Anda di halaman 1dari 11

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


KELARUTAN

Tujuan Percobaan : - Memepelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya

Pendahuluan
Kesetimbangan kimia merupakan saat dimana akan tercapai laju reaksi maju dan reaksi
balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk dianggap sudah tidak mengalami
perubahan seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia melibatkan dua atau lebih zat
yang berbeda untuk reaktan dan produknya. Kesetimbangan yang terjadi antara dua fasa dan
zat sama disebut dengan kesetimbangan fisik. Kesetimbangan akan bergeser jika terjadi
perubahan suhu, konsentrasi, volume dan tekanan (Chang, 2005).
Pelarutan merupakan salah satu contoh reaksi kesetimbangan. Jumlah maksimal suatu
senyawa (dapat dinyatakan dalam gram maupun mol) yang dapat larut dalam suatu pelarut
dalam kesetimbangan volume pelarut tertentu disebut dengan kelarutan. Pelarut yang paling
penting, bagus dan sering digunakan disini adalah air. Kesetimbangan kelarutan dapat terjadi
ketika laju zat untuk mengendap sama dengan laju zat untuk melarut dan konsentrasi zat
dalam larutannya akan selalu tetap, inilah dimana larutan disebut larutan tepat jenuh.
Keadaan ini disebut kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak
terlarut. (Oxtoby, 2001).
Proses pelarutan tak hanya bergantung pada kelarutan, tetapi juga tergantung pada jumlah
zat terlarut (solute), dan zat pelarut (solvent). Zat pelarut umumnya merupakan zat yang
jumlahnya berlebih dibandingkan zat terlarut dan biasanya berwujud cairan. Kelarutan
merupakan ukuran banyaknya zat yang dapat larut dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu
dan dinyatakan dalam mol/liter. Pelarut tidak mampu melarutkan zat terlarut apabila zat
pelarut melebihi batas ambang kemampuan untuk melarutkan suatu zat (Sukardjo, 1997).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat diantaranya yaitu jenis zat
pelarut dan zat terlarut yang diukur dari sifat kepolaran, ukuran partikel zat, tekanan, dan
temperatur. Zat nonpolar dalam proses pelarutan harus terjadi suatu percampuran homogen
dimana molekul zat terlarut akan terbagi rata, percampuran homogen antara molekul pelarut
dan zat nonpolar ini menunjukkan bahwa ikatan antara molekul zat terlarut, dan pelarut harus
dicampurkan. Ikatan tersebut apabila tidak sejenis sifat kepolarannya maka dapat
menunjukkan bahwa tingkat homogenitas sulit dicapai karena molekul polar akan cenderung
mengikat polar dan yang nonpolar akan mengikat sesama nonpolar. Senyawa dalam ikatan
tersebut akan terdiri dari kation dan anion, dimana kation bermuatan positif dalam pelarut air
dan anion bersifat negatif (Daintith, 1994).
Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh sifat polaritas pelarutnya. Kelarutan dari
senyawa kovalen dalam air adalah sifat yang dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Senyawa
yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air cenderung lebih mudah larut dalam air.
Senyawa seperti glukosa banyak mengandung gugus OH- dan dapat larut dalam air. Air juga
dapat melarutkan fenol, alkohol, aldehida dan keton, yang mengandung oksigen dan nitrogen
yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air. Sikloheksena tidak dapat membentuk
ikatan hidrogen dan tidak dapat memecah ikatan hidrogen yang terdapat didalam air sehingga
sikloheksena sulit larut dalam air (Fessenden, 1995).
Atom yang memiliki keelektronegatifan yang sama akan membentuk ikatan kovalen.
Ikatan kovalen dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, ikatan kovalen polar dan nonpolar.
Ikatan kovalen polar merupakan ikatan yang memiliki distribusi rapat elektron yang tidak
merata, misalnya senyawa HCl. Ikatan kovalen nonpolar yaitu kedua atom yang berikatan
akan memiliki tarikan yang sama atau hampir sama terhadap elektron ikatan, seperti pada H2,
N2 dan CH4. Kepolaran juga dipengaruhi oleh polarizabilitas. Polarizabilitas adalah
kemampuan awan elektron untuk didistorsi sehingga akan mengimbas kepolarannya
(Fessenden, 1995).
Interaksi diantara kedua zat menunjukkan bahwa dua zat telah bercampur. Interaksi ini
dapat berupa gaya antarmolekul dan intramolekul. Gaya antarmolekul merupakan gaya tarik
yang terjadi antar molekul. Gaya intramolekul merupakan gaya yang terjadi pada atom-atom
dalam molekul. Gaya intramolekul dapat menstabilkan molekul sedangkan gaya antarmolekul
dapat menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap molekul, misalnya seperti titik didih,
titik leleh dan kelarutan. Gaya antarmoleku bersifat sangat lemah dibandingakan dengan gaya
intramolekul sehingga dibutuhkan energi yang lebih kecil untuk menguapkan cairan daripada
untuk memutuskan ikatan dalam molekul (Chang, 2005).
Gaya antarmolekul dapat dibagi menjadi gaya London (Van der Waals), interaksi dipol-
dipol, ikatan hidrogen, dan interaksi ion-ion. Gaya Van Der Walls merupakan interaksi antar
dipol-dipol (molekul polar). Dua atom yang saling mendekat akan timbul tolakan antar kedua
inti dan antara kedua perangkat elektron. Jarak antara kedua molekul menjadi lebih besar
akan menyebabkan gaya tarik antar kedua molekul berkurang. Ikatan hidrogen adalah ikatan
yang mengandung hidrogen yang mengikat oksigen, nitrogen dan fluor. Interaksi ini
merupakan interaksi yang paling kuat. contoh ikatan hidrogen yaitu pada H2O, NH3, dan HF.
Molekul yang memiliki ikatan hidrogen dalam keadaan cair memiliki tarikan yang sangat
kuat. senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen tidak memiliki ikatan hidrogen
(Fessenden, 1995).
Peristiwa bercampurnya dua zat menunjukkan adanya suatu interaksi diantara kedua zat
baik zat pelarut maupun zat terlarut. Interaksi ini dapat berupa gaya antarmolekul dan
intramolekul. Gaya antarmolekul adalah gaya tarik yang terjadi antarmolekul, sedangkan
gaya intramolekul adalah gaya yang terjadi pada atom-atom dalam molekul. Gaya
intramolekul dapat menstabilkan molekul sedangkan gaya antarmolekul dapat menentukan
sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap molekul, misalnya seperti titik didih, titik leleh dan
kelarutan. Gaya antarmolekul bersifat sangat lemah dibandingakan dengan gaya intramolekul
sehingga dibutuhkan energi yang lebih kecil untuk menguapkan cairan daripada untuk
memutuskan ikatan dalam molekul (Chang, 2004).
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik antara ion elektrolit kuat dan lemah
karena memiliki tetapan kelarutan yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam
golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non
elektrolit. Pelarut yang bersifat non polar umumnya digunakan dalam hal melarutkan suatu
zat (Fessenden, 1995).
Pelarut merupakan zat yang dapat melarutkan suatu zat. Pelarut dapat dibagi menjadi 4
jenis pelarut. Pelarut semiprotik mempunyai sifat asam maupun basa seperti halnya air.
Etanol dan metanol memiliki sifat asam-basa yang mirip dengan air. Asam asetat, asam
format, dan asam sulfat disebut pelarut asam dan merupakan asam basa yang jauh lebih
lemah daripada air. Pelarut basa seperti amonia cair dan etil diamina mempunyai keasaman
yang jauh lebih kecil daripada keasaman air (Day dan Underwood, 2002).
Konsep larut atau tidak larut kurang tepat atau jarang digunakan jika zat terlarut berupa
cairan. Hal ini biasanya dinyatakan dalam bercampur (miscible) atau tidak bercampur
(immiscible). Zat cair yang saling tercampur hanya akan terlihat satu lapisan cairan,
sedangkan yang tidak tercampur akan ada dua lapisan terpisah. Istilah larut dan tidak larut
memiliki makna relatif sama dengan peristiwa bercampur dan tidak bercampur. Perbedaan
antara dua istilah ini adalah kelarutan (solubility) memiliki nilai perbedaan derajat kelarutan,
seperti sedikit larut, larut sebagian atau sangat larut, sedangkan dalam kebercampuran
(miscibility) tidak dikenal derajat kebercampuran namun hanya ada bercampur atau tidak
bercampur. Peristiwa bercampur atau larut antara dua zat menunjukkan adanya interaksi
diantara kedua zat tersebut. Interaksi dapat berupa gaya London (Van der Walls), interaksi
dipol-dipol, ikatan hidrogen, dan interaksi ion-ion. Jenis interaksi ini menentukan kepolaran
akan suatu molekul (Tim Penyusun, 2019).

Prinsip Kerja
A. Kelarutan suatu padatan
Bahan yang berfase padat akan larut apabila dalam tabung reaksi sudah habis, maupun
tersisa sedikit dari jumlah padatan yang ditambahkan. Kelarutan dapat terjadi karena sifat
kepolaran suatu zat. Senyawa yang polar akan larut dalam pelarut polar (misalkan pada air)
sedangkan senyawa nonpolar akan larut pada larutan non polar..
B. Kelarutan alkohol
Kelarutanh alkohol merupakan kelarutan suatu senyawa dengan gugus alkohol yang
dilarutkan pada suatu senyawa (pelarut). Alkohol yang memiliki gugus fungsi OH merupakan
senyawa polar yang akan larut pada pelarut polar. Interaksi antar molekul pada alkohol
termasuk kedalam ikatan hidrogen.
C. Kelarutan asam-basa organik
Larutan yang bersifat asam akan larut apabila dilarutkan pada pelarut yang bersifat basa,
begitu juga sebaliknya. Larutan asam yang ddi larutkan pada pelarut bahasa (atau
sebaliknya) akan mengalami reaksi netralisasi dimana akan terurai membentuk ion nya dan
H2O.pelarutan senyawa yang bersifat polar akan larut terhadap pelarut polar dan larutan non
polar akan larut pada pelarut non polar.
D. Bercampur atau tidak bercampur
Pelarutan dua senyawa yang berfase cair disebut bercampur. Pencampuran dua senyawa
berbeda dapat menyebabkan dua senyawa tersebut bercampur atau tidak bercampur.
Pencampuran dikatakan bercampur apabila hanya terlihat satu fase dalam sistem, sedangkan
dikatakan tidak bercampur saat terlihat ada dua fase dalam sistem.

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas arloji, pipet pasteur, tabung reaksi
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benzofenon, air, metanol, etanol, 1-
butanol, asam benzoat, anilin, fenol, NaOH 1,0 M, HCl 1,0 M, dietil eter, aseton, metilen
klorida
Prosedur Kerja
A. Kelarutan suatu Padatan
Dimasukan sekitar 40 mg asam benzoat ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi yang
bersih dan kering. Disediakan empat tabung reaksi dan diberi label, kemudian ditambahkan 1
mL air pada tabung reaksi pertama, 1 mL metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL
heksana pada tabung ketiga. Tabung reaksi keempat digunakan sebagai kontrol. Campuran
diaduk pada tabung reaksi 1-3 dengan pengaduk selama 1 menit, lalu didiamkan selama 30
detik, serta diamati apakah sampelnya larut, tidak larut, atau larut sebagian dengan
membandingkan banyaknya sisa padatan dalam tabung 1-3 terhadap tabung 4. Hasil
pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan. Larutan (bagian cairan) dipipet pada tabung
reaksi 1-3 masing-masing pada 3 tabung reaksi yang lain menggunakan pipet Pasteur. Cairan
yang dipindahkan, diuapkan dari tabung reaksi 1-3 dengan penangas air hingga seluruh
cairan menguap
B. Kelarutan Alkohol
Dimasukkan pelarut (air) ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi sebanyak 1 mL.
Tabung reaksi pertama ditambahkan tetes demi tetes metanol sampai total 10 tetes. Reaksi
diamati kemudian tabung reaksi dikocok setiap penambahan satu tetes metanol. Reaksi
diamati jika terbentuk dua fase atau bola cair mengindikasikan kedua cairan tidak bercampur
atau tidak larut. Percobaan ini diulangi dengan mengganti etanol dengan 1-butanol, dan ter-
butanol serta mengganti pelarut air dengan heksana
C. Kelarutan Asam-Basa Organik
Dimasukkan asam benzoat ke dalam tiga tabung reaksi yang kering masing-masing
sekitar 30 mg. Tabung reaksi pertama ditambahkan 1 mL air, tabung kedua 1 mL NaOH 1,0
M, dan tabung ketiga 1 mL HCl 1,0 M. Tabung reaksi diaduk dengan pengaduk selama 10-20
detik. Perlakuan didiamkan dan diamati serta diulangi percobaan ini dengan mengganti asam
benzoat dengan 1 mL anilin dan 1 mL fenol.
D. Bercampur atau Tidak Bercampur
Ditambahkan masing-masing 1 mL pasangan cairan yang diantaranya air-etanol, air-
sikloheksana, air-aseton, air-etil asetat, dan air-kloroform dalam satu tabung reaksi yang
sama. Gunakan tabung reaksi yang berbeda untuk setiap pasangan. Kocok tabung reaksi 10-
20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur atau tidak bercampur. Catat hasil
pengamatan pada lembar pengamatan.
Waktu yang dibutuhkan
No Kegiatan Waktu
1. Persiapan praktikum 10 menit
2. Praktikum kelarutan suatu padatan 30 menit
3, Praktikum kelarutan alkohol 30 menit
4. Praktikum kelarutan asam-basa organik 30 menit
5 Praktikum bercampur atau tidak bercampur 30 menit
6 Post Test 15 menit
Total Waktu 145 menit
Hasil
1. Kelarutan suatu padatan
Sampel Pelarut Hasil Gambar
Asam Air Larut
benzoat
Metanol Larut

Heksana Tidak larut

Fenol Air Larut

Metanol Larut

Heksana Larut

Kolesterol Air Larut

Metanol Tidak larut

Heksana Tidak larut

2. Kelarutan alkohol
Alkohol Pelarut Hasil Gambar
Etanol Air Larut
Heksana Tidak larut
1-butanol Air Larut Sebagian
Heksana Larut Sebagian
Ter-butanol Air Larut
Heksana Tidak larut
3. Kelarutan asam-basa organik
Sampel Pelarut Hasil Gambar
Asam benzoat Air Larut

NaOH 0,1 M Larut

HCl 0,1 M Tidak larut

Anilin Air Tidak larut

NaOH 0,1 M Tidak larut

HCl 0,1 M Larut sebagian

Fenol Air Tidak larut


NaOH 0,1 M Tidak larut
HCl 0,1 M Tidak larut

4. Bercampur atau tidak bercampur


No. Campuran Hasil Gambar
1. Air + Etanol Bercampur

2. Air + Sikloheksana Tidak Bercampur

3. Air + Aseton Tidak Bercampur

4. Air + Etil asetat Tidak Bercampur

5. Air + Kloroform Tidak Bercampur

Pembahasan
Larutan adalah campuran zat-zat homogen yang memiliki komposisi merata atau serba
sama seluruh bagian volmenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari
satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut
adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Banyaknya zat terlarut yang dapat
menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut
kelarutan. Kelarutan suatu zat bergatung sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur, dan
tekanan (Sukardjo,1997).
Percobaan kali ini membahas tentang kelarutan senyawa organik. Kelarutan merupakan
jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut hingga membentuk larutan jenuh.
Percobaan ini dilakukan untuk dapat mempelajari kelarutan suatu zat dan dapat
memprediksikan kepolarannya. Percobaan ini dilakukan dengan cara mencampurkan sampel
dengan berbagai pelarut dan diamati hasilnya. Hasil yang diamati yaitu ada tidaknya suatu
endapan dalam suatu campuran. Endapan ini dapat menunjukkan bahwa sampel tidak larut
dalam suatu pelarut. Praktikum ini dilakukan dengan empat percobaan yaitu menentukan
kelarutan padatan, kelarutan alkohol, kelarutan asam basa organik dan menentukan
bercampur tidaknya suatu larutan.
Percobaan pertama yaitu menentukan kelarutan suatu padatan. Sampel yang di uji adalah
asam benzoat, fenol, dan Kolesterol. Masing-masing sampel kemudian dilarutkan kedalam
air, metanol dan heksana. Sampel pertama yaitu asam benzoat yang dilarutkan pada air,
metanol dan heksana. Asam benzoat saat dilarutkan pada air akan larut sebagian dan saat
dipanaskan tidak terdapat endapan. Asam benzoat yang dilarutkan dalam metanol akan larut
seluruhnya. Pelarut metanol ini dapat melarutkan endapan kerena metanol merupaka pelarut
yang bersifat polar yang mempunyai gugus OH sehingga lebih mudah beeaksi dengan asam
benzoat yang bersifat polar dan mudah untuk bereaksi. Sedangkan asam benzoat yang
dilarutkan pada heksana tidak larut sebelum pemanasan dan saat pemanasan akan terbentuk
endapan. Hal ini terjasi karena heksana merupkan pelarut non polar sehinngga sulit bereaksi
dengan asam benzoat. Perlakuan selanjutnya yaitu fenol direaksikan dengan pelarut-pelarut
yang telah ditentukan. Fenol yang dilarutkan dengan air, heksana, dan metanol dapat larut
semuanya. Hal ini disebabkan oleh fenol fenol memiliki gugus OH dan itu menyebabkan
fenol larut dalam air dan metanol. Fenol merupakan senyawa non polar dan akan larut
terhadap heksana yang merupakan senyawa non polar. Perlakuan terakhir yaitu menggunakan
sampel kolesterol yang dilarutkan dalam pelarut yang telah disediakan. Kolesterol yang
dilarutkan pada pelarut air akan larut karena memiliki massa jenis yang hampir sama.
Kolesterol saat di larutkan metanol dan heksana semua tidak akan larut karena kolesterol
yang bersifat non polar sehingga sulit untuk bereaksi dengan pelarut non polar.
Percobaan selanjutnya yaitu tentang kelarutan alkohol. Sampel yang digunakan pada
percobaan ini yaitu etanol, 1-butanol dan terbutanol. Sampel yang digunakan memiliki gugus
OH dan memiliki ikatan hidrogen. Sampel yang digunakan dilarutkan dalam pelarut air dan
heksana dimana air bersifat sebagai pelarut polar dan heksana bersifat pelarut non polar.
Perlakuan pertama yaitu masing-masing sampel dicampurkan dengan air. Hasil yang
diperoleh yaitu sampel etanol dan terbutanol dapat larut dalam air karena sampel tersebut
memiliki ikatan yang sama dengan air yaitu ikatan hidrogen dan masing-masing sampel
tersebut juga bersifat polar sehingga dapat dilarukan dalam air yang juga memiliki sifat polar.
Senyawa 1-butanol larut sebagian dalam air karena rantai karbon alkohol yang dimilikinya
dapat menolak kelarutan dalam air, sehingga kelarutannya dalam air lebih sedikit. Perlakuan
selanjutnya yaitu masing-masing sampel dilarutkan dalam pelarut heksana. Hasil yang
diperoleh yaitu semua sampel yang dilarutkan dalam heksana membentuk dua fase dan
terdapat bola cair, hal ini menunjukkan bahwa semua sampel alkohol yang digunakan tidak
dapat larut dalam heksana. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki ikatan hidrogen sedangkan
heksana tidak memililiki ikatan hidrogen. Senyawa alkohol yang digunakan bersifat polar
sedangkan heksana bersifat nonpolar. Ketidaksesuaian ikatan yang dimiliki menyebabkan
sampel sukar larut dalam heksana.
Percobaan ketiga mengenai kelarutan asam-basa organik. Sampel yang digunakan
adalah asam benzoat, anilin dan fenol. Masing-masing sampel dilarutkan dalam air, NaOH
0,1 M, dan HCl 0,1 M. Kelarutan asam basa organik dapat dilihat dari terbentuknya dua fase
yang dihasilkan ketika sampel dilarutkan dalam zat terlarut. Sampel yang bersifat basa akan
dapat larut dalam pelarut yang bersifat asam dan sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena
ketika basa dan asam direaksikan akan terbentuk reaksi netralisasi. Perlakuan pertama yaitu
asam benzoat dilarutkan dalam pelarut air. Hasil yang diperoleh yaitu asam benzoat dapat
larut dalam air. Perlakuan selanjutnya yaitu asam benzoat kemudian dilarutkan dalan NaOH.
Hasil yang diperoleh yaitu asam benzoat dapat larut dalam NaOH. Hal ini dapat terjadi
karena NaOH memilik sifat basa sehingga asam benzoat akan ternetralisasi membentuk ion
dan air. Asam benzoat dilarutkan dalam HCl. Hasil yang diperoleh yaitu asam benzoat tidak
dapat larut dalam HCl karena HCl bersifat asam. Sampel asam tidak dapat larut dalam pelarut
asam karena asam benzoat dan HCl masing-masing mengandug ion H+ sehingga sulit untuk
bereaksi.
Sampel yang kedua yaitu anilin. Anilin merupakan benzena tersubstitusi yang bersifat
nonpolar. Anilin tidak dapat larut dalam air karena memiliki kepolaran yang berbeda, air
bersifat polar dan anilin bersifat nonpolar. Anilin tidak dapat dilarutkan dalam NaOH (yang
bersifat basa) karena anilin mengikat gugus NH2 yang juga memiliki sifat basa. Anilin
selanjutnya dilarutkan dalam HCl. Hasil yang diperoleh yaitu anilin dapat larut dalam HCl
yang bersifat asam untuk dinetralisasi menajadi ion dan membentuk H2O.
Sampel ketiga yaitu fenol. Fenol merupakan senyawa benzena yang memiliki gugus
OH. Fenol dilautkan dalam air, hasil yang diperoleh yaitu tidak dapat larut dalam air karena
fenol memiliki gugus non polar yang menyebabkan kelarutannya berkurang dalam air. Fenol
dilarutkan dalam pelarut NaOH, hasil yang diperoleh yaitu fenol tidak dapat larut dalam
NaOH karena fenol memiliki gugus non polar yang menyebabkan kelarutannya berkurang
dalam NaOH. Fenol dilarutkan dalam HCl dan hasil yang diperoleh yaitu fenol tidak dapat
larut dalam pelarut HCl karena fenol memiliki gugus non polar yang menyebabkan
kelarutannya berkurang dalam HCl.
Percobaan terakhir yaitu tentang bercampur atau tidak bercampur suatu larutan.
Bercampur artinya ketika larutan dicampurkan dalam pelarut dan akan menghasilkan larutan
yang homogen. Sampel yang digunakan yaitu air yang dicampur dengan etanol, sikloheksana,
aseton, etil asetat dan kloroform. Larutan yang tidak bercampur ditandai dengan terbentuknya
dua fase. Perlakuan pertama yaitu air dicampurkan dengan etanol. Air dan etanol dapat
bercampur hal ini terjadi karena air dan etanol ketika bercampur membentuk larutan
homogen dan memiliki kepolaran yang sama yaitu polar. Perlakuan selanjutnya yaitu air
dicampurkan dengan sikloheksana. Hasil yang diperoleh air dan sikloheksana tidak
bercampur karena membentuk dua fase. Hal ini disebabkan karena sikloheksana bersifat
nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar. Perlakuan selanjutnya yaitu
air dicampurkan dengan aseton. Air dan aseton tidak dapat bercampur hal ini terjadi karena
aseton bersifat nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar. Perlakuan
selanjutnya yaitu air dicampurkan dengan etil asetat. Hasil yang diperoleh air dan etil asetat
tidak bercampur karena membentuk dua fase. Hal ini disebabkan karena etil asetat bersifat
nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar. Perlakuan terakhir yaitu air
dicampurkan dengan kloroform. Hasil yang diperoleh air dan kloroform tidak bercampur
karena membentuk dua fase. Hal ini disebabkan karena kloroform bersifat nonpolar sehingga
tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar.

Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan kelarutan yaitu kelarutan suatu zat dalam pelarut dapat
dilihat dari kepolarannya. Zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut yang
bersifat polar dan zat nonpolar akan larut dalam pelarut yang bersifat nonpolar. Kelarutan
suatu zat juga dipengaruhi oleh adanya ikatan hidrogen. Kepolaran zat dapat diprediksikan
dengan terbentuknya endapan atau terbentuknya dua fase. Endapan yang dihasilkan
menunjukkan bahwa zat bercampur memiliki kepolaran yang berbeda.

Referensi
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia Edisi Baru. Jakarta: Erlangga.
Day, R. A. Dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga
Fessenden, R. J. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D.W.; Gillis H.P.; Nachtrieb NH. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Edisi 4 jilid
1. Alih bahasa Suminar S. Achmadi. Jakarta : Erlangga.6
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta
Tim Dosen Kimia Organik. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas
Jember.

Nama Praktikan
Muhammad Alif Bachtiar (181810301049)

Anda mungkin juga menyukai