Diabates Melitus
Diabates Melitus
PENDAHULUAN
oleh adanya kondisi hiperglikemia yang diakibatkan oleh adanya defek dari sekresi
insulin, aksi insulin, atau keduanya. Efek komplikasi jangka panjang dari diabetes
antara lain seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Penderita diabetes juga lebih
berisiko terkena penyakit lain seperti jantung, penyakit arteri perifer dan penyakit
Fatty Liver Disease). Selain itu, mereka juga lebih berisiko terhadap beberapa
pandangan kabur, dan penurunan berat badan, selain itu, infeksi yeast pada
genital juga sering terjadi. Manifestasi klinis paling parah dari diabetes mellitus
Dalam DMT2, gejala seringkali tidak parah, atau mungkin tidak ada, karena
dan perburukan gejala yang lambat inilah, kondisi hiperglikemia sering tidak
disadari dan dalam jangka waktu lama, dimana kondisi ini cukup untuk
jauh sebelum diagnosis DMT2 ditegakkan. Hal ini mengakibatkan sudah adanya
dan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke,
1
2
kematian akibat penyakit tidak menular juga meningkat dari tahun ke tahun, yaitu
41,7% pada tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5% pada tahun 2007.
2013 dan 2018, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur
>15 tahun meningkat menjadi 2%. Dan di Jawa Timur sendiri menduduki peringkat
dengan diabetes terus meningkat, dengan perkiraan WHO ada 422 juta orang
berdasarkan usia pada orang dewasa naik dari 4,7% pada 1980 menjadi 8,5%
tahunan untuk diabetes di antara orang dewasa adalah US $ 850 miliar pada 2017
(WHO, 2019).
Efek dari penyakit diabetes tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga
akan ada setidaknya 629 juta orang yang hidup dengan diabetes pada tahun 2045.
(WHO 2019).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
pembelajaran tentang transfusi darah terutama diabetes mellitus tipe lain bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut.
diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut
dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun pada tubuh menyerang sel-sel
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.Diabetes mellitus tipe-1 sering terjadi
pada masa anak-anak tetapi penyakit ini dapat berkembang pada orang
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes
mellitus. Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β pankreas
5
yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin dengan baik.
Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin
insulin. Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari insulin atau
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis
selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat berkembang sedikit demi
sedikit dan itu tergantung pada pasien . Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia
pertengahan dan orang tua, tetapi lebih umum untuk beberapa orang obesitas
yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. (Kerner and Brückel, 2014)
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa
Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic pada kerja
endocrinopathies, infeksi, dan karena obat atau zat kimia (seperti pada
pengobatan HIV / AIDS atau setelah organ transplantasi) dan juga sindroma
glukosa (Raju dan Raju, 2010 dalam Ozougwu et al., 2013). Gangguan
metabolisme lipid terjadi karena meningkatnya asam lemak bebas dan benda
yang menyebabkan asam amino dalam plasma tinggi dan peningkatan proses
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pancreas
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar
2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat pada
progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada penyandang gangguan
toleransi glukosa.
7
DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver dan sel
beta pancreas saja yang berperan sentral dalam pathogenesis penderita DM tipe-
2 tetapi terdapat organ lain berperan yang disebutnya sebagai the ominous octet
(gambar-2.1)
Gambar-2.1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam pathogenesis
hiperglikemia pada DM tipe-2 (Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet:
A New Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes. 2009; 58: 773-795)
Secara garis besar pathogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal (omnious
octet) berikut :
1. Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi
sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetic yang bekerja melalui jalur ini
2. Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan
tiazolidindion.
4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
(FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses
glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga
akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini
disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar disbanding
kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini
terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan
ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja
kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah
adalah akarbosa.
9
6. Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan
dalam hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam
sintesis glucagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan
secara signifikan dibanding individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi
DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh
persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2
Sedang 10% sisanya akan di absorbs melalui peran SGLT-1 pada tubulus
desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada
kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal
sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalur ini
8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga
terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan
bromokriptin.
–sel β Pankreas. Tipe diabetes ini sering ditandai dengan timbulnya hiperglikemia
10
pada usia dini (umumnya sebelum usia 25 tahun). Mereka disebut sebagai
diabetes onset muda atau maturity onset diabetes of the young (MODY) dan
ditandai dengan gangguan sekresi insulin dengan sedikit atau tanpa adanya
gangguan dalam kerja insulin. Kelainan genetik tersebut diwarisi dalam suatu pola
autosom dominan. Kelainan pada enam lokus genetik pada kromosom yang
berbeda telah diidentifikasi hingga saat ini. Bentuk yang paling umum dikaitkan
dengan mutasi pada kromosom 12 dalam faktor transkripsi hepatic, yang disebut
Bentuk kedua dikaitkan dengan mutasi dalam gen glukokinase pada kromosom 7p
merangsang sekresi insulin oleh sel β. Jadi, glukokinase berfungsi sebagai "sensor
glukosa" untuk sel. Akibat cacat pada gen glukokinase, peningkatan kadar glukosa
Terdapat beberapa panyebab DM yang tidak biasa akibat kelainan aksi insulin
yang ditentukan secara genetik. Kelainan metabolik yang terkait dengan mutasi
hingga diabetes berat. Beberapa individu dengan mutasi ini mungkin memiliki
acanthosis nigricans. Pada wanita mungkin dapat ditemukan juga kistik ovarium.
Dahulu, sindrom ini disebut tipe A insulin resistensi. Leprechaunism dan sindrom
pada gen reseptor insulin, hal tersebut menyebabkan kerusakan pada fungsi
reseptor insulin dan memicu resistensi insulin yang ekstrim. Pada penderita,
biasanya ditemui fitur wajah yang khas dan sindroma tersebut dapat berakibat fatal
pada masa bayi, sedangkan yang kedua dikaitkan dengan kelainan gigi dan kuku
dan hiperplasia kelenjar pineal. Perubahan dalam struktur dan fungsi reseptor
11
insulin tidak dapat ditunjukkan pada pasien dengan resistensi insulin diabetes
lipoatrofik. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa lesi harus berada di jalur
Proses apapun yang menyebabkan kerusakan yang luas pada pankreas dapat
akibat kanker, harus melibatkan bagian pancreas yang sangat luas, untuk
mekanisme lain dalam rusaknya sel pancreas, selain berkurangnya massa sel
pankreas. Jika kerusakan yang ditimbulkan cukup luas, seperti pada kistik fibrosis
Fibrosis pankreas dan batu kalsium dalam saluran eksokrin telah ditemukan di
autopsi.
d) Endokrinopati.
menyebabkan diabetes. Hal tersebut umumnya terjadi pada individu dengan defek
sekresi insulin yang sudah ada, dan hiperglikemia biasanya sembuh ketika
Banyak obat dapat merusak sekresi insulin. Obat-obatan ini mungkin tidak
dengan resistensi insulin. Dalam kasus tersebut, klasifikasinya tidak jelas karena
sekuen urutan atau hubungan antara disfungsi sel β dan resistensi insulin tidak
diketahui. Racun tertentu seperti Vacor (racun tikus) dan pentamidine intravena
hormon yang dapat mengganggu aksi insulin. Contohnya asam nikotinat dan
menderita diabetes terkait dengan antibodi sel islet dan, defisiensi insulin berat.
f) Infeksi
Virus tertentu telah dikaitkan dengan kerusakan sel β pankreas. Diabetes terjadi
pada pasien dengan rubella kongenital, walaupun sebagian besar pasien memiliki
diabetes mellitus.
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Atau
Atau
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam
<140 mg/dl;
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100
mg/dl
anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.
glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
15
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.
1. Edukasi
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Namun,pada
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu
sendiri.
tinggi
asupan energi
16
aman
Mellitus
3. Jasmani
minggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total latihan 150 menit per
minggu. Namun, yang harus diperhatikan adalah antar latihan tidak lebih
terlebih dahulu, namun apabila >250 ml/dL, latihan jasmani ditunda terlebih
dahulu.
4. Terapi Farmakologis
Terapi Kombinasi
17
insulin hipoglikemia
insulin hipoglikemia
menambah laktat
sensitifitas terhadap
insulin
Glukosidase
sensitifitas terhadap
insulin
sekresi glukagon
ginjal
18
Tabel 2.2 Keuntungan, kerugian dan biaya obat anti hiperglikemik (sumber:
menyebabkan gastrointestinal
- Menurunkan laktat
19
b12
Kontra indikasi
pada CKD,
asidosis,
hipoksia,
dehidrasi
- Glimepiride - Menurunkan
komplikasi
mikrovaskuler
glukosa hipoglikemia
menyebabkan meningkatkan
- ↑ HDL jantung
- ↓ TG - Risiko fraktur
wanita
menopause
postprandial - Penyesuaian
sering dilakukan
imun
- Pancreatitis
akut?
- Hospitalisasi
akibat gagal
jantung
- ↓ tekanan hipotensi/
darah pusing
DM (transient)
21
postprandial jantung
medulla tiroid
pada hewan
coba
- Pankreatitis
akut?
- Bentuknya
injeksi
- Butuh latihan
khusus
c. Intermediate
acting
-Human NPH
d. Basal insulin
analogs
- Glargine
- Detemir
- Degludec*
e. Premixed
(beberapa
tipe)
Krisis Hiperglikemia
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
Meliputi :
Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan
kebutuhan
Tujuan :
2. Pemeriksaan HbA1C
Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa
setiap 3 bulan (E), atau tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi
(> 10%).
Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik
darah kapiler.
kali perhari (B) atau pada pengguna obat pemacu sekresi insulin.
Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah
menilai risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya
gejala.
(mmHg)
(mmHg)
kapiler (mg/dl)
kapiler
(mg/dl)
sangat tinggi)
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda dan gejala
asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
(SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan glukosa darah sangat
tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma
sangat meningkat (330-380 mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau
sedikit meningkat.
2.6.2. Hipoglikemia
rendah tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain pihak, tidak semua
sehingga harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja obat telah
24-72 jam, terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang
mendapatkan terapi dengan OHO kerja panjang. Hipoglikemia pada usia lanjut
merupakan suatu hal yang harus dihindari, mengingat dampaknya yang fatal atau
DM usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih lama.
Tanda
Gejala
widened pulse-
pressure
kejang, koma
27
lainnya.
70mg/dL
hipoglikemia.
GDS
2.6.3. Makroangiopati
Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada
penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali adalah
intermittent), namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik pada
2.6.4 Mikroangiopati
Retinopati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko atau
faktor penting yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki yang
terbakar dan bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari.
29
BAB III
KESIMPULAN
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut.
kelompok, yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus
insulin yang dapat mengganggu metabolisme lipid, protein, dan glukosa. Hal ini
otot dan liver serta kegagalan sel beta pancreas. Selain itu, gangguan toleransi
glukosa ini juga memengaruhi organ – organ lain (ominus octet) yaitu jaringan
(resistensi insulin). Selain itu, patofisiologi dari diabetes mellitus type lain terbagi
berdasarkan etiologinya yaitu defek genetik sel β, cacat genetic dalam aksi insuliln,
puasa ≥126 mg/dl (tidak ada asupan kalori minimal 8 jam), atau pemeriksaan
30
glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban glukosa 75 gram, atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200
mg/dl dengan trias keluhan klasik (poliuri, polifagi, polidipsi), atau pemeriksaan
hidup penyandang diabetes, meliputi edukasi, terapi nutrisi medis, jasmani, dan
anti hiperglikemi suntik, dan terapi kombinasi diberikan sesuai dengan keadaan
klinis pasien.
Komplikasi dari diabetes mellitus yang paling fatal adalah ketoasidosis atau
hingga kematian. Selain itu, komplikasi lainnya berupa retinopati, nefropati dan
neuropati. Penderita diabetes juga lebih berisiko terkena penyakit lain seperti
disfungsi ereksi, dan NAFLD (Non Alcoholic Fatty Liver Disease). Selain itu,
tuberculosis.
31
DAFTAR PUSTAKA
Suyono S. Diabetes Mellitus di Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV ed. Jakarta: