Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR WILMS

1. DEFINISI

Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang
berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau
orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada
anak-anak dan tumbuh dengan cepat (progesif).

Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun
(Kamus Kedokteran Dorland)

Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada
anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai
massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang
tua memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan
fisik terhadap anak yang tampak sehat. (Basuki,2011)

2. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :

a. WAGR syndrome :

 Genitourinary malformation

 Retardasi mental

 Aniridia – bayi lahir tanpa iris

b. Deny-Drash Syndrome

Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan sangat
langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan sindrom ini berada
dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain, selain Tumor Wilms.
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah yang
besar, pembesaran organ – organ. Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema
metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema
renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu.
Beberapa kasus disebabkan karena defek genetik yang diwariskan dari orang tua. Ada dua
gen yang ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2, dan
juga ditemukan kelainan mutasi di kromosom lain

Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga
menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang
berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan
secara autosomal dominan.

3. KLASIFIKASI

a. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :

T : Tumor primer

 T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm

 T2 : Unilateral permukaan > 80 cm

 T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan

 T4 : Bilateral

N : Metastasis limfa

 No : Tidak ditemukan metastasis

 N1 : Ada metastasis limfa

M : Metastasis jauh

 Mo : Tidak ditemukan

 M+ : Ada metastasis jauh


b. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor Wilms,
yaitu :

 Stadium I : tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.


Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.

 Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal
dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar
limfe para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi dengan lengkap.

 Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya


ke hepar, peritoneum, dll.

 Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,


otak, tulang.

4. PATOFISIOLOGI

Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman
yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.

Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di


invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor
tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu
massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.

Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi


pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen
suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua
adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.

Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel
blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua
ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1 meningkat pada
saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1 merupakan onkogen
yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2 alel telah
dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap terisolasi
tidak terganggu.

Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema
dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik
tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu tumor risiko rendah
(favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable)

Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan


tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain

5. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri
perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus
sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat
protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :

a. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-


pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan
yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan renin

b. Anemia

c. Penurunan berat badan

d. Infeksi saluran kencing

e. Malaise

f. Anoreksia

g. Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya, seperti
aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.
6. PEMERIKSAN PENUNJANG

Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di
abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi
kesan tumor ginjal.

a. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan


bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk
mengetahui fungsi ginjal.

b. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya


metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral

c. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat


membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran,
lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan
area yang echotekstur heterogenus.

d. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor wilms.


Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang
lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan
massa di abdomen.

 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis hepar


multiple.

 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis hepar
multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.

e. Magnetic resonance imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi


penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk
perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan
hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high density intensity)

f. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang


untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan
Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi,
terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di
hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

7. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan


komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat
diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam
stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.

Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing


jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan
memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka
pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi
selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih
akurat dan aman.

a. Penatalaksanaan Medis :

1) Farmakologi yaitu dengan kemoterapi

Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat


kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat
sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan
mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.

Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan


penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika
diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi adalah
untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor
sehingga lebih midah direseksi total.

Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam


pengobatan tumor Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin,
Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah
menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat
tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan
sel-sel kanker tidak terjadi.

a) Aktinomisin D

Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan


lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena.
Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan
vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.

b) Vinkristin

Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan


dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih
dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis,
bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu
pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain
karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila
digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.

c) Adriamisin

Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,


diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m 2/hari selama tiga hari
berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m 2. obat ini tidak dapat melewati
sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi
dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.

d) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.

e) Siklofosfamid

Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m 2/hari
secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300
mg/m2/hari.

2) Non Farmakologi

a) Pembedahan

Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat


kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi
dan di izinkan untuk menjalani operasi. Mereka perlu menjalani
pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi
jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan
pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan
sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh abdomen dan dada
di bersihkan.

Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang


sesuai dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator
penting untuk prognosis, karena gambaran tersebut menentukan derajat
anaplasia. Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki prognosis
baik. Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii
prognosis buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing
anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang
lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.

Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah


dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah
hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.

b) Radioterapi

Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi


dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung,
hati dan paru. Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita
dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk atau
stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase ke paru,
otak, hepar serta tulang.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dan keluarga

2) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan.

3) Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien

4) Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien

5) Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu dengan adanya


tumor diperut

6) Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan pasien

8. PENCEGAHAN

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ini merupakan upaya untuk mempertahankn orang yang


sehat agar tetap sehat atau mencegah agar tidak sakit. Pencegahan primer bertujuan
untuk menghilangkan faktor resiko terhadap kejadian tumor wilms. Upaya yang
dilakukan adalah:

1) Rutin melakukan imunisasi seperti : BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan),
campak satu kali (usia 9-11 bulan), DPT (Dhipteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak
3 kali (Usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan). Imunisasi
merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu

2) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara pemberian ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada anak.

3) Hindari dari paparan merokok. Selalu coba untuk tidak merokok di rumah atau
di sekitar bayi, terutama jika bayi memiliki kelainan saluran napas atau jantung,
sistem kekebalan yang rendah, atau lahir prematur.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah


pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita
penyakit (tertentu melalui diagnosis dini (patogenesis awal). Upaya pencegahan
yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum timbul
tanda/gejala sakit

Tujuan Pencegahan sekunder: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan


mencegah komplikasi. Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan
(yang tepat). Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit.
Pemberian obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms,
yaitu Aktinomisin D, vinkristin, adriamisin, cisplatin dan siklofosfamid.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk menguragi resiko keparahan kecacatan dan


rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah:

1) Pengobatan secara intensif sampai tuntas

2) Mematuhi setiap advis dari dokter

3) Rutin melakukan medical chek-up.


9. WOC

Kelainan genetik

Poliferasi patologi blastoma

Invasi tumor mengenai ginjal

Massa tumor membesar reaksi anafilaksis tubuh invasi menembus


terhadap protein tumor sis.palveokalisies
menginvasi ke volume abdomen
organ lain bertambah peningkatan suhu tubuh perdarahan
(abdomen)
mendesak gaster MK : Hipertermi hematuria
mendesak diafragma
volume gaster menurun anemia
ekspansi paru menurun
nafsu makan menurun O² ke jaringan
kompensasi (mual, muntah) menurun
RR meningkat
MK : Gangguan
MK : Ketidakseimbangan nutrisi perfusi jaringan
MK : kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
metabolisme anaerob
pola nafas
gangguan tumbuh kembang
kerusakan pada glomerollus asam laktat meningkat
mendesak organ lain dan tubullus ginjal kelelahan
dan syaraf
MK : Intoleransi aktivitas
iskemia
MK : Nyeri
penurunan fungsi ginjal pembentukan hb terhambat

proteinuria angiotensin dalam fungsi sekresi produksi eritopuitin


tubuh dilepaskan menurun menurun
hipoalbumin uremia, amoniak tinggi
angiotensin I (hati) oliguri, anuri
tekanan onkotik ACE inhibitor gelisah dan mual, muntah
menurun angiotensin II (ginjal) penurunan kesadaran

MK : Kekurangan
retensi cairan sekresi aldosterone MK : Resti volume cairan
cidera

oedem retensi cairan dan garam

MK : Kerusakan volume air meningkat,


integritas kulit
MK : Intoleransi CO meningkat
aktivitas
Hipertensi
MK : Kelebihan
volume cairan
Metastase

Hematogen

paru hepar tulang otak

hepatomegali penurunan fungsi MK : Nyeri PTIK

obstruksi duktus koleducus pembentukan trombin metabolisme protein


protombin menurun MK : Resti
ikterus koagulasi lambat hipoalbumin cidera

MK : Kerusakan tekanan koloid menurun


integritas kulit
oedem
massa di paru
MK : Kerusakan integritas kulit
MK : Intoleransi aktivitas
ekspansi paru menurun

RR meningkat

MK : Ketidakefektifan pola nafas


Penatalaksanaan

radioterapi kemoterapi pembedahan

hiperpigmentasi ESO post operasi pre operasi

MK : Kerusakan insisi jaringan kurang informasi


integritas kulit
kulit rambut terputusnya kontinuitas
jaringan
MK : Ansietas

MK : Nyeri

masuknya kuman

MK : Resti infeksi

pertumbuhan rambut terhambat

mukosa rontok

viseral mulut usus alopesia MK : HDR


mual muntah kering, stomatitis
diare
nafsu makan menurun

depresi sumsum tulang belakang leukopeni

anemia trombositopenia imunosufisiensi

Hb O² menurun perdarahan
MK : Resti infeksi

MK : Gangguan
perfusi jaringan
Hospitalisasi

Orang tua anak

lingkungan baru,
kurang informasi tentang penyakit, prognosis menunggu di RS orang asing ,
tindakan invasive
MK : Ansietas MK : Resiko tinggi
perubahan peran fungsi MK : Cemas
dalam keluarga/masyarakat
KONSEP ANAK

1. DEFINISI ANAK
Anak adalah buah hati hasil dari dua insan yang di satukan oleh cinta dan kasih
sayang, Sudah semestinya para orang tua menngetahui pengertian anak yang mungkin
belum banyak di mengerti dan dipahami oleh sebagian orang tua (WHO)
Anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah (Undang-
Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak). Anak merupakan sebuah
rahmat serta anugerah yang diberikan Allah sebagai penguji keimanan, sebuah media
beramal yang menjadi bekal di akhirat, tempat bergantung ketika usia senja, dan
makhluk yang wajib dididik (Suryana)

2. EPIDEMIOLOGI
Insidensi Wilms Tumor adalah 0,8 kasus per 100.000 orang. Terdapat 500 kasus baru
tiap tahun di Amerika Serikat dan sebanyak 6% darinya melibatkan kedua ginjal. Resiko
acak untuk terkena Wilms Tumor adalah 1 diantara 10.000 kelahiran. Wilms Tumor
terutama terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Insidensi tertinggi terjadi antara usia 1-
3 tahun. Diperkirakan tumor ini terjadi pada 7 diantara sejuta anak di Amerika Serikat
dan lebih banyak mengenai ras Afro-Amerika. Ratio penderita perempuan dan laki – laki
hampir seimbang.
Di Indonesia, di RSUD Dr. Soetomo, jumlah pasien tumor Wilms yang didiagnosis
dari tahun 1989 sampai dengan 2003 sebanyak 70 kasus

3. TAHAP PERTUMBUHAN FISIK ANAK UMUR 1-3 TAHUN ( Todler)


Menurut Nugroho (2009) Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap yang
menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan pertumbuhan pada anak umur 1-
3 tahun adalah sebagai berikut:
a. Tinggi Badan

Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm pertahun. Rata-rata
tinggi anak usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun adalah
setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
b. Berat Badan

Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg pertahun. Rata-rata
berat badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5 tahun berat badan batita
mencapai 4 kali berat badan lahir.

c. Lingkar Kepala

Pada usia 1-2 tahun ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total laju
peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5 cm kemudian berkurang
menjadi 1,25 cm pertahun sampai umur 5 tahun.

4. TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (Todler)


Tahap perkembangan anak menurut Indiarti (2009) adalah sebagai berikut:
a. Umur 13-14 bulan
Pemahaman akan kata-kata umumnya dimulai saat bayi berusia delapan bulan. Bayi
menghasilkan kata-kata pertamanya pada umur 10-20 bulan. Namun, bayi hanya akan
berbicara pada konteks tertentu yang mudah dipahami, mudah diucapkannya dan
sudah diketahui oleh bayi. Kata-kata yang diucapkan merujuk pada kejadian secara
keseluruhan, misalnya mengucapkan “bapak” saat ia melihat bapaknya. Secara aktif,
bayi sudah memperluas arti sebuah kata untuk menerima perhatian ibunya dan bayi
merasa yakin bahwa ibunya paham apa yang dimaksudkan.
b. Umur 15-17 bulan.
Dalam usia ini bayi akan senang melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Menyimak adegan di TV.
2) Melaksanakan instruksi sederhana, seperti segera memberikan mainan yang
dipegang jika ibu memintanya.
3) Mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata misalnya “dah bis”
(sudah habis).
4) Menyebutkan tiga anggota tubuhnya seperti mata, rambut, dan telinga.
c. Umur 18-20 Bulan
Perkembangan aktivitas dan motorik anak 18-20 bulan antara lain yaitu :
1) Berjalan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah tanpa bantuan.
2) Menyusun 2-3 kotak.
3) Mampu mengatakan 5-10 kata.
4) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa saing.
d. Umur 20-24 Bulan

Sementara pada umur 20-24 bulan perkembangan aktivitas dan motorik yang terjadi
pada anak adalah sebagai berikut:

1) Mampu menyusun dua kata.

2) Menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang dewasa.

3) Naik dan turun tangga.

4) Menunjuk mata dan hidungnya.

5) Belajar makan sendiri.

6) Menggaris di kertas atau pasir.

7) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.

e. Umur 24 -36 bulan

Saat memasuki umur tiga tahun anak terus mengalami perkembangan aktivitas dan
motorik antara lain sebagai berikut:

1) Belajar meloncat, memanjat, serta melompat dengan satu kaki.

2) Mempergunakan kata-kata “saya”, “bertanya” serta mengerti kata-kata yang


ditujukan kepadanya.

3) Mampu menggambar lingkaran.

4) Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar
keluarganya.

5) Mampu membuat jembatan dengan tiga kotak.

6) Mampu menyusun kalimat.


f. Yang Perlu Diperhatikan

Perkembangan setiap anak memang berbeda-beda, namun bisa dikonsultasikan ke


dokter apabila si kecil:

1) Belum bisa berjalan

2) Tidak mengerti kegunaan dari barang-barang yang sering dia lihat

3) Tidak mengucapkan setidaknya 6 kata

4) Tidak mengikuti ucapan dan aksi orang sekitarnya

5) Tidak mengikuti instruksi yang mudah

6) Melupakan kemampuan yang baru dia pelajari dengan mudah

5. REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK

a. Pengertian

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alas an yang berencana
atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah.Perasaan yang sering muncul pada anak :
Cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000).

Timbul Karena :
1) Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya.
2) Rasa tidak aman dan nyaman
3) Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan
b. Reaksi Hospitalisasi anak umur 1-3 tahun (todler)
Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunkan bahasa yang
memadai dan pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak dengan ibu sangat
dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang
terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan
perasaan tidak aman dan rasa cemas. Disebutkan bahwa sumber stress utama pada
anak yaitu akibat perpisahan (usia 15-30 bulan). Anxietas perpisahan disebut juga
“Analitic Depression”. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap,
yaitu :
1) Tahap Protes (Protest)
Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan memanggil
ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia tidak
ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang lain.
2) Tahap Putus Asa (Despair)
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang, tidak aktif, kurang minat
untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis.
3) Tahap menolak (Denial/Detachment)
Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan, membina hubungan
dengan orang lain serta kelihatan mulai menyukai lingkungan.
Toddler telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengontrol dirinya
dengan mempertahankan kegiatan rutin seperti makan, tidur, mandi, toileting dan
bermain. Akibat sakit dan dirawat di Rumah Sakit, anak akan kehilangan
kebebasan dan pandangan egosentrisnya dalam mengembangkan otonominya. Hal
ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran
sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan negatifistik dan agresif.
Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit kronik)
maka anak akan berespon dengan menarik diri dari hubungan interpersonal.

6. DAMPAK TUMOR WILMS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN ANAK

Anak dapat mengalami berbagai macam masalah terkait dengan penyakit dan
pengobatan. Terutama degan metode kemoterapi dapat memberikan efek pada fisik,
psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas
hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007)

1) Dampak Fisik

Pada umumnya efek samping agen kemoterapi antara lain infeksi, perdarahan,
anemia, mual dan muntah, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa serta alopesia. Efek
samping lain misalnya diare, konstipasi, nyeri, kerusakan integritas kulit,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, toksik ginjal, neurotoksik, kelemahan
kardiotoksik dan ototoksik terutama pada karboplastin dan cisplatin (Muscari, 2005).

Efek samping dari Cisplatin terdiri atas mual dan muntah, penurunan nafsu
makan dan kebotakan. Selain itu cisplatin juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit pada anak yang terdiri atas hipomagnesemia, hipokalemi
dan hiperkalsemi. Efek samping serius dari cisplatin adalah nefrotoksik,
neuropati perifer, penekanan sumsum tulang dan ototoksik (Cameron & Allen, 2009).

Kemoterapi yang signifikan dapat diprediksi menyebabkan terjadinya


toksisitas, dimana hal ini menjadi lebih serius apabila gejala toksisitas berkembang
pada waktu pasien berada dirumah diantara siklus pengobatan. Kemoterapi dapat
menyebabkan terjadinya sepsis neutropeni yang berakibat fatal apabila pengobatannya
terlambat dan tidak tepat (Lennan, et al. 2010).

2) Dampak Psikologis

Anak dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat
penyakit yang diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian
anak membutuhkan intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms
(Shell & Kirsch dalam Otto, 2001). Kecemasan dan depresi merupakan respon yang
paling umum terjadi pada anak dengan tumor wilms dan menjalani pengobatan.

Secara normal, kecemasan dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit dan
pengobatan pada penderita kanker. Kecemasan dapat reaktif dan situasional
berhubungan dengan ketakutan setelah terdiagnosa penyakit dan selama menjalani
pengobatan. Tanda-tanda kecemasan seperti menangis , stress, gangguan perasaan
dan gangguan tidur. Nyeri, perasaan mual dan muntah yang tidak terkendali, hipoksia,
dan menolak pengobatan juga merupakan tanda-tanda kecemasan (Shell & Kirsch
dalam Otto, 2001).

Kecemasan kronik yang timbul sebelum diagnosis dapat berkembang menjadi


gangguan kecemasan, fobia dan gangguan panik. Peranan perawat yang terpenting
terhadap anak adalah berespon terhadap gejala psikologis pada anak dengan rasa
empati, peduli dan tidak menyalahkan serta mendukung kekuatan keluarga dalam
menghadapi krisis (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).

Depresi (depression) merupakan respon psikologis pada anak. Walaupun perasaan


kesedihan dan perasaan yang hampa merupakan reaksi yang normal pada anak,
namun hal ini dapat berkembang menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi pada anak
selama proses penyakit dan pengobatan. Penyebab timbulnya depresi sulit untuk
ditentukan. Umumnya depresi terjadi karena stres terhadap penyakit, perubahan
biologis, dan karena pengobatan. Kejadian depresi meningkat pada anak yang
mendapatkan pengobatan dan yang mengalami efek samping dari pengobatan (Shell
& Kirsch dalam Otto, 2001).

Kegagalan anak dalam beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat
mempengaruhi fungsi psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar
dan Von Essen (2008) menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang
menjalani kemoterapi menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi
kepuasan anak dalam berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.

Selain masalah psikososial, anak yang lebih besar akan memperlihatkan gejala
depresi dan berbagai perubahan perilaku akibat dari penyakit dan regimen terapi.
Fatique, mual dan muntah serta gangguan tidur yang apabila terjadi bersama-sama
berupa suatu kumpulan gejala yang dapat menimbulkan gejala depresi dan perubahan
perilaku pada remaja, namun pada anak gejala fatigue saja dapat mengakibatkan
timbulnya gejala depresi dan perubahan perilaku. Kluster gejala ini secara signifikan
mempengaruhi kualitas hidup anak (Hockenbery et al.2010).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut.
Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari pertama
sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-
gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara head to toe
yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran tekanan
darah pada klien. Tumor dapat memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi
vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1) Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,muntah,dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2) Pola Eliminasi.
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolisme
tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguri, anuria,
proteinuria, dan hematuria.
3) Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu. Adanya edema paru
maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot bantu napas, teraba
massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan pasien terlihat lemah
( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan pembesaran jantung ), anemia,
dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme pembuluh darah.
4) Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremi,
keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan tonus.
5) Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-gatal karena
adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.
6) Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine yang
berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-
paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms
bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
2) Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan
tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak
sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu
pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan
tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
3) CT-Scan
4) Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi
konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan
neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk
keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan
memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT
scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel
dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
5) Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk tumor Wilms
adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid
(VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria,
LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan
perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum.
6) Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Pre Operasi
Data subjektif : Tumor wilms Nyeri

 Anak mengatakan Tumor belum
nyeri di daerah menembus kapsul
perutnya ginjal
Data objektif : ↓
Berdiferensiasi
 Anak tampak ↓
memegangdaerah Tumor menembus
perutnya Nyeri kapsul ginjal (perineal,
akut hilus, vena renal
 Tekanan darah ↓
Nyeri
140/110mmHg
 Takikardi dan
takipnea
Data subjektif : Tumor wilms
↓ Perubahan nutrisi:
 Anak mengatakan Tumor belum
kurang dari kebutuhan
tidak mau makan menembus kapsul
tubuh.
Data objektif : ginjal
 Terjadi penurunan ↓
Berdiferensiasi
berat bada ↓
 Makanan tidak di Tumor menembus
habiskan kapsul ginjal (perineal,
hilus, vena renal

Disfungsi ginjal

Gangguan
keseimbangan asam
dan basa

Asidosis metabolic

Mual dan muntah

Nafsu makan
berkurang
Data Subjektif: Tumor wilms Kecemasan

 Keluarga klien Pre operasi
selalu bertanya ↓
Kurang pengetahuan
tentang kesehatan
Keluarga dan anak
anaknya ↓
Data Objektif: Kecemasan
 Orang tua terlihat
cemas dan gelisah
dengan keadaan
anaknya
 TTV meningkat
Data subjektif : Tumor wilms Intoleransi aktivitas

 Anak mengatakan Tumor belum
lemas dan lelah menembus kapsul
Data objektif : ginjal
 Terbaring lemas di ↓
Berdiferensiasi
tempat tidur ↓
 Anak kurang Tumor menembus
bersemangatdalam kapsul ginjal (perineal,
beraktivitas hilus, vena renal
 Malaise
Post Operasi
Data subjektif: Tumor wilms Nyeri
 Klien mengeluh ↓
Sayatan operasi
nyeri ↓
Data Objektif Terputusnya
 Wajah tampah kontinuitas jaringan

meringis Merangsang
 Skala nyeri 0-10
 TTV meningkat pengeluaran zat
 Gangguan Tidur proteolitik (bradikinin,
histamine, serotin)

Nyeri
Data Objektif: Tumor wilms Resiko Tinggi Infeksi
 Adanya tanda ↓
Sayatan operasi
infeksi (bengkak, ↓
kemerahan, nyeri, Adanya luka operasi

demam) Luka terbuka
 Peningkatan suhu ↓
tubuh Resiko tinggi infeksi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2) Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake
3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit dan prosedur pembedahan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh
b. Pasca operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Pre Operasi
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
Nyeri Setelah diberikan askep Kaji tingkat nyeri Menentukan
berhubungan selama ….x 24 jam tindakan
dengan efek diharapkan pasien tidak 2. Lakukan teknik selanjutnya
fisiologis dari mengalami nyeri atau Sebagai
pengurangan nyeri
neoplasia nyeri menurun sampai analgesik
nonfarmakologis
3. Berikanan analgesik tambahan
tingkat yang dapat
3. Mengurangi rasa
sesuai ketentuan
diterima anak dengan
Berikan obat dengan sakit
kriteria hasil : Untuk mencegah
1. Nyeri hilang jadwal preventif
2. Tekanan darah dalam kambuhnya
5. Hindari aspirin atau
batas normal nyeri
3. Tidak Takikardi dan senyawanya 5. Karena aspirin

takipnea meningkatkan
kecenderungan
pendarahan
Perubahan Setelah diberikan askep Catat intake dan output Monitoring
Nutrisi selama …x24 jam, makanan secara asupan nutrisi
:Kurang dari diharapkan, kebutuhan akurat bagi tubuh
Kebutuhan nutrisi tubuh dapat Kaji adanya tanda- Gangguan nutrisi

berhubungan terpenuhi dengan kriteria tanda perubahan dapat terjadi

dengan hasil : nutrisi : Anoreksi, secara berlahan


1. Anak mau makan Letargi,
peningkatan
2. Tidak Terjadi
kebutuhan hipoproteinemia.
penurunan berat badan Beri diet yang bergizi
metabolime, 3. Porsi makan habis Diare sebagai
kehilangan reaksi oedema
protein dan intestine dapat
penurunan memperburuk
intake Beri makanan dalam status nutrisi
Mencegah status
porsi keciltapi sering
nutrisi menjadi
Beri suplemen vitamin
lebih buruk
dan besi sesuai Membantu dalam
instruksi proses
metabolisme
Kecemasan Setelah diberikan askep Kaji tingkat Untuk
berhubungan selama …x24 jam, kecemasan klien mengetahui
dengan diharapkan cemas seberapa besar
kurangnya berkurang sampai dengan kecemasan yang
pengetahuan hilang, dengan kriteria dirasakan klien
orang tua hasil : Untuk
Gunakan media untuk
1. Keluarga klien tidak mempermudah
tentang menjelaskan
bertanya tentang pemahaman
penyakit dan mengenai penyakit
kesehatan anaknya orang tua
prosedur
2. Orang tua terlihat 3. Jelaskan tentang Untuk
pembedahan
tenang dengan pengobatan yang mengurangi
keadaan anaknya diberikan dan kecemasan pada
3. TTV dalam batas
prosedur tindakan orang tua
normal Dorong orang tua 4. Untuk mengetahui
untuk tingkat kecemasan
mengungkapkan orang tua dan
perasaan dan memberi solusi
dengarkan dengan sesuai tingkat
penuh perhatian kecemasan orang
tua
Intoleransi Setelah diberikan askep Pertahankan tirah Mengurangi
aktivitas selama …x 24 jam, baring bila terjadi pengeluaran
berhubungan diharapkan pasien dapat edema berat energy
dengan istirahat dengan adekuat Seimbangkan istrahat Mengurangi
kurangnya dengan kriteria: dan aktivitas bila kelelahan pada
1. Anak tampak segar
nutrisi tubuh ambulasi pasien
bersemangat dalam Intrusikan pada anak Untuk
beraktivitas untuk istrahat bila menghemat
anak merasa lelah energy
 Pasca Operasi
Nyeri Setelah diberikan askep Kaji tingkat nyeri Menentukan
berhubungan selama …x24 jam tindakan
dengan diharapkan pasien tidak selanjutnya
inkontinuitas mengalami nyer iatau Sebagai
Lakukan tehnik
jaringan nyeri menurun sampai analgesik
pengurangan nyeri
tingkat yang dapat tambahan
nonfarmakologis
Mengurangi rasa
diterima anak dengan Berikanan algesik
sakit
kriteria hasil : sesuai ketentuan
Untuk mencegah
1. Nyeri hilang Berikan obatdengan
2. Tekanan darah dalam kambuhnya
jadwal preventif
batas normal nyeri
3. Tidak Takikardi dan Hindari aspirin atau Karena aspirin
takipnea senyawanya meningkatkan
kecenderungan
pendarahan
Resiko tinggi Setelah diberikan askep Pantau tanda-tanda Peningkatan suhu
infeksi selama …x24 jam vital dapat
berhubungsn diharapkan pasien tidak mengidentifikasi
dengan adanya mengalami resiko infeksi Kaji tanda-tanda adanya infeksi
insisi dengan kriteria hasil : Mengidentifikasi
infeksi
1. Tidak Adanya tanda tanda infeksi
pembedahan
infeksi (bengkak, lebih dini
kemerahan, nyeri, sehingga bisa
demam) segera diatasi
2. Suhu dalam batas Lakukan perawatan
Perawatan yang
normal luka dengan tekhnik
benar akan
aseptic
mempercepat
proses
penyembuhan
4. Kolaborasi pemberian
yang cepat
antibiotic 4. Mencegah
perkembangan
bakteri

5. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai perencanaan

6. Evaluasi

Evaluasi sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, Behrman, Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak (Textbook of Pediatrics).
Edisi 15. Jakarta : EGC

2. J.Crowin, elizabeth . 2000 . Buku Saku patofisiologi . Jakarta : Penerbit Buku


kedokteran EGC

3. Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja TB.
Wilms’ tumor: An update. Indian Journal of Urology. October 2007.

4. Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. Management of Wilms’


Tumor in Department of Urology Soetomo Hospital : report of 70 cases. Jurnal Ilmu
Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 Januari-Maret 2005.1-5

5. Christian Nordgvist. What is a Wilm’s Tumor. Edisi 2007. Diunduh dari URL
http://www.medicalnewstoday.com/articles/188130.php.

6. Acor.org.Wilm’s Disease. Edisi 2005. Diunduh dari URL http://www.acor.org/ped-


onc/diseases/wilms.html.

7. Bambang Permono, Mia Ratwita. Tumor Wilms. Edisi 2008. Diunduh dari URL
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
ybwd242.htm. Pada tanggal 29 Oktober 2010

8. WDiagnosis. Wilm’s Tumor Treatment. Edisi 2005. Diunduh dari URL


http://www.wrongdiagnosis.com/w/wilms_tumor/treatments.htm.

9. Asuhan Keperawatan. Laporan Pendahuluan Tumor Wilms (Neprhoblastoma). Edisi


2008. Diunduh dari URL http://kornelizsiki.blogspot.com/p/laporan-pendahuluan-
tumor-wilms.html.

10. Zul Aldryansah. Tumor Wilms. Edisi 2009. Diunduh dari URL http://zul-
adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html.

11. Klik Dokter. Neuroblastoma. Edisi 2010. Diunduh dari URL


http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/195/neuroblastoma.

12. Ferguson MO. Pathology: Rhabdomyosarcoma. Diunduh dari URL


http://www.emedicine.com.
13. Dorland, W A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed 29. Jakarta : EGC. 2000

Anda mungkin juga menyukai