Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun oleh

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG

TAHUN 2019
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas muncul beberapa tujuan. Adapun tujuan
tersebut adalah sebagai berikut.

D. Manfaat
Ada dua manfaat yang berkaitan dengan makalah ini. Manfaat tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
1. Manfaat Praktis
Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Adapun manfaatnya adalah
dapat memperluas wawasan pembaca yang berhubungan dengan penulisan karya
ilmiah.
2. Manfaat Teoretis
Secara teoretis tulisan ini mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan, yaitu
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pusat Kesehatan Masyarakat

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi


kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004)
puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan


yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

B. Fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau


sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan
dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan

2
pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu
juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan.
Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau
lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan
bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi,
2009).

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat


penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya,
sehingga berwawasan serta menduku ng pembangunan kesehatan. Disamping
itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus
untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar


perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung


jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

3
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi


(privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik


(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi


tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan
teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama
dengan sektor- sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
puskesmas. ( Sumber : Utara, U. S. (2009) ‘Universitas Sumatera Utara’.)

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk

4
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya di wilayah
kerjanya (Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas).

C. Sejarah Perkembangan Puskesmas

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak


pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan
penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun
1968 diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja
Nasional di Jakarta, yang membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem
pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu
dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan (BP), Pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan
tidak saling berhubungan.

Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua


pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya
dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4
macam yaitu : 1) puskesmas tingkat desa, 2) puskesmas tingkat kecamatan 3)
puskesmas tingkat kewedanan, 4) puskesmas tingkat kabupaten. Pada tahun
1979 mulai dirintis pembangunan di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa,
untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka
selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk sedangkan yang lain disebut
puskesmas pembantu, dua kategori ini Universitas Sumatera Utara 10 dikenal
sampai sekarang. (hhtp:/PelangiIndonesia,Sejarah perkembangan puskesmas di
Indonesia no.04, 2005, diakses tgl 3 September 2019).

5
D. Karakteristik wilayah kerja

Karakteristik wilayah kerja dibagi menjadi :

Perdesaan. Puskesmas kawasan perdesaan adalah puskesmas yang


wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari
empat kriteria kawasan perdesaan sebagai berikut : (1) aktivitas lebih dari
50% penduduk pada sektor agragris; (2) memiliki fasilitas antara lain
sekolah dengan radius lebih dari 2 km, rumah sakit dengan radius lebih dari
5 km, tidak memiliki fasilitas bioskop atau hotel; (3) rumah tangga dengan
listrik kurang dari 90% (4) terdapat akses jalan dan transportasi menuju
fasilitas yang dimaksud pada poin (2)

Perkotaan. Puskesmas kawasan perkotaan adalah puskesmas yang


wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari
empat kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut (1) aktivitas lebih dari
50% penduduk pada sektor non agragris, terutama industri, perdagangan,
dan jasa ; (2) memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah dengan radius
2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit dengan radius kurang dari
5 km, bioskop, atau hotel; (3) lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik;
dan/atau; (4) terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas
perkotaan yang dimaksud pada poin (2)

Terpencil/sangat terpencil. Puskesmas di kawasan terpencil/sangat


terpencil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan
dengan karakteristik sebagai berikut : (1) berada di wilayah yang sulit
dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir; (2)
akses transportasi umum rutin satu kali dalam satu minggu, jarak tempuh
pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam,
dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca;
(3) kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak
stabil. (Sumber : Kesehatan, K. and Indonesia, R. 2016 ‘DATA DASAR
PUSKESMAS’. )

6
E. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas


masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di
satu kabupaten/kota dillakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan
dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
Kepala puskesmas adalah penanggung jwab pembangunan kesehatan di
tingakta kecamatan. Kepala puskesmas mempunyai tugas memimpin dan
mengawasi kegiatan puskesmas. Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas
di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat serta
pencacatan dan pelaporan. Unit I melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu
dan anak, KB, serta perbaikan gizi. Unit II melaksanakan kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit. Unit III melaksanakan kegiatan
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja, serta kesehatan usia lanjut.
Unit IV melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, olahraga,
dll. Unit V melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan dan
penyuluhan kepada masyarakat. Unit VI melaksanakan kegiatan pengobatan
rawat jalan dan inap. Unit VII melaksanakan tugas kefarmasian.

F. Sistem Rujukan

Rujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI Nomor 032/Birhub/72 tahun


1972, yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam
arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan
cukup, atau secara horisontal dalam arti sesama unit yang setingkat
kemampuannya.

Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang


memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat,

7
baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten,
terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Jenis Rujukan :

1. Rujukan Medis :
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain. Pengiriman bahan (spesiemen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Mendatangkan atau
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan
mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan.
Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang
bersifat preventif dan promotif, yang antara lain meliputi bantuan :
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar
biasa atau berjangkitnya penyakit menular.
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan
massal. Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam.Saran dan teknologi untuk
penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarakat umum. Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium
Kesehatan dan sebagainya.

G. Stratifikasi Puskesmas
1. Mencakup seluruh aspek puskesmas meliputi puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, hasil pembinaan peran serta masyarakat misal
posyandu.
2. Kegiatan stratifikasi mencakup:
a. pengumpulan data
b. pengolahan data

8
c. analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan.
3. Melaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di
semua puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi
sampai ke pusat.
a. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas dan
merupakan kegiatan mengukur kemampuan penampilan
puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan tujuan agar kepala
puskesmas dan staf mengetahui kelemahan dan masalah yang
dihadapi untuk berusaha memperbaikinya.
b. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati II / Kandep
Menghimpun laporan hasil stratifikasi puskesmas untuk diolah
dan di analisa sehingga mendapatkan gambaran keadaan dan
fungsi masing-masing puskesmas dalam wilayahnya dalam
rangka pembinaan dan pengembangannya.
c. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati I / Kanwil / Pusat
Menghimpun laporan hasil stratifikasi dari masing-masing dinas
kesehatan dati II untuk diolah dan dianalisa sehingga
mendapatkan gambaran tingkat perkembangan fungsi puskesmas
di wilayah masing-masing kabupaten kodya (propinsi) dalam
rangka pembinaan dan pengembangannya tahun yang akan
datang.
d. Menentukan Strata puskesmas dengan pendekatan kuantitatif
untuk mengukur variabel
e. Penetapan waktu kegiatan

Manfaat stratifikasi

Bagi Puskesmas
Mendapat gambaran tingkat perkembangan prestasi kerja secara
menyeluruh sehingga dapat diambil berbagai upaya untuk
memperbaikinya dalam rangka mawas diri.

9
Bagi dinas kesehatan dati II.
1. Mendapat gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah dati II
yang bersangkutan tiap tahu.
2. Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan
puskesmas yang disebabkan oleh sumber daya maupun lingkngan
3. Menentukan langkah serta bantuan yg diperlukan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi puskesmas melalui penyusunan rencana
tahunan
4. Mendapat gambaran mengenai kemampuan managemen tiap
puskesmas wilayah Dati II
5. Bagi dinas kesehatan dati I / Kanwil Propinsi
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yangg dialami
oleh dinkes dati I Kandep selama setahun dalam pembinaan dan
pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu
mendapatkan bantuan penyelesaian oleh Dinas dati I/Kanwil
propinsi melalui penyusunan rencana tahunan
H. Perencanaan Mikro
1. Pengertian
Perencanaan mikro tingkat puskesmas adalah penyusunan rencana
tingkat puskesmas untuk 5 tahun, termasuk rincian tiap tahunnya
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai
dengan masalah yang dihadapi oleh puskesmas, sehingga dapat
meningkatkan fungsi puskesmas.
b. Tujuan khusus
Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu lima
tahun secara tertulis. Tersusunnya rencana kerja tahunan
puskesmas, sebagai penjabaran rencana kerja lima tahunan.
3. Ruang lingkup

10
Rencana yang mencakup seluruh kegiatan pokok puskesmas. Dibatasi
sesuai dengan masalah yang dihadapi, dengan memperhatikan
prioritas, kebijaksanaan, dan strategi yang telah ditetapkan oleh pusat,
Dati I dan Dati II.
4. Langkah-Langkah Penyusunan
Identifikasi keadaan dan masalah
Untuk menghasilkan suatu rumusan tentang keadaan dan prioritas
masalah yang dihadapi puskesmas dan alternatif pemecahannya.
5. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini: Mengetahui
kebijakan yang telah ditetapkan baik oeh pusat maupun daerah.
Pengumpulan data yang mencakup: Data umum, data wilayah, data
penduduk, dll.
6. Analisa data
Meliputi analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan, yang
meliputi:
a. Analisa derajat kesehatan
Menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi, yang
menggambarkan derajat-derajat kesehatan secara kuantitatif dan
penyebaran masalah tersebut menurut kelompok manusia, tempat
dan waktu. Dengan kata lain menggunakan pendekatan
epidemiologis.
b. Analisa kependudukan
Adalah analisa menggunakan ukuran-ukuran demografis dalam
wilayah kerja puskesmas, diantaranya jumlah penduduk,
penyebarannya berdasarkan kelompok umur, waktu dan
pertumbuhan penduduk, kematian, kesakitan, mobilitas penduduk
dan sebagainya.
c. Analisa upaya pelayanan kesehatan
Masukkan (input) baik sarana, dana, dan tenaga.
Proses, merupakan upaya kesehatan yang dijalankan secara
terkoordinasi, supervisi, stratifikasi.

11
Keluaran (output) merupakan hasil upaya kesehatan yang
merupakan cakupan-cakupan pelayanan yang telah dilaksanakan.
d. Analisa perilaku
Analisa yang dapat menggambarkan tentang sikap dan perilaku
masyarakat terhadap kesehatan dan upaya kesehatan.
e. Analisa lingkungan
Merupakan analisa lingkungan fisik, biologis, sosial budaya dan
ekonomi masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
7. Perumusan Masalah
Adalah upaya mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh
puskesmas berdasarkan analisa di atas dan digambarkan secara
kuantitatif dengan pendekatan epidemiologis sehingga dapat
menggambarkan masalah yang sebenarnya baik dari segi tempat,
waktu, dan besarnya masalah.
8. Penentuan Prioritas Masalah
Untuk menentukan tingkat masalah dipergunakan cara:
Delbecq, dengan cara mendiskusikan masalah oleh anggota kelompok
dengan saran dari narasumber.
Hanlon, adalah cara yang lebih sederhana yang sering dipergunakan
dan setiap anggota rapat puskesmas dapat ikut berperan serta. Semua
anggota rapat diminta memberikan nilai terhadap masalah melalui
sistem scoring.
I. Lokakarya Mini Puskesmas

Membangun kesehatan dalam hal ini meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat bukanlah tanggung jawab sepenuhnya dilimpahkan kepada
instansi kesehatan saja, puskesmas atau rumah sakit, tapi tanggung jawab
bersama secara kolektif semua elemen bangsa, baik yang memiliki
keterkaitan langsung maupun tidak, karena kesehatan memiliki relasi dan
dampak besar pada semua sektor, seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan

12
sebagainya, karena semua hal tidak akan berjalan jika pelaku atau lakon
(manusia) tidak fit atausehat.

Masalah kesehatan di negeri ini begitu kompleks, baik dari sistem


penerapannya maupun dari pola hidup masyarakat itu sendiri, namun
memang unsur gaya hidup masyarakat inilah yang sangat serius disoroti,
karena akan menjadi percuma jika pemerintah, instansi kesehatan
menjalankan sistem dan program kesehatan yang profesional dan bermutu
tanpa di imbangi respon dari masyarakat itu sendiri sebagai pelaku dan
obyek untuk berprilaku hidup bersih dan sehat, yaitu melalui paradigma
sehat.

Tentu dalam menyikapi dan merespon permasalahan kesehatan harus


keterlibatan semua pihak, semua elemen dan unsur terkait untuk
bergandengan tangan, memperbaiki sistem dan merubah pola hidup sehat
dimasyarakat, sehingga apa yang dicita-citakan bangsa dapat terwujud.

Lokakarya Mini Lintas sektor puskesmas Sapala adalah salah satu ruang
membangun komitmen, menyatukan misi ditingkatan pemanku
kepentingan, camat sebagai pemerintah kecamatan, kepala desa sebagai
representasi masyarakat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda, dan puskesmas Sapala sebagai instasi kesehatan untuk sama-sama
bersinergi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

J. Supervisi

Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi


terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan
ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama fungsi perencanaan (Hasibuan,
2001). Supervisi merupakan salah satu proses kegiatan atau pelaksanaan
sistem manajemen yang merupakan bagian dari fungsi pengarahan serta
pengawasan dan pengendalian (controlling) (Muninjaya, 1999; Arwani,
2005; Wiyana, 2008). Banyak ahli mengemukakan tentang pengertian
supervisi, antara lain Muninjaya (1999) mengatakan bahwa supervisi

13
merupakan salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan
dan pengendalian (controlling). Swansburg (1990) melihat dimensi
supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan
untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan
keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian
kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap
kinerja karyawan. Kron dan Gray (1987, dalam Arwani, 2005) mengartikan
supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki
anggota.

K. Sistem Pencatatan dan Pelayanan Terpadu Puskesmas

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan


instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan,
penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai
informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan
(Santoso, 2008).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.


Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang
dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan
pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai
bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data
dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan
organisasi tersebut (Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1)


pencatatan, pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan.

14
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register
yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian
direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan.
Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format
buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk
dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3
di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola
program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten,
setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya.
Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan.
Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan
penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas
antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan
puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari
data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran
serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan
puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan
kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu
data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat
waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan
diinformasikan (Santoso, 2008).

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya


bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi
Puskesmas juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga
diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan
reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan
perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah
informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah

15
kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,
diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) (Tiara, 2011).

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
Diharapkan tulisan ini dapat memperluas wawasan pembaca yang
berhubungan dengan penulisan karya ilmiah dan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan

17
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Drs. Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.


Jakarta: EGC.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.

Syafrudin dkk. 2009. kebidanan komunitas. Jakarta : EGC.

http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-No-75-Th-2014-ttg-
Puskesmas.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67436/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y

Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta : Binarupa.
Aksara.

Departmen Kesehatan. 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta.

Departmen Kesehatan. 2007. Direktorat Jendral Bina pelayanan Medik Standar Minimal
Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas.

18

Anda mungkin juga menyukai