Kasus Toksikologi
Kasus Toksikologi
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………..………1
Daftar Isi……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………..……………………………………….….……3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………….12
B. Saran……………………………………………………………………12
Daftar Pustaka………………………………………………………...………13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir seluruh media massa nasional pada minggu ketiga dan keempat Juli
2004 menulis mengenai penderitaan warga Teluk Buyat. Nama Buyat mencuat
setelah munculnya keluhan penyakit yang di duga Minamata yang di derita
sejumlah warga Desa Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara. Penyakit minamata
merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh cemaran merkuri di sebuah
tempat bernama sama di Jepang.Peristiwa Teluk Buyat di akibatkan karena adanya
cemaran merkuri yang di duga berasal dari operasi sebuah perusahaan tambang
emas asing PT Newmont Minahasa Raya (NMR).
PEMBAHASAN
A. Kasus Minamata
Methyl mercury yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf
pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan lemah,
kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan melemah, kehilangan
pendengaran, bicara cadel, serta gerakan menjadi tidak terkendali. Beberapa
penderita berat penyakit Minamata menjadi gila, tidak sadarkan diri, dan
meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini.
Penyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya
untuk mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik. Di samping dampak
kerusakan fisik, penderita Minamata juga mengalami diskriminasi sosial dari
masyarakat. Seperti dikucilkan, dilarang pergi ke tempat umum, dan sukar
mendapatkan pasangan hidup.
Methyl mercury dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk
merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak
mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam,
garam, maupun methyl mercury dapat merusak secara permanen otak, ginjal,
maupun janin.
Penyakit ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Minamata. Tahun 1965, penyakit
Minamata menyerang warga yang tinggal di sepanjang Sungai Agano di Kota
Niigata akibat pembuangan limbah merkuri oleh Showa Denko. Penyakit ini
dikhabarkan juga terjadi di Tiongkok dan Kanada. Sungai dan danau di Amazon
dan Tanzania juga tercemar merkuri serta menimbulkan masalah kesehatan yang
mengkhawatirkan.
Kini, masyarakat Minamata sangat menghargai apa yang terjadi di waktu silam
dan mengambil pelajaran dari kasus limbah merkuri tersebut. Mereka lebih peduli
akan lingkungan dan berjibaku bersama menjaga lingkungan sekitar. Seperti
menjaga kebersihan dan pengelolaan sampah kota dengan manajemen yang baik,
yaitu pemilahan sampah dan memanfaatkannya lebih lanjut seperti pengomposan.
Tahun 1959 merupakan tahun yang penting, baik bagi para penderita penyakit
Minamata maupun terhadap riwayat penelitian dari penyakit tersebut. Merkuri,
yang telah dicurigai sebagai penyebab sejak sekitar September 1958, mengundang
lebih banyak perhatian lagi. Tanggal 19 Februari 1959, Tim Survei penyakit
minamata/keracunan makanan dari kementrian mengumumkan pentingnya
penelitian terhadap distribusi merkuri pada teluk minamata.
Kesimpulan : Di awal tahun 50-an Teluk Minamata tercemar oleh limbah logam
berat Mercury yang berasal dari pabrik Chiso di kota Minamata provinsi
Kumamoto, Jepang. Limbah mercury mencemari teluk minamata, sehingga ikan
dan kerang-kerangan tercemar logam berat.
Too little and too late: itulah ungkapan yang tepat untuk melukiskan
langkah pemerintah dalam tragedi Buyat. Perhatian pemerintah baru tumbuh
justru setelah sejumlah warga dan biota di kawasan teluk itu telanjur menjadi
korban dari wabah penyakit. Padahal, jauh-jauh hari sebelum kasus ini meledak,
potensi dan bahaya pencemaran ekologi di wilayah itu sebenarnya telah diekspos
dan disuarakan oleh sejumlah LSM.
Kegigihan warga dan korban Teluk Buyat dalam mengejar keadilan telah
mengungkap penyakit kronis penegakan hukum di sektor lingkungan. Ia, lebih
jauh, lalu memaksa kita merasakan adanya semacam situasi darurat, yakni
minimnya perhatian dan usaha dari pengelola kekuasaan negara dalam melindungi
hak-hak warga atas lingkungan hidupnya. Situasi darurat itu jadi demikian terasa,
bila diingat, sebelum tragedi Buyat sebenarnya kasus-kasus pencemaran dan
perusakan ekologi serupa sudah berkali-kali terjadi. Proses self destruction
terhadap bumi dan bangsa ini tak boleh terus dibiarkan.
Pemerintah, sebagai pengelola langsung kekuasaan negara, berkewajiban
menjaga dan melindungi lingkungan hidup bagi warga negaranya. Dalam urusan
itu, sudah waktunya pemerintah mengupayakan kebijakan-kebijakan yang tidak
cuma memberi peluang bagi kalangan korporasi, tapi juga mendorong mereka
untuk memenuhi kewajiban sosial mereka terhadap masyarakat dan lingkungan di
mana mereka beroperasi
Kembali ke kasus Buyat: siapakah yang lalu harus bertanggung jawab dalam
tragedi ini? Saya kira, pertanggungjawaban dapat dilihat dalam dua tingkat.
Sebuah penelitian yang independen dan sungguh-sungguh sangat diperlukan
untuk memeriksa duduk perkara dari pencemaran ekologi yang mengakibatkan
wabah penyakit ini. Perusahaan yang dituduh harus membuka dirinya pada upaya
penelitian ini untuk menentukan tingkat pertanggungjawaban yang bisa
dimintakan kepada mereka. Pada tingkat pertanggungjawaban ini, korban bisa
secara langsung menggugat perusahaan. Namun, dari perspektif hak-hak asasi
manusia, sebenarnya pemerintahlah yang memiliki beban pertanggungjawaban
paling tinggi.
Kita ingin mendengar dari pemerintah, apa sebabnya tragedi ini bisa terjadi?
Apakah pemerintah telah secara konsisten dan reguler melakukan kontrol terhadap
praktik-praktik korporasi yang operasinya bisa berisiko pencemaran ekologi?
Apakah pemerintah telah mengambil seluruh tindakan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap korporasi memiliki langkah-langkah pencegahan
kerusakan lingkungan dalam operasinya? Tanggung jawab pemerintah yang
pertama adalah melakukan sebuah penelitian yang jujur dan terbuka untuk
memastikan bahwa kesalahan dapat dikenali dan diperbaiki.
Yang sangat penting juga: apakah pemerintah telah memiliki kebijakan terhadap
para korban tragedi Buyat yang hak-haknya telah dilanggar? Sungguh tidak pantas
bila pemerintah mengecil-ngecilkan kasus ini di saat para korban harus
menghadapi kenyataan bahwa hidupnya terpaksa berubah dan tak bisa sama lagi
seperti sebelumnya akibat tragedi pencemaran ekologi ini. Tanggung jawab kedua
pemerintah adalah memastikan bahwa setiap keluhan korban didengar dan
menjadi salah satu dasar bagi penyusunan kebijakan untuk menyantuni mereka.
Dari tragedi Buyat kita sebenarnya bisa belajar: bila pemerintah tidak
memiliki strategi kebijakan untuk mendorong setiap korporasi memenuhi standar
hak-hak asasi manusia internasional, maka kasus-kasus pencemaran ekologi
lainnya sedang menunggu giliran meledak. Dari tragedi Buyat ini, kita harus
merenungkan dan meninjau kembali, sikap dan tindakan kita terhadap kebijakan
yang pernah diambil.
C. Kasus Munir
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam kasus-kasus ini dapat membuka mata kita agar berusaha menjaga
dan memperbaiki lingkungan kita dengan usaha yang keras. Sebagai pemerintah
tidak seharusnya hanya memandang sebuah masalah dari segi ekonomi tanpa
memikirkan rakyatnya. Jika kasus ini cepat di tindak lanjuti dengan tegas
kemungkinan bisa mengurangi jumlah korban dan kerusakan yang terjadi.
Daftar Pustaka
Http://brainly.co.id
Http://jabrikyuwana.blogspot.com
Http://nerrisstatsp.blogspot.com
Http://rinaanwar92elf.blogspot.com
Http://huntershotamazing.blogspot.co
http://jabrikyuwana.blogspot.com/2010/03/kasus-minamata.html