SINDROMA KOMPARTEMEN
Oleh:
Pembimbing:
dr. I Wayan Periadijaya, Sp.B(K)Trauma KL
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya journal reading yang berjudul ”Sindroma Kompartemen’’ ini
dapat selesai tepat waktu. Journal reading ini merupakan salah satu tugas dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. Dalam penyusunan journal reading ini penulis banyak memperoleh
bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan journal
reading ini. Semoga journal reading ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
SINDROMA KOMPARTEMEN
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
ANATOMI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Pechar, J. and Lyons, M. (2016). Acute Compartment Syndrome of the Lower Leg: A
Review. The Journal for Nurse Practitioners, 12(4), pp.265-270.
MANAJEMEN
Penanganan awal pada kondisi ini yaitu melepas gips atau penutup pada
ekstremitas. Penelitian menunjukkan bahwa dengan melepas gips dapat
menurunkan tekanan intrakompartemen sebesar 65%. Ekstremitas diposisikan
setinggi jantung untuk menjaga perfusi kompartemen. Bila kondisi klinis tidak
membaik, maka tindakan fasciotomi harus segera dilakukan untuk mencegah
kerusakan irreversibel pada otot skeletal dan saraf.28,29 Ada beberapa teknik dalam
melakukan fasciotomi, yaitu teknik satu insisi dan dua insisi. Pada satu insisi,
dilakukan insisi panjang dari 5 cm dibawah kepala fibula hingga 5 cm diatas
malleolus lateral. Teknik yang sering digunakan adalah dua insisi, yaitu insisi pada
bagian anterolateral dan posteromedial.5,12,30 Setelah fasciotomi, penilaian terhadap
jaringan dalam harus dilakukan. Warna jaringan otot yang merah atau merah muda
menandakan jaringan tersebut masih hidup. Jaringan otot yang sudah mati harus
dieksisi. Tendon, periosteum dan jaringan otot yang terekspos harus dijaga tetap
lembab agar mencegah pengeringan jaringan dan infeksi.31