Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD)

2019

NAMA : RUSDIANI. B

NIM : 01.2016.022

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot,

nyeri sendi disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia

(Rohim, 2004). Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko

untuk terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan

subtropis pernah mengalami letusan demam berdarah. Kurang dari 500.000

kasus setiap tahun di rawat di RS dan ribuan orang meninggal (Mekadiana,

2007). Pada bulan januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak

1706 orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa

Tengah sampai pertengahan 2009 sebanyak 2767 orang 73 diantaranya

meninggal (Lismiyati, 2009). Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani

dapat mengalami Dengue Syok Sindrom yang dapat menyebabkan

kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami deficit volume cairan

akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah

menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35% paien DHF yang

terlambat ditangani di RS mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.

Saat ini angka kejadian DHF di RS semakin meningkat, tidak hanya pada

kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu diharapkan

perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF. Ketrampilan


yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-

tanda syok dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami Dengue

Syok Sindrom (DSS).

B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep medis DBD?

2. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan DBD?

3. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kasus DBD?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep medis DBD?

2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk asuhan keperawatan teori DBD?

3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kasus DBD?


BAB II

PEMBAHASAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Definisi

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(arthopodborn virus) di ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes

albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).

Deman dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klnis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

disertai lekopenia, ruam, limfa denopati, trombositopenia dan diathesis

hemoragik (Sudoyo, 2010).

B. Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari

kelompok arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang

disebarkan oleh artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah

nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah

pedesaan). (Widoyono, 2008).


C. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan

menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat

pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan

zat bradikinin,serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan

suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh

darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular

ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat

terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari

antibodi melawan virus (Murwani, 2011).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik

kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini

mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan

mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat

menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan

syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto,

2006).

Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui

gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia

yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada
kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran

kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).

Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui

gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF.

Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,

nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam

dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer

getah bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang

mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini

disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of

hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,

sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks

virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).

D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi

perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.

1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan

a. Uji tourniquet positif

b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, melena.


3. Hepatomegali

4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau

nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah (Soegeng, 2006).

Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas

disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri

pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala

tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam

muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling

ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan

gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat

perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014) .

E. Pemeriksaan Penunjang

Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani, 2011):

1. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal:

pria 40-50%; wanita 35-47%

2. Uji torniquet: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara

tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit

untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada

diameter 2,5 inchi.

3. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai

kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien
masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga

diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan

pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman.

4. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau

jaringanjaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk

penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

F. Penatalaksanaan

Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada

penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :

1. Penatalaksanaan Medis

a. DBD tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan

pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian

minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24

jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan

kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal

dengan dosis : anak yang berumur 1 tahun 75mg. atau

antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa

renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat

diberikan minum sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau

hematokrit yang cenderung meningkat.


b. DBD disertai renjatan

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang

infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma. Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien

dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila

renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10

ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan

berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk

mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena

jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Perawatan pasien DBD derajat I

Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza

biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,

tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,

observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit

secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24

jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping

kompres hangat jika pasien demam.

b. Perawatan pasien DBD derajat II

Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang

dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang

setelah dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam


keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera

dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik

dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan

hematokrit dan hemoglobin serta trombosit.

c. Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)

Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga

memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah

kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya

dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat

lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah

jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya

kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam

rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk

meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.

Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan

darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit

tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil

pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.


G. Komplikasi

1. Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD

yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,

hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya

ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka

kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah

otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang

menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar

darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan

dengan kegagalan hati akut. Pada ensefalopati cenderung terjadi udem

otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan

cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera

dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan

NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak

diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat

perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila

terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg

selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah

terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah

cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. 13

Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk


mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa.

Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya

antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam

hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi

yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan

dapat diberikan asam amino rantai pendek.

2. Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai

akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom

uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka

setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting

diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis

merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk

mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg

berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,

sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.

Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis,

ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan

kreatinin. 14
3. Udema paru

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat

pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit

ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan

menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.

Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler,

apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat

penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),

pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak

mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin

beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock

syndrome.

Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Dehidrasi

2. Pendarahan

3. Jumlah platelet yang rendah

4. Hipotensi

5. Bradikardi

6. Kerusakan hati
H. Patoflowdiagram
Virus dengue terdapat pada
nyamuk aedes aegypty

Nyamuk aedes aegypty


menggigit manusia

Masuk ke aliran darah

Viremia

Mekanisme tubuh Komplemen antigen Renjatan (proses


untuk melawan virus dan antibodi imunologi)
meningkat
Peningkatan Pembesaran histamin Ke pembuluh darah
asam lambung dan ke otak melalui
Peningkatan aliran darah

Anoreksia, permebialitas dinding


mual, muntah pembuluh darah Virus berkembang di
dalam darah
Gangguan pemenuhan nutrsi Kebocoran
kurang dari kebeutuhan plasma Hipertermi

Resiko kekurangan
volume cairan

Pendarahan Plasma banyak enguap pada


ekstra seluler jaringan interstisial tubuh

Edema
Hemoglobin turun Syok
Penekanan syaraf
Nutrisi dan oksigen ke
jantung menurun Gangguan rasa
Intoleransi nyaman
lemas
aktifitas
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Rusdiani. B

Semester/Tingkat : VI/III

Tempat Praktik : RSUD Sawerigading

Tanggal Pengkajian : 24 Juni 2019

Data Klien

A. Data Umum

Nama Insial Klien, Umur, Alamat, Agama, Tanggal masuk RS/RB, Nomor

Rekam Medis, Diagnosis Medis, Bangsal

B. Pengkajian 13 Domain Nanda

1. Health Promotion

a. Keadaan umum

b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll)

c. Riwayat pengobatan

d. Kemampuan mengontrol kesehatan

e. Faktor sosial ekonomi

f. Pengobatan sekarang
2. Nutrision

1. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)

2. (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :

3. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit,

mukosa bibir, konjungtiva anemis/tidak :

4. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan

selama di rumah sakit :

5. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selma di

rumah sakit :

6. F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan

menelan, mengunyah, dll) :

7. Penilaian Status Gizi :

8. Pola Asupan Cairan :

9. Cairan masuk :

10. Cairan Keluar :

11. Penilaian Status Cairan (balance cairan) :

12. Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga) :

3. Elimination

a. Sistem Urinary

b. Sistem Gastrointestinal

c. Sistem Integument
4. Activity/rest

a. Istirahat/tidur

b. Aktivitas

c. Cardio respons

d. Pulmonary respon

5. Perception/cognition

a. Orientasi/kognisi

b. Sensasi/persepsi

c. Communication

6. Selfperception

Self-concept/self-estrem

7. Role relationship

Peranan hubungan

8. Sexuality

Identitas seksual

9. Coping/Stress Tolerance

Coping respon

10. Life principles

Nilai kepercayaan

11. Safety/protection
Alergi, Penyakit autoimune, Tanda infeksi, Gangguan thermoregulasi,

Gangguan/resiko.

12. Comfort

a. Kenyamanan/Nyeri

b. Rasa tidak nyaman lainnya

c. Gejala yang menyertai

13. Growth/Development

Pertumbuhan dan perkembangan

C. Pemeriksaan GCS

GCS/AVPU

Ada tiga hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang

menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale); (Heriana, 2014, hal. 63-65) :

a. Respon membuka mata (eyes)

Nilai
Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh
4:

Nilai Dapat membuka mata jika diajak bicara, dipanggil

3: nama atau diperintahkan untuk membuka mata

Nilai
Mata membuka hanya kalau dirangsang kuat/ nyeri
2:

Nilai Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsang


1: nyeri

b. Respon bicara (verbal)

Pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara.

Nilai Orientasi waktu, tempat, orang, siapa dirinya, berada di

5: mana, tanggal dan hari

Nilai
Pasien konfusi atau tidak orientasi penuh
4:

Bisa bicara, kata-kata yang diucapkan jelas dan baik,

Nilai tetapi tidak menyambung dengan apa yang sedang

3: dibicarakan

Mampu bersuara namun tidak dapat ditangkap secara

Nilai jelas apa artinya/ “ngrenyem”, suara tidak mampu

2: dikenali makna katanya

Nilai
Tidak bersuara apapun walau diberi rangsangan nyeri
1:
c. Respon motorik

Dapat menirukan perintah sederhana yang telah

pemeriksa anjurkan seperti: mengangkat tangan, dapat

Nilai menunjuk jumlah jari-jari, serta mampu melepaskan

6: genggaman.

Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang

Nilai diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada

5: muskulus trapizius

Gerakan fleksi menjauhi dari rangsangan nyeri yang

diberikan, tetapi tidak mampu menunjuk dengan tangan

Nilai dimana lokasi atau tempat rangsang nyeri yang

4: diberikan

Bila diberi rangsangan nyeri bahu mengalami fleksi

abnormal, bahu mengalami abduksi, fleksi dan pronasi

Nilai lengan bawah, fleksi pada pergelangan tangan dan

3: mengepal

Bila diberi rangsang nyeri bahu mengalami ekstensi

abnormal. Bahu abduksi dan rotasi interna, ekstensi

Nilai lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju

2: mengepal,
Nilai
Sama sekali tidak ada respons
1:

Skor penilaian GCS :

1) GCS 14-15: Compos Mentis

2) GCS 12-13: Apatis

3) GCS 11-10: Delirium

4) GCS 7-9: Somnolen

5) GCS 8-10: Stupor

6) GCS <5: Koma

Analisa data

No. Data-Data Penyebab Masalah

1. DS : Proses penyakit Hipertermi

- Orang tua pasien mengatakan (viremia)

anaknya demam sejak 5 hari yang

lalu

DO :

- Saat dilakukan pengkajian tanda-

tanda vital. Suhu : 38,7˚C

2. Ds : Agen cidera Nyeri akut

- Klien mengatakan nyeri pada biologis

perut
P : klien mengatakan nyeri perut

saat duduk

Q : klien mengatakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk

R : klien mengatakan nyeri pada

bagian

ulu hati

S : skala nyeri 7

T : Klien mengatakan nyeri terus

menerus

Do :

- Klien tampak meringis kesakitan

saat dipalpasi bagian perut (ulu

hati)

- Tand-tanda vital:

- TD : 100/70 mmHg

- Nadi : 80x/menit

- Suhu tubuh 38,8ºC

- Rr : 22x/menit
3. DS : Respon peningatan Gangguan

Orang tua mengatakan anaknya suhu tubuh, tidak pemenuhan nutrisi :

malas makan, mual dan muntah nafsu makan, intake kurang dai
DO : nutrisi kurang kebutuhan tubuh
- Porsi makan tidak habis

- Klien nampak lemah

Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandi dengan

suhu tubuh meningkat, akral hangat, takikardia dan menggigil

2) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ekspresi

wajah meringis

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual, muntah, dan

nafsu makan yang menurun.

Intervensi

Tujuan dan Kriteria Rasional


Intervensi
No Diagnosa Hasil
(NIC)
(NOC)

1. Hipertermi Pasien terbebas dari 1. Monitor suhu 1. Meyakinkan


berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh setiap 2 jam perbandingan

proses infeksi virus atau hipertermi selama 2. Anjurkan pasien data yang

dengue ditandi dalam perawatan. untuk banyak akurat

dengan suhu tubuh Dalam jangka waktu 2x24 minum 2. Asupan

meningkat, akral jam pasien terbebas dari 3. Ajarkan keluarga carian

hangat, takikardia infeksi virus dengan untuk memberikan berlebihan

dan menggigil kriteria hasil : pasien baju atau dapat

1. Suhu tubuh dalam batas kain yang tipis dan mengakibat

normal (36,5°C-37,5°C) menyerap keringat kan

2. Nadi dan RR dalam 4. Berikan kompres kelebihan

rentang normal (Nadi : 80- hangat pada pasien cairan atu

120x/m, RR : 30-40 x/m) 5. Kolaborasi dekompens

3. Tidak terjadi perubahan pemberian asi jantung

warna kulit antipiretik yang dapat

4. Pasien tidak mengalami memperbur

sakit kepala uk kondisi

5. Tidak ada tanda pasien.

dehidrasi 3. Meningkatk

an

kenyamana

n dan

menurunka

n
temperature

tubuh.

4. Membantu

menurunka

n suhu

tubuh

5. Untuk

menurunka

n demam

membantu

klien/keluar

ga

mengurangi

kecemasan

yang timbul

2. Nyeri akut Pasien terbebas dari nyeri 1. Lakukan 1. Membantu

berhubungan dengan selama dalam perawatan. pengkajian nyeri meyakinkan

proses penyakit Dalam jangka waktu 2x24 secara bahwa

ditandai dengan jam pasien terbebas nyeri komprehensif penanganan

ekspresi wajah dengan kriteria hasil : 2. Kolaborasi dapat

meringis 1. Mengenali kapan nyeri pemberian membantu

terjadi analgetik pasien dalam


2. Mampu mengontrol 3. Berikan istirahat mengurangi

nyeri dan tidur yang nyeri

3. Menggunakan tindakan adekuat untuk 2. Membantu

pengurangan nyeri membantu mengurangi

tanpa analgesic menurunkan nyeri nyeri

4. Menggunakan 4. Berikan waktu 3.Meningkatka

analgesic yang di yang cukup untuk n kesehatan,

rekomendasikan bermain yang kesejahteraan

efektif , dan

5. Lakukan tindakan peningkatan

kenyamanan untuk energy, yang

meningkatkan penting

relaksasi, seperti untuk

pemijatan, dan pengurangan

pengaturan posisi nyeri

4.Mengalihkan

perhatian

pasien dari

nyeri

5. Tindakan

tersebut

mengurangi

ketegangan
atau spasme

otot

3. Gangguan Pasien terbebas dari 1. Jelaskan pentingnya 1. Intake nutrisi

pemenuhan gangguan pemenuhan nutrisi yang adekuat yang adekuat

kebutuhan nutrisi : nutrisi selama dalam dan tipe diet yang memberikan

kurang dari perawatan. dibutuhkan kalori untuk

kebutuhan tubuh Dalam jangka waktu 2x24 tenaga dan

2. Berikan pilihan protein untuk


berhubungan dengan jam pasien terbebas
makanan sambil proses
intake tidak adekuat gangguan pemenuhan
menawarkan penyembuhan
ditandai dengan nutrisi dengan kriteria
bimbingan terhadap 2. Makanan
mual, muntah, dan hasil :
pilihan makanan yang yang menarik
nafsu makan yang 1. BB normal sesuai dengan
lebih sehat, jika dan disukai
menurun. usia (usia 10 bulan BB 9 kg
diperlukan. dapat
dengan rumus (usia(bulan) :
3. Kolaborasi meningkatkan
2 + 4).
pemberian obat selera makan.
2. Nafsu makan baik
antimetik.
3. Tidak mual dan muntah
3. Mengurangi
4. Tidak lemah
4. Berikan pasien gejala

makanan dengan suhu gastrointestinal

yang tepat dan perasaan

5. Timbang berat badan tidak enak pada


pasien perut

4. Untuk

meningkatkan

asimilasi

5. Peningkatan

BB

menandakan

indicator

keberhasilan

tindakan
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

Kasus

Pada tanggal 13 Juni 2019 pukul 16.30 An. H berumur 9 tahun di temani orang

tuanya ke RS dengan keluhan panas tinggi sejak 5 hari sebelum masuk rumah

sakit. Pasien berobat ke RS Mega buana dan mendapat obat Hufagrip dan

Amoxicilin. Obat yang diberikan hanya di minum 2 kali maka pasien di bawa ke

IGD RS Sawerigading pada tanggal 18 Juni 2018, dengan hasil TTV N : 80x/i,

S:38,6˚C, RR : 18x/i, BB : 18 kg. Pasien mendapatkan terapi : infuse D5 ¼ Ns

250 cc/24 jam, Paracetamol suppositoria 125 mg ½ kapsul. Saat masuk UDG

pasien mendapat tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan darah lengkap,

widal dan DDR. Setelah itu baru pasien dipindahan ke ruang perawatan dengan

TTV: N : 72x/i, S : 37,8˚C, RR : 16x/i, keadaan umum lemah. Saat pindah ke

ruang mawar, klien tidak lagi mual dan muntah. Pasien mendapat instruksi dokter

diberikan terapi: infuse D5 1 /4 Ns 750 cc/24 jam, injeksi Ampicilin 4x175 mg

per iv, paracetamol suppositoria 125 mg ¾ kapsul.


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Rusdiani. B

Semester/Tingkat : VI/III

Tempat Praktik : RSUD Sawerigading

Tanggal Pengkajian : 24 Juni 2019

DATA KLIEN

A. Data Umum

1. Nama Insial Klien : An. H

2. Umur : 9 tahun

3. Alamat :-

4. Agama : Islam

5. Tanggal masuk RS/RB : 18 Juni 2019

6. Nomor Rekam Medis : 100943

7. Diagnosis Medis : DBD

8. Bangsal :-

B. Pengkajian 13 Domain Nanda

1. Health Promotion

b. Keadaan umum

1) Alasan masuk Rumah Sakit : Orang tua mengatakan saat ini

anaknya masih panas tinggi dan badan lemah


2) Tekanan darah : mmHg

3) Nadi : 80x/i

4) Suhu : 38,6˚C

5) Respirasi : 18x/i

c. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :

Pasien pernah demam dan di bawa ke rumah sakit.

d. Riwayat pengobatan

No. Nama Obat/jamu Dosis Keterangan

1. Paracetamol 125 mg ½ Obat minum

kapsul (oral)

e. Kemampuan mengontrol kesehatan

1) Yang dilakukan bila sakit : Orang tua memberi obat penurun

panas

2) Pola hidup (konsumsi /alkohol/olahraga/dll) : Pasien tidak

pernah mengkonsumsi alkohol, pasien hanya olahraga di

sekolah.

f. Faktor Sosial Ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) :

Saat ini pasien bergantung pada orang tua, dan penghasilan yang di

dapat berasal dari orang tua pasien.Asuransi kesehatan yang

digunakan berupa BPJS kesehatan.


g. Pengobatan sekarang :

No Nama Obat Dosis Keterangan Manfaat

1. Injeksi Ampicilin 4x175 mg IV Sebagai

antibiotik

2. paracetamol 125 mg ¾ IV Untuk

suppositoria 125 mg kapsul. menurunkan

¾ kapsul. panas

2. Nutrition

a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)

1) BB biasanya : 20 kg dan BB sekarang : 18 kg

2) Tinggi badan : 117 cm

3) Lingkar kepala : 47 cm

4) Lingkar dada : 55 cm

5) Lingkar lengan atas : 16 cm

6) IMT : 13,1

b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20

SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l

SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l


Leokosit 12.61 4.80-10.80

Eritrosit 4.52 4.20- 5.40

Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl

Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl

MCV 77.2 79-99

MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0

Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0

Gol. Darah O -

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa

bibir, konjungtiva anemis/tidak :

1. Kulit :Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek

dan bersih, turgor kulit menurun

2. Kepala :Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir

rapi dan bersih.

3. Mata :Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.

4. Mulut :Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies

(-),Lidah kotor/ putih

d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan

selama di rumah sakit :

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan

klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi
dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji

ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien

mengatakan anaknya muntah.

e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selma di

rumah sakit :

Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat

bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien

hanya tiduran lemas dan rewel, tidak bisa beraktifitas seperti

biasanya,

f. F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan

menelan, mengunyah, dll) :

Ibu klien mengatakan tidak ada masalah nutrisi pada anaknya,

kemampuan mengunyah dan menelan baik.

g. Penilaian Status Gizi :

An. H tampak kurus, BB menurun 2 kg, dari 20 kg menjadi 18 kg.

h. Pola Asupan Cairan :

Sebelum sakit klien minum susu 1-2 gelas perhari, selama sakit

klien minum susu 1 gelas dan kadang minum air putih

i. Cairan masuk :
Pasien mendapatkan terapi cairan IV RL, klien minum susu 1 gelas

dan kadang minum air putih.

j. Cairan Keluar :

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat dan BAK 3-4x/hari

1) Penilaian Status Cairan (balance cairan) : 6-7 cc/kgBB/hari

k. Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga) :

Inspeksi : terlihat membesar

Auskultasi : bunyi bising usus 10x/m

Palpasi : perut kembung, agak keras

Perkusi : bunyi thimpany

3. Elimination

a. Sistem Urinary

1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)

Sebelum sakit klien biasanya BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAK 3-4x/hari

2) Riwayat kelainan kandung kemih

tidak ada kelainan kandung kemih

3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)

pola urine normal

4) Distensi kandung kemih/retensi urine


b. Sistem Gastrointestinal

1) Pola eliminasi

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari

Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik dan muntah

c. Sistem Integument

1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)

Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan

bersih, turgor kulit menurun

4. Activity/rest

a. Istirahat/tidur

1) Jam tidur : Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d

05.00, tidur siang 2x dengankonsistensi 1 jam , pada saat sakit

klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang

sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.

2) Insomnia : Pasien tidak memiliki masalah tidur

3) Pertolongan untuk merangsang tidur : Tidak ada pertolongan

untuk merangsang tidur.

b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Sebelum sakit klien tidak ada keluhan

dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman

sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa

beraktifitas seperti biasanya.

1) Kebiasaan olahraga : Pasien memiliki kebiasaan olahraga di

sekolah.

2) ADL

a. Makan : baik

b. Toileting : baik

c. Kebersihan : baik

d. Berpakaian : baik

3) Bantuan ADL : tidak ada bantuan ADL

4) Kekuatan otot : lemah

5) ROM : normal, dapat melakukan gerakan yang

diperintahkan.

6) Resiko untuk cidera : resiko terjadinya cedera rendah

c. Cardio respons

1) Penyakit jantung : S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-)

2) Edema ekstremitas : tidak ada

3) Tekanan darah dan nadi

a) Berbaring : 100/60

b) Duduk : 100/70
4) Tekanan vena jugularis : normal < 8 cmH2O

5) Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

c. Perkusi : normal

d. Auskultasi : BJ normal

d. Pulmonary respon

1) Penyakit sistem nafas : pasien tidak memiliki penyakit

system pernapasan

2) Penggunaan O2 : tidak ada penggunaan O2

3) Kemampuan bernapas : baik

4) Gangguan pernapasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : tidak

ada gangguan pernapasan

5) Pemeriksaan paru-paru

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

c. Perkusi : sonor

d. Auskultasi : vesikuler

5. Perception/cognition

a. Orientasi/kognisi

1) Tingkat pendidikan : saat ini pasien masih kelas 3 SD


2) Kurang pengetahuan : pasien masih kurang pengetahuan

tentang penyakit yang dialami saat ini

3) Pengetahuan tentang penyakit : pasien dan keluarga tidak

memiliki pengetahuan terkait penyakit.

4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : pasien mampu mengenali

waktu, tempat dan orang disekitarnya.

b. Sensasi/persepsi

1) Riwayat penyakt jantung : tidak ada riwayat penyakit jantung

2) Sakit kepala : tidak ada keluhan sakit kepala

3) Penggunaan alat bantu : tidak ada penggunaan alat bantu

4) Penginderaan : tidak ada

c. Communication

1) Bahasa yang digunakan : bahasa sehari-hari

2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada kesulitan berkomunikasi

6. Selfperception

a. Self-concept/self-estrem

1) Perasaan cemas/takut : orang tua selalu bertanya-

tanya

2) Perasaan putus asa/kehilangan : orang tua merasa kurang

paham apa yang harus dilakukan pada anaknya.

3) Keinginan untuk mencederai : Tidak ada

4) Adanya luka/cacat : Tidak ada luka/cacat


7. Role relationship

a. Peranan hubungan

1) Status hubungan dengan orang tua : baik

2) Orang terdekat : baik

3) Perubahan konflik/peran : baik

4) Perubahan gaya hidup : baik

5) Interaksi dengan orang lain : baik

8. Sexuality

a. Identitas seksual

1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada masalah disfungsi seksual

2) Periode menstruasi : pasien belum menstruasi

3) Metode KB yang digunakan : Masih anak-anak

4) Pemeriksaan SADARI : pasien masih berusia 9 tahun belum

berkeluarga

5) Pemeriksaan papsmear : Belum pernah dilakukan

9. Coping/Stress Tolerance

a. Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas : Orang tua pasien cemas sekali

2) Kemampuan untuk mengatasi : Merespon

3) Perilaku yang menampakkan cemas : Keluarga terlihat panik,

selalu memanggil perawat, jarang tidur.


10. Life principles

a. Nilai kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Rajin berdoa

2) Kemampuan untuk berpartisipasi : Aktif

3) Kegiatan kebudayaan : Aktif

4) Kemampuan memecahkan masalah : Menyampaikan keluhan

ke orang tua

11. Safety/protection

a. Alergi : tdk ad

b. Penyakit autoimune : tidak ada

c. Tanda infeksi : tidak ada

d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada gangguan

e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi

neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan,

hipoglikemia, sindrome disuse, gaya hidup yang tetap) : tdk ada

resiko (komplikasi immobilisasi, dll)

12. Comfort

1. Kenyamanan/Nyeri

a. Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Ibu pasien mengatakan

anak nya nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila

saat beristirahat.
b. Quality (bagaimana kualitasnya) : ibu pasien mengatakan

nyeri anak nya seperti ditusuk-tusuk

c. Regio (dimana letaknya) : ibu Pasien mengatakan nyeri anak

nya pada perut bagian kanan atas.

d. Scala (berapa skalanya) : Skala nyeri 4

e. Time (waktu) : Nyeri timbul hingga 5 menit

2. Rasa tidak nyaman lainnya : Badan terasa panas

3. Gejala yang menyertai : Pasien lemas

13. Growth/Development

Pertumbuhan dan perkembangan :

Selama pasien dirawat di RS, ada perkembangan mengenai status

kesehatan pasien menjadi lebih baik

Catatan Perkembangan

Keadaan umum

JAM 17.00 07.00 14.00 18.00 07.00 14.00 18.00 14.00

TD 100/70 100/60 100/60 100/60 100/60 100/60 100/60 100/60

TTV mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

NADI 80x/i 78x/i 78x/i 80x/i 82x/i 74x/i 74x/i 78x/i

RR 18x/i 18x/i 20x/i 18x/i 22x/i 22x/i 26x/i 26x/i

SUHU 38,6˚C 38˚C 37˚C 38,4˚C 37,6˚C 37,1˚C 37˚C 36,6˚C

GCS EYE 4 4 4 4 4 4 4 4

MOTO 5 5 6 6 6 6 6 6
RIK

VERB 4 5 5 5 5 5 5 5

AL

C. Analisa Data

No. Data-Data Penyebab Masalah

1. DS : Proses penyakit Hipertermi

- Orang tua pasien mengatakan (viremia)

anaknya demam sejak 5 hari yang

lalu

DO :

- Saat dilakukan pengkajian tanda-

tanda vital. Suhu : 38,7˚C

2. Ds : Agen cidera Nyeri akut

- Klien mengatakan nyeri pada biologis

perut

P : klien mengatakan nyeri perut

saat duduk

Q : klien mengatakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk

R : klien mengatakan nyeri pada

bagian
ulu hati

S : skala nyeri 7

T : Klien mengatakan nyeri terus

menerus

Do :

- Klien tampak meringis kesakitan

saat dipalpasi bagian perut (ulu

hati)

- Tand-tanda vital:

- TD : 100/70 mmHg

- Nadi : 80x/menit

- Suhu tubuh 38,8ºC

- Rr : 22x/menit

3. DS : Respon peningatan Gangguan

Orang tua mengatakan anaknya suhu tubuh, tidak pemenuhan nutrisi :

malas makan, mual dan muntah nafsu makan, intake kurang dai
DO : nutrisi kurang kebutuhan tubuh
- Porsi makan tidak habis

- Klien nampak lemah

D. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandi

dengan suhu tubuh meningkat, akral hangat, takikardia dan menggigil


2) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ekspresi

wajah meringis

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual, muntah,

dan nafsu makan yang menurun.

E. Intervensi

Tujuan dan Kriteria Rasional


Intervensi
No Diagnosa Hasil
(NIC)
(NOC)

1. Hipertermi Pasien terbebas dari 1. Monitor suhu setiap 1. Meyakinka

berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh 2 jam n

proses infeksi virus atau hipertermi selama 2. Anjurkan pasien perbanding

dengue ditandi dalam perawatan. untuk banyak an data

dengan suhu tubuh Dalam jangka waktu 2x24 minum yang akurat

meningkat, akral jam pasien terbebas dari 3. Ajarkan keluarga 2. Asupan

hangat, takikardia infeksi virus dengan untuk memberikan carian

dan menggigil kriteria hasil : pasien baju atau berlebihan

1. Suhu tubuh dalam batas kain yang tipis dan dapat

normal (36,5°C-37,5°C) menyerap keringat mengakibat

2. Nadi dan RR dalam 4. Berikan kompres kan

rentang normal (Nadi : 80- hangat pada pasien kelebihan

120x/m, RR : 30-40 x/m) 5. Kolaborasi cairan atu


pemberian dekompens

3. Tidak terjadi perubahan antipiretik asi jantung

warna kulit yang dapat

memperbur

4. Pasien tidak mengalami uk kondisi

sakit kepala pasien.

5. Tidak ada tanda 3. Meningkatk

dehidrasi an

kenyamana

n dan

menurunka

temperature

tubuh.

4. Membantu

menurunka

n suhu

tubuh

5. Untuk

menurunka

n demam

membantu

klien/keluar
ga

mengurangi

kecemasan

yang timbul

2. Nyeri berhubungan Pasien terbebas dari nyeri 1. Lakukan 1. Membantu

dengan proses selama dalam perawatan. pengkajian nyeri meyakinkan

penyakit ditandai Dalam jangka waktu 2x24 secara bahwa

dengan ekspresi jam pasien terbebas nyeri komprehensif penanganan

wajah meringis dengan kriteria hasil : 2. Kolaborasi dapat

1. Mengenali kapan pemberian membantu

nyeri terjadi analgetik pasien dalam

2. Mampu mengontrol 3. Berikan istirahat mengurangi

nyeri dan tidur yang nyeri

3. Menggunakan adekuat untuk 2. Membantu

tindakan membantu mengurangi

pengurangan nyeri menurunkan nyeri nyeri

tanpa analgesic 4. Berikan waktu 3.Meningkatka

4. Menggunakan yang cukup untuk n kesehatan,

analgesic yang di bermain yang kesejahteraan

rekomendasikan efektif , dan

5. Lakukan tindakan peningkatan

kenyamanan untuk energy, yang


meningkatkan penting

relaksasi, seperti untuk

pemijatan, dan pengurangan

pengaturan posisi nyeri

4.Mengalihkan

perhatian

pasien dari

nyeri

5. Tindakan

tersebut

mengurangi

ketegangan

atau spasme

otot

3. Gangguan Pasien terbebas dari 1. Jelaskan pentingnya 1. Intake nutrisi

pemenuhan gangguan pemenuhan nutrisi yang adekuat yang adekuat

kebutuhan nutrisi : nutrisi selama dalam dan tipe diet yang memberikan

kurang dari perawatan. dibutuhkan kalori untuk

kebutuhan tubuh Dalam jangka waktu 2x24 tenaga dan

2. Berikan pilihan protein untuk


berhubungan dengan jam pasien terbebas
makanan sambil proses
intake tidak adekuat gangguan pemenuhan
ditandai dengan nutrisi dengan kriteria menawarkan penyembuhan

mual, muntah, dan hasil : bimbingan terhadap 2. Makanan

nafsu makan yang 1. BB normal sesuai dengan pilihan makanan yang yang menarik

menurun. usia (usia 10 bulan BB 9 kg lebih sehat, jika dan disukai

dengan rumus (usia(bulan) : diperlukan. dapat

2 + 4). 3. Kolaborasi meningkatkan

2. Nafsu makan baik pemberian obat selera makan.

3. Tidak mual dan muntah antimetik.

4. Tidak lemah 3. Mengurangi

4. Berikan pasien gejala

makanan dengan suhu gastrointestinal

yang tepat dan perasaan

5. Timbang berat badan tidak enak pada

pasien perut

4. Untuk

meningkatkan

asimilasi

5. Peningkatan

BB

menandakan

indicator

keberhasilan

tindakan
F. Implementasi dan Evaluasi

No Implementasi Evaluasi

DX

1 1. Monitor suhu setiap 2 jam S : Orang tua mengatakan saat ini

2. Menganjurkan pasien untuk banyak anak masih demam.

minum O : Suhu 38˚C

3. Mengajarkan keluarga untuk A : Masalah belum teratasi

memberikan pasien baju atau kain yang P : Intervensi dilanjutkan

tipis dan menyerap keringat

4. Memberikan kompres hangat pada

pasien

5. Mengkolaborasi pemberian antipiretik

2 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S : Wajah anak masih nampak

komprehensif meringis

2. Mengkolaborasi pemberian O : Skala Nyeri 5

analgetik A : Masalah belum teratasi

3. Memberikan istirahat dan tidur P : Intervensi di lanjutkan

yang adekuat untuk membantu

menurunkan nyeri

4. Memberikan waktu yang cukup

untuk bermain yang efektif


5. Melakukan tindakan kenyamanan

untuk meningkatkan relaksasi,

seperti pemijatan, dan pengaturan

posisi

3 1. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang S : Orang tua mengatakan nafsu

adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan makan anak mulai membaik

2. Memberikan pilihan makanan sambil O : Berat badan anak bertambah

menawarkan bimbingan terhadap A : Masalah teratasi

pilihan makanan yang lebih sehat, jika P : Intervensi dilanjutkan

diperlukan.

3. Mengkolaborasi pemberian obat

antimetik.

4. Memberikan pasien makanan dengan

suhu yang tepat

5. Menimbang berat badan pasien


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan penyakit yang di

sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang berkembang dan hidup di

daerah tropis maupun subtropis. Indonesia merupakan salah satu Negara

dengan rating ( tingkat ) kasus DBD yang cukup tinggi . Demam berdarah

dengue ( DBD ) merupakan salah satu penyakit yang sampai pada saat ini

belum di temukan obat atau vaksinnya,namun dapat di cegah dengan

memperhatikan kebersihan rumah,lingkungan sekitar rumah dan

perbiasakan pola hidup sehat yaitu mencuci tangan sebelum makan,makan

makanan yang sehat dan bergizi,istirahat yang cukup atau lakukan tidakan

promotif dan preventif.

B. Saran

1. Lakukanlah gerakan 3M untuk mengendalikan perkembangbiakan

nyamuk Aedes Aegypti karena tindakan preventif lebih baik dari

tindakan kuratif

2. Segeralah membawa pasien ke rumah sakit atau pusat kesehatan

masyarakat ( PusKesMas) terdekat apabila terdapat tanda – tanda atau

gejala DBD

3. Lakukanlah tindakan promotif kepada masyarakat sedini mungkin agar

masyarakat tahu dan pahami bahaya DBD dan pentingnya penanganan

terhadap kasusu DBD


4. Gunakanlah kelambu anti nyamuk atau lotion anti nyamuk

5. Biasakan pola hidup sehat

6. Kenalilah gejala DBD sedini mungkin agar dapat mengurangi jumlah

penderita DBD
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian


Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr.
R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2.
https://ejournal.unsrat.ac.id (Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017)

Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta:


Salemba Medika.

Annisa, D. R. G., Hapsari, M., & Farhanah, N. 2015. Perbedaan Profil Klinis
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa.
Jurnal Media Medika Muda.
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses Pada tanggal
11 Januari 2017)

Dengue And Severe Dengue. (World Health Organization (WHO), 2016).

Dengue Haemoragic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.


(World Health Organization (WHO), 2017)

Anda mungkin juga menyukai