukaan kulit baja.
Pada proses perlakuan panas, termasuk karburising selalu mengacu pada
diagram fase yang berdasarkan pada karbon dari baja. Baja pada dasarnya adalah
paduan besi dan karbon (Fe-C), besi dan karbon selain dapat membentuk larutan padat
juga dapat membentuk senyawa karbid besi (sementit, Fe3C). kita ketahui bahwa
carbon memiliki sifat keras tapi getas, sedangkan besi mempunyai sifat ulet.
G. Penguletan (Tempering)
Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja dari
kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering didefinisikan sebagai
proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur tempering (di bawah
suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan
bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan
dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan.
Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan ketangguhan
baja akan meningkat. Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses
ini berbeda dengan proses anil (annealing) karena di sini sifat-sifat fisis dapat
dikendalikan dengan cermat. Pada suhu 200°C sampai 300°C laju difusi lambat hanya
sebagian kecil. karbon dibebaskan, hasilnya sebagian struktur tetap keras tetapi mulai
kehilangan kerapuhannya. Di antara suhu 500°C dan 600°C difusi berlangsung lebih
cepat, dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk sementit.
Menurut tujuannya proses tempering dibedakan sebagai berikut :
1. Tempering pada suhu rendah ( 150° – 300°C )
Tempering ini hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan
kerapuhan dari baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor dan
sebagainya.
2. Tempering pada suhu menengah ( 300° - 550°C )
Tempering pada suhu sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan
kekerasannya sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja
yang mengalami beban berat, misalnya palu, pahat, pegas. Suhu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 500C pada proses tempering.
3. Tempering pada suhu tinggi ( 550° - 650°C )
Tempering suhu tinggi bertujuan memberikan daya keuletan yang besar
dan sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi,
poros batang pengggerak dan sebagainya.

H. Penghitaman (Blackening)
Merupakan sebuah proses "Penghitaman" atau pemberian warna hitam pada
sebagian permukaan besi (metal), stainless steel dsb dengan tujuan untuk
meningkatkan ketahanan terhadap korosi ringan, untuk mencapai ketahanan
maksimal, produk yang telah di Blackening dapat diberikan (dioles) dengan Rust
Preventive Oil.
Hasil dari proses Blackening yang baik, tidak mempengaruhi dimensi dari
material dan mewarnai secara seragam untuk tiap sudut, termasuk bagian dalam
lobang- lobang yang tak terlihat.
2.2. Laporan Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan uji kekerasan bahan sebelum dan setelah dikeraskan
kelompok keluarga koin 20 dan 22 didapatkan data pengukuran sebagai berikut :
A. Pengukuran Brinell Hardness (HB) = sebelum benda dikeraskan
Bahan : Special K ( K 100) / SPK
Diameter bola (D) : 5 mm
Tekanan (P) : 250 kg/ms2

Pengukuran Diameter bayangan


HB
ke- (d = mm)
1 d1 = 1.1 259.8
2 d2 = 1.15 237.4
3 d3 = 1.2 217.8
4 d4 = 1.1 259.8
5 d5 = 1.2 217.8
Rata-rata 238.52

Grafik Pengukuran HB
270

260

250

240

230
HB
220

210

200

190
Pengukuran ke-1 Pengukuran ke-2 Pengukuran ke-3 Pengukuran ke-4 Pengukuran ke-5
B. Pengukuran setelah Proses Hardening
Bahan : - Special K (K 100) / SPK
- Amutit (K 460) / AMT
- EMS (K 945) / EMS 45

Pengukuran
HRC SPK HRC AMT HRC EMS 45
ke-
1 42 57 61.1
2 42 56 61.1
3 42.3 55.95 61.8
4 40.2 56 62
5 43.1 57 62
Rata-rata 41.92 56.39 61.6

Grafik Pengukuran HRC


70

60

50
SPK
40
AMT
30 EMS 45

20

10

0
Pengukuran ke-1Pengukuran ke-2Pengukuran ke-3Pengukuran ke-4Pengukuran ke-5
C. Pengukuran setelah proses Tempering
Bahan : Sama dengan proses Hardening

Pengukuran
HRC SPK HRC AMT HRC EMS 45
ke-
1 41.2 51.6 55.2
2 40.5 55.2 55.4
3 37.2 54.6 56.1
4 41.3 55.8 55.6
5 40.1 54 55.1
Rata-rata 40.12 54.24 55.48

Grafik Pengukuran HRC


60

50

40 SPK
AMT
30
EMS 45

20

10

0
Pengukuran ke-1 Pengukuran ke-2 Pengukuran ke-3 Pengukuran ke-4 Pengukuran ke-5

2.3. Analisis Permasalahan dan Solusi


A. Masalah yang dihadapi
- Sulit menyesuaikan warna suhu dengan yang ada di tabel
- Kekerasan benda tidak sesuai dengan tabel
- Benda hasil hardening retak
- Hasil tempering tidak merata
B. Solusi
- Fokus dan teliti ketika benda sudah mencapai suhu yang diinginkan
- Suhu saat proses hardening harus pas, tidak boleh lebih atau kurang
- Cek benda sebelum hardening apakah retak atau tidak
- Usahakan saat pengenaan benda pada api biru konstan
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Program Heat Treatment sangat penting untuk dipahami karena merupakan
bagian yang penting dalam dunia manufaktur. Berbagai manfaat Heat Treatment
seperti meningkatkan kekerasan dan atau keuletan benda dapat berguna bagi
kehidupan sehari-hari. Maka daripada itu kita perlu fokus dan teliti ketika belajar pada
program ini seperti penentuan warna suhu pada tabel yang akan sangat berpengaruh
pada optimalisasi hasil proses Heat Treatment.
3.2. Saran
Tetap taat pada prosedur yang berlaku, ikuti intruksi dan arahan dari instruktur
dengan baik, serta jangan kesampingakan teori dan pengetahuan yang ada. Agar kita
tidak melakukan praktik yang berdasarkan kebiasaan, sehingga kita mampu mendapat
hasil yang optimal.
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1 Gambar proses hardening

2 Gambar Proses quencing


dengan media Air Blust
3 Gambar proses quenching
dengan media oli

4 Gambar proses quenching


dengan media air

5 Gambar benda kerja hasil


anneling
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Dasar Teori

1. Internet
- http://sefnath.blogspot.com/2013/09/perlakuan-panas-heat-treatment.html
- https://blog.ub.ac.id/salsabilavelina/2012/03/17/heat-treatment-perlakuan-panas/
- https://blog.ub.ac.id/adithyarahman/2012/03/19/perlakuan-panas-heat-treatment/
- https://www.academia.edu/22544379/PERLAKUAN_PANAS_HEAT_TREATMENT
_Pengertian_Heat_Treatment
- https://andarkusuma.wordpress.com/2013/01/13/heat-treatment-pada-logam/
- http://teknik-mesin1.blogspot.com/2011/05/karburising.html

2. Buku
- Vlack, Lawrence H. Van.1986. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Percetakan
SAPDODADI.

Anda mungkin juga menyukai