(MA) Dasar hukum lembaga negara Mahkamah Agung antara lain :
Pasal 24 ayat (2) UUD RI 1945, menyatakan, kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Pasal 24A ayat (1) UUD RI 1945, Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Pasal 24C ayat (3) UUD RI 1945, Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
TUGAS DAN WEWENANG
Berikut tugas dan wewenang dari Mahkamah Agung.
Mengadili pada tingkat kasasi.
Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang. Memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam hal permohonan grasi dan rehabilitasi. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi KEDUDUKAN MAHKAMAH AGUNG Mahkamah Agung merupakan tinggi negara sebagaimana yang tercantum dalam Ketetapam Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1978 dan merupakan Lembaga Peradilan tertinggi dari semua lembaga peradilan yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Mahkamah Agung membawai 4 badan peradilan yaitu Peradilan Umum, Peradilan Militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Sejak Amandemen Ke-3 UUD 1945 kedudukan Mahkamah Agung tidak lagi menjadi satu-satunya puncak kekuasaan kehakiman, dengan berdirinya Mahkamah Konstitusi pada tahun 2003 puncak kekuasaan kehakiman menjadi 2, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, namun tidak seperti Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi tidak membawahi suatu badan peradilan.
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Mengenai kepercayaan Mahkamah Agung untuk memegang kendali atas kewewenangan organisasi, administrasi dan finansial mereka sendiri. Ini menimbulkan kepercayaan bahwa dengan memberikan tugas tersebut akan menggabungkan organisasi-organisasi dalam Mahkamah Agung. Akibatnya adalah kinerja organisasi-organisasi ini menjadi berantakan sampai akhirnya mereka tidak sempat melakukan tanggung jawab yang mereka pada awalnya dipercayakan dengan lebih efektif dan efisien seperti yang diharapkan oleh negara. Mahkamah Agung sendiri harus lebih bersifat rasional dengan memikirkan apa kira-kira yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat dan negara melainkan bagi keuntungan mereka sendiri. Adalah pilihan mereka sendiri jika ingin menganggap tugas mereka sebagai hal yang esensial atau bukan, hanya saja jika tidak mereka harus siap untuk menghadapi akibat dari tindakan kinerja mereka untuk kedepannya.