Jurnal Kompres1 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –

MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS


BEKAS PROP – MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN
MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN HX-NET

Agung Siswahyu
Dosen Tetap Institut Sains Dan Teknologi Al - Kamal

Abstrak

Optimasi penggunaan energi dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing didunia industri dan dapat menekan
biaya operasiona. Industri pengolahan pelumas bekas dalam prosesnya memerlukan jumlah energi yang sangat besar
mengingat pemisahan antar fraksi bahan yang terdapat didalamya memerlukan temperatur yang tinggi. Aspen Hysys
dan HX_Net digunakan untuk simulasi pada penggunaan energi, melalui simulasi dan permodelan yang menyeluruh
terhadap proses yang dilakukan pada pengolahan pelumas bekas akan didapatkan hasil analisa yang kebutuhan
energi dan pada bagian mana saja energi itu dapat diintegrasikan. Hasil integrasi ini yang kemudian dijadikan hasil
dari optimalisasi. Hasil permodelan dan simulasi pada pengolahan pelumas bekas kapasitas 120 ribu KL/tahun
diketahui energi yang diperlukan untuk mengolah pelumas bekas sebelum dilakukan optimalisasi 3.095.000 kKal/Jam
untuk proses pendinginan dan 2.237.000 kKal/jam untuk proses pemanasan. Setelah dilakukan simulasi
menggunakan HX-Net energi yang diperlukan 2.114.800 kKal/Jam untuk proses pendinginan dan 1.256.800kKal/jam
untuk proses pemanasan

Kata Kunci:Optimasi, Pelumas Bekas , Simulasi, Aspen HX-Net

Abstract

Optimization of energy use done in order to enhance industrial competitiveness in the world and can reduce the cost
operasiona. Used oil processing industry in the process requires a very large amount of energy given the separation
between the fraction of material contained didalamya require high temperatures. Aspen Hysys and HX_Net used to
simulate the energy use, through a comprehensive simulation and modeling of the process performed on the
processing of used oil will get the results of the analysis and energy requirements in any part of that energy can be
integrated. The result of this integration are then used as the result of optimization. Results of modeling and
simulation in used oil processing capacity of 120 thousand KL / year in mind the energy required to process used oil
prior to the optimization of 3,095,000 kCal / hour for the cooling process and 2,237,000 kCal / hr for process
heating. After a simulation using the HX-Net energy required 2,114,800 kCal / hour for cooling and heating
processes 1,256,800 kCal/hour

Key Words : Optimization, Used Oil, Simulation, Aspen Hysys and HX-Net

I. PENDAHULUAN menghasilkan produk base oil. Untuk memenuhi


1.1. Latar Belakang Masalah kebutuhan ini biasanya dilakukan pasokan panas dari
Proses pengolahan pelumas bekas dilakukan pada unit utilitas, akan tetapi hak ini akan membuat beban
temperatur tingi dan memerlukan energi yang besar, biaya operasional menjadi tinggi yang dikhawatirkan
sebagai contoh untuk penguapan air diperlukan suatu saat dengan meningkatnya harga energi akan
temperatur 100oC, kemudian dilanjutkan dengan membuat pengolahan pelumas bekas menjadi tidak
proses hidrogenasi pada temperatur 200oC, dan ekonomis.
terakhir pada proses pemisahan fraksi ringan dan Dengan berkembangnya konsep teknologi penukar
fraksi berat dari pelumas bekas yang akan panas sesama aliran atau yang biasa disebut Heat

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 12


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

Exchanger Networking (HXNet) memungkinkan 5. Rincian optimalisasi penggunaan energi


adanya penghematan energi dengan cara diklasifikasikan sebagai beban pendinginan
memanfaatkan panas yang ada didalam aliran proses dan beban pemanasan.
itu sendiri untuk proses tersebut. Sebagai contoh
apabila kita ingin memanaskan suatu aliran dari 1.4. Metodologi Pengumpulan Data
temperatur ruangan 25oC menjadi 100oC, secara proses Dalam penelitian ini, digunakan beberapa cara
hal ini dapat dilakukan langsung menggunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, yaitu:
pemanas yang ada semisal Uap panas, akan tetapi 1. Studi Pustaka, dilakukan untuk mengetahui metode
dengan konsep HXNet hal ini dapat dilakukan dengan yang akan dimodelkan dalam Aspen Hysys dan
mengkontakkan terlebih dahulu aliran yang ingin kita HX-Net
panaskan dengan aliran lain didalam proses yang ingin 2. Simulasi, dilakukan untuk permodelan dan
mengalami proses pendinginan. Dengan cara ini beban pengolahan data yang akan di variasikan
panas menjadi berkurang. parameternya
Menerapkan konsep HXNet memang tidak mudah,
perlu dilakukan serangkaian analisa panjang dan trial II. TINJAUAN PUSTAKA
error pada perhitungan bagian mana yang isa 2.1 Pendahuluan
dipertukarkan panasnya dan seberapa besar energi 2.1.1 Base Oil
yang dapat dipertukarkan dan suhu dapat diturunkan. Base oil adalah bahan baku utama penyusun pelumas.
Aspen HXNet dapat digunakan untuk membantu kita Base oil yang biasa digunakan sebagai bahan baku
dalam melakukan analisa dan memberikan pilihan pelumas terdiri dari :
penyelesaian. Fasilitas simulasi dan permodelan yang 1. Mineral Base Oil
ada pada alat bantu ini memudahkan kita untuk 2. Sintetik Base Oil
merubah parameter suhu dan aliran yang akan kita 3. Semi Sintetik Base Oil
ingin pertukarkan panasnya sehingga menghasilkan 3.1.1.1 Mineral Base Oil
konfigurasi penukar panas yang paling efisien dan Mineral base oil adalah base oil yang diperoleh dari
optimum. pengolahan residu rantai panjang melalui proses
Solvent Refining. Tahapannya adalah sebagai berikut :
1.2. Tujuan Penelitian A. High Vacuum Distillation
Tujuan penelitian ini adalah Datam proses ini, fraksi residu rantai panjang
1. Mengetahui konfigurasi jaringan penukar di destilasi di dalam kolom yang bertekanan
kalor pada aliran didalam proses rendah atau vakum. Tujuan dari proses ini
2. Mengetahui jumlah penghematan energi yang adalah untuk memisahkan fraksi Base Oilnya.
digunakan sebelum dan setelah proses HXNet Fraksi – fraksi lanjutan yang dihasilkan dalam
diterapkan. distilasi vakum ini berturut – turut adalah :
• SPO (Spindle Oil)
1.3. Pembatasan Masalah • LMO (Light Machine Oil)
Pembatasan masalah untuk penelitian ini adalah • MMO (Medium Machine Oil)
1. Proses yang disimulasikan adalah proses • BO (Black Oil) atau Short Residue (SR)
PROP – MOHAWK Unit yang melaksanakan proses ini disebut
2. Kapasitas pengolahan yang digunakan sebagai High Vacuum Unit (HVU). Pada prinsipnya
acuan pada simulasi adalah 120 Ribu HMU tidak berbeda dengan proses distiasi
KL/tahun pelumas bekas biasa, dimana pemisahan fraksl demi fraksi
3. Simulasi proses menggunakan software Aspen diakukan berdasarkan titik didih masing-
Hysys dan HX – Net versi 2006 masing hidrokarbon dalam fraksi tersebut.
4. Parameter yang di variasikan untuk Karena residu rantai panjang memiliki titik
memperolah kondisi pertukaran optimum didih tinggi maka pelaksanaannya harus
adalah suhu panas dan dingin yang keluar dari dilakukan dengan tekanan hampa (vakum).
alat penukar kalor
B. Furfural Extraction
Furfural adalah solven yang berfungsi

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 13


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

memisahkan komponen base oil dari dihasilkan molekul baru yang memiliki stabilitas
komponen yang tidak dikehendaki termal, oksidasi dan kinerja yang optimal. Sehingga
berdasarkan perbedaan kelarutan tiap-tiap harga minyak sintetis lebih mahal daripada minyak
komponen tersebut. Pemisahan dengan solven mineral. Pada kenyataannya Base Oil sintetis memang
furfural inilah yang menyebabkan keseluruhan lebih unggul dalam unjuk kerja, baik respon terhadap
proses pengolahan in! disebut Solvent mesinnya maupun umur pemakalannya. Hal ini
Refining. Proses ini bertujuan untuk dikarenakan pembuatan Base Oil sintetis dirancang
menaikkan indeks viskositas dari destilat pada sesuai dengan tujuan penggunaannya. Untuk itu
HVU melalui penghHangan senyawa aromat pemilihan Base Oil yang tepat sangatlah penting.
yang memiliki indeks viskositas rendah. Dalam pembuatannya Base Oil sintetis dikontrol
peningkatan mutu dan kestabilan terhadap struktur molekulnya dengan sifat·sifat yang dapat
oksidasi sekaligus mengurangi kemungkinan diprediksi. Adapun jenis minyak sintetis yang banyak
terbentuknya lumpur (sludge). deposit karbon, digunakan adalah sebagai berikut :
dan varnish. Unit yang melaksanakan proses A. Diester
ini disebut FEU (Furfural Extraction Unit). Diester merupakan salah satu bahan yang
C. Prophane Deasphalting mononjol dari minyak pclumas sintetis.
Proses ini dimaksudkan untuk mengambil Diester mempunyai struktur yang paling
scnyawa'senyawa yang tidak dikehendaki sederhana untuk digunakan sebagai Base Oil.
dalam black oil atau short residue, fraksi Bahan ini banyak digunakan sebagai Base Oil
terberat pada HVU. Proses yang digunakan atau pelumas gemuk yang mempunyai titik
adalah ekstraksi menggunakan propane dan penguapan rendah pada mesin gas turbin.
akan menghasilkan residu dengan BM besar Diester diperoleh dari reaksi sintesa produk
seperti Asphalt dan Resin. Kandungan asphalt minyak bumi. dan sebagian dari lemak
ini perlu dipisahkan agar dapat dimanfaatkan binatang dan minyak tumbuh-tumbuhan.
sebagai bahan asphalt dan fraksi Base Oilnya Keuntungan diester adalah mempunyai
sebagai Deasphalted Oil (DAD). Ekstrak yang viskositas yang relatif konstan terhadap suhu
tcrjadi akan dimasukkan kc FEU. Unit yang yang cukup baik. penguapannya sangat
melaksanakan proses ini adalah Propane rendah. dan mempunyai stabilitas thermal
Deasphalting Unit (POU). yang bagus. 6iasanya bahan ini tidak korosif
D. Dewaxing terhadap logam. tidak beracun dan stabil
Digunakan untuk menghilangkan wax, terhadap hidrolisa. Sifat yang merugikan dari
sehingga pour point dari base oil yang bahan ini adalah dapat bereaksi terhadap karet.
dihasilkan dapat diturunkan hingga 5 – 15 0F. Karena sifat fire-resistant dan stabilitas
Pelarut yang digunakan dalam proses ini oksidasinya. maka pelumas diester banyak
adalah MEK (Metil Etil Keton). Proses dipakai untuk kompresor udara.
dewaxing dilakukan pada suhu 10 – 250C B. Fosfat Ester
sehingga lilin akan mengkristal dan dapat Fosfat ester telah lama digunakan sebagai
dipisahkan dengan penyaringan biasa. Filtrat aditif di dalam Base Oil mineral seballai
yang diperoleh adalah produk akhir dari base pelindunll terhadap teriadinva pelumasan
oil. batas. Fosfat ester merupakan senyawa
E. Finishing biodegradable yang disintesa dari komponen
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki warna yang didapat dari coal tar. Karena natural ester
base oil dan stabilitas base oil. merupakan campuran yang komplek dan
sering mengandung ortho cresol yang beracun,
3.1.1.2 Sintetik Base Oil maka diupayakan untuk mensintesa ester
Base Oil sintetis dibuat dari hidrokarbon yang telah dengan bahan kimia mumi untuk membentuk
mengalami proses khusus. Khusus yang dimaksud minyak dasar sintetis yang tidak mengandung
adalah bahwa minyak ini dibuat tidak hanya sama cresol yang beracun. Sehingga natural ester
dengan minyak mineral akan tetapi melebihi dikombinasikan dengan fosfat. Fosfat ester
kemampuan minyak mineral. Melalui proses kimia memberikan ikatan yang cukup mantap dan

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 14


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

stabil secara kimia yang memungkinkan untuk viskositas 8 – 19.000 cSt. Biasa digunakan di
digunakan sebagai komponen utama dari Base industri baja dan tekstil. Semua
Oil sintetis. Disamping itu fosfat ester biasa polyalkylglycol dapat menyerap air dari
digunakan sebagai aditif EP. Stabilitas atmosfer sehingga harus dijaga dari
terhadap oksidasi dari bahan ini cukup baik kemungkinan kontaminasi. Akan tetapi
yaitu sampai dengan F. Penggunaannya yang kandungan air sampai 5% masih dapat
utama adalah sebagai minyak hidrolik di ditoleransi. Pada temperatur rendah
dalam pesawat udara karena memberikan sifat polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang
anti api yang baik. bagus, tetapi membutuhkan aditif untuk
meningkatkan stabilitas thermalnya pada
C. Ester Silikat temperatur tinggi sampai 2500C. Pelumas
Mempunyai IV yang tinggi yaitu 150 – 200 sintetis ini tidak dapat digunakan di atas
dan mempunyai penguapan yang rendah. temperatur tersebut. Polyalkylglycol
Ketahanan terhadap oksidasi pada suhu tinggi mempunyai karakteristik yang bagus sekali
tidak begitu balk. tetapi hat ini dapat pada viskositas 160 - 400 cST yang tergantung
diperbaiki dengan penambahan aditif. Ester sekali pada cara memproduksinya.
silikat tidak korosif terhadap logam. plastik Polyalkylglycol sangat rcntan terhadap
maupun karet. Tctapi pada suhu yang tinggi oksidasi sehingga perlu ditambahkan aditif
akan mengeraskan karet. antioksidan. Umur pemakaian aditif pada
D. Glikol Polialkilena Dan Turunannya polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan
Aplikasi dari glikol polialkilena (polieter) dengan mineral oil pada kondisi yang sama.
sangat luas yaitu sebagai pelumas pada motor Polyalkylglycol lebih polar dibandingkan
baker, roda gigi, kompressor, pompa, Bahan dengan senyawa ester, dan cocok sekali untuk
ini tidak begitu mahal dan mudah diperoleh di seal dan plastik. Tetapi tidak untuk cat.
pasaran. H. Poly Alpha Olefin
E. Silikon Polyalphaolefin dibuat pertama kali di Jerman
Silikon merupakan Base Oil sintetis yang pada masa Perang Dunia Kedua untuk
mempunyai bermacam – macam tingkat menghemat pemakaian minyak mineral. Dan
viskositas. yang tergantung pada panjang ternyata memberikan unjuk kerja pada range
pendeknya rantai dari ikatan molekulnya. temperatur yang luas. Polyalphaolefin
Silikon disintesa dari pasir (SiO2). Sifat yang merupakan hidrokarbon sintetis. tidak seperti
paling menonjol dari silikon ini adalah hidrokarbon pada Base Oil mineral. Karena
memberikan kurva viskositas dengan suhu polyalphaolefin merupakan cairan kimia
yang mendatar. Silikon memberikan murni yang dibuat dari polimerisasi katalitik
ketahanan oksidasi yang baik pada suhu biasa. ethylene. Produk yang dihasilkan dipisahkan
F. Khlor Dan Fluor Hidrokarbon dari komponen yang reaktif dan selanjutnya
Sifat utama dari senyawa ini adalah dapat dipisahkan sesuai dengan viskositasnya.
memberikan respon yang baik sebagai aditif Dengan penambahan sedikit aditif
EP dan low flammability. Aktifitas yang antioksidan, polyalphaolefin menjadi lebih
tinggi dari atom khlor dapat terbebaskan pada stabil bila dibandingkan dengan minyak
kondisi beban yang berat dan suhu tinggi. Dan mineral pada temperatur yang sama.
hal ini menghasilkan produk yang Polyalphaolefin menunjukkan lebih tahan
korosifitasnya tinggi dan beracun sehingga bereaksi dengan air bila dibandingkan dengan
penggunaannya dalam industri dibatasi. minyak mineral dan minyak sintetis yang lain.
G. Poly Alkyl Glykol Polyalphaolefin juga sangat cocok bila
Produksi komersialnya dibuat sekitar tahun diblending dengan minyak mineral. Sifat PAO
1930 an sebagai penganti castor oil pada rem yang menonjol adalah sebagai berikut ;
mobil. Polyalkylglycol dibuat dengan reaksi • Titik tuangnya rendah
polimerisasi menggunakan katalis. Reaksi • Volatilitasnya rendah
dapat dikontrol untuk mendapatkan range • Good software compatibility -

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 15


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

Stabilitas thermalnya bagus pelumas sintetis dengan pelumas mineraL Sehingga


• Hidrolytic stability diperoleh kombinasi dari 2 sifat komponen
• Merupakan bahan kimia yang inert - penyusunnya. Dari unjuk kerja jelas lebih baik dari
Daya pelumasannya bagus Karenan pelumas mineral. Namun harganya juga jauh lebih
PAO mempunyai titik tuang yang kompromi dengan keuangan kita dari pada harga
rendah. maka PAO digunakan pada pelumas sintetis yang sangat mahal.
komprcssor pendingin. kompressor 2.1.2 Pelumas Bekas
amonia dan kompressor Pelumas bekas didefinisikan sebagai pelumas yang
fluorokarbon. terkontaminasi dengan adanya benda·benda asing atau
I. Polyolester partikel pencemar di dalam oli terdapat delapan
Sangat cocok digunakan untuk pelumasan macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni
batas. Mempunyai stabilitas thermal dan :
membuat mesin menjadi lebih bersih dan lebih 1. Keausan elemen. lni menunjukkan beberapa
sedikit depositnya. Volatilitasnya paling elemen biasanya terdiri dari tembaga, besi,
rendah dibandingkan dengan Base Oil sintetis chrominium, aluminium, timah, molybdenum,
yang lain. Polyolester relatif stabil viskositas silikon, nikel atau magnesium.
4,4 cSt pada 1000C, biodegradable tetapi 2. Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk
prosesnya sangat lambat dibawah kondisi kedalam oli melalui embusan udara lewat seta-
normal. Produk yang dihasilkan tidak beracun. sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis
Keuntungan polyolester adalah dapat kemudian merambat menuruni dinding
digunakan dengan nitril rubber, yaitu tipe selinder. Jelaga timbut dari bahan bakar yang
yang paling umum digunakan dengan minyak tidak habis. Kepulan asam hitam dan kotornya
mineral. Juga sangat compatible apabila filter udara menandai terjadinya jelaga.
dicampur dengan Base Oil mineral. Banyak 3. Bahan Bakar
digunakan di berbagai industri. Hampir semua 4. Air. Ini merupakan produk sampingan
aditif larut dalam polyolester (POE). Dapat pembakaran dan biasanya terjadi melalui
digunakan sendirl atau dikombinasikan timbunan gas buang. Air dapat memadat di
dengan Base Oil sintetls lain atau Base Oil crankcase ketika temperatur operasional mesin
mineral. POE mempunyai high temperatur kurang memadai
properties yang sangat bagus dan mampu 5. Ethylene gycol (anti beku)
meningkatkan properties pelumas melebihi 6. Produk-produk belerang/asam.
diester. 7. Produk – produk oksidasi Mengakibatkan oli
bertambah kental. Daya oksidasi meningkat
oleh tingginya temperatur udara masuk.
2.1.1.3 Semi Sintetik Base Oil 8. Produk-produk Nitrasi. Nitrasi nampak pada
Diperoleh dengan cara mencampur (blending) antara mesin berbahan bakar gas alam

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 16


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

Gambar 1 Gambaran Umum Komposisi Pelumas Bekas


Adapun komposisi dan sifat fisika dari pelumas bekas ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Komposisi Pelumas Bekas

Komposisi
Nama Bahan
(Fraksi Massa)
H2O 0,0600
Metal 0,0100
n-C25 0,0433
1-Pentadecen 0,0250
n-C17 0,1167
n-C18 0,1167
n-C19 0,1167
n-C20 0,1167
n-C21 0,1167
n-C22 0,1167
n-C23 0,0433
n-C24 0,0433
n-C15 0,0250
n-C16 0,0250
1-Hexadecene 0,0250
Adapun Sifat Fisika dari pelumas bekas tersebut adalah :
Tabel 2 Komposisi Pelumas Bekas
Nama Bahan Sifat Fisik Nilai
Berat Moleku, Gr/mol 257,5
Densitas, Kg/m3 804,4
Pelumas Bekas Titik Didih, 0C 328
Kapasitas Panas, kJ/Kg0C 2,161
Viskositas, cP, 500C 1,89

2.1.2.1 Potensi Pelumas Bekas


Potensi ketersediaan pelumas bekas akan berbanding akan meningkat sejumlah ini dan ini merupakan
lurus dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor potensi bahan baku yang tersedia saat ini. Dari hasil
dari tahun – ketahun, menurut data dari Biro Pusat pengolahan data diketahui pertambahan jumlah
Statistik pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor 10 kendaraan bermotor dan konsumsi pelumas dari tahun
tahun terakhir mengalami peningkatan rata – rata 2000 s/d 2008 yang digambarkan pada tabel dan
37,6%. Dari inidikator ini konsumsi pelumas juga gambar berikut ini.
Tabel 3 Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Bermotor
Tahun Jumlah Kendaraan
(jt Unit)
2000 19
2001 21
2002 23

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 17


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

2003 27
2004 31
2005 38
2006 45
2007 58
2008 65

Pertumbuhan Jumlah
Kendaraan Bermotor Di Indonesia y = 3E-13e0,160x

70
Jumlah Kendaraan(Jt Unit)

60
50
40
30
20
10
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun

Grafik 1 Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Bermotor

Tabel 4 Jumlah Pertumbuhan Konsumsi Pelumas


y = 7E-135e 0.1605x
Tahun Jumlah (KL) Konsumsi Pelumas
Kendaraan Bermotor Di Indonesia
2000 191,108
2001 210,396
700.000
Konsumsi Pelumas (KL)

2002 226,803 600.000


2003 261,256 500.000
2004 300,567 400.000
2005 373,719 300.000
2006 444,621 200.000
100.000
2007 577,177
0
2008 650,125
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun

Grafik 2 Jumlah Pertumbuhan Konsumsi Pelumas

Dari data diatas pada tahun 2008 tersedia sekitar 650 konsumsi pelumas kendaraan bermotor mencapai 1,5
ribu KL pelumas bekas dan akan terus meningkat Jt KL. Dengan kondisi semacam ini maka pendirian
seperti tampak pada trend line yang ada pada grafik pabrik pengolahan pelumas bekas merupakan suatu
tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 tingkat investasi yang menarik.

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 18


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

pelumas seperti logam, slude, dll dengan dehydrator


2.1.3 Teknologi Pengolahan Pelumas Bekas pada temperature 1000C dan penambahan bahan kimia,
Proses PROP- Mohawk adalah teknologi proses yang bahan kimia yang digunakan adalah diammonium
dikembangkan oleh Philips Petrolium Company, phosphat (DAP), sehingga dari hasil reaksi antara
proses utamanya adalah demetalisasi (mencampur logam dan DAP akan terbentuk endapan dan endapan
bahan baku dengan diammonium phosphate) dan ini dipisahkan kembali dengan filter. Kemudian
hidrogenasi proses. Proses PROP - Mohawk pelumas bekas tersebut di hidrogenasi dengan bantuan
digunakan pada proses pemurnian pelumas bekas dari katalis yang akan menjenuhkan rantai serta
kotoran dan kontaminan lain yang terdapat dalam membentuk fraksi ringan pelumas bekas
berupa gas oil. Yield dari proses ini adalah 65 – Diagram alir proses ini digambarkan pada diagram
70%berat base oil, 10% gas oil dan 13% asphalt. berikut ini :

Gambar 2 Diagram Alir Blok Proses PROP – MOHAWK


2.1.4 Aspen Hysys juga dapat digunakan untuk melakukan eksperimen
Aspen Hysys adalah simulasi proses yang saat proses dengan perubahan parameter proses seperti
ini sangat banyak digunakan untuk desain konseptual, tekanan, temperatur, jumlah umpan dan produk dll,
optimasi, perencanaan bisnis, manajemen aset, dan tanpa khawatir terjadi kecelakaan pada pabrik anda.
pemantauan kinerja untuk produksi minyak & gas, 2.1.5 Aspen HX - Net
pengolahan gas, pemurnian minyak bumi, dan industri Aspen HX-Net adalah salah satu software dalam
kimia. Aspen Hysys adalah elemen inti dari ® Aspen Hysys yang dapat digunakan untuk desain
AspenTech's aspenONE.Aspen Hysys dapat konseptual optimalisasi jaringan penukar panas.
digunakan untuk melakukan perhitungan yang Sofware ini terintegrasi dengan Aspen Hysys sehingga
diperlukan sesuai “ Chemica Engineering Tools” penggunaannya harus selaras dengan simulasinya.
seperti neraca massa, energi, perhitungan peralatan, HX-Net mengkhususkan perhitungan pemenuhan
ekonomi dan optimalisasi proses. Untuk dapat utilitas penukaran panas. Kenanpuan lain software ini
menggunakan software ini kita harus dapat memenuhi adalah dapat melakukan perhitungan target untuk
informasi yang dibutuhkan hysys untuk menjalankan energi dan penanaman modal, melakukan
tugasnya melakukan perhitungan yang diperlukan pengembangan dan peningkatan integrasi panas,
sesuai “ Chemica Engineering Tools”. Selain itu hysys secara signifikan mengurangi biaya operasi, modal,

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 19


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

dan biaya desain, dan meminimalkan emisi yang 3.2. Sumber Data
berhubungan dengan energi dan Menyediakan alat Dalam penulisan jurnal ini,digunakan beberapa cara
untuk melakukan proses optimasi. untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, yaitu:
1. Studi Pustaka
III. METODOLOGI PENELITIAN Yaitu dengan melakukan penelusuran kepustakaan
Metodologi penelitian yang dilakukan untuk seperti buku, majalah ilmiah, Jurnal, Manual Book
optimalisasi dilakukan dengan tahap – tahap berikut dan lain-lain yang berhubungan dengan penulisan
ini jurnal ini.
1. Melakukan Pengumpulan data proses dan kondisi 2. Hasil Simulasi
operasi proses pengolahan pelumas bekas Prop- Yaitu data yang akan diolah menjadi analisa dan
Mohawk pembahasan, data ini di hasilkan dari simulasi
2. Melakukan pembuatan simulasi proses pengolahan program Apen Hysys dan HX-Net.
pelumas bekas Prop-Mohawk menggunakan Aspen
Hysys untuk mengetahui neraca massa dan energi 3.3. Metoda Pengolahan Data
dengan kapasitas 120 Ribu KL/tahun Metode pengolahan data yang digunakan adalah
3. Pembuatan skenario jaringan penukar panas sebagai berikut:
4. Simulasi skenario jaringan penukar panas 1. Menentukan Diagram alir proses pengolahan
menggunakan Aspen Hysys pelumas bekas Prop-Mohawk
5. Simulasi hasil pembuatan jaringan penukar panas 2. Menentukan parameter operasi tiap alat yang
menggunakan HX-Net. terlibat dalam proses
6. Pembuatan kesimpulan . 3. Membuat simulasi proses secara keseluruhan
menggunakan Aspen Hysys
3.1. Lokasi Penelitian 4. Membuat laporan hasil simulasi awal khusus pada
Penelitian di lakukan di Institut Sains dan bagian neraca energi.
Teknologi Al – Kamal (Pengolahan Data) dan 5. Pembuatan skenaria jaringan penukar panas
Universitas Indonesia (Simulasi Proses) Depok, 6. Membuat simulasi jaringan penukar kalor dengan
dimulai tanggal 5 Agustus 2010 sampai dengan 21 Aspen Hysys dan HX – Net
Desember 2010,

M u l a i
S ta r t

P a r a m e t e r
P F D P r o p -
P e n g u m p u la n O p e r a s i ,
M o h a w k
T , P , F
d a ta

P e m b u a ta n
S im u la s i S i m u l a s i P r o s e s
M e n g g u n a k a n A s p e n
A s p e n H y s y s
H y s y s

S k e n a r io J a r in g a n L a p o r a n
P e n u k a r P a n a s H a s i l
S i m u l a s i

S im u la s i S k e n a r io
J a r in g a n P e n u k a r S k e n a r i a J a r i n g a n
P e n u k a r P a n a s
P a n a s

S i m u l a s i j a r i n g a n p e n u k a r
S im u la s i S k e n a r io k a l o r d e n g a n A s p e n H y s y s
J a r in g a n P e n u k a r d a n H X - N e t
P a n a s H X -N e t

P e n g h e m a t a n
K e s im p u la n E n e r g i
T e r b a n y a k

S e le s a i
S e l e s a i

Gambar 3 Diagram Alir Metode Penelitian dan Pengolahan Data

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 20


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


4.1 Input Data Proses
Kondisi operasi pengolahan pelumas bekas Prop-
Mohawk berdasarkan tahapannya diperlihatkan pada
tabel dibawah ini

Tabel 5 Parameter Operasi


NO NAMA PROSES TEMPERATUR (oC) TEKANAN (Atm)
1 Dehidrasi 100 1
2 Reaktor Demetalisasi 93 1
3 Reaktor Hidrogenasi 200 10
4 Degassing 200 2
5 Destlasi Tahap 1 328 1,1
6 Destilasi Tahap II 348 1,3

Diagram alir untuk proses ini sesuai dengan gambar 2.

4.2 Simulasi Hysys


Dari data input pada tabel 5 dan dikombinasikan
dengan gambar 2 maka kita dapat membuat simulasi
proses yang hasilnya seperti dibawah ini.

Gambar 4 Hasil Simulasi Hysys

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 21


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

4 1 0
E -1 0 3
4 1 0 4 0 0 4.3 Skenario Jaringan Penukar Panas
4 0 0 3 9 0 Hal pertama yang harus kita perhatikan dalam
3 9 0 3 8 0 E -1 0 0 1 ,5 2 9 x 1 0 6
k K a l/j

3 8 0 3 7 0 E -1 0 1 2 ,4 3 x 1 0 5
k K a l/j menyusun skenario jaringan penukar panas ini
adalah kita harus dapat menggambarkan aliran yang
6
E -1 0 2 2 ,3 1 x 1 0 k K a l/j
3 7 0 3 6 0
5
E -1 0 3 5 ,4 2 x 1 0 k K a l/j
3 6 0 3 5 0

3 5 0 3 4 0
E -1 0 4 7 ,0 8 x 1 0 5
k K a l/j akan kita saling pertukarkan energinya. Batasan
E -1 0 2
3 4 0 3 3 0 temperatur aliran yang akan dipertukarkan pada
3 3 0 3 2 0

3 2 0 3 1 0
kasus pabrik pengolahan pelumas bekas adalah
3 1 0 3 0 0 10oC. Setelah semua aliran telah kita gambar maka
3 0 0

2 9 0
2 9 0

2 8 0
kita akan dapat memperkirakan mana lairan yang
E -1 0 1 2 8 0 2 7 0 membutuhkan panas dan dari aliran mana panas itu
2 7 0

2 6 0
2 6 0

2 5 0
disuplai. Dengan bantuan software HXNet yang
2 5 0 2 4 0 merupakan fasilitas yang terintegrasi pada sofware
2 4 0

2 3 0
2 3 0
hysis kita dapat membuat konfigurasi beberapa
2 2 0

2 2 0 2 1 0
model HXNet. Pada kasus ini kita memiliki 2 aliran
2 1 0 2 0 0
E -1 0 0
yang ingin dipanaskan yaitu aliran no 3 ke no 5
yang ingin dipanaskan dari 30 – 100oC dan aliran 22
2 0 0 1 3 0

1 3 0 1 2 0

1 2 0 1 1 0 ke 25 yang ingin dipanaskan dari 200oC – 328oC.


1 1 0 1 0 0

1 0 0 9 0
Panas yang dibutuhkan akan coba kita suplai dari
9 0 8 0 aliran yang akan didinginkan yaitu 26 ke 28 dari 277
8 0

7 0
7 0

6 0
– 50oC, aliran 33 – 36 dari 329,6 – 50oC dan aliran
6 0 5 0 39 ke 41 dari 408,7 – 50oC. Gambaran skala
5 0
4 0
4 0

3 0
temperatur aliran pertukaran panas yang akan
3 0 2 0
E -1 0 4
dilakukan terlihat pada gambar 6.1 dibawah ini.

Gambar 5 Skala Temperatur Aliran

4.4 Simulasi jaringan penukar kalor dengan Aspen simulasi hysys kita akan mendapatkan diagram alir
Hysys dan HX – Net yang baru hasil integrasi panas yang sudah dilakukan.
Simulasi ini dilakukan dengan menggunakan input Sedangkan dari simulai HX-Net akan didapatkan
laporan hasil simulasi awal khusus pada bagian neraca jaringan penukar panas seperti pada gambar dibawah
energi dan skenario jaringan penukar panas. Pada ini.

Gambar 6 Hasil Integrasi Jaringan Penukar Panas dengan Simulasi Hysys

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 22


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

Gambar 7 Hasil Integrasi Jaringan Penukar Panas dengan HX-Net

Dari gambar 7 diatas kita dapat melihat bahwa aliran 3 Aliran 22 ke 25 yang akan dipanaskan dari 200 –
ke 5 (kanan atas, lihat lingkaran merah) yang akan 328oC (kanan atas, lihat lingkaran hijau) mendapatkan
o
dipanaskan dari 30 ke 100 C dengan beban panas suplai panas sebagian dari aliran 39 ke 41 dan
sebesar 7,08 x 105 kKal/jam semuanya dapat disuplai sebagian lagi dari pemanas utilitas.
dengan mengkontakkan dengan aliran 33 ke 36 (kiri Dari hasil Heat exchanger networking kita telah dapat
atas, lihat lingkaran merah) yang akan didinginkan melakukan efisiensi untuk utilitas pendingin dan
dari 408oC ke 50oC, akan tetapi untuk aliran ini masih utilitas pemanas. Tabel perbandingan hasil Heat
memerlukan pendinginan menggunakan utilitas berupa exchanger networking dapat dilihat dibawah ini.
air karena temperatur keluar HE setelah dikontakkan
dengan aliran 3 ke 5 masih 248oC.
Tabel 6 Kebutuhan Utilitas Sebelum HXNet
Pendinginan Temperatur oC Beban Panas kKal/j
Aliran 26 ke 28 277 - 50 243.000
Aliran 33 ke 36 329 - 50 2.310.000
Aliran 39 ke 41 408 - 50 542.000
3.095.000

Pemanasan Temperatur oC Beban Panas kKal/j


Aliran 3 ke 5 30 – 100 708.000
Aliran 22 ke 25 200 – 328 1.529.000
2.237.000

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 23


OPTIMASI PENGGUNAAN ENERGI PADA PROSES PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS PROP –
MOHAWK DENGAN KAPASITAS 120 RIBU KL/TAHUN MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS
DAN ASPEN HX-NET
Agung Siswahyu

Tabel 7 Kebutuhan Utilitas Setelah HXNET


Temperatur Beban Panas Pertukaran Suplai
Pendinginan o
C kKal/j Panas, kKal/j Utilitas, kKal/j
Aliran 26 ke 28 277 – 50 243.000 0 243.000
Aliran 33 ke 36 329 – 50 2.310.000 705700 1.604.300
Aliran 39 ke 41 408 – 50 542.000 274500 267.500
2.114.800

Beban Panas Pertukaran Suplai


Pemanasan Temperatur oC
kKal/j Panas, kKal/j Utilitas, kKal/j
Aliran 3 ke 5 30 – 100 708.000 705700 2.300
Aliran 22 ke 25 200 – 328 1.529.000 274500 1.254.500
1.256.800

5 KESIMPULAN DAN SARAN Chemical Engineering Design”, 1st Ed., Vol. 6,


5.1. Kesimpulan Pergamon Press, Oxford.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini 5. Kern, D.G., 1965, “Process Heat Transfer”,
adalah sebagai berikut: International Student Ed., McGraw Hill Book Co.,
1. Diketahuinya jaringan penukar panas dengan Tokyo.
sekenario sebagai berikut aliran 3 ke 5 yang akan 6. Mohammad Farhat Ali, Abdullah J. Hamdan and
dipanaskan menggunakan aliran 33 ke 36, Aliran Faizur Rahman, “TECHNO-ECONOMIC
22 ke 25 yang akan dipanaskan menggunakan EVALUATION OF WASTE LUBE OIL RE-
aliran 39 ke 41 REFINING IN SAUDI ARABIA”,
2. Diketahuinya penghematan utilitas sebesar untuk DEPARTMENT OF CHEMISTRY King Fahd
31,67% pendinginan dan penghematan utilitas Universitv of Petroleum & Gas., Saudi Arabia
sebesar 43,82% untuk pemanasan 7. Perry, RH., and Green, D.W., 1984, “Chemical
Engineer’s Handbook”, 6th Ed. McGraw Hill Book
5.2. Saran Co., Singapore.
1. Untuk dapat meningkatkan optimalisasi perlu 8. Paul Buthod., 2004, “ Pressure Vessel Handbook”,
dilakukan pembuatan skenario jaringan penukar McGraw Hill Book Co., Singapore
panas yang lebih beragan 9. Treybal, R.E., 1955, “Mass Transfer Operation”,
2. Hasil yang diperoleh baru sekedar kajian ilmiah International Student Edition, Kogakusha Co.,
datas kertas yang perlu dibuktikan sehingga dapat Tokyo.
memberikan informasi untuk peningkatan 10. Wallas, M.W. 1988. Chemical Process
modeling dan simulasi dibidang ini diwaktu yang Equipment. Butterworth-Heinnemann Inc. New
akan datang. York.
11. www.nnschemicals.com base oil standard
Daftar Pustaka 12. www.nexant.com Lubricant & base oil prospectus
13. www.scribd.com/doc/14208484/Teknologi-
1. Anonim., 2006, “ Hysis User Guide”, Aspentech. Refining-Oli-Bekas
2. Brown, G. G., 1978, “Unit Operation”, John Wiley
and Sons, Inc., Tokyo.
3. Brownell, L.E., 1959, “Process Equipment
Design”, John Wiley and Sons, Inc., New York.
4. Coulson, J.M., Richardson, J.F., and Sinot, F.K.,
1983, “Chemical Engineering and Introduction in

Jurnal Teknologi Vol. 1 No. 1 Januari 2012 : 12 – 24 ISSN 2088-3315 24

Anda mungkin juga menyukai