5 tahun
1986, dapat disimpulkan yang dapat menjadi objek gugatan dalam sengketa Tata
Usaha Negara adalah: Keputusan Tata Usaha Negara yaitu:“suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau Badan Hukum Perdata.” (Pasal 1 angka 3 UU no. 5 tahun 1986). yang
dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang dimaksud diatas adalah
sebagaimana yang disebut dalam ketentuan Pasal 3 UU no. 5 tahun 1986:
a. apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan,
sedangkan hal ini menjadi kewajiban, maka hal tersebut disamakan dengan
Keputusan Tata Usaha Negara.
b. jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan
yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Peraruran
perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
c. dalam hal Peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan
jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) : “maka setelah lewat waktu
2 (empat) bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan Keputusan Penolakan.
2. Ada dua jalur yang disediakan: Peradilan Umum (PN) atau Peradilan Tata Usaha
Negara (PTUN). Yang menentukan jalur yang digunakan adalah status siapa yang
digugat. Jika tergugatnya adalah Badan Publik Negara, jalurnya melalui PTUN;
sebaliknya jika tergugat Badan Publik non-negara yang digunakan adalah Peradilan
Umum. Pasal 47 UU KIP menegaskan pembagian pengadilan yang
berwenang.Pengadilan mana yang berwenang pada dasarnya ditentukan tempat
kedudukan Badan Publik. Namun pemohon keberatan tetap bisa mengajukan
keberatan ke pengadilan di wilayah tempat kediamannya jika tempat kedudukan
Badan Publik jauh. Nanti pengadilanlah yang mengirimkan berkas gugatan
(keberatan) itu ke pengadilan yang lebih berwenang. Ini adalah upaya mempermudah
pencari keadilan, sekaligus menghindari kemungkinan lewat waktu.
3. Apabila terjadi gugatan mengenai keputusan badan atau pejabat TUN. Maka
pelaksanaan keputusan tersebut tetap dilakukan atau dilaksanakan dan tidak ditunda
meskipun ada gugatan, berikan penjelasan mengenai pernyataan tersebut. Berdasarkan
hal tersebut maka dalam pelaksanaan putusan PTUN, maka dapat ditetapkan
kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat TUN yang mengeluarkan
putusan yaitu:
a. Pencabutan keputusan TUN yang bersangkutan atau
b. Pencabutan kebutusan TUN yang bersangkutan dan menertibkan keputusan
TUN yang baru atau
c. Penerbitan keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada pasal 3 UU
PTUN
4. Tergugat dapat mengubah alasan yang mendasari jawabannya hanya sampai replik
karena, dilingkungan PTUN tergugat dapat mengubah alasan yang mendasari
jawabannya hanya sampai duplik asal disertai alasan yang cukup serta tidak
merugikan kepentingan penggugat dan hal tersebut harus dipertimbangkan dengan
saksama oleh hakim dalam pasal 75 ayat (2) UU nomor 5 tahun 1986. Selain itu juga
dengan apa yang tercantum pada pasal 121 (2) yang menyatakan bahwa “hakikatnya
pemberian hak bagi tergugat mengajukan jawaban sesuai dengan asas aoudi alteram
partem” yaitu pemberian hak yang sama kepada tergugat untuk mengajukan
pembelaan terhadap kepentingannya.