Lebba Kadorre Pongsibanne PDF
Lebba Kadorre Pongsibanne PDF
OLEH
Editor:
Lebba Kadorre Pongsibanne
2013
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB VI. BERANGKAI DAN PINDAH SILANG 128
A. BERANGKAI ........................................ 128
B. PINDAH SILANG ............................... 135
4
BAB I
PEWARISAN SIFAT DALAM AL QURAN
Ilmu pengetahuan genetika modern berawal dari
penemuan Gregor Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan
yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, yang disebut unit genetik
atau gen, yaitu bahan yang mempunyai persyaratan: (1)
diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya
mempunyai persamaan fisik dari materi tersebut; (2)
membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi
dan sifat-sifat biologi yang lain.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang gen,
yaitu faktor yang menentukan sifat-sifat suatu organisme.
Proses kehidupan secara biologi merupakan proses
metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Penentuan sifat
organisme dilakukan oleh gen melalui pengendalian reaksi-
reaksi kimia yang menyusun suatu lintasan metabolisme. Di
dalam genetika dipelajari struktur, proses pembentukan dan
pewarisan gen serta mekanisme ekspresinya dalam
pengendalian sifat organisme.
Jauh sebelum Mendel mengemukakan teorinya yang
terkait dengan hukum pewarisan sifat, Allah SWT melalui
firmannya telah memberikan sejumlah isyarat yang
semestinya menantang manusia untuk berpikir dalam
mengungkapkan misteri hukum-hukum pewarisan sifat.
Salah satu yang patut untuk dipikirkan adalah Firman Allah
sebagai berikut:
5
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS:
Al Faathir 35:28)
[1258] yang dimaksud dengan ulama dalam ayat Ini ialah orang-
orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
9
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikun
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (al-Hajj: 5).
﴾ ﰒُﱠ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ِﰲ ﻗَـَﺮا ٍر١٢﴿ ﲔ ٍ اﻹﻧﺴﺎ َن ِﻣﻦ ُﺳ َﻼﻟٍَﺔ ﱢﻣﻦ ِﻃ ِ
َ ْ َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ
َﻀﻐَﺔ ْ ﻀﻐَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤْ ﴾ ﰒُﱠ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ َﻋﻠَ َﻘﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ١٣﴿ ﲔ ٍ ﱠﻣ ِﻜ
َﺣ َﺴ ُﻦ ْ آﺧَﺮ ﻓَـﺘَﺒَ َﺎرَك اﻟﻠﱠﻪُ أ َ ًَﻧﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠﻘﺎ َ ِﻋﻈَﺎﻣﺎً ﻓَ َﻜ َﺴ ْﻮﻧَﺎ اﻟْﻌِﻈَ َﺎم َﳊْﻤﺎً ﰒُﱠ أ
ِ ِِ ْ
﴾١٥﴿ ﻚ ﻟَ َﻤﻴﱢﺘُﻮ َن َ ﴾ ﰒُﱠ إِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﺑَـ ْﻌ َﺪ َذﻟ١٤﴿ ﲔ َ اﳋَﺎﻟﻘ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
10
Pencipta Yang Paling Baik Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya
kamu sekalian benar-benar akan mati. (Mukmin: 12-15).
11
mudhghah yaitu mukhallaqah yang berarti sempurna
pembentukannya dan ghair mukhallaqah yang berarti tidak
mencapai kesempurnaan dan gugur.
Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan Bukhari,
diungkapkan rincian masa pembentukan janin dalam rahim.
ِ
ﻚ ﰒُﱠَ ﲔ ﻳَـ ْﻮﻣﺎً ﰒُﱠ ﻳَ ُﻜﻮ ُن َﻋﻠَ َﻘﺔَ ِﻣﺜْ َﻞ َذﻟ ِ ِ
َ ْ َﺣ َﺪ ُﻛ ْﻢ ُْﳚ َﻤ ُﻊ ﺧ ْﻠ ُﻘﻪُ ِﰲ ﺑَﻄْ ِﻦ أُﱢﻣﻪ أ َْرﺑَﻌَ إ ﱠن أ
ِ
ٍ ِ ِ
َ ﻀﻐَﺔً ِﻣﺜْ َﻞ َذﻟ
ُﺚ اﷲ َﻣﻠَ َﻜﺎ ﻓَـﻴُـ ْﺆَﻣ ُﺮ ﺑِﺄ َْرﺑَ ِﻊ َﻛﻠﻤﺎَت َوﻳُﻘﺎَ ُل ﻟَﻪ ُ ﻚ ﰒُﱠ ﻳَـْﺒـ َﻌ ْ ﻳَ ُﻜﻮ ُن ُﻣ
َﺟﻠَﻪُ َو َﺷ ِﻘ ﱞﻲ أ َْو َﺳﻌِْﻴ ٌﺪ ﰒُﱠ ﻳـُْﻨـ َﻔ ُﺦ ﻓِ ِﻴﻪ
َ ﺐ َﻋ َﻤﻠَﻪُ َوِرْزﻗَﻪُ َوأْ ُا ْﻛﺘ
Seseorang dihimpun dari perut ibunya selama 40 hari, kemudian
dibentuk menjadi alaqah selama 40 hari pula; baru menjadi
mudhghah selama 40 hari. Setelah itu Allah mengutus malaikat
kemudian memerintahkan agar menuliskan 4 hal. Diperintahkan
kepadanya tulislah amalnya, rezkinya, ajalnya, susah atau
.senangnya. Kemudian ditiupkan ruh pada janin. (HR. Bukhari).
12
Dari Huzaifah bin Usaid yang sampai kepadanya dari Nabi
Muhammad SAW yang berkata: "Malaikat masuk ke dalam
nuthfah sesudah ia tetap di dalam rahim selama 40 atau 45 hari.
Kemudian ia berkata, apakah ia akan susah atau bahagia? Malaikat
menjawab Allah yang menetapkan keduanya. Dia berkata lagi:
laki-laki atau perempuan? Malaikat menjawab Allah yang
menentukan keduanya. Allah menetapkan amalnya, pengaruhnya,
rezki dan ajalnya. Kemudian Kitah ditutup dan tidak ada lebih
atau kurangnya. (HR. Muslim).
13
BAB II
PERKEMBANGAN GENETIKA DAN
MENDELISME
Konsep Dasar
Dari karya ini, orang mulai mengenal konsep gen
(Mendel menyebutnya 'faktor'). Gen adalah pembawa sifat.
Alel adalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan
suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki
sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas,
masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan
alel ini dinamakan genotipe. Apabila suatu individu
memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu
bergenotipe homozigot, apabila pasangannya berbeda,
genotipe individu yang bersangkutan dalam keadaan
heterozigot. Genotipe terkait dengan dengan sifat yang
teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut
fenotipe.
16
B. KRONOLOGI PERKEMBANGAN GENETIKA
Setelah penemuan ulang karya Mendel, genetika
berkembang sangat pesat. Perkembangan genetika sering
kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan metode
ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains.
Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan genetika:
1. 1859 Charles Darwin menerbitkan The Origin of Species,
sebagai dasar variasi genetik.
2. 1865 Gregor Mendel menyerahkan naskah Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman;
3. 1878 E. Strassburger memberikan penjelasan mengenai
pembuahan berganda;
4. 1900 Penemuan kembali hasil karya Mendel secara
terpisah oleh Hugo de Vries (Belgia), Carl Correns
(Jerman), dan Erich von Tschermak (Austro-Hungaria)
merupakan awal genetika klasik;
5. 1903 Kromosom diketahui menjadi unit pewarisan
genetik;
6. 1905 Pakar biologi Inggris William Bateson
memperkenalkan istilah 'genetika';
7. 1908 dan 1909 Peletakan dasar teori genetika populasi
oleh Weinberg (dokter dari Jerman) dan secara terpisah
oleh James W. Hardy (ahli matematika Inggris)
merupakan awal genetika populasi;
8. 1910 Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen-gen
berada pada kromosom, menggunakan lalat buah
(Drosophila melanogaster) merupakan awal sitogenetika;
9. 1913 Alfred Sturtevant membuat peta genetik pertama
dari suatu kromosom;
10. 1918 Ronald Fisher (ahli biostatistika dari Inggris)
menerbitkan On the correlation between relatives on the
supposition of Mendelian inheritance (secara bebas berarti
"Keterkaitan antar kerabat berdasarkan pewarisan
Mendel"), yang mengakhiri perseteruan antara teori
17
biometri (Pearson dkk.) dan teori Mendel sekaligus
mengawali sintesis keduanya ini merupakan awal
genetika kuantitatif;
11. 1927 Perubahan fisik pada gen disebut mutasi;
12. 1928 Frederick Griffith menemukan suatu molekul
pembawa sifat yang dapat dipindahkan antar bakteri
(konjugasi);
13. 1931 Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinasi;
14. 1941 Edward Lawrie Tatum and George Wells Beadle
menunjukkan bahwa gen-gen menyandi protein,
merupakan awal dogma pokok genetika;
15. 1944 Oswald Theodore Avery, Colin McLeod and
Maclyn McCarty mengisolasi DNA sebagai bahan genetik
(mereka menyebutnya prinsip transformasi);
16. 1950 Erwin Chargaff menunjukkan adanya aturan umum
yang berlaku untuk empat nukleotida pada asam nukleat,
misalnya adenin cenderung sama banyak dengan timin;
17. 1950 Barbara McClintock menemukan transposon pada
jagung;
18. 1952 Hershey dan Chase membuktikan kalau informasi
genetik bakteriofag (dan semua organisme lain) adalah
DNA;
19. 1953 Teka-teki struktur DNA dijawab oleh James D.
Watson dan Francis Crick berupa pilin ganda (double
helix), berdasarkan gambar-gambar difraksi sinar X DNA
dari Rosalind Franklin merupakan awal genetika
molekular;
20. 1956 Jo Hin Tjio dan Albert Levan memastikan bahwa
kromosom manusia berjumlah 46;
21. 1958 Eksperimen Meselson-Stahl menunjukkan bahwa
DNA digandakan (direplikasi) secara semikonservatif;
22. 1961 Kode genetik tersusun secara triplet;
18
23. 1964 Howard Temin menunjukkan dengan virus RNA
bahwa dogma pokok dari tidak selalu berlaku;
24. 1970 Enzim restriksi ditemukan pada bakteri
Haemophilus influenzae, memungkinan dilakukannya
pemotongan dan penyambungan DNA oleh peneliti (lihat
juga RFLP) merupakan awal bioteknologi modern;
25. 1977 Sekuensing DNA pertama kali oleh Fred Sanger,
Walter Gilbert, dan Allan Maxam yang bekerja secara
terpisah. Tim Sanger berhasil melakukan sekuensing
seluruh genom Bacteriofag Φ-X174;, suatu virus
merupakan awal genomika;
26. 1983 Perbanyakan (amplifikasi) DNA dapat dilakukan
dengan mudah setelah Kary Banks Mullis menemukan
Reaksi Berantai Polymerase (PCR);
27. 1985 Alec Jeffreys menemukan teknik sidik jari genetik.
28. 1989 Sekuensing pertama kali terhadap gen manusia
pengkode protein CFTR penyebab cystic fibrosis;
29. 1989 Peletakan landasan statistika yang kuat bagi
analisis lokus sifat kuantitatif (analisis QTL) ;
30. 1995 Sekuensing genom Haemophilus influenzae, yang
menjadi sekuensing genom pertama terhadap organisme
yang hidup bebas;
31. 1996 Sekuensing pertama terhadap eukariota: khamir
Saccharomyces cereviceae;
32. 1998 Hasil sekuensing pertama terhadap eukariota
multiselular, nematoda Caenorhabditis elegans,
diumumkan;
33. 2001 Draf awal urutan genom manusia dirilis bersamaan
dengan mulainya Human Genome Project;
34. 2003 Proyek Genom Manusia (Human Genome Project)
menyelesaikan 99% pekerjaannya pada tanggal (14 April)
dengan akurasi 99.99%
19
CABANG-CABANG GENETIKA
Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni
maupun ilmu terapan. Cabang-cabang ilmu ini terbentuk
terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek
tertentu dari objek kajiannya.
Cabang-cabang murni genetika:
• genetika molekular
• genetika sel (sitogenetika)
• genetika populasi
• genetika kuantitatif
• genetika perkembangan
Cabang-cabang terapan genetika:
• genetika kedokteran
• ilmu pemuliaan
• rekayasa genetika atau rekayasa gen
Bioteknologi merupakan ilmu terapan yang tidak
secara langsung merupakan cabang genetika tetapi sangat
terkait dengan perkembangan di bidang genetika.
20
C. MENDELISME
21
makhluk hidup yang berbentuk seperti manusia kecil yang
disebut dengan humunculus di dalam spermatozoa, dan
peneliti lainnya juga melihat hal yang serupa pada sel telur.
Dengan demikian, teori preformasi beranggapan bahwa
calon manusia sudah terdapat sebelumnya di dalam gamet-
gamet.
Teori preformasi ditolak oleh Casper Wolff (1733-
1794). Ia lebih mempercayai teori epigenesis yang
menyebutkan bahwa organisme berasal dari bahan yang
terdapat di dalam sel telur, yang setelah dibuahi oleh
spermatozoa, akan mengadakan diferensiasi menjadi
struktur dewasa, selama perkembangan embrio.
Charles Darwin (1809-1882), yang terkenal karena
teori evolusinya, mengemukakan teori pangenesis, yang
mengatakan bahwa di dalam sel kelamin terdapat tunas-
tunas, yang kemudian akan tumbuh menjadi makhluk baru
setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoa. August
Weismann (1834-1914), yang mengemukakan teori plasma
benih, mengatakan bahwa gamet itu dibentuk oleh jaringan
khusus, bukan oleh jaringan tubuh. Sehingga, kerusakan
pada salah satu jaringan tubuh tidak akan mempengaruhi
gamet, dan tidak akan diwariskan pada keturunannya.
22
Gregor Mendel (1822-1884), rahib Austria yang karena
percobaannya yang menggunakan tanaman ercis telah meletakkan
dasar untuk ilmu Genetika (Dikutip dari Wikipedia, 2007).
Kurang lebih tujuh tahun lamanya Mendel
melakukan pengamatan secara teliti, maka pada tahun 1865
ia membawakan hasil percobaannya pada pertemuan ilmiah
yang diselenggarakan oleh Perhimpunan pengetahuan Alam
di Brunn. Pada tahun 1866 karya ilmiah Mendel itu dicetak
oleh perhimpunan tersebut, yang kemudian disebarkan
lebih luas ke berbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika.
Akan tetapi para ahli mendengar dan membaca
karya ilmiah tersebut, tidak ada seorangpun di antara
mereka pada abad ke-19 itu yang dapat menghargai dan
menganggap penting hasil percobaan Mendel. Baru kira-kira
40 tahun kemudian, yaitu pada permulaan abad ke-20,
publikasi Mendel itu diakui kebenarannya oleh para
biologiwan De Vries (Belanda, 1900), Correns (Jerman,
1900) dan Tschermak (Austria, 1900), yang bekerja sendiri-
sendiri di negaranya masing-masing. Sejak itulah Mendel
dinyatakan sebagai Bapak Genetika.
Genetika Mendel
Gregor Mendel (1822-1884), orang Austria, pantas
dinyatakan sebagai “Bapak Genetika”, karena ia adalah
orang yang pertama kali melakukan percobaan perkawinan
silang, yang dilakukan pada beberapa jenis tanaman kapri
(Pisum sativum), untuk mempelajari perbedaan sifat satu
dengan lainnya. Percobaan ini dilakukan selama 7 tahun.
Mendel memilih tanaman kapri dalam percobaannya,
karena tanaman ini mempunyai umur yang pendek, mudah
tumbuh, dapat disilangkan secara buatan dan mempunyai
sifat-sifat dengan perbedaan karakter yang kontras.
Lebih jelasnya Mendel memilih tanaman ercis untuk
percobaannya karena;
• Tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan tanaman
setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan.
• Memiliki bunga sempurna, artinya pada bunga itu
terdapat benang sari (alat jantan) dan putik (alat betina),
sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri.
Perkawinan silang dapat berlangsung asal dengan
24
pertolongan orang. Penyerbukan sendiri yang
berlangsung beberapa generasi terus-menerus akan
menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu
memiliki sifat keturunan yang selalu memiliki sifat
keturunan yang sama dengan induknya.
• Tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang
menyolok, seperti batang tinggi lawan kerdil, buah
polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna
ungu lawan putih, bunganya terletak aksilar (sepanjang
batang) lawan terminal (pada ujung batang), biji yang
masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin
lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih.
Pemisahan (separasi) kromosom-kromosom homolog
sewaktu meiosis melalui pembelahan reduksi pada
hakekatnya merupakan dasar fisik bagi hukum segregasi
Mendel. Alela-alela atau gen-gen yang menentukan sifat
tertentu, berada berpasangan karena alela-alela ini berlokasi
pada sepasang kromosom homolog pada lokus (tempat)
yang sama. Karena homolog-homolog itu selalu berpisahan
kedalam berbagai sel benih pada waktu meoisis, maka alela-
alela itu harus juga berpisahan satu dengan yang lain. Perlu
disertakan dalam definisi kita mengenai alela-alela, fakta
bahwa alela-alela itu berada pada kromosom homolog,
karena kita tahu sekarang bahwa banyak sifat ditentukan
oleh lebih dari satu pasang gen yang sering berlokasi pada
kromosom-kromosom non homolog.
Sekarang mudah untuk dimengerti mengapa hanya
ada dua alela yang bisa terdapat dalam suatu individual
pada satu lokus, sekali pun dalam sistem alela jamak
(multiple). Kromosom homolog dalam organisme-organisme
yang bereproduksi secara seksual hanya bisa berada dalam
pasangan, yang satu diwariskan dari induknya dan yang
lain dari bapaknya.
25
Sifat-sifat tanaman yang dipergunakan Mendel
dalam percobaannya adalah: tinggi tanaman (tinggi dan
pendek), warna bunga (ungu dan putih), letak bunga (di
sepanjang batang dan di ujung batang), warna buah polong
(hijau dan kuning), bentuk polong (menggelembung dan
pipih), warna kulit biji (kuning dan hijau) dan bentuk biji
(bulat dan berkerut).
27
tertentu dapat menutup sifat lainnya. Sifat ini disebut sifat
dominan. Sifat yang tertutup oleh sifat dominan tersebut
disebut dengan sifat resesif. Hasil percobaan Mendel dapat
dilihat pada tabel di bawah.
28
Tujuh karakter dari obs
ervasi Mendel pada kapri. Sifat-sifat pada kolom sebelah kiri
adalah dominan (Tamarin, 1999).
Gamet: t T
29
F1 Tt
(tinggi)
F1 x F1 : ♀ Tt x ♂ Tt
(tinggi) (tinggi)
F2
♂
T t
♀
TT Tt
T
(tinggi) (tinggi)
Tt tt
t
(tinggi) (pendek)
30
Contoh persilangan monohibrid
Karakter-karakter genetik diatur oleh unit faktor
yang berpasangan yang terdapat di dalam tiap individu.
Individu diploid menerima satu faktor dari masing-masing
orang tua. Karena unit faktor itu berpasangan, maka ada tiga
kemungkinan kombinasi pasangan, yaitu keduanya sifat
dominan, keduanya sifat resesif atau satu dominan dan satu
resesif. Setiap individu yang diploid memiliki salah satu dari
kemungkinan kombinasi tersebut.
Selama pembentukan gamet, pasangan unit faktor
akan memisah, atau mengalami segregasi dan akan
31
diteruskan ke gamet-gamet secara bebas yang kemudian
akan diteruskan ke keturunannya.
b) Pada manusia
Pada manusia ditemukan kelainan mempunyai jari
lebih, yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P.
P ♀ pp x ♂Pp
(normal) (polidaktili)
Gamet: p P
F1 Pp (polidaktili)
pp (normal)
- Diabetes
Disebabkan pancreas tidak dapat menghasilkan
insulin sehingga kadar gula arah naik ditentukan oleh
gen resesif d.
P ♀ Dd x ♂Dd
(normal) (normal)
Gamet: D,d D, d
F1 DD normal (1)
Dd normal (2)
dd diabetes (1)
2) Perkawinan Resiprok
Perkawinan kebalikan dari perkawinan pertama.
32
P ♀ HH x ♂hh Resiprok
(hijau) (kuning) ♀ hh x ♂HH
(kuning) (hijau)
F1 Hh Hh
(hijau) (hijau)
F2 :
♂
H h
♀
HH Hh
H
(hijau) (hijau)
Hh Hh
h
(hijau) (kuning)
Kesimpulan: Perkawinan resiprok menghasilkan
keturunan yang sama
(ada perkecualian !)
Backcross
P ♀ BB x ♂bb ♀ Bb x ♂BB
(hitam) (putih) (hitam) (hitam)
F1 Bb BB (hitam, 1)
(hitam) Bb (hitam, 1)
33
Kesimpulan: Induk
mempunyai genotip BB.
Kalau induk mempunyai
genotip Bb akan
menghasilkan keturunan
sbb:
♀ Bb x ♂Bb
(hitam) (hitam)
BB (hitam,1)
Bb (hitam, 2)
.....................bb (putih,1)
F1 Bb F2 Bb (hitam, 1)
(hitam) bb (putih, 1)
34
b. Semua F1 berbunga ungu, akan tetapi setelah dilakukan
perkawinan sendiri dikalangan F1 maka diperoleh
kembali warna putih. Hal ini membuktikan, bahwa gen
penyebab putih terdapat pula pada F1 bersama-sama
dengan gen penyebab ungu, tetapi gen putih tidak
terekspresi menjadi fenotip.
c. Dari poin b diatas ini ditarik lagi kesimpulan, bahwa:
1. Jika pada umum F1 terdapat dua gen (satu gen
penentu ungu dan satu gen penentu putih. Kini kita
sebut sepasang gen alel), maka tentu semua fenotip
pada P, F1 dan F2 ditentukan oleh sepasang gen alel.
2. Bertentangan dengan dugaan sebelum Mendel bahwa
gen dari induk jantan dan induk betina melebur
menjadi satu (blending) pada F1, Mendel
berkesimpulan bahwa gen putih dan gen ungu tidak
melebur pada F1, sebab warna bunga F1 tetap ungu
sama dengan induk betina (jika gen-gen melebur,
seharusnya warna bunga F1 adalah antara ungu dan
putih, yakni ungu muda). Lebih lanjut pada F2
diperoleh kembali warna putih. Mana mungkin gen
penentu putih diwariskan ke F2 jika gen ini sudah
melebur menjadi satu dengan gen penentu ungu di F1.
Jika masing-masing gen tetap terpisah pada F1
sehingga memungkinkan adanya ungu dan putih di
F2.
d. Dari point c.2 di atas ini ditarik pula kesimpulan bahwa
kedua gen pada F1 memisah (dapat memisah karena
tidak melebur) pada pmbentukan gamet (sel kelamin).
Lahirlah Hukum Segregasi dari Mendel (segregasi artinya
memisah). Oleh karena itu pula maka jika bakal sel
kelamin adalah diploid (2n), maka pada sel kelamin
menjadi haploid (n).
e. Pembuahan gamet jantan dan gamet betina dari F1 yang
menghasilkan F2, terjadi secara acak (random), artinya
35
setiap gamet jantan mempunyai kemungkinan yang sama
membuahi suatu gamet betina. Oleh karena itu rasio
fenotip F2 memungkinkan perolehan 3 : 1.
f. Pada F1 semua berbunga ungu, meskipun pada tanaman
ini mengandung gen ungu dan gen putih. Gen penentu
putih ternyata pasif atau tidak berpartisipasi dalam
pembentukan warna ungu, jika berada bersama-sama
dengan gen penentu ungu. Gen penentu ungu-lah yang
aktif berfungsi menentukan warna.
Mendel menyebut gen penentu ungu dominan dan gen
penentu putih resesif. Gen resesif putih baru dapat
mengekspresikan dirinya (menyebabkan fenotip warna
putih) jika tidak bersama-sama dengan gen dominan ungu.
Adanya dominasi dan segregasi menyebabkan semua F1
berwarna ungu dan F2 memperlihatkan rasio fenotip 3 : 1.
37
tiga identik, dan seterusnya tidak ada 2 orang yang genetis
sama.
Hal penting yang akan dikemukakan di sini ialah
semua orang harus mempunyai lokus-lokus yang
menentukan sifat-sifat yang menggolongkan kita sebagai
anggota-anggota spesies kita : lokus bagi berdiri tegak,
tangan-tangan untuk memegang, dan sebagainya. Namun
demikian, setiap dari kita adalah unik, disebabkan
kombinasi yang berbeda-beda dari berbagai alela yang
diwariskan dari orang tua kita.
rasio
F2 : (hasil perkawinan sendiri di F1) : 315 bulat,
kuning : 9
108 bulat, hijau : 3
101 kisut, kuning : 3
32 kisut, hijau :1
Kesimpulan Hukum Mendel II :
Bulat : kisut = (315 + 108) : (101 + 32 ) = 423 : 133
=3:1
Kuning : hijau = (315 +101) : (108 + 32) = 416 : 140
=3:1
3) Perkawinan Dihibrid
Perbandingan F2 pada dihibrid = 9 : 3 : 3 : 1
♂ TU Tu tU tu
♀
TU TTUU TTUu TtUU TtUu
(tinggi, (tinggi, (tinggi, (tinggi,
ungu) ungu) ungu) ungu)
Tu TTUu TTuu TtUu Ttuu
(tinggi, (tinggi, (tinggi, (tinggi,
ungu) putih) ungu) putih)
39
tU TtUU TtUu ttUU ttUu
(tinggi, (tinggi, (pendek, (pendek,
ungu) ungu) ungu) ungu)
Tu TtUu Ttuu ttUu Ttuu
(tinggi, (tinggi, (pendek, (pendek,
ungu) putih) ungu) putih)
F2:
Rumus
40
Uji Silang (Test Cross)
4) Perkawinan Trihibrid
Gamet: T, K,U t, k, u
F1 : TtKkUu
tinggi, buah kuning, bunga ungu
42
P : ♀ rr x ♂RR
(putih) (merah)
Gamet: r R
F1 : Rr
(merah mudah)
F1 x F1 : ♀ Rr x ♂Rr
(merah mudah) (merah mudah)
F2 :
♂
R r
♀
RR Rr
R
(merah) (merah muda)
Rr rr
R
(merah muda) (putih)
43
Pewarisan warna bunga pada tanaman pukul empat. Contoh
dari dominansi tidak lengkap (Tamarin, 1999).
Contoh :
LL = daun lebar L1 = daun sedang
ll = daun sempit
MM = bunga merah Mm = bunga merah muda
mm = bunga putih
P : ♀ LLMM x ♂11 mm
(lebar, merah) (sempit, putih)
F1 : L1 M m
(daun sedang, merah muda)
44
F2 :
♂ LM Lm 1M 1m
♀
Kesimpulan:
Lebar, merah (LLMM) : 1
Sempit (11MM) :1
Lebar, m. muda (LLMm) : 2 Sempit, merah
muda (11Mm) :2
Lebar, putih (LLmm) : 1
Sempit, putih (11Mm) : 1
Sedang, merah (L1MM) : 2
Sedang, m. muda(L1Mm) : 4
Sedang, putih (L1mm) :2
b. Kodominan
Pasangan alel dari heterozigot sama kuatnya dalam
fenotip, misalnya pada golongan darah ABO. Alel I =
bersifat resesif terhadap IA dan IB
Alel lA dan IB = bersifat kodominan
45
Fenotip Genotip
Golongan darah O Io Io
Golongan darah A IA IA / IA Io
Golongan darah B IB IB / IB Io
Golongan darah AB IA IB
Contoh:
P : ♀ IA Io x ♂ IB Io
Gamet : IB, Io
F1 : IA IB = golongan darah AB (1)
IA Io = golongan darah A (1)
IB Io = golongan darah B (1)
Io Io = golongan darah O (1)
c. Gen Letal
Gen yang dalam keadaan homozigot dominan atau resesif
dapat menyebabkan kematian (letal)
P : ♀ Cc x ♂ Cc
(redep) (redep)
46
F1 : (1) CC mati
(2) Cc redep
(1) cc normal redep : normal = 2:1
Pada jagung :
GG = dapat membentuk klorofil daun secara normal (daun
hijau)
Gg = daun hijau kekuningan
gg = klorofil tidak terbentuk (tanaman mati, sejak tanaman
masih kecambah)
P : ♀ Gg x ♂ Gg
(h. kekuningan) (h. kekuningan)
Gamet : G, g G,g
F1 : (1) GG (hijau hijau : h.
kekuningan
(2) Gg (H. kekuningan) =1:2
(1) gg mati
1) Interaksi Gen
Pada jengger ayam:
R – pp : tipe mawar (rose)
rrP- : tipe kacang (pea)
R - P - : tipe Walnut
rrpp : tipe tunggal
P : ♀ RRPP x ♂ rrPP
(mawar) (kacang)
47
F1 : RrPp
(walnut)
F2 : F1 x F1 R-P- : (Walnut) 9
R – pp : (mawar) 3
rrP- : (kacang) 3
rrpp : (tunggal) 1
a) Epistasi Dominan
U : bunga ungu
K : bunga kuning U epistasi terhadap K
u & k : bunga putih
48
P : ♀ UUKK x ♂ uukk
(ungu) (putih)
F1 : UuKk
(ungu)
F2 : F1 x F1 U – K - (ungu) 9
U – kk (ungu) 3 ungu : kuning : putih
uuK - (kuning) 3 12 : 3 : 1
uukk (putih) 1
3. Epistasi Resesif
Warna kulit/ bulu pada tikus
A : abu-abu
a : hitam
C : menyebabkan warna timbul
c : menghalangi warna timbul
P : ♀ AAcc x ♂ aacc
(putih) (hitam)
F1 : AaCc
(abu-abu)
F2 : F1 x F1 A – C - (abu-abu) 9
A – cc (putih) 3 abu-abu :
hitam : putih
aa - (hitam) 3 9 :
3 : 4
aacc (putih) 1
49
c : bulu tidak berwarna
I : menghalangi keluarnya warna
i : tidak menghalangi keluarnya warna
P : ♀CCII x ♂ ccii
(ayam leghorn, putih) (ayam silkie, putih)
F1 : CcIi
(putih)
F2 : F1 x F1 C – I - (putih) 9
C – ii (berwarna) 3 putih :
berwarna
iiC - (putih) 3 13 : 3
iicc (putih) 1
P : ♀ DDee x ♂ ddEE
(bisu, tuli)) (bisu, tuli)
F1 : DdEe
(normal)
F2 : F1 x F1 D – E - (normal) 9
D – ee (bisu, tuli) 3 normal : bisu
tuli
ddE - (bisu, tuli) 3 = 9 : 7
ddee (bisu, tuli) 1
50
6. Epistasi Karena Gen Dominan Rangkap
A : gen untuk bentuk bulat pada buah
B : gen untuk bentuk bulat pada buah
A&B : gen untuk bentuk bulat pada buah
a&b : gen untuk bentuk oval pada buah
P : ♀ AABB x ♂ aabb
(bulat)) (oval)
F1 : AaBb
(bulat)
F2 : F1 x F1 A–B- (bulat) 9
A – bb (bulat) 3 bulat : oval
aaB- (bulat) 3 15 : 1
aabb (oval) 1
P : ♀ AABB x ♂ aabb
(ungu tua) (putih)
F1 : AaBb
(ungu tua)
51
BAB III
MATERI GENETIK DAN SINTESIS
PROTEIN
52
A. DNA (ASAM DEOKSIRIBONUKLEAT)
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA
(bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam
nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat
kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya
terletak di dalam inti sel.
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel
adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan
cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi
setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol
adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk
organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Struktur DNA
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan
basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari
ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga
DNA tergolong sebagai polinukleotida.
53
kromosom terbesar pada manusia terdiri atas 220 juta
nukleotida.
54
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula
yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa
(berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula
terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara
atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon
kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA
dan RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah
ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk
struktur heliks ganda. Pada struktur heliks ganda, orientasi
rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan
orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai
antiparalel. Masing-masing untai terdiri dari rangka utama,
sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi
dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada
heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara
basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat
basa yang ditemukan pada DNA adalah adenin
(dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine), guanin (G), dan
timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin,
sedangkan guanin berikatan dengan sitosin.
Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk
berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang
digandakan.
Replikasi DNA
Sel berkembang biak dengan membelah diri dan apa
yang terjadi pada DNA pada akhir proses pembelahan sel?.
Hanya ada satu rantai DNA di dalam sel. Namun, ternyata
bahwa sel yang baru terbentuk juga membutuhkan DNA.
Untuk mengisi kekosongan ini, DNA merampungkan
sebuah rentetan operasi yang menarik, yang setiap tahapnya
merupakan keajaiban yang berbeda. Akhirnya, segera
sebelum sel membelah, DNA membuat kopi dirinya dan
55
memindahkannya ke sel yang baru proses ini disebut
replikasi diri pada DNA.
Pengamatan terhadap pembelahan sel menunjukkan
bahwa sel harus mencapai ukuran tertentu sebelum
membelah diri. Pada saat sel melewati ukuran tertentu ini,
proses pembelahan otomatis dimulai. Sementara bentuk sel
mulai semakin mulus sehingga memungkinkan proses
pembelahan, DNA mulai mereplikasi diri seperti disebutkan
sebelumnya.
Mulanya DNA membelah menjadi dua untuk
mereplikasi dirinya sendiri. Peristiwa ini terjadi dengan cara
yang sangat menarik. Molekul DNA yang menyerupai
tangga spiral membagi menjadi dua seperti ritsleting dari
tengah anak tangga. Seterusnya, DNA membelah menjadi
dua bagian. Belahan yang hilang (replica) dari masing-
masing bagian disempurnakan dengan bahan-bahan yang
terdapat di sekitarnya. Dengan cara ini, dua molekul DNA
baru diproduksi. Dalam setiap tahap operasi, protein ahli
yang disebut “enzim” yang berfungsi seperti robot canggih
mengambil peran. Walau ini sekilas tampak sederhana,
proses-proses antara yang berlangsung selama operasi ini
begitu banyak dan begitu rumit sehingga perlu dibahas lebih
dalam.
Molekul DNA baru yang muncul selama replikasi
diperiksa berulang kali oleh enzim pemeriksa. Jika terjadi
kesalahan yang dapat menjadi sangat vital, DNA akan
segera diidentifikasi dan diperbaiki. Kode yang keliru
dibuang dan digantikan dengan yang benar. Semua proses
ini berlangsung dalam kecepatan yang sangat memesonakan
sehingga saat 3000 pasangan basa diproduksi dalam satu
menit, secara bersamaan semua pasangan diperiksa
berulang kali oleh enzim-enzim yang bertanggung jawab
dan perbaikan yang dibutuhkan dilakukan.
56
Dalam molekul DNA yang baru diproduksi, lebih
banyak kesalahan yang dapat dilakukan lebih dari normal
sebagai akibat faktor luar. Dalam hal ini, ribosom di dalam
sel mulai memproduksi enzim-enzim pereparasi DNA
sesuai perintah yang diberikan oleh DNA. Dengan
demikian, saat DNA melindungi dirinya sendiri, ia juga
menjamin kelangsungan generasi.
Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA.
Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah
diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri
harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel
turunan memiliki informasi genetik yang sama. Pada
dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA
terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan
"konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain,
dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan
rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk. Ada
beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses
replikasi DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling
populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru
yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai
tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA
sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan
rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh
dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan"
untuk membuat rantai pasangannya.
Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan
mengalami proses perbanyakan sebagai salah satu tahapan
sangat penting dalam proses pertumbuhan sel atau
perbanyakan partikel virus. Setiap organisme harus
menduplikasikan DNA nya secara tepat sebelum setiap sel
melakukan pembelahan.
57
1. Model Replikasi DNA
Pada mulanya, secara teoritis, diusulkan bahwa
replikasi DNA berlangsung melalui tiga cara, yaitu: (1)
model Konservatif, dimana heliks ganda induk tetap dalam
keadaan utuh, dan sebuah salinan kedua yang sama sekali
baru telah dibuat; (2) model Semikonservatif, dimana kedua
rantai molekul induk berpisah, dan setiap rantai berfungsi
sebagai cetakan untuk mensintesis rantai komplementer
yang baru, dan (3) Model Dispersif, yaitu setiap rantai dari
kedua molekul anak terdiri dari campuran antara bagian
rantai lama dan bagian rantai yang baru disintesis.
58
Secara sederhana, replikasi model semikonservatif
dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Sebelum melakukan replikasi, molekul induk
mempunyai dua rantai DNA komplementer. Setiap
basa dipasangkan oleh ikatan hidrogen dengan
pasangan spesifiknya. A dengan T dan G dengan C.
• Langkah pertama dalam replikasi adalah pemisahan
kedua rantai DNA
• Setiap rantai yang lama berfungsi sebagai cetakan
(template) yang menentukan urutan nukleotida di
sepanjang rantai komplementer yang baru yang
bersesuaian. Nukleotida terpasang pada daerah
yang spesifik di sepanjang permukaan cetakan
berdasarkan aturan pemasangan basa.
• Nukleotida baru tersebut disambung satu sama lain
untuk membentuk tulang punggung gula-fosfat dari
rantai baru. Setiap molekul DNA sekarang terdiri
dari satu rantai lama dan satu rantai baru. Dengan
demikian terbentuklah dua molekul DNA yang
persis sama dengan molekul DNA sebelum replikasi.
Lebih jelasnya model replikasi DNA dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
59
Gambar: Model Replikasi Semikonservatif
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim
pembantu; salah satu yang terpenting dikenal dengan nama
DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu
pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu
polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan
untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang
rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh
beberapa jenis protein yang dapat mengenali titik-titik
tersebut, dan juga protein yang mampu membuka pilinan
rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk akibat
pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan
mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka
secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda
tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA
polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda.
Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang
membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini
berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
60
Gambar: Struktur DNA dan replikasi DNA
61
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang
rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru memiliki
suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan
pemasukan monomer yang dapat berakibat fatal. Karena
mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan
sintesis amatlah kecil.
Replikasi DNA sering disebut sintesis DNA, yaitu
suatu proses dimana urutan nukleotida dari DNA (bagian
tertentu dari DNA) dikopi oleh pasangan basa
komplementernya (A dengan T, atau G dengan C). Proses
tersebut memerlukan pengenalan setiap nukleotida di dalam
DNA dan membutuhkan dua rantai DNA yang terpisah.
Replikasi DNA dikatalisis oleh enzim DNA polimerase.
Subtrat untuk enzim ini adalah deosiribonukleosida trifosfat
yang dipolimerisasi pada satu benang DNA cetakan secara
bertahap.
62
replication). Kromosom bakteri, yang berbentuk melingkar,
mempunyai satu pangkal, yaitu satu bagian DNA yang
mempunyai urutan nukleotida yang spesifik. Replikasi
DNA berlangsung pada kedua arah mengelilingi
kromosom sirkuler sampai keseluruhan kromosom tersebut
telah diproduksi. Enzim yang memulai replikasi mengenali
urutan ini dan menempel pada DNA, memisahkan kedua
rantai dan membentuk sebuah gelembung yang dinamakan
gelembung replikasi. Replikasi DNA kemudian berjalan
dalam dua arah sampai seluruh molekul tersebut disalin.
5. Garpu replikasi
Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork)
ialah struktur yang terbentuk ketika DNA bereplikasi.
Garpu replikasi ini dibentuk akibat enzim helikase yang
memutus ikatan-ikatan hidrogen yang menyatukan kedua
untaian DNA, membuat terbukanya untaian ganda tersebut
menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah
untaian tunggal DNA. Masing-masing cabang tersebut
menjadi "cetakan" untuk pembentukan dua untaian DNA
baru berdasarkan urutan nukleotida komplementernya.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan
memperpanjang oligonukleotida (RNA) yang dibentuk oleh
enzim primase dan disebut primer.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru
dengan menambahkan nukleotida dalam hal ini,
deoksiribonukleotida—ke ujung 3'-hidroksil bebas
nukleotida rantai DNA yang sedang tumbuh. Dengan kata
lain, rantai DNA baru (DNA "anak") disintesis dari arah
5'→3', sedangkan DNA polimerase bergerak pada DNA
"induk" dengan arah 3'→5'. Namun demikian, salah satu
untaian DNA induk pada garpu replikasi berorientasi 3'→5',
sementara untaian lainnya berorientasi 5'→3', dan helikase
bergerak membuka untaian rangkap DNA dengan arah
64
5'→3'. Oleh karena itu, replikasi harus berlangsung pada
kedua arah berlawanan tersebut.
7. Reparasi DNA
Ketepatan urutan DNA dalam suatu spesies
senantiasa dipertahankan. Hal tersebut dimaksudkan agar
informasi genetik dalam urutan DNA tidak mengalami
perubahan. Mutasi dapat dianggap sebagai suatu
kekeliruan dalam mekanisme pewarisan informasi.
Kekeliruan ini menunjukkan bahwa semua mutasi dan
terciptanya variasi alel baru sebenarnya tidak diinginkan,
namun demikian pada kenyataannya mutasi merupakan
sumber variabilitas genetik baru dengan potensi yang lebih
baik.
Kecepatan perubahan urutan DNA (kecepatan
mutasi) hanya dapat diestimasi secara tidak langsung. Salah
satu cara adalah dengan membandingkan urutan asam
amino dari protein yang sama dalam beberapa spesies yang
berbeda. Salah satu protein yang telah dipelajari dan cukup
bebas dari keadaan yang merugikan adalah fibrinopeptida.
Analisis fibrinopeptida menunjukkan bahwa ukuran rata-
rata protein dengan panjang 400 asam amino mengalami
69
perubahan secara acak dari asam aminonya kurang lebih 1 x
setiap 200.000 tahun.
Frekuensi kesalahan dalam replikasi DNA dapat
diestimasi secara langsung melalui pengamatan perubahan
spontan yang terjadi di dalam genom dari sel-sel yang
sedang tumbuh. Ini dapat dilakukan dengan
memperkirakan banyaknya mutan baru yang timbul pada
populasi hewan yang sangat besar atau dengan pemeriksaan
perubahan enzim-enzim spesifik pada sel yang sedang
tumbuh dalam kultur jaringan. Kerusakan atau perubahan
DNA dapat disebabkan antara lain:
• Kerusakan akibat salah pasang selama replikasi DNA
berlangsung.
• Molekul-molekul dalam gen berubah karena
fluktuasi termal.
• Perubahan basa-basa DNA akibat adanya metabolik
reaktif yang mengubah pasangan basa.
• Sinar-sinar UV dari matahari akan meningkatkan
ikatan kovalen dari dua basa timin yang berdekatan
pada DNA yang membentuk dimmer timin.
Perubahan-perubahan pada molekul DNA tersebut
umumnya berpengaruh buruk, namun untungnya dapat
diperbaiki. Setiap sel secara terus menerus memonitor dan
memperbaiki materi genetiknya
Meskipun kesalahan-kesalahan di dalam molekul DNA
yang sudah sempurna hanya 1 (satu) dalam 1 milyar
nukleotida, kesalahan pemasangan awal antara nukleotida
yang baru masuk dan nukleotida yang sudah ada di rantai
cetakan 100.000 kali lebih umum terjadi. Ini merupakan
suatu kesalahan sebesar satu dalam 10.000 pasangan basa.
Salah satu mekanisme perbaikan DNA yaitu perbaikan salah
pasang (mismatch repair), memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang terjadi ketika DNA disalin. Selama replikasi, DNA-
DNA polimerase melakukan perbaikan salah pasang.
70
Polimerase mengoreksi setiap nukleotida terhadap
cetakannya begitu nukleotida ditambahkan pada rantai baru
yang sedang tumbuh. Untuk mencari nukleotida yang
pasangannya tidak benar, polimerase memindahkan
nukleotida tersebut kemudian melanjutkan kembali sintesis.
Seperti halnya perbaikan salah pasang, kebanyakan
mekanisme perbaikan DNA yang rusak memanfaatkan
struktur pasangan basa yang dimiliki DNA. Biasanya satu
segmen dari rantai yang mengandung kerusakan dipotong
habis dan dibuang (dieksisi) oleh suatu enzim pemotong,
yaitu nuclease. Celah yang terbentuk akibat pemotongan
tersebut diisi dengan nukleotida-nukleotida yang
pasangannya sesuai dengan nukleotida yang terdapat di
dalam rantai yang tidak rusak. Enzim yang terlibat dalam
pengisian celah ini adalah DNA polimerase dan DNA
ligase. Perbaikan DNA ini disebut perbaikan eksisi (excision
repair).
Jenis kerusakan DNA yang umum terjadi adalah (i)
deaminasi dan (ii) depurinasi. Deaminasi dapat terjadi pada
suatu rantai dimana pasangan komplementer dari suatu
basa mengalami deaminasi menjadi basa lain, misalnya
sitosin menjadi urasil, adenin menjadi hipoxantin, dan
guanin menjadi xantin. Basa timin tidak pernah mengalami
deaminasi.
Pada peristiwa depurinasi, adanya basa yang hilang akan
dikenali oleh sebuah nuclease yang memotong ikatan
fosfodiester DNA rantai utama pada bagian rantai yang
mengalami perubahan. Nukleotida disekitarnya juga
dilepaskan dengan cara pemotongan yang lebih besar di
sekitar tempat awal torehan. Selanjutnya enzim-enzim
DNA polimerase dan DNA ligase memulihkan rantai DNA
ke kondisi semula.
Mekanisme reparasi deaminasi sitosin menjadi urasil
dapat dijelaskan sebagai berikut:
71
• Enzim urasil DNA glikosilasi akan menghilangkan basa
yang rusak atau basa yang mengalami perubahan.
• Tidak adanya pasangan basa G menyebabkan enzim-
enzim nuclease bekerja untuk memotong ikatan
fosfodiester pada bagian DNA yang rusak, dan
menghilangkan basa-basa di sekitar bagian yang rusak.
• DNA polimerase mengkopi informasi yang hilang dan
selanjutnya disempurnakan oleh enzim ligase.
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun
1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen,
Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di
dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap
peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20,
bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel.
DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling
memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan
teori tersebut.
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan
fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh
Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang
satu gagal mentransform sel bakteri lainnya, kecuali jika
DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen Hershey
dan Chase membuktikan hal yang sama dengan
menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive tracers).
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah:
bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas
sebagai materi genetik? Persoalan ini dijawab oleh Francis
Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil
difraksi sinar-x DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind
Franklin. Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah
Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Franklin,
karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi
hadiah ini.
72
B. RNA (Asam Ribonukleat)
RNA atau Ribonukleat acid adalah seyawa yang
tergolong ke dalam asam nukleat yang juga ditemukan di
dalam sel makhluk hidup, baik pada sel hewan, tumbuhan,
maupun virus. Perbedaan yang mendasar antara DNA
adalah bahwa gula yang menyusun gula ribosa dan urasil
dapat ditemukan hanya pada RNA. RNA umumnya
terletak di dalam inti sel, sitoplasma dan ribosom. Bentuk
normalnya single stranded atau rantai tunggal, memiliki tiga
jenis yaitu : ARN duta, ARN transport, ARN dan jumlah
berubah tergantung aktifitas sintesis protein. Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel perbedaan antara DNA dan RNA.
74
menentukan urutan asam amino yang disambung untuk
membentuk polipeptida spesifik. Ribosom merupakan
tempat translasi. Pada sel prokariota yang tidak memiliki
nukleus, mRNA yang dihasilkan oleh transkripsi segera
ditranslasi tanpa proses tambahan. Dalam sel eukariota,
transkripsi dan translasi terjadi pada ruangan yang terpisah,
yaitu nukleus dan sitoplasma. mRNA berpindah dari
nukleus ke sitoplasma melalui pori-pori yang terdapat pada
selubung inti. Transkrip RNA asli yang disebut pra mRNA
diproses dalam berbagai cara oleh enzim sebelum
meninggalkan inti sebagai mRNA.
Setiap sel tetap menjaga agar di dalam sitoplasmanya
tersedia 20 jenis asam amino, baik dengan cara
mensintesisnya dari senyawa-senyawa lain maupun dengan
mengambilnya dari larutan di sekitarnya. Ribosom akan
menambahkan tiap asam amino yang dibawa oleh tRNA ke
ujung rantai polipeptida yang sedang tumbuh.
1. Pembentukan Aminoasil tRNA
Setiap molekul tRNA harus mampu mengenali (i)
asam amino spesifik, (ii) mengenali kodon spesifik asam
amino dalam mRNA. Pengenalan asam amino dibantu oleh
enzim amino asil tRNA sintetase. Setiap enzim tersebut
spesifik untuk suatu asam amino yang berbeda. Enzim-
enzim tersebut mengkatalisa pengikatan asam amino pada
ujung 3’ dari molekul tRNA yang spesifik. Energi untuk
reaksi ini disediakan dari hidrolisis ATP. Proses kombinasi
antara tRNA dengan asam amino berlangsung dua tahap,
yaitu :
• A.amino 1-ATP + E1
A.amino 1-AMP-E1 + Ppi
• A.Amino 1-AMP-E1 + tRNA A.
amino 1-tRNA1 +E1 + AMP
75
Penyambungan tRNA dengan asam amino
merupakan suatu peristiwa endorgenik yang terjadi dengan
bantuan ATP. Tempat aktif enzim mengikat asam amino
dan molekul ATP. ATP kehilangan dua gugus fosfatnya
dan bergabung dengan asam amino sebagai AMP. tRNA
berikatan kovalen dengan asam amino menggeser AMP di
tempat aktif enzim, dan enzim melepaskan aminoasil tRNA
yang juga disebut sebagai asam amino teraktivasi.
2. Ribosom
Ribosom memudahkan pemasangan spesifik antara
antikodon tRNA dengan kodon pada mRNA selama sintesis
protein. Ribosom terdiri atas dua sub unit, yaitu sub unit
besar dan sub unit kecil. Sub unit ribosom dibangun oleh
protein-protein dan molekul-molekul RNA yang disebut
ribosomal RNA (rRNA). Pada eukariota sub unit-sub unit
tersebut dibuat di dalam nukleus. Gen RNA ribosom pada
DNA kromosomal ditranskripsi, dan RNA tersebut diproses
dan digabungkan dengan protein-protein yang diambil dari
sitoplasma. Sub unit ribosom yang dihasilkan kemudian
diekspor ke sitoplasma melalui pori-pori inti. Baik pada
prokariota, maupun eukariota, kedua sub unit tersebut
bergabung dan terikat pada mRNA . Tiap ribosom memiliki
tiga tempat pengikatan, yaitu:
• Tempat pengikatan Peptidil tRNA (P), tempat pengikatan
tRNA yang membawa rantai polipeptida yang sedang
tumbuh.
• Tempat pengikatan aminoasil tRNA, yaitu mengikat
tRNA yang membawa asam amino berikut yang akan
ditambahkan pada rantai polipeptida.
• Tempat keluar (E), merupakan tempat keluar yang baru
ditemukan.
76
Gambar: Sintesis protein pada membran retikulum endoplasma
oleh ribosom (Campbell, at al. 2002)
a. Transkripsi
Enzim yang bertanggung jawab untuk transkripsi
yaitu RNA polimerase yang bergerak di sepanjang gen dari
promotor sampai persis dibelakang terminator. RNA
polimerase menyusun molekul RNA dengan urutan
nukleotida yang berkomplementer dengan rantai cetakan
gen tersebut. Urutan nukleotida spesifik di sepanjang DNA
yang menandai dimana transkripsi suatu gen dimulai dan
diakhiri atau Rentangan DNA yang betul-betul ditranskripsi
disebut unit transkripsi. Setelah terikat pada promotor,
RNA polimerase bergerak ke titik star untuk mengawali
transkripsi RNA. Urutan nukleotida pada promotor
menentukan ke arah mana RNA polimerase itu menghadap
dan karena itu menentukan rantai mana yang digunakan
sebagai cetakannya. RNA polimerase bekerja sepanjang
rantai DNA cetakan dan memanjangkan RNA yang tumbuh
dalam arah 5’-3’. Bersamaan setelah transkripsi, rantai DNA
kembali membentuk heliks ganda. Akhirnya RNA
polimerase mentranskripsi gen terminator, suatu urutan
nukleotida di sepanjang DNA yang menandakan akhir dari
unit transkripsi tersebut. Segera setelah itu, RNA nya
77
dilepas, dan polimerase berpisah dari DNA. Pada
prokariota, transkripsi RNA dari gen pengkode protein
segera dapat digunakan sebagai mRNA, sedangkan pada
eukariota, RNA yang dihasilkan baru dalam bentuk RNA
primer atau pre-RNA yang masih mengalami perubahan
lebih lanjut sebelum dikeluarkan dari inti.
Tahap-Tahap Translasi
Translasi secara sederhana dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu (i) inisiasi, elongasi dan terminasi. Semua tahapan ini
memerlukan faktor-faktor protein yang membantu mRNA,
tRNA dan ribosom selama proses translasi.
1. Tahap Inisiasi
Sub unit kecil ribosom berikatan dengan mRNA dan
tRNA inisiator khusus. Ribosom sub unit kecil melekat
pada segmen ‘leader’ pada ujung 5’ mRNA. Pada
bakteri, rRNA dari sub unit membentuk pasangan basa
dengan urutan nukleotida spesifik dalam leader mRNA.
Pada eukariota, ujung 5’ pertama kali memerintahkan
ribosom sub unit kecil untuk melekat pada ujung 5’
mRNA. Pada mRNA terdapat kodon inisiasi AUG yang
memberi sinyal dimulainya proses translasi. tRNA
inisiator yang membawa asam amino metionin melekat
pada kodon inisiasi.
Penyatuan mRNA, tRNA inisiator, dan sub unit
ribosom kecil diikuti oleh perlekatan sub unit ribosom besar
menyempurnakan kompleks inisiasi translasi. Protein yang
disebut faktor inisiasi dibutuhkan untuk membawa semua
komponentersebut bersama-sama. Sel juga mengeluarkan
79
energim dalam bentuk molekul GTP untuk membentuk
kompleks inisiasi. Saat proses penyelesaian inisiasi, tRNA
inisiator berada pada tempat P dari ribosom, dan tempat A
yang kosong siap untuk aminoasil tRNA berikutnya sintesis
protein dimulai pada ujung aminonya.
RNA polimerase menginisiasi proses transkripsi
setelah terikat pada urutan DNA spesifik yang dinamakan
promotor, yaitu daerah DNA dimana RNA polimerase
melekat dan mengawali transkripsi dan memberi tanda
dimana sintesis RNA dimulai. Suatu promotor mencakup
titik awal (start point) transkripsi( nukleotida dimana
sintesis RNA yang sebenarnya dimulai), dan biasanya terdiri
atas beberapa nukleotida . Promotor juga menentukan yang
mana dari kedua rantai DNA yang digunakan sebagai
cetakan. Pada prokariota, RNA polimerase itu sendiri secara
khusus mengenali dan mengikatkan dirinya dengan
promotor., Sebaliknya pada eukariota, suatu kumpulan
protein yang disebut faktor transkripsi menjadi perantara
antara pengikatan RNA polimerase dan inisiasi transkripsi.
Hanya setelah faktor transkripsi tertentuk diikat pada
promotor barulah RNA polimerase mengikatkan diri pada
promotor tersebut. Susunan yang lengkap antara faktor
transkripsi dan RNA polimerase yang mengikatkan diri
pada promotor disebut kompleks inisiasi transkripsi.
RNA polimerase II menginisiasi sintesis RNA pada
promotor yang biasanya mencakup boks TATA, suatu
urutan nukleotida yang biasanya menyerupai TATAAAA.
Di dalam promotornya boks TATA ini terletak kira-kira 25
nukleotida dari titik awal transkripsi. RNA polimerase
secara sendirian tidak dapat mengenal boks TATA dan
tanda-tanda khusus lain pada promotor. Protein lain, faktor
transkripsi yang mengenal boks TATA ini mengikatkan diri
pada DNA sebelum RNA polimerase melakukan hal yang
sama. Faktor transkripsi tambahan bergabung dengan
80
polimerase pada DNA, heliks ganda DNA membuka dan
sintesis RNA dimulai pada titik awal dari rantai cetakan
3. Tahap Terminasi
Elongasi berlanjut hingga kodon stop mencapai
tempat A di ribosom. Triplet basa yang istimewa ini, yaitu
UAA, UAG, dan UGA, tidak mengkode asam amino
melainkan bertindak sebagai sinyal untuk menghentikan
translasi. Suatu protein yang disebut faktor pelepas
langsung mengikatkan diri pada kodon stop di tempat A.
Faktor pelepas ini menyebabkan penambahan molekul air,
bukan asam amino pada rantai polipeptida. Reaksi ini
menghidrolisis polipeptida yang sudah selesai dari tRNA
yang berada di tempat P, melepaskan p[olipeptida dari
ribosom
Pada retikulum endoplasma, suatu polipeptida yang
ditujukan untuk endomembran atau untuk sekresi dari sel
dimulai dengan sinyal peptida, suatu rentangan asam amino
yang mengarahkannya ke RE. Tahapan-tahapannya adalah
82
• Sintesis polipeptida dimulai pada ribosom bebas di dalam
sitosol .
• Partikel pengenal sinyal (SRP) mengikatkan diri pada
peptida sinyal.
• SRP kemudian mengikatkan diri pada protein reseptor di
dalam membran RE. Reseptor ini merupakan bagian dari
kompleks protein, disini disebut kompleks translokasi,
yang juga mencakup pori-pori membran dan enzim
pemotong sinyal.
• SRP dilepaskan , dan polipeptida yang sedang tumbuh
ditranslokasi melintasi membran. Peptida sinyal tetap
melekat pada membran.
• Enzim-enzim pemotong sinyal memotong peptida.
• Sisa dari polipeptida yang sudah jadi meninggalkan
ribosom dan mengalami konfirmasi seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
Setelah gen eukariotik yang mengandung ekson dan
intron ditranskripsi, transkrip RNA bergabung dengan
ribonukleoprotein protein kecil (snRNP) dan protein lain
untuk membentuk kompleks molekul yang disebut
spliosom. Di dalam spliosom, RNA dan snRNP tertentu
membentuk pasangan basa dengan nukleotida di ujung-
ujung intron. Transkrip RNA dipotong untuk melepaskan
intron dan ekson disambung menjadi satu. Spliosom
kemudian pecah, melepaskan mRNA yang sekarang hanya
mengandung ekson
Transkripsi berlangsung hingga RNA polimerase
mentranskripsi urutan DNA yang disebut terminator.
Terminator yang ditranskripsi, yaitu suatu urutan RNA
yang berfungsi sebagai sinyal terminasi sesungguhnya.
Pada sel prokariota, transkripsi biasanya berhenti tepat
pada akhir sinyal terminasi. Ketika polimerase mencapai
titik tersebut, polimerase melepas RNA dan DNA. Pada sel
eukariota, polimerase ini terus melewati sinyal terminasi,
83
suatu urutan AAUAAA di dalam pra m-RNA. Pada titik
yang lebih jauh kira-kira 10 – 35 nukleotida, pra-mRNA ini
dipotong hingga terlepas dari enzim tersebut. Tempat
pemotongan pada RNA juga merupakan tempat untuk
penambahan ekor poli (A)- salah satu langkah pemrosesan
RNA.
b. Prosesing r-RNA
Hasil transkrip rDNA adalah pre-rRNA 45 S. Pre
rRNA mengalami metilasi, dipotong (cleaved) dan
ukurannya direduksi menjadi tiga unit yang lebih kecil,
yaitu r RNA 18S, rRNA 5,8 S, dan r RNA 28 S. Ribosom
eukariota merupakan monomer 80 S yang berdisosiasi
menjadi sub unit besar dengan koefisien sedimentasi 80 S
dan sub unit kecil dengan koefisien sedimentasi 40 S.
84
Prekuersor r RNA 45 S
OH
3.000 nukleotida
Pengolahan RNA
Daerah urutan nukleotida
yang diuraikan
rRNA 5 S dibuat
di tempat lain
Ke sub unit kecil ribosom
c. Prosesing mRNA
Pada sel prokariota terdapat gen dengan kodon
yang kontinyu (tanpa interupsi). Tiap gen ditraskripsi
menjadi transkrip primer, yaitu mRNA yang
panjangnya sama dengan panjang gen dan menentukan
urutan asam amino yang akan dirakit menjadi protein.
Pada eukariota, terdapat gen dengan urutan kodon
yang diskontinyu. Struktur gen seperti itu disebut
“split gene” yang dapat dibedakan antara ekson (exon)
, yaitu komponen yang sebenarnya, dan intron, yaitu
daerah yang tidak mengkode asam amino (daerah non
coding atau intervening sequences).
85
7.700 PASANGAN BASA
L 1 2 3 4 5 6 7
b
A B C D E F G
b
A B C D E F G
L 1 2 3 4 5 6 7
5’ 3’
b
A B C D E F G
86
L 1 2 3 4 5 6 7
5’ 3’
b
A B C D E F G
L 1 2 3 4 5 6 7
5’ CAP POLI A 3’
87
Bagaimana penyambungan mRNA dilakukan ? Para
peneliti telah mempelajari bahwa sinyal-sinyal untuk
penyambungan RNA merupakan urutan nukleotida pendek
pada ujung-ujung intron. Partikel yang disebut
ribonukleoprotein nukleus kecil (snRNP = small nuclear
ribonucleoprotein)mengenali tempat-tempat penyambungan
ini. SnRNP ditempatkan di dalam nukleus sel dan tersusun
atas molekul RNA dan protein. RNA dalam partikel snRNP
disebut RNA nukleus kecil (snRNA=small nuclear RNA);
setiap molekul panjangnya kira-kira 150 nukleotida.
Beberapa snRNP yang berbeda bergabung dengan protein
tambahan untuk membentuk susunan yang bahkan lebih
besar yang dinamakan spliosom. Spliosom ini berinteraksi
dengan tempat-tempat penyambungan pada ujung-ujung
intron. Pada tempat-tempat spesifik, spliosom ini terpotong
untuk mlepaskan intronnya, kemudian segera bergabung
dengan kedua ekson yang mengapit ekson tersebut.
Setelah gen eukariotik yang mengandung ekson dan
intron ditranskripsi, transkrip RNA bergabung dengan
ribonukleoprotein protein kecil (snRNP) dan protein lain
untuk membentuk kompleks molekul yang disebut
spliosom. Di dalam spliosom, RNA dan snRNP tertentu
membentuk pasangan basa dengan nukleotida di ujung-
ujung intron. Transkrip RNA dipotong untuk melepaskan
intron dan ekson disambung menjadi satu. Spliosom
kemudian pecah, melepaskan mRNA yang sekarang hanya
mengandung ekson.
d. tRNA
Fungsi tRNA adalah mentransfer asam-asam amino
ke ribosom dalam urutan yang diarahkan oleh mRNA. Di
sini terdapat satu jenis atau lebih tRNA untuk setiap asam
amino spesifik Meskipun berbeda spesifitasnya, terhadap
88
asam amino, namun semua molekul tRNA mempunyai
sejumlah ciri yang sama, yaitu:
• Semua molekul tRNA adalah molekul yang sangat
sederhana yang panjangnya kurang lebih 80 nukleotida,
ditranskripsi dari kelompok-kelompok berulang dari
gen tRNA yang tersebar pada seluruh genom. Dengan
demikian transkripsi tRNA menghasilkan suatu molekul
prekursor yang besar yang diproses menjadi tRNA yang
fungsional.
• Semua tRNA memiliki struktur sekunder dan tersier yang
sama, meskipun strktur primernya atau urutan
nukleotidanya berbeda.
• Semua tRNA menandung beberapa modifikasi
nukleotida yang khas. Modifikasi post transkripsi dari
transkripsi tRNA mengubah banyak nukleosida untuk
membentuk residu-residu yang secara umum tidak
dijumpai pada tipr RNA lain. Nukleosida-nukleosida
yang khas ini meliputi ionin yang mengandung
hypoxakitin, rybotimidin, pseudoridin
Baik pada prokariota, maupun eukariota, tiap
molekul t RNA digunakan berulang kali, mengambil desain
asam aminonya di dalam sitosol, membawanya ke ribosom,
dan meninggalkan ribosom untuk mengambil asam amino
baru. tRNA terdiri atas rantai tunggal yang panjangnya
hanya 80 nukleotida yang mengalami pelipatan membentuk
molekul dengan struktur tiga dimensi yang diperkuat oleh
interaksi antara bagian-bagian yang berbeda dari rantai
nukleotida. Basa-basa nukleotida pada daerah tertentu dari
rantai tRNA membentuk ikatan hidrogen dengan basa-basa
komplementer dari daerah lain. Suatu putaran atau loop
dari suatu ujung berbentuk seperti ‘L” mengandung
antikodon, yaitu triplet basa terspesialisasi yang
komplementer dengan konon mRNA. Molekul tRNA
89
menonjolkan ujung 3’ nya sebagai tempat perlekatan asam
amino.
90
BAB IV
PEWARISAN SIFAT SEL
91
Umumnya sebelum suatu sel mengalami
pembelahan, sel-sel terlebih dahulu mengalami
pertumbuhan hingga mencapai ukuran tertentu. Setiap sel
mengalami dua periode yang penting dalam siklus
hidupnya yaitu periode interfase atau periode non
pembelahan dan periode pembelahan. Pada periode
pembelahan ini dihasilkan sel-sel baru. Kedua periode
tersebut secara umum dikenal dengan nama siklus sel.
Pembelahan sel mencakup dua proses utama yakni
mitosis dan sitokinesis. Pembelahan sel yang sebenarnya
membentuk dua sel disebut sitokinesis. Sebelum sel eukariot
membelah nukleusnya harus mengalami mitosis yaitu suatu
pembelahan kompleks yang secara tepat menyebarkan
kelompok kromosom yang lengkap kepada masing-masing
nukleus sel anak. Mitosis menjamin bahwa masing-masing
sel yang baru mengandung kromosom dalam jumlah dan
jenis yang sama dengan yang terdapat pada sel induk
aslinya.
Secara umum siklus sel terdiri atas dua periode yaitu
(i) interfase, meliputi fase G1, S dan G2. Fase G1 merupakan
periode presintesis, fase S merupakan periode sintesis, dan
G2 merupakan fase postsintesis (ii) fase pembelahan sel yang
terdiri atas fase mitosis dan sitokinesis. Fase mitosis terdiri
atas beberapa fase, yaitu fase profase, fase metafase, fase
anafase, dan fase telofase. Diantara profase dan meta fase,
sebahagian penulis mengemukakan adanya fase
prometafase. Fase-fase pembelahan mitosis di atas
merupakan fase yang ekstrim.
92
Gambar: Siklus Sel (Campbell, Reece, dan Mitchell,
2000)
93
A. AMITOSIS
B. MITOSIS
Mitosis atau pembelahan inti merupakan stadium
akhir dari siklus sel dan merupakan stadium yang paling
pendek, yaitu kurang lebih 10% dari keseluruhan waktu
yang dibutuhkan untuk satu kali siklus. Selama pembelahan
inti, struktur kromosom tampak mengalami perubahan-
perubahan secara progresif.
94
Gambar: Pembelahan Mitosis (Sheeler dan Bianchii, 1983)
1. Interfase
Sebagian besar waktu hidup sel dilalui pada
interfase, yang secara aktif mensintesis bahan-bahan yang
dibutuhkan dan pertumbuhan. Istilah interfase (diantara
fase) berkenaan dengan kenyataan bahwa tahap siklus
hidup sel ini terjadi antara fase mitosis yang berurutan. Kira-
kira pada tahun 1950 diketahui bahwa kromosom
bereplikasi selama interfase, dan secara sederhana terpisah
dan tersebar pada nukleus sel anak selama mitosis.
Percobaan dengan menggunakan thymidin bertanda tritium
(3H), satu precursor DNA, menunjukkan bahwa DNA
95
disintesis selama intefase. Periode replikasi DNA selama
interfase disebut fase sintesis atau fase S. Waktu antara
mitosis dengan awal replikasi DNA disebut fase G1 atau fase
gap pertama. Selama fase G1, sel tumbuh dan proses-proses
sel tertentu seperti peningkatan aktivitas enzim yang cukup
di dalam sintesis DNA yang terjadi memungkinkan sel
memasuki fase S dan melakukan pembelahan sel yang
berikutnya.
96
ujung dari masing-masing benang dan berjalan sampai
ujung yang lain akan tetapi lebih dari itu yakni setiap
benang mengalami replikasi pada banyak segmen
tergantung pada program yang telah ditentukan. Segmen
tidak bereplikasi secara tandem pada satu kromosom, juga
satu kromosom menyelesaikan replikasinya sebelum
kromosom berikut mulai bereplikasi. Jika segmen terakhir
telah berduplikasi, sintesis DNA berhenti dan tidak dimulai
lagi sampai fase S siklus berikutnya.
2. Profase
Tahap profase dimulai jika benang kromatin mulai
memadat dan tampak sebagai kromosom. Pada
pembentukan kromosom benang DNA yang panjang
memadat dan membentuk koil menjadi berkas yang jauh
lebih pendek menyebabkan kromosom memisah dan lewat
sampai pada sel anak tanpa mengalami kekusutan. Profase
merupakan transisi dari fase G2 ke fase pembelahan inti atau
mitosis (M) dari siklus sel.
Profase adalah stadium pertama dari mitosis.
Kromatin yang menyebar selama interfase secara perlahan-
lahan terkondensasi menjadi kromosom yang mantap.
Jumlah kromatin yang tepat merupakan ciri khas dari setiap
species, sekalipun pada species yang berbeda dapat
mempunyai jumlah kromatin yang sama. Selain itu pada
profase membran inti mulai berdegenerasi dan secara
perlahan-lahan inti menjadi tidak tampak, dan terjadilah
pembentukan spindel mikrotubul.
97
(A) (B)
Gambar: Interfase (A) dan Profase (B) (Campbell, Reece, dan
Mitchell, 2000)
99
Pada awal profase, anggota dari dua pasang sentriol
berpisah dan bermigrasi ke arah kutub yang berlawanan
dari sel. Sentriol merupakan sifat sel hewan tetapi tidak
terdapat di dalam sel tumbuhan kompleks. Mikrotubul
terutama tersusun atas protein terbentuk dan mulai
terkumpul menjadi suatu spindle mitosis. Pada sel hewan,
mikrotubul yang serupa memancar ke seluruh arah dari
sentriol; kelompok mikrotubul ini disebut aster.
Selama profase membran inti terbongkar
menyebabkan isi inti tercampur dengan sitoplasma. Pada
akhir profase, nukleolus biasanya berkurang dan bahkan
hilang. Pada akhir profase kromatid yang memadat melekat
pada serat spindel di sentromernya dan membentang
sepanjang akuator sel. Dipertengahan diantara dua kutub
dan tegak pada sumbu spindel.
3. Prometafase
Prometafase (metafase awal) dimulai secara tiba-tiba
dengan rusaknya inti yang pecah menjadi fragmen-fragmen
membran yang tidak dapat dibedakan dengan potongan-
potongan retikulum endoplasma. Fragmen-fragmen
tersebut tetap berada disekitar kumparan atau spindel
selama mitosis. Kumparan-kumparan yang terletak di luar
inti sekarang dapat masuk ke daerah inti.
100
Gambar: Prometafase (Campbell, Reece, dan Mitchell, 2000)
4. Metafase
Periode dimana kromatid berjajar disepanjang
bidang ekuator sel disebut metafase. Spindel mitosis lengkap
tersusun oleh banyak mikrotubul yang memanjang dari
setiap kutub ke akuator. Ini semua berakhir dekat sentriol
akan tetapi tidak tepat menyentuhnya. Spindel mempunyai
kekentalan seperti gel dan bahkan lebih kental dibanding
sitoplasma disekitarnya.
Selama metafase setiap kromatid memadat secara
keseluruhan dan nampak agak tebal dan mempunyai sifat
yang tersendiri. Karena kromosom metafase dapat lebih jelas
terlihat dibanding tahap lainnya maka kromosom ini dapat
101
difoto dan dipelajari untuk menentukan kemungkinan
terdapat kromosom yang abnormal.
Selama metafase, sentromer pada setiap kromosom
berkumpul pada bagian tengah spindel pada bidang
ekuator. Pada tempat-tempat ini, sentromer-sentromer
diikat oleh benang-benang spindel yang terpisah, dimana
setiap kromatid dilekatkan pada kutub-kutub spindel yang
berbeda. Kadang-kadang benang-benang spindel tidak
berasosiasi dengan kromosom dan merentang secara
langsung dari satu kutub ke kutub yang lain. Pada saat
metafase, sentromer-sentromer diduplikasi dan setiap
kromatid menjadi kromosom yang independen.
5. Anafase
Anafase dimulai dengan pemisahan sentromer dari
pasangan kromatid seluruh kromosom. Masing-masing
kromatid kemudian akan menjadi kromosom yang bebas.
102
Kromosom yang terpisah secara perlahan tertarik ke arah
kutub yang berlawanan. Kromosom bergerak ke arah kutub
dengan sentomer (melekat pada serat spindel) berada di
depan sedang lengan kromosom mengikut dibelakangnya.
Anafase berakhir jika kelompok kromosom yang lengkap
telah tiba pada ujung sel yang berlawanan.
Anafase dimulai secara tiba-tiba ketika pasangan
kinetokhor pada masing-masing kromatid terdorong secara
perlahan-lahan menuju kutub spindel. Jadi anafase ditandai
dengan terjadinya pemisahan kromatid sister membentuk
anak kromosom yang bergerak menuju kutub spindel yang
berlawanan.
6. Telofase
Tahap akhir mitosis, telofase, ditunjukkan oleh
kembalinya ke keadaan interfase. Kromosom memanjang
melalui pembukaan koil. Membran inti yang baru terbentuk
di sekitar kelompok kromosom, dihasilkan dari sebagian
komponen lipid dari membran inti yang lama. Nukleolus
muncul kembali, sedang serat spindel menghilang.
103
Ketika kromatid-kromatid anakan yang terpisah
sampai di kutub, benang-benang kinetokhor lenyap, benang-
benang kumparan kembali memanjang dan membran inti
yang baru kembali terbentuk disekitar masing-masing
kromatid anakan. Kromosom nukleolus tanpak kembali dan
mitosis berakhir.
104
Gambar: Mitosis pada hewan Ascaris megalocephala. Sel
menunjukkan fase profase, metafase dan anafase.
105
Gambar: Mitosis pada hewan Ascaris megalocephala. Sel
menunjukkan fase telofase.
106
Gambar: Sitokinesis Sel Hewan (Campbell, Reece, dan Mitchell,
2000)
107
Lempeng sel meluas secara lateral hingga mencapai
dinding sel semula. Hal tersebut mungkin disebabkan
karena mikrotubula-mikrotubula pada fragmoplas awal
dirakit dirombak pada bagian perifer dari lempeng sel awal.
Di tempat tersebut mereka menarik vesikula-vesikula lain
dan kembali berfusi pada bidang ekuator sehingga lempeng
sel meluas ke arah tepi. Proses ini berulang hingga lempeng
sel mencapai membran plasma, dan dua sel baru terpisah
secara sempurna. Pada akhirnya mikrofibril-mikrofibril
selulosa ditempatkan pada bagian bawah lempeng sel untuk
membentuk dinding sel baru.
108
Gambar: mitosis pada tumbuhan akar Allium. Sel
menunjukkan fase interfase, anafase, dan telofase.
109
Signifikansi Mitosis
Pengaturan proses pembelahan sel yang luar biasa
itu menjamin setiap sel anak akan menerima kromosom
dalam jumlah dan jenis yang pasti sama dengan yang
dimiliki oleh sel induknya. Kemudian setiap dari organisme
multiseluler mempunyai jumlah dan jenis kromosom yang
pasti sama dengan sel-sel lainnya. Jika satu sel harus
menerima kromosom yang jumlahnya kurang atau lebih
banyak dibanding jumlah kromosom yang seharusnya
karena suatu kelainan fungsi sel selama proses pembelahan,
akan menghasilkan sel yang menunjukkan tanda-tanda
abnormal dan kemungkinan tidak mampu hidup. Kenyataan
bahwa sel mengandung informasi genetik yang diperlukan
bagi setiap sifat dari organisme akan mampu menjelaskan
mengapa suatu sel tunggal yang diambil dari tumbuhan
dewasa yang telah berdiferensiasi sepenuhnya dan ditanam
pada kondisi yang cocok bagi kultur sel, akan mampu
berkembang menjadi suatu tumbuhan baru yang lengkap.
C. MEIOSIS
Fertilisasi menandai dimulainya fase diploid pada
hewan dan tumbuhan yang berkembang biak secara seksual.
Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses
pembelahan inti yang disebut miosis. Miosis berlangsung
pada sel-sel miosit yang terdapat di dalam jaringan
reproduksi pada suatu organisme. Seperti halnya dengan
mitosis, miosis berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari
interfase dan menentukan distribusi kromosom yang tepat
ke dalam sel-sel anak. Berbeda dengan mitosis, sebab miosis
mencakup dua siklus pembelahan berturut-turut dan
menghasilkan 4 sel anak.
Pembelahan pertama dari miosis disebut pembelahan
reduksi. Miosis pertama mengubah inti dari suatu miosit
yang mengandung kromosom diploid menjadi inti haploid
110
yang mengandung kromosom n. Jumlah kromosom
direduksi jika pasangan kromosom homolog terpisah.
Pembelahan kedua disebut equation devision atau miosis
kedua. Miosis kedua mengubah dua hasil dari pembelahan
miosis pertama menjadi 4 inti haploid.
Pembelahan miosis merupakan suatu bentuk
pembelahan inti yang penting pada organisme yang
berkembang biak secara seksual. Miosis berlangsung pada
organisme eukariota yang mengandung jumlah kromosom
diploid (2n). Kedua set kromosom yang berpasangan
tersebut dinamakan kromosom homolog. Telah diketahui
bahwa manusia m,engandung 46 kromosom atau 23
kromosom homolog (pada manusia n=23). Ke 46 kromosom
yang terdapat pada zygot dibentuk pada saat fertilisasi yang
diturunkan dari sel sperma dan sel telur dari kedua
induknya (paternal dan maternal). Sel sperma dan sel telur
mengandung setengah jumlah kromosom induknya dan
dinamakan haploid.
111
Gambar: proses pembentukan sperma pada tubulus seminiferus
testis.
1. Miosis Pertama
Profase I
Profase pertama merupakan fase yang sangat
kompleks dari miosis. Terdiri atas 5 fase yaitu leptonema
(leptoten), Zygonema (zygoten), Pachynema (pachyten),
diplonema (diploten), dan diakinesis.
• Leptonema: Stadium ini ditandai dengan dimulainya
kondensasi kromosom., setiap kromosom tanpak terdiri
atas dua kromatid.
• Zygonema: Stadium ini ditandai dengan adanya
kromosom homolog yang berpasangan. Kejadian ini
disebut sinapsis. Setiap unit terdiri atas dua synap, dan
kromosom homolog yang telah terduplikasi disebut
bivalen atau tetrad. Pada fase ini terbentuk kompleks
112
sinaptonema dimana terjadi crossing over. Crossing over
dihasilkan dari pembelahan oleh endonuklease dari DNA
sesuai posisi dari dua kromatid non sister yang diikuti
dengan transposisi dan penggabungan kembali ujung-
ujung bebas dari rantai kromosom homolog. Hasil dari
crossing over adalah kombinasi gen-gen baru, dibentuk
pada kromosom homolog.
• Pachynema: Selama stadium ini, kromatid menjadi
sangat jelas sebagai hasil kondensasi yang terus menerus.
• Diplonema dan diakinesis: Stadium ini ditandai dengan
terjadinya pemisahan kromosom homolog kecuali pada
titik dimana chiasmata dibentuk.
Metafase I
Pada fase ini apparatus spindel terbentuk seperti
pada mitosis, dan tetrad berkumpul pada bidang ekuatorial
atau bidang pembelahan. Sentromer dari kromosom
homolog melekat pada benang-benang spindel yang
terbentuk pada kutub sel yang berlawanan.
Anafase I
Pada tahap ini anggota pasangan kromosom yang
homolog bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan.
Karena sentromer (kinetokor) yang terdapat pada masing-
masing kromosom belum membelah, maka pada setiap
kromosom masih tampak dua kromatid yang berlekatan.
Telofase I
Telofase I diikuti oleh interkinesis (interfase), sifatnya
bervariasi. Pada beberapa organisme, tahap ini sama sekali
tidak ada, dalam arti tidak ada pembentukan membran
nukleus anak, dan miosis terus langsung memasukitahap
miosis II. Pada sel yang lain telofase dan interkinesis sangat
singkat, padanya terbentuk membran nukleus anak dan
113
kromosom bertambah panjang dan menyebar di dalam
nukleus anak.
Pada telofase I tidak berlangsung sintesis DNA,
keadaan genetic kromosom tidak berubah dan kedua
nukleus anak yang terbentuk sebagai hasil miosis I sudah
haploid. Karena miosis I berakhir dengan pengurangan
jumlah kromosom sampai setengahnya (dari diploid
menjadi haploid) maka miosis disebut juga pembelelahan
reduksi. Proses selanjutnya yang berlangsung pada miosis II
sama dengan pada mitosis sel-sel yang haploid. Karena itu
miosis II dinamakan pembelahan ekuasi (equation division)
2. Miosis Kedua
Profase II
Apparatus spindle terbentuk, dan kromosom
berkembang ke arah lempeng metafase dua.
Metafase II
Metafase dua mirip dengan metafase pada
pembelahan mitosis. Pasangan kromatid bergerak ke pusat
spindel dan melekat pada mikrotubula-mikrotubula.
114
Anafase II
Mirip dengan anafase pada pembelahan mitosis.
Tetapi berbeda dengan anafase I. Pada anafase II kromatid
sister terpisah satu sama lain dan bergerak menuju kutub
spindel yang berlawanan.
Telofase II
Telofase II mirip dengan telofase pada pembelahan
mitosis. Kelompok-kelompok kromosom yang telah
terpisah kembali dibungkus oleh membran inti yang baru
berkembang dan kromosom mulai mengalami
dekondensasi.
Miosis menghasilkan 4 sel haploid. Umumnya pada
hewan dan beberapa tumbuhan tinggi, miosis yang
berlangsung pada jaringan reproduksi diiringi oleh
pembelahan sitoplasma. Contoh pembelahan miosis adalah
pembentukan gamet pada manusia.
115
Tabel Perbandingan meiosis dan mitosis
Meiosis Mitosis
Definisi: Suatu jenis reproduksi Sebuah proses
seluler reproduksi
dimana jumlah dari aseksual di mana
kromosomnya dikurangi sel membelah
setengahnya melalui dua dengan
pemisahan kromosom jumlah dari krom
homolog, menghasilkan osom yang sama
dua sel haploid. di setiap sel
diploid.
Fungsi: reproduksi seksual Reproduksi
seluler &
pertumbuhan
umum
dan perbaikan
tubuh
Jenis Seksual Aseksual
Reproduksi:
Terjadi pada: Manusia, hewan, semua organisme
tumbuhan, jamur
Genetik: Berbeda Identik
Crossing Ov Ya, tidak dapat
er: pencampuran kromosom terjadi.
dapat terjadi.
Proses 2 kali 1 kali
pembelahan
Jumlah Sel 4 sel haploid 2 sel diploid
yang
dihasilkan:
Jumlah Dikurangi setengahnya Tetap sama
Kromosom
Langkah- Langkah-langkah dari Langkah-langkah
116
langkah: meiosis adalah mitosis adalah
Interphase, Profase I, Interphase,
Metafase I, Anafase I, Profase, Metafase,
telofase I, Profase II, Anafase, telofase
Metafase II, Anafase II dan Sitokinesis
dan telofase II.
Karyokenesi Terjadi di Interphase I Terjadi di
s: Interphase
Cytokenesis: Terjadi pada telofase I & Terjadi pada
II Telohpase telofase
Sentromer Sentromer tidak terpisah Sentromer
Berpisah: selama anafase I, tapi berpisah selama
selama anafase II Anafase
Tempat Sel kelamin hanya: sel Semua sel, selain
berlangsung telur atau sel sperma sel kelamin
Wanita Pria
Ditemukan Oscar Hertwig Walther
oleh: Flemming
117
dalam kromosom dan yang lainnya adalah penggandaan
seluruh penyusun sel yang dibutuhkan dalam
pertumbuhannya.
Jika kondisi optimal, bakteri dapat membelah setiap
20 menit. Pada sum-sum tulang manusia setiap detik
dihasilkan 10 juta sel darah merah yang berarti setiap detik
harus terjadi 10 juta mitosis. Sel-sel yang melapisi saluran
pencernaan dan sel-sel yang terdapat pada lapisan
reproduksi kulit membelah sangat cepat sepanjang
hidupnya. Kebalikannya, pembelahan sel pada sistem saraf
pusat biasanya berhenti pada beberapa bulan pertama dari
hidupnya.
Pada hampir semua sel hewan produksi substansi
yang mengatur masuknya sel ke fase S atau fase M
tergantung pada stimulasi oleh substansi pengatur tumbuh
yang terdapat di dalam darah. Faktor pertumbuhan ini
merupakan protein yang kecil dan bekerja secara khas pada
beberapa jenis sel dan tidak pada sel lain. Seperti misalnya,
faktor pertumbuhan saraf dibutuhkan bagi mitosis sel-sel
saraf simpatis.
Substansi yang menghambat mitosis disebut kalone,
yang mengawasi kerja faktor pertumbuhan. Kalone juga
sangat khas dan hanya mempengaruhi jenis jaringan dimana
substansi itu dihasilkan. Misalnya saja, kalone yang
dihasilkan oleh sel-sel kulit menghambat mitosis sel-sel kulit
tetangga. Rusaknya sel kulit diperkirakan karena kalone
kurang dihasilkan, sehingga sel-sel disekitar kerusakan ini
terlepas dari penghambatan ini. Sel-sel mulai membelah
menghasilkan jaringan baru untuk menyembuhkan luka.
Jika sel-sel yang sehat telah cukup jumlahnya, sel-sel
kemudian menghasilkan kalone untuk menghambat mitosis
berikutnya dan menghentikan proses penyembuhan luka
Siklus sel juga dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu.
Colchicine merupakan obat yang digunakan untuk menahan
118
pembelahan sel-sel eukariot. Substansi ini berikatan dengan
protein mikrotubul dan ikut serta dalam fungsi spindle
mitosis yang normal. Kromosom tidak dapat memisah
secara tepat dan bergerak ke arah ujung sel yang
berlawanan. Hasilnya adalah sel dapat mengakhiri dengan
suatu kelompok kromosom yang berlebihan. Sel tumbuhan
dapat hidup walaupun diperlakukan dengan colchicines.
Nyatanya, tumbuhan mengandung sel-sel dengan kelompok
kromosom berlebih cenderung untuk lebih besar dan lebih
aktif dari tumbuhan normal.
Antibiotik seperti streptomysin dan tetracycline
mencegah mitosis secara tidak langsung dengan cara
menghambat sintesis protein pada sel-sel prokariot. Hal ini
memperpanjang fase G1 dari siklus sel. Beberapa obat yang
digunakan dalam pengobatan kanker dapat menahan satu
atau beberapa enzim termasuk sintesis DNA dan
pembelahan sel. Oleh karena sel-sel kanker membelah jauh
lebih cepat dibanding kebanyakan sel tubuh normal lainnya,
maka sangat dihambat oleh obat-obatan ini.
Untuk melaksanakan berbagai reaksi kimia yang
penting bagi kelangsungan hidup, sel harus mampu
mempertahankan lingkungan internal yang tepat. Sel harus
mampu mengatur komposisinya sendiri, menciptakan
kondisi yang konstan walaupun keadaan di luar sel berubah.
Hal ini dapat terjadi karena secara fisik, seluruh sel bahkan
yang paling sederhana sekalipun, terpisah dari lingkungan
luar oleh membran sel yang juga disebut plasma membran.
119
BAB V
TEORI KEMUNGKINAN
Berbagai istilah seperti kemungkinan keboleh jadian,
peluang dan sebagai biasanya dipergunakan untuk
membicarakan peristiwa/kejadian yang hasilnya tidak dapat
dipastikan. Dapat juga berupa suatu pernyataan yang tidak
diketahui akan kebenarannya.
Sesungguhnya banyak hal tidak akan terhindar dari
adanya kemungkinan yang harus dihadapi, misalnya
saudara ingin berpergian sedangkan udaranya mendung
tentunya menghadapi kemungkinan akan turun hujan atau
tidak, seorang mahasiswa yang menantikan hasil ujiannya
tentu menghadapi kemungkinan apakah ia akan lulus atau
tidak, seorang mahasiswa yang kos dan peluang dari kuliah
tentunya menghadapi kemungkinan akan mendapat telur
ataukah tahu dan tempe sebagai lauk pauk, seorang ibu
yang hendak melahirkan anak tentunya menghadapi
kemungkinan apakah anaknya nanti laki-laki atau
perempuan. Masih banyak contoh lainnya semacam itu.
Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil
peranan penting. Misalnya mengenai pemindahan gen dari
induk orang tua ke gamet-gamet pembuahan sel telur dari
sel spermatozoa, berkumpulnya gen dari zigot sehingga
dapat terjadi berbagai macam kombinasi.
Agar kita lebih memahami teori kemungkinan, ada
baiknya apabila kita mengenal dasar-dasar terlebih dahulu.
120
Singkatnya:
K (x) = x / x + y
K = kemungkinan
K(x) = besarnya kemungkinan untuk
mendapat (x)
x+y = jumlah keseluruhannya
Contoh:
Uang logam mempunyai dua sisi, yaitu sisi atas
(disebut juga kepala) dan sisi bawah (disebut juga ekor). Jika
kita melakukan tos (melempar uang logam ke atas) dengan
sebuah uang logam, beberapa kemungkinan kita akan
mendapat kepala.
Jawabannya:
K (kepala) = kepala = 1 / 1+1 = ½
kepala + ekor
Singkatnya:
K (x + y)= k (x) x K(y)
Contoh:
Jika kita melakukan tos dengan 2 uang logam
bersama-sama (satu di tangan kiri dan satunya lagi di tangan
kanan), beberapa kemungkinannya akan mendapat kepala
pada kedua uang logam itu?
121
Jawabnya:
K(kepala) = ½
K(kepala + kepala) = ½ x ½ = ¼
Dapat diartikan bahwa setiap 4 kali melakukan tos dengan
dua uang logam bersama-sama, kesempatan untuk
mendapat kepala pada dua uang logam itu adalah satu kali
saja.
Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih,
yang saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari
besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu.
A. TEORI KEMUNGKINAN
Peristiwa-peristiwa persilangan memberikan hasil
ratio genotip maupun genotip yang dapat diramalkan
melalui perhitungan menurut teori kemungkinan. Misalnya,
persilangan antara tanaman yang tinggi homozigot dominan
dan tanaman pendek homozigot resesif, akan menghasilkan
perbandingan fenotip, ¾ tinggi : ¼ pendek. Nilai ini
meramalkan bahwa hasil yang akan diperoleh dari peristiwa
fertilisasi tersebut kemungkinan akan mendapatkan
tanaman pendek yang adalah ¼. Nilai kemungkinan
berkisar antara 0, dimana kemungkinan peristiwa itu tidak
terjadi, sampai 1, dimana peristiwa itu mempunyai peluang
pasti terjadi. Beberapa hukum yang perlu diketahui untuk
meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa adalah sebagai berikut:
122
Contoh :
Kemungkinan jenis kelamin anak yang akan
dilahirkan dari suatu perkawinan adalah laki-laki atau
perempuan (jumlah peristiwa seluruh adalah 2 yaitu, laki-
laki dan perempuan). Jadi, kemungkinan seorang ibu akan
melahirkan seorang anak perempuan adalah:
perempuan 1
K(perempuan) = = =½
laki − laki + perempuan 1+1
Contoh :
Dua orang ibu di suatu klinik bersalin, akan
melahirkan pada hari yang bersamaan. Kemungkinan kedua
ibu itu melahirkan anak perempuan adalah:
123
Hukum kemungkinan III : Kemungkinan terjadinya
beberapa peristiwa yang saling mempengaruhi adalah
jumlah dari kemungkinan masing-masing peristiwa
tersebut.
Contoh :
Dua orang ibu di suatu klinik bersalin, akan
melahirkan pada hari yang bersamaan. Kemungkinan yang
akan lahir anak perempuan dan laki-laki adalah:
B. TEOREMA BINOMIAL
Penggunaan rumus-rumus dalam teori kemungkinan
dapat dipakai dalam peristiwa yang jumlahnya tidak
banyak. Untuk peristiwa yang besar, penggunaan rumus
binomial akan lebih mudah dan cepat.
Rumus binomial adalah:
(a + b )n = 1
keterangan:
- a & b = peristiwa/kejadian yang terpisah
- n = banyaknya peristiwa
124
Segitiga Pascal:
n
1
1 1 1
2 1 2 1
3 1 3 3 1
4 1 4 6 4 1
5 1 5 10 10 5 1
6 1 6 15 20 15 6 1
dst
Contoh ; (a + b) 4 = a4 + 4 a3b + 6 a2b2 + 4 a b3 + b4
Contoh soal:
Berapa kemungkinan suatu keluarga yang
menginginkan 4 orang anak, akan mempunyai 2 anak laki-
laki dan 2 anak perempuan?
Jawab :
a = kemungkinan mempunyai anak laki-laki = ½
b = kemungkinan mempunyai anak perempuan = ½
n = jumlah anak yang diinginkan = 4
(a + b )4 a4 + 4 a3b + 6 a2b2 + 4 a b3 + b4
Menggunakan faktorial:
125
n!
Kemungkinan = as bt
( s!).(t!)
n! 4 .3 . 2 .1
K (2♀,2♂) = as bt = (1/2)2 (1/2)2
( s!).(t!) ( 2.1).( 2.1)
= 6 ( ¼ ) ( ¼ ) = 6 / 16 = 3 / 8
(0 − e) 2
X2 = ∑ e
Keterangan:
o = hasil data yang diperoleh
e = hasil data yang diharapkan
d = penyimpangan = selisih dari data hasil yang
diperoleh dengan yang diharapkan
∑ = jumlah dari hasil perhitungan
127
nilai memungkinkan 0,05 ke kiri, menunjukkan bahwa data
yang diperoleh baik. Karena tidak ada penyimpangan yang
berarti, selain faktor kemungkinan dalam percobaan
tersebut. Menurut ahli statistik, batas penyimpangan pada
percobaan-percobaan biologi 1 x dalam 20 kali percobaan.
Sehingga kemungkinan penyimpangan 1/ 20 (0,05) adalah
batas dapat diterima atau ditolaknya data suatu percobaan.
Nilai X2 yang terletak pada kolom di bawah nilai
kemungkinan 0,01 dan 0,001, menunjukkan bahwa data
yang diperoleh sangat jelek. Penyimpangan yang terjadi
sangat berarti, dan yang disebabkan oleh faktor-faktor lain
di luar faktor kemungkinan. Dari hasil contoh perhitungan
di bawah, persilangan monohibrid dengan derajat
kebebasan 1, diperoleh nilai X2 = 0,53. pada tabel X2, nilai itu
terletak antara kolom nilai kemungkinan 0,30 dan 0,50.
berarti percobaan yang diperoleh baik, dan dapat dianggap
sesuai dengan ratio 3 : 1 untuk tanaman monohibrid dengan
dominansi penuh. Pada persilangan dihibrid, nilai X2 yang
diperoleh = 4,16. nilai ini terletak antara kolom nilai
kemungkinan 0,10 dan 0,30. berarti data percobaan dihibrid
ini baik, dan data hasil percobaan dapat dianggap sesuai
dengan ratio 9 : 3 : 3 : 1
128
Perkawinan Dihibrid
9/16 587 567 +20
400 0,71
3/16 197 189 +8
64 0,34
3/16 168 189 - 21
441 2,33
1/16 56 63 -7
49 0,78
Total 1008
X2 = 4,16
Tabel X2
Der. Kemungkinan
Kebe 0,99 0,90 0,70 0,50 0,30 0,10 0,05 0,01 0,001
basan
(dk)
1 0,0002 0,016 0,15 0,46 1,07 2,71 3,84 6,64 10,83
2 0,02 0,21 0,71 1,39 2,41 4,61 5,99 9,21 13,82
3 0,12 0,58 1,42 2,37 3,67 6,25 7,82 11,35 16,27
4 0,30 1,06 2,20 3,36 4,88 7,78 9,49 13,28 18,47
5 0,55 1,61 3,00 4,35 6,06 9,24 11,07 15,09 20,52
6 0,87 2,20 3,83 5,35 7,23 10,65 12,59 16,81 22,46
7 1,24 2,83 4,67 6,35 8,38 12,02 14,07 18,48 24,32
8 1,65 3,49 5,53 7,34 9,52 13,36 15,51 20,09 26,13
9 2,09 4,17 6,39 8,34 10,66 14,68 16,92 21,67 27,88
10 2,56 4,87 7,27 9,34 11,78 15,99 18,31 23,21 29,59
130
peristiwa apakah yang berperan di sini dan apakah hasil
percobaan itu dapat dianggap benar?
Jawabnya: Melihat hasil itu dapat diduga bahwa ada
peristiwa epistasi resesip, yang secara teoritis seharusnya
menunjukkan perbandingan fenotip 9:3:4.
Ungu merah putih jumlah
0 72 28 28 128
e 72 24 32 128
d 0 +4 -4
d
− 0,67 0,50
e
X2 0,67 + 0,50 = 1,17
K (2) = antara 0,50 dan 0,70
131
BAB VI
BERANGKAI DAN PINDAH SILANG
A. BERANGKAI (LINKAGE)
Teori kromosom dari T. Boveri dan W.S. Sutton
(1903) menyatakan bahwa kromosom adalah bagian dari sel
yang membawa gen. Gen-gen ini selama meiosis
mempunyai kelakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel,
yaitu memisah secara bebas. Akan tetapi prinsip Mendel ini
hanya berlaku apabila gen-gen letaknya lepas satu sama lain
dalam kromosom.
A
a
A
B a b
b
Gambar : gen-gen A,a,B,b letaknya lepas satu sama lain dalam
kromosom (I) Gen A terangkai dengan gen B pada satu
kromosom yang sama, sedangkan alelnya a dan b
terangkai pada kromosom homolognya
133
1. gen-gen dominan terangkai pada suatu kromosom,
sedangkan alel-alelnya resesif terangkai pada kromosom
homolognya.
Penulisan genotipnya : (AB) (Ab), AB/ab, AB : ab, AB, AB
ab ab
gen ini takkan terangkai dalam keadaan coupling phase
atau gen-gen mempunyai susunan sis
2. Gen dominan terangkai dengan gen resesif yang bukan
alelnya pada satu kromosom, sedangkan alel resesif dari
gen pertama dan alel dominan dari gen kedua terangkai
pada kromosom homolognya
Penulisan genotip : (Ab(aB), Ab/aB, Ab : aB, Ab, Ab
aB aB
gen-gen ini dikatakan terangkai dalam keadaan repulsion
phase atau gen-gen mempunyai susunan trans
Rangkai Sempurna
Apabila gen-gen yang terangkai letaknya amat
berdekatan, selama meiosis gen-gen itu tidak mengalami
perubahan letak, sehingga gen-gen itu bersama menuju
gamet.
Contoh :
Cu = gen untuk sayap normal
Cu = gen untuk sayap keriput (lalat tidak dapat terbang)
Sr = gen untuk dada polos (normal)
sr = gen untuk dada bergaris
Lalat dihidbrid dengan fenotip sayap dan dada normal
mempunyai 2 kemungkinan genotip
Cu Sr (gen-gen terangkai dalam susunan sis)
cu sr
134
Gen–gen terangkai sempurna dalam susunan sis
P ♀ Cu Sr X P ♂ Cu Sr
cu Sr Cu Sr
Sayap keriput sayap normal
Dada bergaris dada polos
F1
Cu Sr
cu sr
Sayap normal
Dada normal
F2
♂ CuSr cusr
♀
Cu Sr Cu Sr
CuSr Cu Sr cu sr
Sayap normal Sayap normal
Dada normal Dada normal
Cu Sr cu sr
cu sr cu sr cu sr
Sayap normal Sayap normal
Dada normal Dada normal
F2
♂ CuSr cusr
♀
Cu Sr cu Sr
Cu sr Cu sr Cu sr
sayap normal sayap normal
dada bergaris dada normal
Cu sr cu Sr
cu Sr cu Sr cu Sr
sayap normal sayap keriput
dada normal dada normal
136
Keterangan : Sayap normal, dada normal (2)
Sayap keriput dada bergaris (1)
Sayap keriput, dada normal (1)
++
mb
ungu, panjang
Uji silang:
Gen-gen terangkai tidak sempurna dalam susunan sis
P ♀ ++ X ♂ mb
++ mb
ungu panjang merah bulat
137
F2 :
Genotip Fenotip Banyaknya Freukensi Tipe
++ Ungu, 19+2 0,4496 Parental
mb panjang
+b Ungu, 23 0,0538 Rekombin
mb bulat asi
m + merah, 30 0,0792 Rekombin
m b panjang asi
m b merah, 182 0,4262 Parental
m b bulat
Jumlah 427 1,000
Hasil ujian silang : n : 1: 1 : n
Persentasi tipe rekombinasi = 23 + 30 /427 x 100 % = 12, 41
%
Persentase tipe parental = 100% - 12,41 % = 87,59 %
F2 :
Genoti Fenotip Banyak Freuken Tipe
p nya si
++ Ungu, 14 0,4496 Parental
mb panjang
+b Ungu, 178 0,0538 Rekombin
mb bulat asi
m + merah, 160 0,0792 Rekombin
m b panjang asi
m b merah, 18 0,4262 Parental
m b bulat
Jumlah 370 1,000
138
Hasil ujian silang = 1 ; n : n : 1
Persentase tipe rekombinasi = 14 + 18 x 100 % = 8,65 %
370
Persentase tipe parental = 100 % - 8,65 % = 91, 35 %
140
Pembagian pindah silang
A B A B
a b A B
kromatid bukan
sepasang kromosom kakak beradik
homolog dalam zigot
a b
A B a b
terbentuk 4
kromatid
A B
A B
Gamet Parental
Gamet
a b rekombinasi
A b
a B
Gamet
a b rekombinasi
terjadinya pindah Gamet Parental
silang a b
141
rekombinasi akibat pindah silang tunggal. Akan tetapi
andaikata diantara gen A dan B masih ada GEN KE TIGA
misalnya gen A dan B akan nampak.
144
BAB VII
FENOTIPE DAN PERUBAHAN GENETIK
A. FENOTIPE
Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat
dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat
organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat
145
dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam
tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat
badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu.
Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan
substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal,
kadar gula darah atau kandungan protein dalam beras. Pada
taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang
diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada
elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe
individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu
hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara
genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan
sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis
sebagai:
P = G + E + GE,
Dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E
berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe
dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh
G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat sederhana (misalnya
warna bunga) atau sangat rumit hingga memerlukan alat
dan metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi
genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular
hingga tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan
antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang
berbeda-beda.
Fenotipe, khususnya yang bersifat kuantitatif,
seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang
membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal
sebagai genetika kuantitatif.
Euploidi
Euploidi adalah keadaan dimana jumlah kromosom
yang dimiliki organisme merupakan kelipatan dari
kromosom dasarnya (kromosom haploidnya). Satu set
kromosom haploid dinamakan genom. Individu euploid
ditandai dengan dimilikinya set kromosom (genom) yang
lengkap. Individu monoploid memiliki satu genom (n),
diploid memiliki genom (2n), triploid memiliki tiga genom
(3n) dan seterusnya. Variasi euploid dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
152
Tabel variasi dalam euploidi
Komplemen Kromosom
Jumlah
Tipe Euploid (A B C merupakan satu
Genom (n)
genom)
Monoploid Satu (n) ABC
Diploid Dua (2n) AA BB CC
Poliploid: Lebih dari 2n
a. Triploid Tiga (3n) AAA BBB CCC
b. Tetraploid Empat (4n) AAAA BBBB CCCC
c. Pentaploid Lima (5n) AAAAA BBBBB CCCCC
d. Heksaploid Enam (6n) AAAAAA BBBBBB
e. Septaploid Tujuh (7n) CCCCCC
f. Oktoploid Delapan (8n) AAAAAAA BBBBBBB
g. Dsb. CCCCCCC
AAAAAAAA BBBBBBBB
CCCCCCCC
Monoploidi
Individu monoplid hanya memiliki satu genom, lebih
umum digunakan istilah haploid. Namun sesungguhnya
istilah haploid menggambarkan sifat gamet yang dibentuk
oleh individu diploid, sedangkan istilah monoploid
menggambarkan sifat suatu individu. Contoh individu
monoploid adalah:
1. Ganggang hijau biru (Cyanophyta), bakteri (Bacteria),
cendawan (Fungi) dan virus biasanya monoploid.
2. Lumut Hati (Hepaticeae) dan Lumut Daun (Bryophyta),
yang bersifat haploid adalah bentuk utama yang kita
lihat (yaitu gametofitnya).
3. Lebah madu jantan, jenis kumbang tertentu dan sawflies
(serangga Hymenoptera), karena serangga tersebut terjadi
secara partenogenesis.
Sifat tanaman monoploid tampak lebih kerdil,
kurang tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta
153
perubahan lingkungan dibandingkan dengan diploid.
Sterilitas tinggi, karena meiosis tidak teratur. Kromosom
tidak dapat berpasangan karena tidak ada kromosom
homolog. Kromosom memisah secara rampang selama
anafase I dari meiosis. Keuntungan tanaman monoploid
adalah tidak ada kemungkinan heterozigot. Monoploid
tidak mengadakan segregasi.
Diploidi
Individu diploid memiliki dua genom (2n).
Kromosom berpasangan karena memiliki kromosom
hololog.
Poliploidi
Poliploidi adalah keadaan bahwa individu memiliki
lebih dari dua genom. Poliploid lebih banyak dijumpai pada
tanaman. Kurang lebih setengah dari semua jenis tanaman
yang dikenal adalah poliploid, dan kira-kira dua pertiga dari
semua rumput-rumputan adalah poliploid. Salah satu sebab
mengapa pada hewan jarang dijumpai poliploid adalah
karena hewan memiliki kromosom kelamin, sehingga
poliploid menyebabkan terjadinya kelainan pada
keseimbangan seks.
Sifat umum tanaman poliploid biasanya adalah
tanaman kelihatan lebih kekar, sehingga bagian-bagian
tanaman menjadi lebih besar, (akar, batang, daun, dan
buah), sel-selnya (tampak jelas pada sel-sel epidermis) lebih
besar, inti sel lebih besar, buluh-buluh pengangkutan
diameternya lebih besar, stomata lebih besar. Dengan
bertambahnya jumlah kromosom, kandungan protein dan
vitamin bertambah, tekanan osmotik sel berkurang,
pembelahan sel bertambah, masa vegetatif lebih panjang,
fertilitas berkurang tanaman kurang tahan terhadap
hama/penyakit serta perubahan lingkungan.
154
Kemungkinan terjadinya poliploid pada tumbuhan
adalah:
1. Poliploidi terjadi di alam. Poliploid dapat terjadi dari
tanaman diploid, ialah:
a. Kelipatan somatis. Sel-sel kadang-kadang mengalami
pemisahan tidak teratur selama mitosis, sehingga
menghasilkan sel-sel meristematis yang
menyebabkan kelipatan jumlah kromosomnya tetap
berada dalam generasi baru dari tanaman itu.
b. Sel-sel reproduktif dapat mengalami reduksi yang
tidak teratur atau mengalami pembelahan sel yang
tidak teratur sehingga kromosom-kromosomnya
tidak memisah secara sempurna ke kutub-kutub sel
diwaktu anafase. Dengan demikian jumlah
kromosom dalam gamet menjadi lipat dua.
2. Poliploidi yang sengaja dibuat (secara induksi). Untuk
keperluan ini digunakan zat-zat kimia tertentu seperti
asenaften, kloralhidrat, sulfanilamid, etil-merkuri-klorid,
heksaklorosikloheksan, dan kolkhisin. Kolkhisin paling
banyak digunakan dan efektif karena mudah larut dala
air.
Kolkhisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid
yang berasal dari umbi dan biji tanaman Colchicum autumnale
Linn. Termasuk dalam Familia Liliaceae. Kolkhisin bersifat
racun, pada tanaman memperlihatkan pengaruhnya pada
nukleus yang sedang membelah. Larutan kolkhisin dengan
konsentrasi kritis mencegah terbentuknya benang-benang
plasma dari gelendong inti (spindel) sehingga pemisahan
kromosom pada anafase dari mitosis tidak berlangsung dan
menyebabkan penggandaan kromosom tanpa pembentukan
dinding sel. Proses mitosis mengalami modifikasi,
dinamakan C-mitosis. Kromosom tetap tinggal berserakan
dalam sitoplasma (pada stadium C-metafase). Pada stadium
ini kromosom-kromosom memperlihatkan gambaran yang
155
khas, yaitu seperti tanda silang. Kromosom dapat
memisahkan diri pada sentromernya (C-anafase).
Selanjutnya terbentuk dinding nukleus sehingga nukleus
restitusi (nukleus perbaikan) mengandung jumlah
kromosom lipat dua. Apabila pengaruh kolkhisin telah
memudar, sel poliploid yang baru dapat membentuk
spindel pada kedua kutubnya, membentuk nukleus anakan
poliploid seperti pada telofase pembelahan mitosis biasa.
Bila konsentrasi larutan kolkhisin yang kritis dibiarkan
berlanjut, maka pertambahan genom mengikuti deret ukur,
4n, 8n, 16n dan seterusnya.
Pada umumnya kolkhisin bekerja efektif pada
konsentrasi 0,01 – 1,00%, lama perlakuan antara 1 – 24 jam.
Setiap jenis tanaman mempunyai respon yang berbeda
tergantung bahan yang diberi perlakuan. Jika konsentrasi
larutan kolkhisin dan lama waktu perlakuan kurang, maka
poliploid belum dapat diperoleh. Jika konsentrasi terlalu
tinggi dan lama waktu perlakuan terlalu lama, maka
kolkhisin akan memperlihatkan pengaruh negatif , yaitu
penampilan tanaman menjadi lebih jelek, sel-sel banyak
yang rusak, kromosom menjadi berkerut, dan bahkan
menyebabkan kematian tanaman. Cara menggunakan
kolkhisin untuk perlakuan kecuali dengan melarutkan
kolkhisin dalam air, dapat juga dicampur dengan agar atau
lanolin. Kolkhisin tidak boleh dilarutkan dalam air panas,
karena komposisi kolkhisin akan rusak. Bagian-bagian
tanaman yang dapat diberi perlakuan dengan kolkhisin
misalnya:
1. Benih, dengan merendam dalam larutan kolkhisin.
2. Primordial (mata kuncup) tunas atau bunga, dengan
memberikan laruatan kolkhisin dalam bentuk tetesan
berilang-ulang.
3. Benih yang telah berkecambah, dengan merendam
dalam larutan kolkhisin.
156
4. Akar tanaman, dengan merendam seluruh akar.
Aneuploidi
Pada umumnya dalam individu normal diploid, dua
anggota dari sepasang kromosom homolog mengadakan
segregasi secara teratur selama miosis, sehingga dalam
gamet atau spora dihasilkan set kromosom haploid. Pada
mitosis dihasilkan dua sel yang masing-masing mempunyai
konstitusi kromosom sama. Kadang-kadang dalam
pembelahan sel itu menghasilkan sel atau organisme yang
kekurangan atau kelebihan kromosom tertentu. Peristiwa
bahwa suatu sel atau individu kekurangan atau kelebihan
kromosom tertentu dibandingkan dengan yang normal
diploid disebut aneuploidi. Individunya disebut aneuploid.
Berbagai kemungkinan variasi dalam aneuploidi dapat
diikuti dalam tabel berikut ini:
159
BAB VIII
ALEL GANDA DAN GEN GANDA
A. ALEL
Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain.
Disebut juga versi alternatif gen yang menjelaskan adanya
variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel adalah gen – gen
yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam
kromosom homolog. Bila dilihat dari pengaruh gen pada
fenotipe, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan. Jadi alel adalah gen – gen yang
terletak pada lokus yang sama dan memiliki pekerjaan yang
sama atau hampir sama.
Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang
terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Pada individu
homozigot, pasangan kedua alel mempunyai symbol yang
sama persis; misalnya AA, BB. Sedangkan genotipe
heterozigot pasangan kedua alel mempunyai simbol yang
tidak sama misal Aa, Bb. Namun Ab dan aB bukan alelnya.
Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai
alel A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula
individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi,
lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu
AA, Aa atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang
bersangkutan.
Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum
dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu
dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel,
sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel.
Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple
alleles).
160
B. ALEL GANDA
Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang
alel maka disebut alel ganda, misalnya warna bulu pada
kelinci dan golongan darah sistem A B O pada manusia
Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu
individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang
kromosom homolog, betapapun banyaknya alel yang ada
pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua
buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4,
X5. Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan
muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X2X2 dan seterusnya.
Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel.
Alel-alelnya disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan
peristiwa dimana sebuah gen dapat mempunyai lebih dari
satu alel disebut ; multiple allelomorphi.
Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan alel
ganda adalah:
1. Merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel
pada satu gen
2. Pada umumnya satu gen memiliki dua alel
alternatifnya
3. Alel ganda dapat terjadi sebagai akibat dari
mutasi DNA
4. Mutasi dapat menghasilkan banyak variasi alel,
misalnya gen A bermutasi menjadi ,a1, a2 dan a3
yang masing-masing menimbulkan fenotipe yang
berbeda.
5. Dengan demikian, mutasi gen A dapat
menghasilkan 4 varian yaitu A, a1,a2, dan a3
Pada alel ganda ada dua gambaran yang perlu
dicatat, yaitu:
1. Pada jenis kedua pada diagram perkawinan
homozigot dan heterozigot, terdapat kemungkinan
lain dari perkawinan. Ini adalah seseorang yang
161
homozigot untuk dua yang lain. Masih terdapat
macam anak tetapi tidak seperti contoh-contoh yang
menyangkut sepasang gen tunggal, keduanya adalah
heterozigot.
2. Pada jenis ketiga dari diagram lagi-lagi terdapat satu
kemungkinan lebih lanjut. Perkawinan dua orang
heterozigot apabila ketiga gen terlibat, maka akan
menghasilkan empat macam anak dan bukan tiga
anak, pasangan ditengah tidak lagi sama, dan
rasionya adalah 1:1:1:1. Dengan tiga alel, satu dari
empat anak adalah homozigot, dan lainnya adalah
heterozigot tetapi akan terlihat dengan mudah
bahwa dengan serangkaian dari 4 atau lebih alel,
apabila 4 gen pada orang tuanya berbeda, maka
semua anaknya tentu akan heterozigot.
162
cch : bulu berwarna abu-abu muda, karena ada
campuran bulu berwarna hitam dan putih.
Kelinci ini dinamakan kelinci chinchilla
ch : bulu berwarna putih, dengan warna hitam
pada ujung-ujung hidung, telinga berwarna
putih, kaki dan ekor. Kelinci demikian
disebut kelinci Himalaya.
c : alel yang tidak membentuk pigmen sama
sekali. Kelinci berwarna putih, disebut kelinci
albino
Dominansi alel-alel tersebut mempunyai urutan sbb.:
c+ > cch > ch > c
Fenotip & Genotip untuk Alel Ganda lokus c pada
kelinci.
163
Himalaya ch ch chc
Albino Cc
Contoh persilangan:
P : ♀ c+c+ x ♂ cc
(abu-abu) (albino)
F1 : c +c
(abu-abu)
F2 : F1 x F1 c+ c+ abu-abu
(1)
c +c abu-abu
(2)
cc albino
(1)
Pada tumbuhan :
Pada tumbuhan tinggi sering terdapat sari alel
ganda, yang seringkali menyebabkan inkompatibilitas, yaitu
kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah menyerbuk
sendiri atau persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini
disebabkan alel pada tepung sari sama dengan alel pada sel
telur, sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik
tidak dapat membentuk buluh tepung sari. Tepung sari
demikian dikatakan abortip. Sari alel ganda pada tanaman
itu adalah : S1, S2, S3, S4 dst.
Adanya inkompatibilitas antara alel ganda yang
terdapat di dalam serbuk sari dan sel telur maka perkawinan
resiprok dari tanaman ini menghasilkan keturunan yang
berlainan.
Perkawinan resiprok
P : ♀ S1S3 x ♂ P : ♀ S2S3 x ♂
S2S3 S1S3
164
F1 zigot S1S3 Zigot S1S2
Endosperm S1S1 S2 Endosperm S1S2S2
Zigot S2S3 zigot S1S3
Endosperm S2S3S3 endosperm S1S3 S3
165
ganda, alel yang paling dominan adalah w+, sedangkan
yang paling resesif adalah w.
166
bukan bermakna bahwa dia lawan dari gen (penyandi
protein) tapi antigen adalah zat penyusun dasar.
167
Orang yang memiliki antigen A tidak memiliki anti –
A melainkan anti –B. orang yang memiliki antigen B tidak
memiliki anti-B melainkan anti-A. Jika antigen A bertemu
dengan anti –A, demikian pula antigen B bertemu dengan
anti –B, sel-sel darah merah menggumpal (beraglutinasi) dan
mengakibatkan kematian. Orang yang tidak memiliki
antigen A maupun antigen B dalam eritrositnya dinyatakan
bergolongan darah O dan serum darahnya mengandung anti
–A dan anti -B. sebaliknya bila serum darah tidak
mengandung antibodi sama sekali, maka eritrosit
mengandung antigen A dan antigen B. orang demikian
dinyatakan termasuk golongan darah AB. Karena golongan
darah O tidak mempunyai antigen sama sekali maka
golongan darah O disebut sebagai pendonor universal.
Sementara golongan darah AB karena dia tidak memiliki
antibodi dalam serumnya maka golongan darah AB disebut
juga sebagai resipien universal. Namun dalam ilmu
kedokteran sekarang hal itu tidak lagi berlaku karena
kurang aman, alasannya selalu terjadi adanya aglutinasi
ringan.
Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alel-
alel Io, IA dan IB. Alel Io resesif terhadap IA dan IB. Alel IA dan
IB bersifat kodomain, sehingga IB tidak dominan terhadap IA
dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap IB. Interaksi
antara alel Io, IA dan IB menghasilkan 4 fenotip golongan
darah, yaitu O, A, B dan AB.
Gen I menghasilkan suatu molekul protein yang disebut
Isoaglutinin yang terdapat pada permukaan sel darah merah.
Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen
atau antigen yang disebut antigen-A dalam eritrosit yang
kemudian dapat bereaksi dengan antibodi atau aglutinin
atau anti-B yang terdapat di dalam serum atau plasma
darah. Orang dengan alel IB dapat membentuk antigen-B
dalam eritrosit, dan zat anti-A dalam serum darah.
168
Orang dengan golongan darah O, mempunyai alel
I oI o,
tidak dapat membentuk antigen-A maupun antigen-B,
tetapi mempunyai zat anti-A dan zat anti-B. Apabila antigen-
A bertemu dengan zat anti-A, demikian juga antigen-B
bertemu dengan zat anti-B, maka darah akan menggumpal.
Sehingga dalam melakukan transfusi darah, baik donor
(pemberi) maupun resipien (penerima) harus diperiksa
terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan sistem
ABO. (lihat tabel).
Gol. Darah
Resipien O A B AB
Gol. (anti A & B) (anti B) (Anti A) ( - )
Darah Donor
O (tidak ada antigen) V V V V
A (Antigen-A) X V X V
B (Antigen-B) X X V V
AB (Antigen A & B) X X X V
Keterangan : V = Tidak terjadi penggumpalan X = Terjadi
penggumpalan
169
antigen B, sedangkan yang tidak mampu membentuk
entigen sama sekali memiliki alel resesif I.
Interaksi antara alel-alel IA, IB dan I menyebabkan
terjadinya 4 fenotip (golongan darah) A, B, AB dan O.
170
Keterangan : V = Tidak terjadi penggumpalan eritrosit
X = Terjadi penggumpalan eritrosit
172
oleh 3 pasang gen, yaitu C, D dan E yang bersifat dominan
terhadap pasangan alelnya c, d dan e.
Orang termasuk golongan darah Rh + apabila mempunyai
gen D. jika tidak ada gen D, maka fenotipnya adalah Rh –
(lihat tabel di bawah).
178
Orang laki-laki dengan genotip aT aT bT bT ct ct dt dt
mempunyai tinggi 150 cm + (4 x 6 cm) = 174 cm. Orang
perempuan dengan genotip aT at bt bt ct ct dt dt, mempunyai
ukuran tinggi 150 cm + (1 x 6 cm) = 156 cm.
Bila kedua orang tersebut menikah akan
menghasilkan keturunan dengan tinggi yang berbeda.
P : ♀ aT at bt bt ct ct dt dt x ♂ aT aT bT bT ct ct dt dt
(156 cm) (174 cm)
♂ aT bT ct dt
♀
aT bT ct dt aT aT bT bt ct ct dt dt =168 cm
at bt ct dt aT at bT bt ct ct dt dt = 162 cm
179
BAB IX
RANGKAIAN KELAMIN DAN
PENENTUAN JENIS KELAMIN
A. RANGKAI KELAMIN
Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin
dinamakan gen rangkai kelamin (sex-linked
genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-
gen ini disebut peristiwa rangkai kelamin (linkage).
Adapun gen berangkai yang dibicarakan adalah gen-gen
yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin,
yaitu kromosom yang pada individu jantan dan betina sama
strukturnya sehingga tidak dapat digunakan untuk
membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini
dinamakan autosom.
Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen
rangkai kelamin tidak mengalami segregasi dan
penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang
terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan
melalui kombinasi gamet tersebut memperlihatkan nisbah
fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari hukum
Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan
resiprok (genotipe tetua jantan dan betina dipertukarkan)
menghasilkan keturunan yang sama, tidak demikian halnya
untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai kelamin.
Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-
kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin
tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada
umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y,
maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-
linked genes)dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping
itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X
180
tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam
ini dinamakan gen rangkai kelamin tak
sempurna (incompletely sex-linked genes). Gen-gen yang
terdapat pada kromosom kelamin, disebut gen-gen terangkai
kelamin. Peristiwanya disebut rangkai kelamin (sex linkage).
181
Gigi yang berwarna coklat dan muda rusak karena
kekurangan email, disebabkan oleh dominan b yang
terdapat pada kromosom X. alelnya gen b, menentukan gigi
normal.
P : ♀ bb x ♂ B—
(gigi normal) gigi coklat
Gamet: b gamet : B,—
P : ♀ CC x ♂ c—
(XX) (XY)
normal buta warna
ovum: C spermatozoa: c, —
(X) (X)(Y)
182
F1 : Cc (♀) , normal
(XX)
C— (♂) , normal
(XY)
P : ♀ Cc x ♂ C—
(XX) (XY)
normal carier normal
ovum: C, c spermatozoa: C, —
(X) (X)(Y)
F1 : Cc (♀) , normal
Cc (♀) , normal, carier
C— (♂) , normal
c— (♂) , buta warna
Anodontia
Penderita kekurangan jumlah gigi (antara 1 sd 6 atau
lebih dari 6) dari jumlah gigi normal. Ditentukan oleh gen
resesif a yang terdapat pada kromosom-X. Alelnya dominan
A menentukan gigi normal. Pada umumnya, penderita
anodontia memiliki ciri-ciri mempunyai rambut yang tipis,
bahkan hampir tidak mempunyai rambut dan rahang tidak
berkembang selayaknya orang normal, tidak memiliki benih
gigi pada rahangnya.
Hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan yang
diturunkan yang disebabkan adanya kekurangan faktor
pembekuan darah Dikenal 2 macam penyakit hemofilia,
yaitu hemofilia A dan B (penyakit ‘christmas’) Hemofilia A
timbul jika ada efek gen yang menyebabkan kurangnya
faktor pembekuan VIII (Faktor anti hemofilia) sedangkan
hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX
(Plasma tromboplastin komponen). Hemofilia A dan B tidak
183
dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang mirip
dan pola pewarisan gen yang serupa. Hemofilia tipe A lebih
banyak dijumpai daripada hemophilia B.
Hemofilia Ditentukan oleh gen resesif h yang
terdapat pada kromosom-X Alelnya dominan H
menentukan seseorang memiliki faktor anti hemofilia
sehingga darah dapat membeku secara normal. Anak
perempuan hemofila boleh dikatakan tidak pernah dijumpai
karena genotip hh biasanya letal.
185
Gen dalam Kromosom Y
Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali
mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat sedikit ini
mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan
bagi gen rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe
abnormal. Biasanya suatu gen/alel dapat dideteksi
keberadaannya apabila fenotipe yang dihasilkannya adalah
abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan
oleh gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen
rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat stabil.
Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan
pada individu betina/wanita sehingga gen ini disebut
juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia
adalah Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar
dan panjang, Ht dengan alelnya ht yang menyebabkan
pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt
dengan alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit
pada jari.
Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria, maka
sifat keturunannya juga diwariskan hanya pada keturunan
pria saja.
P : ♀ XX x ♂ Xh
normal hypertrichosis
F1 : XX (♀) : normal
Xh (♂) : hypertrichosis
188
3 AA 3 AA
P : ♀ XX x ♂ XY
3A 3A 3A 3A
X X X Y
Ovum
Sperma
3 AA
3 AA XY
XX
23 23 23 23
Ovum X X X Y
sperma
46
46 XY
XX
46, XX 46, XY
189
(anak perempuan) (anak laki-laki)
Partenogenesis
190
Pada beberapa spesies Hymenoptera seperti semut,
lebah, dan tawon, individu jantan berkembang dengan cara
partenogenesis, yaitu melalui telur yang tidak dibuahi. Oleh
karena itu, individu jantan ini hanya memiliki sebuah
genom atau perangkat kromosomnya haploid.
Sementara itu, individu betina dan golongan pekerja,
khususnya pada lebah, berkembang dari telur yang dibuahi
sehingga perangkat kromosomnya adalah diploid. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa partenogenesis
merupakan sistem penentuan jenis kelamin yang tidak ada
sangkut pautnya sama sekali dengan kromosom kelamin
tetapi hanya bergantung kepada jumlah genom (perangkat
kromosom).
Kromatin Kelamin
Seorang ahli genetika dari Kanada, M.L. Barr, pada
tahun 1949 menemukan adanya struktur tertentu yang dapat
memperlihatkan reaksi pewarnaan di dalam nukleus sel
syaraf kucing betina. Struktur semacam ini ternyata tidak
dijumpai pada sel-sel kucing jantan. Pada manusia
dilaporkan pula bahwa sel-sel somatis pria, misalnya sel
191
epitel selaput lendir mulut, dapat dibedakan dengan sel
somatis wanita atas dasar ada tidaknya struktur tertentu
yang kemudian dikenal dengan nama kromatin
kelamin atau badan Barr.
Pada sel somatis wanita terdapat sebuah kromatin
kelamin sementara sel somatis pria tidak memilikinya.
Selanjutnya diketahui bahwa banyaknya kromatin kelamin
ternyata sama dengan banyaknya kromosom X dikurangi
satu. Jadi, wanita normal mempunyai sebuah kromatin
kelamin karena kromosom X-nya ada dua. Demikian pula,
pria normal tidak mempunyai kromatin kelamin karena
kromosom X-nya hanya satu.
Dewasa ini keberadaan kromatin kelamin sering kali
digunakan untuk menentukan jenis kelamin serta
mendiagnosis berbagai kelainan kromosom kelamin pada
janin melalui pengambilan cairan amnion
embrio (amniosentesis). Pria dengan kelainan kromosom
kelamin, misalnya penderita sindrom Klinefelter (XXY),
mempunyai sebuah kromatin kelamin yang seharusnya
tidak dimiliki oleh seorang pria normal. Sebaliknya, wanita
penderita sindrom Turner (XO) tidak mempunyai kromatin
kelamin yang seharusnya ada pada wanita normal.
Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris
mengajukan hipotesis bahwa kromatin kelamin merupakan
kromosom X yang mengalami kondensasi atau
heterokromatinisasi, sehingga secara genetik menjadi inaktif.
Hipotesis ini dilandasi hasil pengamatannya atas ekspresi
gen rangkai X yang mengatur warna bulu pada mencit.
Individu betina heterozigot memperlihatkan fenotipe
mozaik yang jelas berbeda dengan ekspresi gen
semidominan (warna antara yang seragam). Hal ini
menunjukkan bahwa hanya ada satu kromosom X yang aktif
di antara kedua kromosom X pada individu betina.
Kromosom X yang aktif pada suatu sel mungkin membawa
192
gen dominan sementara pada sel yang lain mungkin justru
membawa gen resesif.
Hipotesis Lyon juga menjelaskan adanya
mekanisme kompensasi dosis pada mamalia. Mekanisme
kompensasi dosis diusulkan karena adanya fenomena
bahwa suatu gen rangkai X akan mempunyai dosis efektif
yang sama pada kedua jenis kelamin. Dengan perkataan
lain, gen rangkai X pada individu homozigot akan
diekspesikan sama kuat dengan gen rangkai X pada
individu homozigot.
194
195
BAB X
REKAYASA GENETIKA
196
punggung pengembangan bioteknologi baru. Dengan
demikian bioteknologi diartikan sebagai penggunaan
organisme atau sistem hidup untuk memecahkan suatu
masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna.
Atau dapat juga dikatakan bahwa bioteknologi adalah
seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup
atau bagian dari organisme hidup, untuk menghasilkan atau
memodifikasi produk, meningkatkan kemampuan
tumbuhan dan hewan, mengembangkan mikroorganisme
untuk penggunaan khusus yang berguna bagi kehidupan
manusia.
Rekayasa genetika yang sering kali sinonim dengan
teknologi DNA rekombinan merupakan tulang punggung
dan pemicu lahirnya bioteknologi molekuler yang
merupakan suatu bidang studi yang sangat dinamis dan
kompetitif. DNA rekombinan dikonstruksi dengan
menggabungkan materi genetika dari dua atau lebih sumber
yang berbeda atau melakukan perubahan secara terarah
pada suatu materi genetika tertentu.
Istilah teknologi DNA rekombinan atau rekayasa
genetika secara ringkas dapat diartikan sebagai teknik
molekuler yang dengan tepat mampu mengubah suatu
molekul DNA, atau menggabungkan molekul DNA tertentu
dari sumber-sumber yang berbeda. Rekombinasi DNA
dilakukan dengan enzim (enzim restriksi dan ligase) yang
dapat melakukan pemotongan dan penyambungan molekul
DNA dengan tepat dan dapat diprediksi. DNA rekombinan
selanjutnya dimasukkan ke dalam organisme sasaran
melalui introduksi langsung (transformasi), melalui virus,
atau bakteri. Oleh karena itu, dalam melakukan rekombinasi
genetika, seorang pemulia selain dapat melakukannya
melalui penggabungan sel telur dan sperma (atau serbuk
sari dan putik pada tanaman) pada metode pemuliaan
selektif, dia dapat pula melakukan rekombinasi bahan
197
genetika dengan ketelitian yang lebih tinggi dengan
melakukannya di taraf molekuler.
Sehingga sebelumnya, kita menggunakan suatu
organisme utuh untuk seleksi bahan genetik unggul, tetapi
sekarang kita menggunakan sel-sel dan molekul organisme
tersebut. Sebelumnya kita melakukan manipulasi tanpa
mengetahui mekanisme yang mendasari manipulasi
tersebut, sehingga sulit diprediksi hasilnya. Tetapi sekarang
kita mengerti manipulasi yang kita lakukan pada taraf yang
paling mendasar, yaitu taraf molekuler. Oleh karena itu, kita
dapat memprediksi pengaruh manipulasi yang dilakukan
dan mengarahkan perubahan yang diinginkan dengan
tingkat ketepatan yang jauh lebih tinggi.
Rekayasa genetika atau pencangkokan gen atau DNA
rekombinan, sesungguhnya merupakan penerapan prinsif-
prinsif genetika dalam revolusi ilmiah yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Pengertian ini dianggap terlalu luas karena berarti kegiatan
penyilangan hewan atau tanaman untuk mendapatkan
bentuk-bentuk baru yang lebih bernilai dapat dengan
mudah dimasukkan, meskipun rekayasa yang dilakukan
adalah rekayasa populasi (melalui seleksi). Batasan yang
lebih sempit adalah penerapan genetika molekuler (atau
paling tidak melibatkan teknik genetika molekuler) dalam
kehidupan manusia.
Rekayasa genetika mendapatkan titik berat dalam
dunia kedokteran dan farmasi modern. Namun demikian,
bidang gizi, veteriner, peternakan,s erta agronomi juga telah
melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-
masing.
Pada awalnya, proses rekayasa genetika ditemukan
oleh Crick dan Watson pada tahun 1953. Rekayasa genetika
merupakan suatu rangkaian metode yang canggih dalam
perincian akan tetapi sederhana dalam hal prinsip yang
198
memungkinkan untuk dilakukan pengambilan gen atau
sekelompok gen dari sebuah dan mencangkokkan gen atau
sekelompok gen tersebut pada sel lain di mana gen atau
sekelompok gen tersebut mengikat diri mereka dengan gen
atau sekelompok gen yang sudah ada dan bersama-sama
menanggung reaksi biokimiawi penerima.
Prinsip dasar rekayasa genetika baru dikembangkan
pada dasawarsa yang lalu, dan sejak itu telah terjadi
kemajuan pesat yang memberikan kepada kita seperangkat
metodologi yang ampuh dan canggih. Rekayasa genetika
melibatkan penyisipan informasi genetik baru ke dalam
organisme yang biasanya adalah bakteri untuk memberi
kemampuan baru. Pemilihan metode bergantung pada gen
mana yang akan dipindahkan dan jenis organisme mana
yang akan menerima informasi baru.
199
membuat salinan sebelum “melompat’’ hingga banyak
salinan terbentuk.
201
tRNA
9. 1973 Boyer dan Cohen memaparkan teknologi
DNA rekombinan
10. 1975 Kohler dan Milstein menjabarkan produksi
antibodi monoklonal
11. 1976 Perkembangan teknik-teknik untuk
menentukan urutan DNA
12. 1978 Genetech menghasilkan insulin manusia
dalam E.coli
13. 1980 US Supreme Court: Mikroba hasil
manipulasi dapat dipatenkan
14. 1981 Untuk pertama kalinya automated DNA
synthesizersdijual secara komersial
15. 1981 Untuk pertama kalinya kit diagnostik
berdasar antibodi disetujui untuk dipakai di
Amerika Serikat
16. 1982 Untuk pertama kalinya vaksin hewan hasil
teknologi DNA rekombinan disetujui
pemakaiannya di Eropa
17. 1983 Plasmid Ti hasil rekayasa genetik dipakai
untuk transformasi tanaman
18. 1988 US Patent diberikan untuk mencit hasil
rekayasa genetik sehingga rentan terhadap
kanker (untuk penelitian tumor)
19. 1988 Metode Polymerase Chain Reaction
dipubliikasi
20. 1990 USA: Telah disetujui percobaan Terapi gen
sel somatik pada manusia
21. 1997 Kloning hewan (domba Dolly) dari sel
dewasa (sel kambing)
22. 2000 Pro dan kontra tanaman transgenik di
Indonesia. Kapas transgenik ditanam di
Sulawesi Selatan
202
23. 2001 Konstruksi monyet transgenik (ANDi) yang
mengandung gen GFP dari sejenis ubur-
ubur.
B. KLONING
Kloning merupakan teknik penggandaan gen yang
menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi
hereditas maupun penampakannya.
203
Peristiwa yang Berhubungan dengan Kloning
1. Para ilmuwan Korea Selatan mengumumkan
keberhasilannya pada tanggal 27 Maret 2007 dalam
mengkloning serigala langka. Mereka merupakan tim
peneliti yang sebelumnya berhasil mengkloning anjing
jenis afgan dan pudel.
2. Tim yang dipimpin Lee Byung-Chun dan Shin Nam-
Shik, para profesor ilmu kedokteran hewan dari
Universitas Nasional Singapura (SNU) berhasil
mengkloning dua ekor serigala betina yang lahir pada 18
dan 26 Oktober 2005. Masing-masing diberi nama
Snuwolf dan Snuwolfy yang merupakan kependekan
dari Seoul National University wolf.
3. Pada bulan November 2007, dunia dikejutkan oleh para
ilmuwan Oregon yang menyatakan berhasil
mengkloning embrio kera dan mengekstraknya dalam
sel induk, yang sangat potensial untuk penelitian
kloning manusia. Kesuksesan ini dilaporkan oleh
ilmuwan Australia Soukhrat Mitalipov dari Pusat
Penelitian Primata Nasional Oregon di Portland.
4. Seperti dikutip dari USA Today, para ilmuwan Oregon
itu telah mencoba selama beberapa tahun untuk
mengkloning embrio kera dan mengekstraksinya
menjadi sel induk karena kera dianggap paling mirip
dengan manusia.
205
B
C
Gambar : Rekayasa gen menggunakan plasmid (A). Plasmid
bakteri (B). Teknik fusi menggunakan plasmid
(C) Teknologi plasmid.
206
Teknik rekayasa genetika atau Rekombinasi DNA
adalah proses penggabungan DNA-DNA dari sumber yang
berbeda. Tujuannya adalah untuk menyambungkan gen yang
ada di dalamnya. Oleh karena itu, rekombinasi DNA disebut
juga rekombinasi gen.
Ada beberapa langkah dasar dalam Kloning Gen
yaitu sebagai berikut :
1. Suatu frakmen DNA yang mengandung gen yang akan
diklon diinsersikan pada molekul DNA sirkular yang di
sebut sektor untuk menghasilkan chimoera atau molekul
DNA rekombiner.
2. Vektor bertindak sebagai wahana yang membawa gen
masuk kedalam sel tuan rumah ( host ) yang biasanya
berupa bakteri, walaupun sel-sel jenis lain dapat di
gunakan.
3. Didalam sel host, vektor mengadakan replikasi
menghasilkan banyak kopi atau turunan yang identik,
baik vektornya sendiri maupun gen yang dibawanya.
4. Ketika sel host membelah, kopi molekul DNA
rekombinasi diwariskan pada progeni dan terjadi
replikasi vektor selanjutnya.
5. Setelah terjadi sejumlah besar pembelahan sel, maka
dihasilkan koloni atau klonsel host yang identik Tiap-
tiap sel dalam klon mengandung satu kopi atau lebih
molekul DNA rekombinasi dengan demikian dikatakan
bahwa gen yang dibawa oleh molekul rekombinasi telah
diklon.
Pengklonan hewan
Klon-klon yang ditangani oleh para ahli biologi
molekular, biasanya klon-klon dari bakteri atau organisme
lain, sel-sel dalam kultur jaringan dan akhir-akhir ini
molekul-molekul DNA. Para ahli taman dan pemulia
tanaman sebaiknya, secara teratur menangani dan
memproduksi organisme-organisme lebih tinggi yang
diklon, tanaman-tanaman yang mereka biakkan dengan
pemangkasan, enten, pembelahan umbi dan rhizoma (akar
rimang) dan sebagainya. Tumbuhan tinggi memberi
kemungkinan untuk reproduksi aseksual dan klon; untuk
banyak spesies liar, pembiakan aseksual lebih penting
daripada pembiakan seksual. Sebaiknya hewan-hewan
tingkat alami tidak bereproduksi secara aseksual. Untuk
mengklon seekor binatang perlu untuk mengambil nukleus
dalam telur yang telah dibuahi, baik melalui pembedahan,
maupun menonaktifkannya secara total dengan radiasi dan
menggantikannya dengan nukleus yang diambil dari
individu lain. Ini memerlukan transplantasi suatu nukleus
utuh yang tidak rusak dan mampu untuk berkembang.
Demikianlah, nukleus-nukleus yang dicangkokkan dari sel-
sel embrio katak yang sangat muda, yang masih totipoten,
dapat melahirkan katak-katak dewasa. Sebaliknya, nukleus-
nukleus yang ditransplantasi dari katak ‘dewasa’ sampai
kini sekian jauh belum pernah mampu meningkatkan
perkembangan hewan dewasa ; proses perkembangannya
selalu gagal pada tahap embrional atau larva tertentu.
Transplantasi nukleus dengan telur-telur katak pertama kali
dicapai dalam tahun 1952, tetapi tentu saja akan lebih
menarik untuk membiakkan mamalia secara aseksual
daripada katak. Masalah-masalah teknis dari reproduksi
215
mamalia dengan transplantasi nukleus, sebaliknya adalah
jauh lebih besar karena sangat sukar untuk memanipulasi
telur-telur mamalia tanpa merusaknya. Pada tahun 1981,
serangkaian percobaan semacam itu dengan tikus, telah
dilaporkan, tetapi belum diulangi dan diperbuat secara
bebas. Sebelum metode-metode itu dapat direproduksi,
mereka tidak akan memberi sumbangan yang berarti pada
pengertian kita tentang perkembangan mamalia. Dalam
masa dekat hanya terdapat kemungkinan kecil bahwa
transplantasi nukleus dicoba pada spesies mamalia lain. Jika
efisiensi dan reproduksibilitasnya dapat ditingkatkan, maka
mungkin metode itu akan mendapat tempat di bidang
penangkaran hewan. Dalam teori ia dapat dicoba pada telur-
telur sel embrio manusia, tetapi untuk alasan apa? Tidak ada
penerapan praktis. Dan perlu ditekankan bahwa belum
terbukti ada kemungkinan bahwa dengan katak sekalipun
untuk menghasilkan suatu individu dewasa yang diklon
melalui pencangkokan nukleus sel dewasa ke dalam sebuah
telur. Komplotan jutawan tua golongan gothik yang
membujuk para dokter untuk mengklon beberapa kopi dari
dirinya sendiri dengan pencangkokan nukleus-nukleus
selnya kedalam telur-telur yang dibuahi dan kemudian
menanamkannya pada wanita, tetapi merupakan fantasi
murni, untuk katak tua sekali pun, hal itu tidak dapat
dilakukan.
Bioreaktor
Memanfaatkan organisme mahluk hidup untuk
memproduksi protein terapeutik atau bahan obat-obatan,
atau sebagai alat yang mampu melakukan bioproses seperti
fermenter. Pada awalnya produksi protein terapeutik
rekombinan melalui rekayasa genetika dilakukan pada
bakteri melalui rekayasa genetika diawali oleh Cohen dan
Boyer(1975), maka bioreaktor bisa juga didefinisikan sebagai
sebuah peralatan yang menjamin kondisi yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme misalnya ragi dan bakteri untuk
melakukan reproduksi. Kini istilah bioreaktor juga telah
melekat pada organisme tingkat tinggi, seperti ikan
(termasuk telur ikan), serangga, babi, dan sapi, yang bisa
memproduksi protein asing menggunakan teknologi
rekombinan protein. Rekombinan protein telah
dikembangkan dengan tujuan terapi, dan beberapa sistem
218
(organisme yang digunakan) seperti disebutkan di atas telah
diteliti untuk memperbaiki tingkat produksinya. Namun
demikian,setiap sistem tersebut memiliki kelebihan dan juga
kelemahan. Bakteri dapat ditumbuhkan dengan mudah
dalam berbagai skala produksi, tetapi folding protein target
sering tidak tepat. Meskipun serangga bisa melakukan
modifikasi lanjut setelah proses translasi (post-translational
modification, PTM) dan menghasilkan protein rikombinan
yang relatif banyak, tetapi memiliki pola glikosilasi yang
khas yang berbeda dengan hewan bertulang belakang
(vertebrata), sehingga protein rikombinan mungkin tidak
berfungsi secara penuh. Sementara itu, sel mamalia dapat
melakukan PTM walaupun prosesnya kompleks, tetapi
penggunaan sistem ini relatif mahal dan secara umum tidak
bisa memproduksi protein dalam jumlah yang banyak.
Dengan demikian diperlukan pemilihan sistem yang optimal
untuk setiap target protein. Berikut adalah contoh-contoh
bioreaktor yang telah dilakukan selama ini;
1. Escherichia coli sebagai bioreaktor dalam produksi
vaksin hepatitis dan insulin
2. E.coli sebagai bioreaktor dalam produksi hormon
pertumbuhan manusia (HGH=Human Growth
Hormone). HGH adalah suatu rantai polipeptida
tunggal yang mempunyai 191 asam amino dan
diproduksi dalam kelenjar pituitari. Hormon
pertumbuhan mengendalikan pertumbuhan tubuh,
tubuh kecil orang kerdil disebabkan karena kekurangan
hormon pertumbuhan. Gen pembentuk hormon
tumbuh manusia dipindahkan ke sel prokariotik
seperti E.coli untuk kemudian dipelihara dalam suatu
medium untuk menghasilkan hormon HGH seperti
layaknya “fermentasi” alkohol. Dengan demikian HGH
dapat dihasilkan dalam jumlah besar-besaran dengan
biaya yang jauh lebih murah. Perusahaan Swedia Kabri
219
Vitrum bekerja sama dengan perusahaan Amerika
Genentech telah berhasil melakukan produksi HGH
dengan tangki sebesar 450 liter dapat dihasilkan HGH
yang jumlahnya ekivalen dengan jumlah HGH yang
diperoleh dari 60.000 kelenjar pituitari hewan.
3. Molecular Farming (pertanian molekuler) yaitu
tanaman digunakan sebagai wahana untuk
memproduksi protein yang memiliki nilai industri
seperti enzim, atau bahan obat-
obatan/pengobatan(terapeutik) melalui teknologi
transgenik; Produksi human recombinan
Erythropoietin (hEPO) oleh tim dari Kyoto University
menggunakan kultur sel tembakau pada tahun 1995
dan dipatenkan di Jepang oleh Snow Brand Milk
Products Co (paten nomor JP6153930). EPO adalah
sitokin utama yang mengatur fisiologi dari peredaran
sel darah merah. EPO digunakan untuk pengobatan
penyakit anemia karena berfungsi untuk menstimulasi
pembuatan sel darah merah baru. ProdiGene Inc. of
College station, Texas, menjadi perusahaan pertama
yang berhasil memodifikasi tanaman untuk
menghasilkan protein tertentu yang berfungsi sebagai
obat. Produknya adalah trypsin, insulin, dan obat
penting lainnya pada jagung. Para peneliti sedang
mengujinya pada kentang, tomat, dan wortel untuk
menghasilkan vaksin hepatitis B. Para peneliti tersebut
memodifikasi tomat, bayam dan melon untuk
menghasilkan vaksin rabies. Tomat yang diuji tersebut
telah melewati tahap awal pengujian sebagai vaksin
untuk virus syncytal pernafasan yang mengakibatkan
penyakit pada bayi dan orang dewasa. Kedelai Biotek
muncul menjadi obat untuk penyakit herpes, sementara
sawi sedang diuji untuk perawatan hepatitis B dan C.
Sebuah tim ilmuwan dari Purdue University dan
220
Departemen Pertanian Amerika Serikat(USDA) telah
mengembangkan tomat yang tiga setengah kali lebih
banyak mengandung lycopene dan antioxidant untuk
melawan kanker dibandingkan varietas-varietas tomat
yang ada sekarang ini. Saat mengembangkan tomat
untuk makanan yang memiliki kualitas lebih tinggi dan
kematangan yang dapat ditunda, tim ini juga
menemukan bahwa tomat tersebut memiliki lebih
banyak antioxidant dibandingkan varietas-varietas
tomat yang ada sekarang.
4. Ternak transgenik. Saat ini ada dua protein terapeutik
yang diproduksi melalui ternak transgenik. Produk
pertama adalah GTC’s recombinant human
antithrombin III yang telah berhasil melalui uji
kelayakan hingga uji klinis pada manusia dan telah
dipasarkan pada akhir tahun 1999. Produk kedua
adalah alpha-antitrypsin.
5. Pemanfaatan ikan dengan menggunakan telur ikan
sebagai bioreaktor untuk memproduksi bahan-bahan
yang berguna untuk manusia. Terdapat beberapa
keuntungan menggunakan telur ikan sebagai inang
dibandingkan dengan sistem lainnya;
o Jumlah telur ikan berlimpah,
o Pembuahan (frtilisasi) eksternal dan hal ini
memudahkan untuk mengintroduksi gen asing
pengkode protein target,
o Embrio ikan dapat dipelihara di air tanpa
membutuhkan suplemen karena berkembang
menggunakan nutrien dari kuning telur,
o Suatu gen asing pengkode protein target (transgen)
mulai terekspresi pada fase mid-blastula embrio oleh
karena itu protein rikombinan dapat diproduksi
dalam waktu yang relatif singkat. Morita dan kolega
melaporkan bahwa transfer gen dapat dilakukan
221
dengan cepat ke telur ikan dalam jumlah yamg
banyak. Sebagai contoh, mikroinjeksi transgen dapat
dilakukan pada 60 buah telur dalam waktu 1 jam,
dan waktu dibutuhkan untuk ekspresi protein hanya
4-5 hari. Juga, penggunaan metode transfer gen
lainnya yaitu elektroforasi dan metode partikel-gun
memungkinkan produksi embrio transgenik secara
massal dan cepat.
o Dapat menurunkan biaya produksi. Pada penelitian
menggunakan ikan trout, tingkat produksi
rekombinan hormon luteinizing hormone (LH) sama
dengan yang diperoleh pada sistem sel mamalia.
Tetapi, sistem sel mamalia membutuhkan media dan
bahan suplemen yang harganya mahal, sehingga
biaya produksinya menjadi mahal.
o Dapat memproduksi protein yang membutuhkan
PTM, seperti yang dibuktikan dengan keberhasilan
produksi hormon LH yang membutuhkan proses
PTM untuk menjadi bioaktif.
o Beberapa jenis ikan memiliki telur berukuran relatif
besar, seperti ikan salmon. Telur ikan yang besar
memiliki potensi memproduksi protein rikombinan
dalam jumlah banyak, dan untuk ikan yang hidup
pada suhu air rendah seperti ikan salmon (sekitar
10oC) dapat digunakan untuk memproduksi protein
yang tidak stabil pada suhu 37oC.
o Dibandingkan dengan hewan peliharaan, telur ikan
akan aman dalam hubungannya dengan kesehatan
manusia. Tidak ada yang melaporkan bahwa ikan
memiliki potensi sebagai inang patogen untuk
manusia.
o Penggunaan hewan ternak, seperti babi dan sapi
dibatasi oleh faktor agama di beberapa negara,
222
sedangkan telur ikan tidak menjadi masalah untuk
hal ini.
o Protein terapeutika lain yang sudah diproduksi
menggunakan bioreaktor telur ikan adalah alpha-
antitripsin.
Ikan Nila sebagai model bioreaktor dengan tujuan
memproduksi insulin. Secara anatomi ikan nila memiliki
organ islet yang disebut Brockman bodies (BB). Bila organ ini
ditransplantasi ke tikus yang menderita penyakit diabetes,
inslet ikan nila mampu mempertahankan kadar glukosa
pada tingkat normal dalam jangka waktu yang relatif lama
dan memperlihatkan daya toleran terhadap glukosa. Telah
diketahui bahwa sebagian besar ikan mengandung asam
amino lisin atau arginin sebagai asam amino terminal pada
rantai-B. Karena itu agar insulin yang diproduksi oleh ikan
nila menjadi mirip dengan insulin manusia, dimodifikasi
sehingga terbentuklah insulin humanized dengan kode
“desThrB30”. Gen konstruksi insulin Humanized
disuntikkan ke telur ikan nila dan ikan yang positif
membawa transgen yang dipelihara hingga gonadnya
matang disilangkan dengan ikan normal untuk membuat
keturunan ikan pertama (F1). Ikan F1 yang membawa
transgen digunakan untuk mendeteksi produksi insulin
humanized. Insulin humanized yang berhasil dideteksi
diserum. Sebagai kesimpulan bahwa ikan nila transgenik
bisa menjadi sumber islet yang relatif murah untuk
Xenotransplantasi islet klinis. Dibandingkan dengan hewan
lain, ikan nila jauh lebih efisien dalam mengkonversi
makanan menjadi jaringan tubuh dan memiliki siklus hidup
yang lebih pendek.
223
Terapi Gen
Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen
yang cacat yang bertanggung jawab terhadap suatu
penyakit. Pendekatan terapi gen yang berkembang adalah :
1. Menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang
mengalami ketidaknormalan
2. Melenyapkan gen abnormal dengan gen normal dengan
melakukan rekombinasi homolog
3. Mereparasi gen abnormal dengan cara mutasi balik
selektif, sedemikian rupa sehingga akan mengembalikan
fungsi normal gen tersebut
4. Mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut,
lebih ke arah gagasan mencegah diekspresikannya gen-
gen yang jelek atau abnormal, dikenal dengan istilah
gene silencing. Gene silencing adalah suatu proses
membungkam ekspresi gen yang pada mulanya
diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami pada
tanaman untuk melawan virus.
Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan
dipindahkan itu harus diletakkan ke dalam sel yang akan
berfungsi normal dan efektif. Untuk gen hemofilia misalnya,
harus diletakkan ke dalam sel yang akan menghantarkan
protein faktor VIII dan atau faktor IX ke dalam peredaran
darah. Saat ditransfer, gen tersebut harus berfungsi dalam
sel dalam jangka waktu yang lama, demikian pula sel baru
yang disebut transduced cell, harus pula bertahan lama.
Program terapi gen terbagi dalam dua jenis. Pertama,
pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien (in vivo
transfer). Kedua, Pemindahan gen dilakukan di luar tubuh
pasien (ex vivo transfer). Terapi gen in vivo transfer
bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk menyerap
DNA. Melalui cara penyuntikan, sel dapat menerima
sesegera mungkin dengan pemetaan gen yang berfungsi
normal. Sedangkan ex vivo transfer, gen yang berfungsi
224
normal disisipkan ke dalam gen di dalam laboratorium.
Kemudian sel yang telah ditransferkan ke gen baru tadi
diletakkan ke dalam tubuh pasien. Sel penderita dapat
digunakan untuk pemindahan gen ini. Kedua cara ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan in vivo
transfer adalah sangat sedikit membutuhkan manipulasi
laboratorium dan dapat digunakan dalam skala besar.
Sedangkan ex vivo lebih sarat dengan operasi pembedahan,
seperti bagaimana mengangkat dan meletakkan kembali sel,
karena meletakkan gen bara ke tubuh pasien tidaklah
segampang menelan pil atau semudah menyuntikkannya ke
dalam darah.
Pengklonan DNA
Ahli Biologi molekuler yang mengkaji gen yang
menghadapi suatu tantangan. Molekul DNA yang terjadi
secara alami sangat panjang, dan molekul tunggal biasanya
berisi banyak gen. Lagi pula, untuk Eukariota multiseluler,
gen hanya menempati proporsi kecil dari DNA kromosom,
selebihnya berupa urutan nukleotida repetitif bukan
pengkode. Gen manusia tertentu misalnya, mungkin hanya
merupakan 1/100000 dari molekul DNA kromosom yang
ditempatinya. Sebagai kerumitan lebih lanjut, molekul DNA
secara struktural dan kimiawi sangat homogen; perbedaan
antara gen dan DNA sekelilingnya menjadi kabur, yang
hanya terdiri atas perbedaan dalam urutan nukleotidanya.
Untuk bekerja langsung dengan gen spesifik, para sainstis
perlu mengembangkan metode untuk mempersiapkan
potongan DNA yang terdefinisi dengan baik dan seukuran
gen dalam banyak salinan yang identik. Dengan kata lain,
para saintis membutuhkan teknik-teknik pengklonan gen.
Para saintis telah mengembangkan sejumlah cara
untuk mengklon potongan DNA dalam laboratorium, tetapi
hampir semuanya mempunyai ciri umum yang sama. Kita
mempertimbangkan suatu pendekatan yang menggunakan
bakteri dan plasmid bakteri. Plasmid itu merupakan
molekul DNA sirkular kecil-kecil yang bereplikasi di dalam
sel bakteri. Untuk mengklon gen atau potongan DNA yang
lain, plasmid-plasmid terlebih dahulu diisolasi dari sel
bakteri. Suatu plasmid sebagai gen asing dari sel eukariotik,
dalam contoh ini diselipkan ke dalamnya. Plasmid tersebut
sekarang merupakan molekul DNA rekombinan yang
231
menggabungkan DNA dari dua sumber. Plasmid ini
dikembalikan ke sel bakteri, yang kemudian bereproduksi
untuk membentuk klon sel. Gen asing yang dibawa oleh
plasmid “diklon’’ pada waktu yang sama, karena bakteri
yang sedang membelah terus mereplikasi plasmid
rekombinannya. Pada keadaan yang cocok, klon bakteri
akan membuat protein yang dikode gen asing tersebut.
Penggunaan yang potensial dari gen hasil klon ini
terbagi dalam dua kategori umum. Tujuan yang pertama
untuk menghasilkan produk protein, kemudian tujuan yang
kedua adalah untuk mempersiapkan banyak salinan dari
gen itu sendiri. Seorang saintis mungkin berkeinginan untuk
menentukan urutan nukleotida gen atau menggunakan gen
itu untuk memberi suatu organisme kemampuan metabolik
baru. Misalnya, gen hasil klon untuk resistensi terhadap
hama yang berasal dari satu spesies tanaman budidaya
dapat ditransfer ketumbuhan spesies lain. Sebagian besar
gen hanya terdapat dalam satu salinan dalam tiap genom
sekitar satu bagian persejuta DNA sehingga kemampuan
untuk mengklon fragmen DNA yang sangat langka tersebut
benar-benar bernilai.
Tanaman Transgenik
Dengan cara yang mencengangkan, tumbuhan sejauh
ini telah terbukti lebih mudah direkayasa dari pada sebagian
besar hewan. Dengan demikian manipulasi genetika dapat
dilakukan pada sel tunggal yang kemudian dapat
digunakan untuk meregenerasi organisme baru dengan sifat
baru.
Vektor DNA yang biasa digunakan untuk
memindahkan gen ke dalam tumbuhan adalah plasmid dari
bakteri Agrobacterium tumefaciens. Di alam, Agrobacterium
tumefaciens menginfeksi tumbuhan dan menyebabkan tumor
yang disebut empedu mahkota. Tumor ini dimasukkan oleh
232
plasmid, yang disebut plasmid Ti. Plasmid Ti ini
mengintegrasikan segmen DNA-nya, yang dikenal dengan
DNA Ti ke dalam DNA kromosom sel tumbuhan inangnya.
Untuk mendapatkan vektor, para peneliti bekerja dengan
versi plasmid yang tidak menyebabkan penyakit.
Gen asing dapat diselipkan ke dalam plasmid Ti
dengan menggunakan teknik DNA rekombinan. Plasmid
rekombinannya dikembalikan ke Agrobacterium tumefaciens
yang kemudian dapat digunakan untuk menginfeksi sel
tumbuhan yang ditumbuhkan di dalam kultur atau
dimasukkan langsung ke dalam sel tumbuhan, dimana
plasmid tersebut akan menyelipkan dirinya sendiri ke dalam
kromosom tumbuhan tersebut. Kemudian, dengan
memanfaatkan kemampuan sel-sel tersebut untuk
beregenerasi keseluruhan tanaman, hal ini memungkinkan
untuk menghasilkan tumbuhan yang mengandung dan
mengekspresikan gen asing dan mewariskannya pada
keturunannya.
Rekayasa genetika secara cepat menggantikan program
pembenihan tumbuhan tradisional, khususnya dalam kasus-
kasus dimana sifat-sifat yang bermanfaat ditentukan oleh
satu gen atau hanya beberapa gen. Diantara varietas
tumbuhan yang direkayasa genetik saat ini dalam percobaan
lapangan lebih dari 40 % telah menerima gen untuk
resistensi herbisida, misalnya beberapa perusahaan telah
mengembangkan strain kapas yang membawa gen bakteri
yang akan membuat tanaman itu resistensi terhadap
herbisida yang digunakan oleh banyak petani untuk
mengontrol gulma. Gen ini seharusnya mempermudah
untuk menumbuhkan tanaman budidaya, dilain pihak
memastikan bahwa gulmanya telah dihancurkan.
Buah yang pertama kali direkayasa genetika yang
diterima FDA (Food and Drug Administration) sejenis POM di
Amerika Serikat, untuk konsumsi manusia adalah tomat
233
yang direkayasa dengan gen antisense yang memperlambat
pembusukan. Setelah mengklon gen tomat yang mengkode
enzim yang bertanggung jawab atas pematangan, para
peneliti mempersiapkan suatu gen yang untai cetakannya
memiliki urutan basa yang komplementer dengan gen
normal dengan kata lain, versi antisens gen tersebut. Ketika
disambung ke dalam DNA tumbuhan tomat, gen antisens
ditranskripsikan menjadi RNA yang komplementer dengan
gen pematang mRNA. RNA antisens terikat dengan mRNA
normal yang menghalangi sintesis enzim tersebut. Tomat
hasil rekayasa ini menghasilkan 1 % dari jumlah normal
enzim dan jarang sekali matang sebelum sampai di pasar.
Banyak tanaman budidaya akan segera dibuat lebih
produktif oleh rekayasa genetik dengan cara membesarkan
bagian-bagiannya yang bernilai dari segi pertanian akar,
daun, bunga atau batang. Para peneliti juga sedang
melangkah cepat ke arah peningkatan nilai pangan dari
tumbuhan, seperti merekayasa biji-bijian untuk
memproduksi protein penyimpanan yang mengandung
campuran asam amino yang lebih sesuai dengan menu
makanan manusia.
237
11%(setara 4,3 juta ha), dan areal tanaman GM seluruhnya
44,2 juta ha (Scientific American, April 2001).
Jenis tanaman transgenik lainnya seperti Tanaman
pakan ternak alfalfa Bt dirancang tahan potato leafhopper.
Varietas labu tahan cucumber mosaic virus. Tanaman yang
direkayasa tahan herbisida (glyphosate) yaitu gandum,gula
bit, selada dan kentang. Pengembangan tanaman transgenik
lainnya dengan tujuan sebagai berikut:
1. Tanaman Resisten Pengembangan terhadap Hama dan
Penyakit
2. Pengembangan Tanaman Resisten terhadap Herbisida
3. Pengembangan Efisiensi Fotosintesis pada Tanaman
Pangan
4. Pengembangan Tanaman untuk Lahan Kritis
5. Pengembangan Kultivar Resisten terhadap Suhu Ekstrim
6. Pengembangan Tanaman non-legum yang mampu
melakukan Fiksasi N2
Daya hasil kebanyakan tanaman budidaya terutama
serelia telah meningkat dari tahun ke tahun oleh
peningkatan efisiensi penggunaan pupuk. Walaupun
demikian, kendungan nitrogen udara belum
dimanfaatkan secara optimal oleh kebanyakan tanaman
budidaya, yaitu hanya oleh tanaman legum, kemampuan
tanaman legum untuk menggunakan N2 udara sebagai
sumber nitrogen disebabkan oleh hubungan simbiotik
tanaman legum dengan bakteri Rhizobium sp. Interaksi
dalam simbiosis tadi diikuti dengan nodulasi akar
(tempat bermukim Rhizobium) sehingga Rhizobium
mendapatkan sumber C dari tanaman. Pembentukan
nodul efektif melibatkan ekspresi banyak gen, baik gen
dari tanaman maupun gen yang berasal Rhizobium.
Sebadai contoh, dibutuhkan gen-gen sym untuk
melangsungkan interaksi tanaman dan Rhizobium, dan
gen-gen nif untuk kemampuan fiksasi nitrogen udara.
238
Rhizobium memiliki gen-gen tersebut dalam plasmid
berukuran 500 kpb. Didapatkan 17 gen nif yang tersebar
dalam delapan operon. Gen-gen ini bertanggung jawab
dalam sintesis tiga polipeptida enzim nitrogenase,
kofaktor, komponen-komponen untuk transfer elektron
dan sintesis protein yang mengendalikan ekspresi gen
nitrogenase. Gen-gen nif ini telah banyak diungkapkan
pada Klebsiella pneumoniae dan Rhizobium. Tanaman
legum memberikan tanggap oleh adanya invasi
Rhizobium dengan memproduksi sejumlah protein
antara lain protein-protein golongan nodulin. Salah satu
protein nodulin yaitu nodulin-35 (BM 35.000)
mempunyai pengaruh spesifik terhadap pembentukan
nodul dan dapat mencapai kandungan 4% dari seluruh
protein terlarut nodul. Di samping nodulin, tanaman
membentuk sejumlah besar protein lain (25-30%protein
nodul) yaitu leg-hemoglobin. Protein ini bertanggung
jawab terhadap perlindungan enzim nitrogenase
terhadap oksigen. Gen leg-hemoglobin telah berhasil
diklonkan tetapi pengendalian ekspresi gen ini belum
banyak diketahui. Terdapat perbedaan antara sistem
pengendalian sintesis nitrogenase pada K.pneumoniae
dengan Rhizobium.
Telah dirintis pada tanaman produksi non legum
yang tidak mampu mengikat nitrogen udara sebagai
sumber nitrogen. Untuk hal tersebut di atas, gen
penyemat nitrogen (gen nif) dari bakteria penyemat
nitrogen udara yang hidup bebas, yaitu Klebsiela
pneumoniae dan bakteri Rhizobium sp yang hidup
bersimbiosis dengan tanaman legum telah berhasil
dipindahkan ke organisme lain termasuk sel ragi. Pada
sel-sel ragi, walaupun gen nif telah berhasil disematkan,
tetapi gen tersbut belum berhasil diekspresikan oleh sel
ragi.
239
7. Pengembangan tanaman pangan lebih berkualitas. Dapat
dilihat melalui tabel berikut.
240
Melon Virus Meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit
Ketimun Virus Meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit
Ketimun Petunia Meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit
Squash Virus Meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit
Bunga Brazil Nut Menambah
Matahari keanekaragaman protein biji
Lettuce Tembakau Meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit
US Department of Agriculture (1993)
241
Domba Dolly dihasilkan dari hasil transplantasi gen
atau gen yang satu dipindahkan ke gen yang lain.
Diasosiasikan perpindahan gen. Dapat antar jenis maupun
lintas jenis yang kemudian ditumbuh-kembangkan. Jenis
penyakit yang ditemukan oleh Prosiner SB, 1986
diklasifikasikan sebagai penyakit prion; pada domba pada
tahun 1787, dapat menular ke sapi yang disebut penyakit
sapi gila tahun 1986. penyakit sapi gila dapat menular ke
manusia.
Kekhawatiran penyakit prion atau penyakit gen
sesudah 200 tahun kemudian baru menjadi kenyataan, yaitu
sejak tahun 1787 sampai 1986. demikian pun halnya dengan
kekhawatiran penyakit arthritis yang diderita oleh Domba
Dolly sesudah 6 tahun baru muncul. Masa inkubasi penyakit
scrapic pada domba 1,5 sampai 4 tahun, penyakit sapi gila 4
sampai 8 tahun, dan penyakit kuru pada manusia 8 sampai
dengan 20 tahun.
Kekhawatiran terhadap penyakit arthritis sidomba
Dolly disebabkan oleh penggunaan rekayasa genetika
dengan didukung pula oleh beberapa hasil hewan
percobaan; Percobaan Arpad Put Zai (1998) menggunakan
kentang transgenik yang mentah diberikan kepada tikus
percobaan memberikan gejala gangguan pencernaan, imunu
supresis, kekerdilan, serta adanya arthritis.
242
Gambar: Pengklonan seekor mamalia (Campbell, at al. 2002)
243
peredaran, sehingga dikatakan sampai saat ini belum
dijumpai lagi adanya dampak negatif gangguan kesehatan
yang ditimbulkan oleh penggunaan GMO pada manusia.
Bentuk nyata lainnya penggunaan GMO yang telah
pernah dijumpai adalah adanya gangguan lingkungan
berupa tanaman yang mempergunakan bibit rekayasa
genetika menghasilkan pestisida. Sesudah dewasa tanaman
transgenik yang tahan terhadap hama tanaman menjadi mati
dan berguguran ke tanah. Bakteri dan jasad renik lainnya
yang dijumpai pada tanaman tersebut mengalami kematian.
Kenyataan dilapangan bahwa hasil transgenik akan
mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka
panjang akan memberikan gangguan terhadap struktur dan
tekstur tanah. Dikhawatirkan pada areal tanaman transgenik
sesudah bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir.
Kenyataan di lapangan adanya sifat GMO yang disebut
Cross-polination. Gen tanaman transgenik dapat ber-cross
polination dengan tumbuhan lainnya sehingga
mengakibatkan munculnya tumbuhan baru yang dapat
resistensi terhadap gen yang tahan terhadap hama penyakit.
Cross-polination dapat terjadi pada jarak 600 meter sampai
satu kilometer dari areal tanaman transgenik. Sehingga bagi
areal tanaman transgenik yang sempit dan berbatasan
dengan gulma maka dikhawatirkan akan munculnya gulma
baru yang juga resisten terhadap hama tanaman tertentu.
Tanaman budidaya memiliki tampilan agronomis yang
jauh berbeda dibandingkan dengan tanaman nenek
moyangnya yang mungkin lebih menyerupai gulma. Ciri-
ciri gulma adalah biji memiliki masa dormansi (istirahat)
yang panjang, mampu beradaptasi pada lingkungan yang
beragam, pertumbuhan yang terus menerus, serta
penyebaran biji yang lebih luas. Ciri-ciri kegulmaan ini telah
dihilangkan pada tanaman budidaya melalui proses
pemuliaan tanaman selama ratusan bahkan ribuan tahun.
244
Pemindahan satu gen saja tidak akan mengembalikan semua
karakter kegulmaan pada tanaman budidaya.
Tanaman transgenik dapat berbahaya atau bermanfaat
bagi manusia dan lingkungan tergantung tujuan
pengembangannya dan tidak terlepas juga dari sifat gen
yang di Introduksi. Apabila gen introduksi menghasilkan
racun, maka tanaman transgenik dengan sendirinya akan
menjadi racun.
245
Didalam sains memang selalu ada kemungkinan. Tak
ada sesuatu yang absolute, inilah yang tampaknya yang
menjadi tembok antara orang awam dengan ilmuwan.
Ilmuwan tak bisa mengatakan sesuatu zat aman seratus
persen. Ini tak hanya pada produk rekayasa genetika, tetapi
juga produk alamiah lainnya.
246
DAFTAR PUSTAKA
Burns, G.W. 1984. The Science of Genetics. 6th ed. New York:
Macmillan Publ. Co Inc.
Lewin.B. 1987. Genes III. New York: John Wiley & Sons, Inc.
247
Suryo. 1990. Genetika. Cetakan 6. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
248
BIO DATA
249