Anda di halaman 1dari 5

RESUME

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas prastase Ners

Disusun oleh :

Dewi Yulianingsih

402019003

Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung

2019
A. KOMUNIKASI
1. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran serta penyampaian dan
penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih
kompleks komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan
perilaku komunikator kepada komunikan baik yang disadari maupun tidak
disadari, ucapan verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua
yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi
orang lain.
2. Tujuan komunikasi adalah menyampaikan ide, memengaruhi orang lain,
mengubah perilaku orang lain, memberikan pendidikan kesehatan, dan
memahami ide orang lain.
3. Elemen komunikasi ada lima, yaitu komunikator, informasi yang
disampaikan, komunikan, umpan balik, dan atmosfer.
4. Jenis komunikasi ada dua, yaitu komunikasi verbal (komunikasi yang
disampaikan melalui kata-kata atau ucapan) dan komunikasi nonverbal
(kontak mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerakan, penampilan, atau
simbol-simbol yang digunakan).
5. Proses komunikasi merupakan urutan atau tahap-tahapan yang kompleks
meliputi gagasan (idea generation), pengolahan data oleh komunikator
(encoding), serta menyalurkan (transmitting) melalui channels, receiving,
decoding, understanding, and responding, yang merupakan suatu siklus
yang selalu berulang
6. Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi ditinjau dari prosesnya
tergantung dari komunikator, pesan yang disampaikan, komunikan,
umpan balik, dan atmosfer.

B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat
dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang pada akhirnya untuk mencapai kesembuhan klien.
2. Tujuan komunikasi terapeutik sebagai berikut.
a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban
perasaan dan pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional klien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
3. Kegunaan komunikasi terapeutik sebagai berikut.
a. Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan
tenaga kesehatan.
b. Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau
pasien.
c. Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
d. Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
e. Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.
4. Komunikasi sebagai elemen terapi mempunyai makna bahwa komunikasi
yang dilakukan oleh perawat adalah mempunyai tujuan terapi atau
memberikan efek penyembuhan buat klien. Dengan komunikasi (verbal
maupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan buat klien.
5. Perbedaan komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mempunyai tujuan spesifik, dilakukan
berdasarkan rencana secara spesifik, dilakukan oleh orang-orang yang
spesifik, terjadi sharing informasi yang berbeda dan dibangun atas dasar
untuk memenuhi kebutuhan klien. Komunikasi sosial adalah komunikasi
yang dilakukan untuk tujuan yang bersifat umum, tidak direncanakan
secara spesifik (terjadi secara spontan), dilakukan oleh siapa saja
(masyarakat umum) yang mempunyai minat yang sama, informasi yang
disampaikan hampir sama antara pihak-pihak yang terlibat, serta dibangun
atas dasar kebutuhan bersama semua pihak yang terlibat komunikasi.
6. Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi terapeutik adalah spesifikasi
tujuan komunikasi, lingkungan nyaman, privasi (terpeliharanya privasi
kedua belah pihak), percaya diri, berfokus kepada klien, stimulus yang
optimal, dan mempertahankan jarak personal.
7. Cara menggunakan diri secara terapeutik (bagi perawat), yaitu
mengembangkan kesadaran diri (developing self awareness),
mengembangkan kepercayaan (developing trust), menghindari
pengulangan (avoiding stereotypes), dan tidak menghakimi (becoming
nonjudgmental); sedangkan cara melakukan analisis diri adalah
melakukan evaluasi kesadaran diri (self awareness) dan pengungkapan
diri, mengklarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, perawat sebagai role
model, mengutamakan kepentingan orang lain, bersikap etis, dan
bertanggung jawab.

C. KOMUNIKASI DAN HUBUNGAN TERAPEUTIK DALAM


KEPERAWATAN
1. Sikap (kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam berkomunikasi
terapeutik ada dua, yaitu sikap (kehadiran) secara fisik dan secara
psikologis. Sikap sebagai kehadiran fisik dalam komunikasi meliputi
berhadapan, mempertahankan kontak mata, membungkuk ke arah klien,
mempertahankan sikap terbuka, rileks, dan berjabat tangan. Sementara
itu, sikap sebagai kehadiran secara psikologis ada dua dimensi, yaitu
dimensi respons dan dimensi tindakan. Dimensi respons meliputi ikhlas,
menghargai, empati, dan konkret; sedangkan dimensi tindakan meliputi
konfrontasi, segera, terbuka, emosional katarsis, dan bermain peran.
2. Teknik-teknik komunikasi terapeutik yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi, antara lain pertanyaan terbuka, mendengarkan,
identifikasi tema, refleksi, klarifikasi, memberikan informasi,
memfokuskan, mengulang humor, dan lain-lain. Teknik ini dipilih secara
tepat dan digunakan secara kombinasi dalam setiap interaksi dengan
klien.
3. Fase-fase komunikasi/hubungan terapeutik ada empat, yaitu fase
praorientasi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Fase
praorientasi dilakukan sebelum perawat berinteraksi dengan klien ketika
tujuannya adalah menyiapkan diri, menilai kemampuan diri, dan evaluasi
diri (kelebihan dan kekurangannya). Pada fase orientasi, prinsip utama
adalah membina hubungan saling percaya. Ada tiga aspek utama dalam
komunikasi, yaitu salam terapeutik, evaluasi validasi, dan kontrak. Fase
kerja adalah komunikasi perawat selama melakukan proses terapi melalui
tindakan keperawatan sesuai rencana. Perawat menggunakan teknik-
teknik komunikasi terapeutik selama interaksi. Fase terminasi adalah fase
akhir dalam interaksi perawat-klien. Pada fase ini, ada tiga aspek utama
dalam komunikasi, yaitu evaluasi subjektif-objektif, kontrak yang datang,
dan rencana tindak lanjut.
4. Beberapa hambatan yang harus diperhatikan dalam pencapaian
komunikasi terapeutik adalah adanya perbedaan persepsi, terlalu cepat
menyimpulkan, adanya pandangan stereotipe, kurangnya pengetahuan,
kurangnya minat, sulit mengekspresikan diri, adanya emosi, dan adanya
tipe kepribadian tertentu.

Sumber :
Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai