BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Perumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
1.6 Sistimatika Penulisan ....................................................................................... 3
Masyarakat Riau kaya akan kebudayaan , seperti yang kita ketahui setiap suku
Melayu di Riau banyak memiliki kebiasaaan, kebudayaan dan adat istiadat yang
berbeda-beda, tergantung bagaimana cara kita untuk melestarikan kebudayaan dan
mengangkatnilai tradisi yang ada pada setiap daerah tersebut.
Provinsi Riau adalah sebuah Provinsi yang kental sekali dengan Adat Istiadat
dan memiliki keberagaman penduduk yang tentu saja hal ini membuat orangMelayu
Riau kaya akan kebudayaan. Budaya Melayu yang sangat kental membuat
masyarakatnya memiliki ciri khas tersendiri. Kebudayaan tersebut lahir dari
keberagaman penduduk yang terdapat di Provinsi Riau. Kebudayaan di setiap daerah
sudah menjadi tradisibagi masyarakat setempat. Tradisi yang biasa mereka lakukan dan
telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Kebudayaan dipakai untuk menghadapi medan kehidupan ( Hamidy,1996 ),
seperti yang biasa dilakukan Masyarakat Melayu untuk mendapatkan kenyamanan
pada tempat tinggal mereka tidak lepas dari adat istiadat dan tradisi mereka, hal itu
juga terdapat di daerah Igal kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir yang
merupakan tradisi turun – temurun
Masyarakat Desa IgalKecamatanMandah Kabupaten Indragiri Hilirpercaya
apabila penghuni kampong sering sakit-sakitan, sering di timpa musibah dan sering
terjadi kejadian-kejadian gaib di kampong tersebut atau di rumah-rumah penduduk , itu
pertanda selain manusia ada mahkluk lain yang mendiami lokasi tersebut, yang mereka
sebut dengan istilah “ Penunggu “agar kampong atau rumah-rumah yang ada di Desa
Igal yang dipercayai ada “ penunggunya “ aman dan nyaman kembali untuk di
Tinggali atau di tempati , maka msyarakat Desa Igalkecamatan Mandah Kabupaten
Indragiri Hilir melakukan tradisi Bele Kampongyang bertujuan untuk mengusir
penunggu atau mahkluk-mahkluk halus yang mendiami kampong tersebut atau rumah-
rumah warga yang di yakini ada penunggunya.
Bele kampong adalah tradisi dalam hal membersihkan Kampung dari gangguan
gaibatau mahkluk halus yang masih menjadi kepercayaan penduduk setempat. Tradisis
Bele Kampong ini proses pembersihan kampong dari mahkluk-mahkluk gaib atau
halus yang pada masyarakat melayu sendiri disebut dengan penunggu di ariel
kampong.
Alasan penulis tertarik untukmengkaji dan meneliti tradisi Bele Kampong ini
karena tradisi ini masih dilakukan. Tingginya kepercayaan masyarakat akan hal-hal
yang berbau mistik membuat tradisi ini masih dilakukan sampai saat ini, dari segi
pelaksanaannya terdisi Bele Kampong ini juga mengalami perubahan . banyak
masyarakat melakukan tradisi ini tidak melakukan tata cara dalam pelaksanaan tradisi
ini secara utuh lagi.
Masyarakat Desa Igal kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilirmasih
menjalankan taradisi-tradisi yang menjadi warisan leluhur mereka, seperti yang telah di
sebutkan terdahulu, didalam proses Bele kampong , tentunya tradisi atau kebiasaan
masyarakat setempat dalam hal Bele kampong memegang peranan penting , inilah ingin
penulis angkat untuk dijadikan bahan penelitian, sekaligus untuk mengetahui hal-hal
mendasar dalam hal yang harus dilakukan proses membersihkan kampong dari
gangguan mahkluk-mahkluk halus sehingga tradisi ini disebut tradisi Bele Kampong
1.4.1 Tujuan umum adalah untuk mengkaji dan mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam tradisi Bele Kampong pada masyarakat Masyarakat Desa
Igal Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir
1.4.2 Tujuan secara khusus adalah Untuk mengetahui bagaimana tata cara
pelaksanaan tradisiBele Kampong di masyarakat Desa Igal Kecamatan
Mandah Kabupaten Indragiri Hilir
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
1. Nilai-nilai apa saja yang terdapaat dalam tradisi bele Kampong di Masyarakat Desa Igal
Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi bele Kampong di Masyarakat Desa Igal Kecamatan
Mandah Kabupaten Indragiri Hilir
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum adalah untuk mengkaji dan mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam tradisi Bele Kampong di Masyarakat Desa Igal Kecamatan
Mandah Kabupaten Indragiri Hilir
2. Tujuan secara khusus adalah Untuk mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan
tradisiBele Kampong di masyarakat Desa Igal Kecamatan Mandah Kabupaten
Indragiri Hilir
Variabel
pembahasan
Hasil
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan penelitian diperlukan agar penelitian ini lengkap
dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BerisikanSistem Nilai, Nilai religious, Nilai Adat, Nilai Tradisi, 2.5 Nilai
Sosial, Tradisi, Bele Kampung, Tinjauan Pustaka
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan Metode Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Sumber Data
, Objek Kajian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data
BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan Georafis Penelitian, Sistem Nilai dalam Tradaisi Bele Kampong pada
Masyarakat Desa Igal Kecamatan Mandah Kabupaten Indra Giri Hilir, Nilai-Nilai
yang Terkandung dalam Tradisi Bele Kampong pada Masyarakat Desa Igal Kecamatan
Manda Kabupaten Indra Giri Hilir, Nilai Religius dalam Tradisi Bele Kampong, Nilai
Tradisi dalam Tradisi Bele Kampong, Nilai Sosial dalam Tradisi Bele Kampong, Tata
Cara Pelaksanaan Tradisi Bele Kampong, Persipan Tradisi Bele Kampong,
Pelaksanaan Tradisi Bele Kampong
BAB V PENUTUP
BerisikanKesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah kajian yang
di maksud merupakan kajian terhadap karya dan penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, kajian pustaka dapat bersumber dari makalah, skripsi, jurnal dan
sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Adapaun kajian yang relevan dengan peneltian ini antara laian :Penelitian
Syafriadi ( Universitas Lancang Kuning, 2015 ) yang berjudul “ Nilai Tradisi
Pengobatan Gigitan Binatang Berbisa pada Masyarakat Desa danau Pulau Indah
Kecamatan Kempas Indragiri Hilir, yang rumusan permasalahannya adalah Nilai –nilai
tradisi yang terkandung dalam pengobatan Gigitan Binatang Berbisa pada Masyarakat
Desa danau Pulai Indah Kecamatan Kempas kabupaten Indragiri hilir serta tata cara
Pengobatan Gigitan Binatang Berbisa di Masyarakat Desa danau Pulai Indah
Kecamatan Kempas kabupaten Indragiri hilir . adapun nilai yang di bahasnya pada
penelitian ini adalah nilai tradisi yang dipengaruhi Agama, nilai kepercayaan, Pantang
Larang, Nilai Kekeluargaan dan nilai Pewarisan dan cara pengobatannya dengan
membaca Mentra pada segelas Air putih, kemudian meminum Air Putih serta
mengusapkan Air Putih, lalu membacakan mentra di atas ubun-ubun kepala. Penelitian
Siti Nurgayah( Universitas Lancang Kuning, 2015 ) yang berjudul “ Nilai Tradisi
Bekasai Kuning Pada Masyarakat Suku Banjar Desa Sungai Rawa Kecamatan batang
Tauaka Kabupaten Indragiri Hilir. Yang membahasa nilai-nilai yang terkandung
dalam proses Bekasai Kuning Pada Masyarakat Suku Banjar Desa Sungai Rawa
Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir serta tata cara Bekasai di antara
nilai yang bahasa adalah Nilai Adat Bekasai Kuning, Nilai estetika Bekasai kuning,
Nilai Pewaris Ilmu, Nilai Kebersamaan, dan nilai kepercayaan, dan Penelitian( Yuslina
( Universitas Lancang Kuning,2014 ) yang berjudul “ Nilai Tradisi Berandam Pada
Nikah Kawin Masyarakat Melayu Di Kota Dumai “ yang membahas tentang Nilai apa
saja yang terkandung didalam Tradisi berandam pada Nikah kawin Masyarakat Melayu
di Kota Dumai dan bagai mana tata cara pelaksanaan Tradisi berandam pada Nikah
kawin Masyarakat Melayu di Kota Dumai. Metodologi penelitian yang di gunakan
deskripsi analisis mengunakan data kualitatif. Perbedaan dan persamaan penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah penelitian ini membahas sama nilai dalam tradisi
tetapi lokasi dan pelaksanaannya berbeda serta tata cara pelaksanaan tradisinya pun
berbeda , perbedaan yang mendasar penitian ini dengannya dalah Berandam pada
nikah kawin sementara dalam tradisi bele Kampong adalah membelah kampong bagai
mana kampong aman dari ancaman penyakit dan musuh yang akan merusak kampong.
Penelitian Hermunis ( Universitas Lancang Kuning,2014 ) yang berjudul ”
Kajian Nilai Tradisi Perkawinan Dalam Masyarakat Melayu Kecamatan Rambah Hilir
Kabupaten Rokan Hulu “ perbedaan dan persamaan dengan penelitian penulis adalah
sama-sama mengkaji tentang Nilai-nilai yang terdapat didalam penelitian akan tetapi
perbedaan yang mendasar ada penelitian Hermunis adalah Perkawinan sementara
penelitian penulis ada pada cara bele Kampong agar kampong aman dari ancaman baik
berupa panyakit ataupun keamanan kampong, serta tempat penelitian dan waktunya
berbeda.
Penelitian Suparman tahun 2015, dengan judul “Nilai tradisi pengobatan tiga
pareh pada Masyarakat Desa Igal Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai apa saja yang terkandung didalam
pengobatan tiga pareh pada Masyarakat Desa Igal Kecamatan Mandah Kabupaten
Indragiri Hilir, serta bagai mana tata cara pelaksanaannya akan tetapi sangat berbeda
dengan penelitian penulis yakni perbedaan mendasar adalah pada pengobatan penyakit
sementara penulis berkaitan dengan keamanan serta keselamatan kampong dari
berbagai ancaman baik terhadap penduduk kampong ataupun lingkungan kampong itu
sendiri.
2.2 Pendekatan Teori
Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan
berguna bagi manusia. Bagi manusia sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga
atau berguna bagi kehidupan manusia (Sri Julmini dkk, 2004 : 35).
Menurut Bambang Daroeso, sifat-sifat nilai sebagai berikut :
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang
bersifat abstrak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang
bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,
tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah
orang itu.
b. Niali memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita dan
suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (dassollen). Nilai
diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak.
Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap mendapatkan dan berprilaku
yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagia daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung
nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.
Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang
terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan (Sri Julmini dkk, 2004 : 36).
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Nilai logika adalah nilai benar salah
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah (jelek)
Nilai estetika/moral adalah nilai baik buruk(Ratna, 2007 : 57)
menyebutkan adanya tiga macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohania meliputi :
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
(emotion) manusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
(karsa, will) manusia.
d. Nilai religious yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Sistem nilai adalah jaringan yang terdiri dari sejumlah norma-norma atau
kaedah-kaedah maupun seperangkat kelaziman yang melingkupi kehidupan
suatu masyarakat. Nilai sangat diperlukan dalam masyarakat supaya arah
pengalaman peradaban manusia itu menjadi baik, karena nilai biasanya
berorientasi pada kebenaran, kebaikan, keindahan dan kesatuan. Secara mudah,
nilai itu dapat dipahami sebagai ukuran tentang sesuatu perlakuan dan
seumpamanya yang menentukan baik-buruk, cantik-tidak cantik, tinggi-rendah,
dan halus-kasar. System nilai itulah yang membedakan pegangan bagi tiap
anggota untuk mengedalikan pribadinya sehingga kehidupan bermasyarakat
dapat berlangsung dalam suasana saling membatasi diri agar tidak ada warga lain
dalam masyarakat itu yang dirugikan.
Masyarakat Riau mempunyai keragaman dalam adat dan tradisi atau dalam
pengertian yang lebih luas keragaman dalam budaya. Keragaman dalam budaya yang
berpangkal dari kerajaan-kerajaan yang ada di Riau memberi implikasi terhadap sistem
nilai yang dianut masyarakat (Hamidy, 2010 : 52). Adapun perangkat sistem nilai
tersebut yaitu sistem nilai agama, sistem nilai adat dan sistem nilai tradisi.
Secara sederhana orang Melayu di Riau dapat dibedakan dari sudut sejarah atas
dua macam. Pertama yang bisa digolongkan sebagai Melayu Tua atau Proto Melayu.
Sistem nilai Melayu Tua bertumpu kepada adat dan resam (tradisi). Dalam adat dan
tradisi mereka ada kadar Islam, sebab sebagian diantara puak Melayu Tua ini telah
menganut agama Islam (Hamidy, 1997 : 10).
Adat puak Melayu telah mengatur pergaulan manusia diantaranya tentang nikah
kawin, tindak kejahatan, warisan dan hutan tanah dan lain-lain. Gelombang kedua
disebut sebagai Melayu Muda atau Deutro Melayu. Nenek moyang mereka
diperkirakan tiba di kepulauan Melayu ini 250 SM. Pihak Melayu kedua inilah yang
relatif dapat dikatakan sebagai puak Melayu yang sudah maju. Mereka segera
mencapai kemajuan oleh agama Islam yang mereka anut yang sekaligus memberikan
sentuhan budaya yang rasional.
Kehadiran agama Islam dalam kehidupan orang Melayu, membuat pikiran
jahiliyah pelan-pelan menjadi terang. Mereka mendapatkan sudut pandang yang
rasional dari Islam, sebab agama itu memang memberikan dasa-dasar yang logis
tentang Tuhan, penciptaan manusia dan alam. Beriringan dengan itu budaya Melayu
dengan segera berkembang, sebab agam itu memberikan kepada mereka budaya tulis
baca.
Uraian diatas dapat disimpulkan ada 3 muatan sistem nilai orang Melayu yang
penting yaitu: Islam. Adat dan resam (tradisi). Hal tersebut juga dapat dikatakan dalam
masyarakat Melayu terdapat 3 sistem nilai yaitu : sistem nilai agama, merupakan
sistem nilai yang vertikal yang hubungannya dengan Tuhan. Sistem nilai adat,
merupakan hasil pemikiran yang mendalam dari nenek moyang terdahulu tentang
bagaimana sebaiknya kehidupan bermasyarakat dapat di atur. Sistem nilai tradisi,
merupaka sistem nilai yang mencoba membuat keharmonisan antara manusia dengan
alam ( Hamidy,2006;50 ). Sistem nilai merupakan hal yang penting bagi orang Melayu,
dimulai dari orang Melayu lama sampai orang Melayu Muda masih memegang teguh
nilai-nilai budaya Melayu.
2.2.1 Nilai Religius
Setiap agama mengajarkan kebaikan yaitu tentang kewajiban-kewajiban yang
harus dilakukan manusia terhadapa Tuhannya, seperti kewajiban untuk berbuat baik
terhadap sesame manusia dan lingkungannya, atau pemberian motivasi keimanan yang
merupaka perbuatan amal shaleh, yang oleh pemeluknya diyakini akan mendapatkan
pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.
Perangkat nilai sistem ini diberikan oleh agama Islam yang dipandang mulya
oleh Masyarakat. Nilai-nilai yang di berikan agama Islam merupaka nilai yang tertinggi
kualitasnya, paling elok dan paling ideal. Setiap pribadi sewajarnya menyadari nilai
yang agung tersebutsehingga dengan rela hati akan mengikuti dan mematuhinya.
Sistem nilai agama merupaka seperangkat nilai yang bersumber dari wahyu Ilahi
dipandang paling ideal dan sumber segala Nilai. Nilai gama islam sebagai ukuran
terhadap nilai-nilai lainnya. Nilai agama itu berfungsi sebagai penyaring nilai-nilai lain
dalam kehidupan mnasyarakat Melayu. Sistem nilai agama islam bersifat vertical dan
bersifat horizontal. Bersifat vertical artinya hubungna manusia dengan Tuhan,
sedangkan bersifat horizontal artinya hubungan antar sesame manusia.
Nilai sangat diperlukan di dalam masyarakat supaya pengalama peradaban itu
bai k, karena nilai biasanya beroriantasi pada kebenaran, kebaikan, keindahan dan
kesatuan. Sementara religious artinya taat pada agama, maka nilai-nilai religious yang
berkaitan dengan keagamaan ( Islam ), bersumber dari kepercayaan yang menitik
beratkan pada taat dan patuhnya atau pendekatan diri manusia pada sang kodrat. Religi
yang dimaksud ialah mengikatkan diri pada Tuhan.
2.2.2 Nilai adat
Adat merupaka kebiasaan kebiasaan yang timbul dari seorang yang diterima di
lingkungannya karena di anggap baik serta melekat dalam kehidupan masyarakat
sehingga menjadi satu tata cara yang berlaku dalam lingkungan masyarakatnya dan
berlangsung secar terus menerus sehingga hal itu dapat dijadikan sumber ajaran
moral(Chotib,2006;35 )
Perangkat sistem nilai adat ini diberikan oleh adatyang merupakan hasil
pemikiran yang mendalam dari pemuka adat( datuk-datuk) terdahulu tentang
bagaimana sebaiknya kehidupan dapat diatur sehingga kehidupan dapat berjalan
dengan damai dan bahagia serta harmonis ( Hamidy,2006;51 ). Sistem nilai adat
kaidahnya berkadar hokum, oleh karenanya berlaku sanksi bagi setiap orang yang
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.
Nilai-nilai yang sangat mendasar bahwa orang Melayu sangat kukuh memelihara
adatnya, adat orang Melayu terdiri tiga kategori yaitu :
1. adat sebenar adat yang bersumber dari ketentuan Tuhan.
2. Adat yang diadatkanyaitu ketentuan dari pemegang kendali kekuasaan yaitu
raja-raja atau sulthan.
3. Adat teradat yaitu ketentuan dari kesepakatan para pemuka masyarakat yang
di pegang teguh anak cucu kemenakan sepanjang masih selaras dengan
perkembangan yang berlansung.
Adat sebagai suatu lembaga dalam masyarakat mempunyai nilai-nilai yang
tinggi dan ditaaati oleh masyarakat pendukunganya. Sebagai suatu lembaga
adat dalam masyarakat Melayu riau yang berkebudayaan Melayu. Adat
Melayu telah berlaku berabad-abad lamanya.
2.3 Tradisi
Tiap masyarakat apakah dalam bentuk puak, suku bangsa maupun bangsa telah
melalui jalan sejarahnya masing masing. Dalam perjalanan itu telah terentang
pergantian generasi demi generasi. Tapi yang lebih penting daripada itu bukanlah
sekadar pergantian batang tubuh keturunan, yang lebih mustahak ialah suatu proses
pembentukan dan penemuan nilai-nilai untuk kehidupan. Dalam perjalanan sejarah itu
telah terbentuk dan ditemukan berbagai nilai yang kemudian diakui dan diterima
sebagai pengawal dan pemandu kehidupan. Dengan kawalan dan panduan berbagai
nilaii itulah tiap puak atau suku bangsa membentuk tradisi kehidupannya. Tradisi
adalah suatu kebiasaan dalam kehidupan masyarakat yang terbentuk setelah nilai-nilai
itu ditirukan dan dipelihara paling kurang tiga generasi sekitar dalam rentangan 75
sampai 100 tahun dan seharusnya (Hamidy, 200 ; 21 ).
Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai dan tradisi dalam budaya
Melayu sangat menghargai dan meyakini dari makna yang tersirat pada simbol yang
patutkan dengan penuh khidmat. Tradisi merupakan kegiatan pewarisan serangkaian
kebiasaan dan nila-nilai satu generasi ke generasi berikutnya yang setiap peristiwa
biasanya berlansung dengan suatu upacara. Setiap upacara tradisi meliputi waktu,
tempat atau ruang, peralatan, pesan upacara, dan perilaku upacara.
Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di segala
bidang. Menurut etimologi, tradisi adalah kata yang mengacu pada adat atau kebiasaan
yang turun temurun dari nenek moyang atau peraturan yang dijalankan masyarakat (
Isjoni, 2002 ; 1208 ). Secara lansung, bila adat atau tradisi disandingkan dengan
struktur masyarakat melahirkan makna kolot, kuno, murni tanpa pengaruh atau sesuatu
yang dipenuhi dengan sifat takliq.
Tradisi merupakan sinonim dari kata ‘ budaya’ yang keduanya merupakan hasil
karya. Tradisi adalah hasil karya masyarakat, begitupun dengan budaya. Keduanya
saling mempengaruhi. Kedua kata ini merupakan personifikasi dari sebuah makna
hukum tidak tertulis. Hukum tak tertulis ini menjadi patokan norma dalam masyarakat
yang dianggap baik dan benar ( alwi, dkk. 2001 ; 1208 ).
Nilai yaitu cabang filsafat yang membahas nilai sampai pada hakikatnya, filsafat
merupakan pandangan hidup yang memiliki ciri khas kebudayaan.menurut Blanshard
menyatakan bahwa teori nilai dibagi tiga bahasan yaitu : Etika, Religius, Estetika. Dalam
filsafat nilai dibedakan menjadi tiga macam yaitu.
1. Nilau Etika ( moral )
Etika memiliki akar kata etos yang bearti kesusilaan, kesusilaan tersebut berasal dari dalam
( inner )dari manusia dan membawa kepada pengaruh luar dari manusia, etika dikenal poa
istilah moral yang diambil dan kata mores yang berarti adat istiadat, adat istiadat yang ada
diluar diri manusia nilai etis adalah suatu tindakan menusia yang memiliki berlandasan
etika dan moral.
2. Nilai Kebenaran
Nilai kebenaran merupakan nilai-nilai dari pengetahuan dan pencairan kebenaran sepeti
kebenaran ilmiah dan kebenaran logis.Kebenaan adalah persoalan antara pernyataan
tentang fakta dan fakta itu sendiri.Kebenaran merupakan kosentensi antara semua
pertimbangan dengan pertimbangan lainnya yang relevan, kebenaran berdasarkan adanya
manfaat yang ditimbulkan tindakan kepuasan.
3. Nilai Religius
Nilai religius merupakan nilai yang bersumber dari kepercayaan yang mentik beratkan pada
perilaku manusia sebagai perujudan dari taat danpatuhnya atau pendekatan diri manusia
kepada sang Adi kodrati, religi yang dimaksud maknanya mendekati diri kepada allah
Menurut Butler menyatakan nilai religus dalam kehidupan manusia yang nyata
menjelma sebagai berikikut, pemujaan yaitu kebahargaan dalam tindakan manusia yang
memilih satu kepercayaan menyembah tuhan dan dewa, kepstian keyakinan bahwa dibalik
dunia fenominal ini ada tuhan yang maha pengasih, harapan perasaan yang optimis bahwa
kebaikan akan mengalahkan kejahatan atau tantang dunia akhirat yang kekal dan bahagia..
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dibahas merupakan kajian ilmiah yang menggunakan sumber data dari buk
buku dan yang menyangkut masalah yang dibahas serta bersumber dari tokoh-tokoh masyarakat
MelayuDesa PelandukKecamatan Mandah yang dianggap akutat.
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Penelitian
kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan impiris, seperti studi khusus,
riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks, sejarah, dan interaksisional yang menggambarkan
momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif.
Penelitian ilmu sosial dan budaya adalah peneliti tentang manusia (masyarakat)dan budaya.
Manusia dan kebudayaan hamper terpisahkan,karena antar keduanya berada dalam posisi balas
membalas, dalam penelitian tercakuplah tingkahlaku manusia dalam medan budayaa, karena itu yang
diperhatikan oleh penelitian ini banyak sekali.
Penelitian kebudayan sudah mempunyai gambaran tentang berbagai keadan realitas
budaya,karena itu terdapat mungkin dia banyak membaca, dan memahami budaya, dapat diperoleh
suatu gambaran atau pengertian yang jelas dan luas dalam bidang tersebut.
Penelitian pada dasarnya bertolak dari rumus pertanyan yang kita buat terhadap suatu
kenyatan sosial budaya, karena itu, sistematik suatu objek, peranan tokoh, dan lembaga, kebenaran
suatu realitas sosial budaya.sejarah dan apa saja yang punya nilai dalam medan sosial serta
kebudayaan.Metode kualitatif, yakni pendekatan yang akan memperhatikan segi-segi kualitas seperti,
sifat, keadaan, peranan, sejarah dan nilai-nilai, yang semuanya akan diperhatikan dalam bentuk angka,
sebab dengan pendekatan ini dapat digambarkan dengan jalas segala sesuatu yang berhubunggan
dengan kualitas, sampai kepada bagian-bagian sekecil mungkin. Kebenaran hasil penelitian
bergantung kepada datanya, maksudnya, kebenaran itu ditentukan oleh sejarah, masyarakat, atau
budaya itu, yang terbingkai oleh ruang, waktu, dan nilai yang menjadi semangat, hanya kebenaran
ilmu alam dan pasti, yang relatif tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu.
Metode kualitatif, yakni pendekatan yang akan memperhatikan segi-segi kualitas seperti, sifat,
keadaan, peranan, sejarah dan nilai-nilai, yang semuanya akan diperhatikan dalam bentuk angka,
sebab dengan pendekatan ini dapat digambarkan dengan jalas segala sesuatu yang berhubunggan
dengan kualitas, sampai kepada bagian-bagian sekecil mungkin. Kebenaran hasil penelitian
bergantung kepada datanya, maksudnya, kebenaran itu ditentukan oleh sejarah, masyarakat, atau
budaya itu, yang terbingkai oleh ruang, waktu, dan nilai yang menjadi semangat, hanya kebenaran
ilmu alam dan pasti, yang relatif tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu.
Pengumpulan yang harus diperhatikan adalah, bagaimana dapat dipastikan atau diyakini
bahwa simple yang ditetapkan adalah repsensif. Selanjutnya adalah bagaimana dengan cara apa
imformasi dapat digali sedemikian rupa sehinggadapat diperoleh data sesuai kebutuhan. Denzin
mengatakan penelitlitian kualitatifadalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dalam jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar ilmiah dengan maksud agar
hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena yang dimanfaatkan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan oleh peneliti untuk melengkapi data
primer.Adapun data sekundernya ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan itu secara tidak
langsung merupakan berbentuk penelitian berupa buku penunjang, majalah, artikel, dan sisstus
internet sebagai data tambahan yang membantu penelitian, buku-buku tersebut
merupakanbahan pertimbangan bagi penulis guna melengkapi data-data yang telah ditelaah.
3. Dokumentasi
Penggunaan bahan-bahan dukumen yang tertulis berhubungan dengan antar bunga,
adapun penggunaan bahan-bahan yang diperlukan dalam sebuah penelitian ialah dukumen
tertulis, kamera foto yang berhubungan dengan tradisi Bele kampong pada masyarakat Melayu
Desa Igal Kecamatan Mandah. Adapun dalam hal ini , peneliti mengunakan dokumen tertulis
dan camera untuk pengambilan gambar, hal ini bertujuan untuk memperkuat atau mendukung
penelitian , serta dengan mengunakan video rekaman dan yang berhubungan dengan hal-hal
lainnya.( Newman,2013: 493 )
3.6.1. Populasi
Populasi dalam penelitian kualilitatif dinamakan dengan ‘ sosial situasion ‘ atau situasi sosial
yang terdiri atas tiga elemen yaitu ; tempat ( place ), pelaku ( actors ), dan aktivitas ( activity ) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial disebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang
ingin diketahui ‘ apa yang terjadi ‘ di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini peneliti
dapat mengamati secara mendalam aktifitas ( activity ), orang-orang ( actors ) yang ada pada tempat (
place ) tertentu. ( Sugiyono,2016 ; 16 ).
3.6.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan perposive
sampling. Perposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel
ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitin-penelitin yang tidak melakukan
generalisasi ( Sugiyono, 2016 ; 85 ).
Sampel dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil 15 orang informan yang berada di
Desa Igal kecamatan Mandah kota kabupaten Rokan Hilir. Informan penelitian adalah orang yang
memberikan informasi data yang diteliti informan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
kriteria tertentu. Adapun syratnya informan adalah sebagai berikut ;
1. Berusia lebih kurang 30 s.d lebih kurang 60 tahun
2. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Merupakan masyarakat asli tempat diadakan penelitian
.
1. Proses Pengeditan
Proses penegeditan data adalah meneliti kembali atau mencermati catatan penelitian
untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah lebih baik dan dapat segera dipersiapkan untuk
keperluan proses selanjutnya. Dalam proses ini, peneliti juga akan mencermati bahan-bahan
yang telah dikumpulkan agar peneliti menjadi terarah terhadap apa yang diteliti.
2. Proses pengelompokan Data
Proses pengelompokan data adalah proses mengklarifikasikan data yang diperoleh agar
lebih mudah dalam melakukan pembacaan data sesuai dengan kebutuhan diperlukan. Dalam hal
ini penelitti memisahkan atau memilih data yang telaj di edit sesuai dengan pembagia yang
telah ditentukan.
3. Mengumpulkan Data
Dalam prosesi ini, setelah peneliti sampai di tempat penelitian yaitu rumah Urang
Pandai atau Informan serta masyarakat sekitar untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan
mengenai penelitian penulis.
4. Menganalisis Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan data-data yang berasal dari buku-buku serta skripsi
terdahulu yang terkait dengan materi penelitian yakni tentang Nilai Tradisi Bele Kampong pada
masyarakat Igal Kecamatan Mandah Kabupaten Rokan Hilir.
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta
Nyoman Kutha Ratna, 2007 , Estetika Sastra dan Budaya, Yogyakarta: Pustaka
Belajar