Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Anatomi Kornea
Kornea merupakan selaput bening pada mata yang tembus cahaya dan menutup
bola mata bagian depan. Lapisan kornea dari luar ke dalam terdiri atas lima lapis,
a. Epitel
dengan cepat bila terjadi cedera. Dalam 1 jam defek epitel dapat ditutupi oleh
b. Membran bowman
Kolagen yang tersusun tidak teratur dan tidak bisa beregenerasi. Cedera pada
c. Stroma
Lapisan yang menyusun 90% ketebalan kornea, terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya. Keratosit
d. Membran descement
darah limbus, humour aquos dan air mata. kornea dipersarafi oleh banyak saraf
sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf
3.2.Anatomi Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
Gambar 3.2 Anatomi Konjungtiva (dikutip dari Khurana AK. Disease of The
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan
persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif
konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini dapat timbul sebagai
epidemi, seperti di dalam keluarga, sekolah, perkantoran, rumah sakit dan tempat
lain yang terdapat perkumpulan banyak orang (Ilyas dan Yulianti, 2017).
Penyakit ini mudah menular dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14
hari. Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sering terjadi melalui jari-
jari tangan dokter atau alat pemeriksaan mata yang kurang steril (Ilyas dan
Yulianti, 2017). Virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi
termasuk sistem pernapasan bagian atas, saluran gastrointestinal dan organ mata
saja, biasanya mata pertama yang terkena lebih parah. Keluhan utama diawal yang
dirasakan adalah merah pada konjungtiva, mata berair dan terdapat nyeri sedang.
Edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva menandai fase akut dengan
folikel dan perdarahan konjungtiva yang sering muncul dalam 48 jam (Eva and
Whitcher, 2015). Pada hari ke-7 terdapat radang pada epitel kornea dan terlihat
difus, 11-15 hari selanjutnya terjadi kekeruhan pada subepitel dibawah lesi epitel
kornea tersebut. Kekeruhan subepitel akan hilang setelah 2 bulan sampai 3 tahun
mata saja, tetapi pada anak-anak bisa disertai dengan gejala sistemik, seperti
adanya demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare (Eva and Whitcher,
2015).
3.7. Prognosis
ringannya gejala klinis yang dirasakan pasien, namun umumnya baik terutama
pada kasus yang tidak sampai terjadi defek yang berat pada kornea (Eva and
Whitcher, 2015).