PENDAHULUAN
1
banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan
dampak buruk merugikan bila dikonsumsi oleh manusia.
2
1.2. Tujuan Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik,
seperti ikan.
Menurut Keputusan Menteri Negara Kepedudukan dan
Lingkungan Hidup No.02/MENLH/I/1998, yang dimaksud dengan
polusi/pencemaran air adalah masuk/dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air/udara oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi dengan peruntukannya.
Menurut Kristanto (2002) pencemaran air adalah
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Air dapat tercemar
oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam
berat yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini berasal
dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan
logam berat antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/ tinta
warna, percetakan, bahan agrokimia dll. Beberapa logam berat
ternyata telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi
kehidupan ( Wisnu, 1995).
Adanya logam berat dalam lingkungan perairan telah diketahui
dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air. Di
samping itu terdapat fakta bahwa logam berat membunuh
mikroorganisme.
Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai,
dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas
air dan status ekologi air. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan
salah satu bagian dari siklus hidrologi.
Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.
Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
5
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
berpotensi sebagai objek wisata.
Namun, pada prakteknya masuknya zat pada sumber air
tersebut adalah berupa buangan yang dilakukan manusia yang
bersifat rutin seperti buangan limbah cair dan padat yang berasal
dari rumah tangga dan lain-lain. Di negara-negara berkembang,
seperti Indonesia, pencemaran air merupakan penyebab utama
gangguan kesehatan manusia/penyakit.
Perubahan keadaan tersebut dapat terjadi karena masuknya
zat, energy, atau komponen lain ke dalam air sehingga kualitas dari
air tersebut turun sehingga batas tertentu yang menyebabkan air
tidak berguna lagi.
Padahal, dalam kehidupan sehari-hari makhluk hidup
membutuhkan air yang bersih dan sehat. Terutama manusia yang
dapat membedakan kualitas air yang akan diminu tentu akan sangat
terganggu dengan pencemaran air tersebut.
Indikator/tanda bahwa air di lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati dan digolongkan
menjadi:
Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan tingkat kejernihan air, perubahan suhu, warna, dan
adanya perubahan bau,
Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan air yang
berdasarkan banyaknya zat kimia yang terlarut misalnya
perubahan asam-basa (pH) atau terjadinya endapan koloid atau
bahan terlarut lainnya di aliran sungai/laut,
Pengamatan biologis, yaitu pengamatan pencemaran air yang
berdasarkan pada mikroorganisme yang hidup dalam air,
terutama ada tidaknya patogen karena pantogen merupakan
agen biologis yang menyebabkan munculnya penyakit pada
inangnya. Sebutan lain dari pantogen adalah mikroorganisme
6
parasite. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang
mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan
multiselular.
7
Limbah yang terus-menerus meningkat, akan mengakibatkan air
semakin tercemar dan akan sulit bagi masyarakat untuk
mendapatkan air bersih karena air yang tercemar akan meresap ke
dalam tanah. Air tanah tersebut merupakan sumber dari air sumur di
rumah masyarakat, dan apabila masyarakat mengkonsumsi air
tersebut akan mengakibatkan penyakit.
Air yang tercemar tidak hanya masuk dalam tanah, tetapi juga meng
alir padasungai bahkan laut dan mengakibatkan terganggunya
lingkungan hidup, ekosistem, dankeanekaragaman hayati.
A. Limbah organic
Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah
organik merupakan segala limbah yang mengandung unsur
Karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup
(misalnya kotoran hewan dan manusia seperti tinja (feaces)
berfungsi mengandung mikroba pantogen, air seni (urine)
umumnya mengandung Nitrogen dan Posfor) sisa makanan
(sisa-sisa sayuran, wortel, kol, bayam, salada dan lain-lain)
kertas, kardus, karton, air cucian, minyak goreng bekas dan
lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun
yang tinggi, misalnya: sisa obat, baterai bekas, dan air aki.
8
Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan
beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi,
dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar
biologis seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya. Namun
secara teknis sebagian orang mendefinisakan limbah organik
sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup
(alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya bahan-bahan
organik alami namun sulit membusuk/atau terurai, seperti
kertas, dan bahan organik sintetik (buatan) yang sulit
membusuk atau terurai.
B. Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimawi, limbah yang
tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya
besi dari mobil bekas atau perkakas dan almunium dari
kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca dan pupuk
anorganik (misalnya yang mengandung unsure nitrogen dan
fospor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon
sehingga tiak dapat di urai oleh mikro organism. Seperti
halnya limbah organik, pengertian limbah organik yang
sering diterapkan dilapangan umumnya limbah anorganik
dalam bentuk padat (sampah) agak sedikit berbeda dengan
pengertian diatas secara teknis limbah anorganik di
definisikan sebagai limbah yang tidak dapat atau sulit terurai
atau busuk secara alami oleh mikro organism pengurai.
Dalam hal ini bahan organic seperti plastic, karet, kertas,
juga dikelompokan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan
tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme sebab unsur
karbonnya memebentuk rantai kimia yang kompleks dan
panjang.
9
2.2.2 Limbah Industri
Limbah industry adalah sisa buangan yang dihasilkan dari
proses produksi pada suatu industry. Limbah industry terdiri
atas 3 jenis yaitu limbah industry cair, limbah industry padat,
limbah gas.
10
industri, bubur-bubur sisa semen dan masih banyak lagi
yang lainnya.
C. Limbah Gas
Limbah Gas adalah limbah yang dihasilkan oleh
sumber alami atau hasil aktivitas manusia dalam bentuk
molekul-molekul gas. Pada umumnya, limbah industri gas
memberikan dampak yang buruk pada kehidupan makhluk
hidup dan juga lingkungan. Contoh limbah industri padat,
diantaranya: pembakaran pabrik, asap pabrik sisa produksi,
kebocoran gas, dan masih banyak lagi yang lainnya.
11
mati tercabik-cabik. Sebagian ikan tersebut mengambang,
sebagian lagi tenggelam ke dasar laut. Oleh para nelayan
itu, sebagian ikan ini diangkut dan sisanya dibiarkan
membusuk begitu saja. Banyak bangkai ikan yang akhirnya
membusuk di pantai sekitarnya.
d. Kehilangan Penghasilan
Banyak wilayah dasar laut yang dulu menjadi tempat
kunjungan wisata, untuk kegiatan diving dan snorkeling,
akhirnya kehilangan daya tariknya karena terumbu
karangnya rusak dan tidak ada lagi ikan-ikan yang indah.
Nelayan kehilangan nafkah karena tidak ada ikan,
12
masyarakat yang lain tidak mendapat penghasilan karena
para wisatawan tidak lagi datang ke tempat itu.
2.2.5 Deterjen
Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai
bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Yaitu senyawa
kimia bernama alkyl benzene sulfonat (ABS) yang direaksikan
dengan natrium hidroksida (NaOH). Dibanding dengan sabun,
detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya
cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme.
Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan
kimia yang digunakan pada Detergen dapat menimbulkan
dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan.
Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan
dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan
tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar,
hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan
meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki
toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 %
LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan
dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan
yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk chlorbenzene
pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun
dan berbahaya bagi kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis
13
ABS banyak digunakan oleh industri Detergen. Namun karena
ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi
terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan
dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di
dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang
peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air.
Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya,
efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang
biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun,
bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang
dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu
banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur
hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan
air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan
oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi
kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru
membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di
beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen
telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan
penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam
Detergen.
Detergen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci
pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses
penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan
bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan
pewangi. Generasi awal Detergen pertama kali muncul dan
14
mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an
dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan
(surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil
busa.(Wikipedia, 2009).
2.2.6 Sampah
Sampah adalah bahan- bahan yangsudah diambil
manfaatnya oleh manusia sehingga tersisa yang tidak ada
manfaatnya. Sampahdibedakan menjadi dua yaitu sampah
organik dan non organik. Sampah organik adalahsampah hijau
yang mudah untuk diuraikan, sementara sampah non organik
biasanya berupasampah plastik yang sulit untuk diuraikan.
Sampah jumlahnya ada banyak sekali di dunia.Setiap hari
manusia memproduksi sampah. Apabila satu rumah dalam satu
hari memproduksisatu keranjang sampah, bisa kita bayangkan
sendiri berapa banyak sampah yang diproduksimanusia di
dunia dalam satu hari. Sampah yang mencemari air tidak hanya
sampah- sampahyang dibuang ke saluran air saja, namun juga
sampah- sampah yang dibuang ke tanah, bertumpuk sehingga
air dari sampah tersebut akan meresap ke tanah kemudian
mencemarisumber air tanah atau sumber air di daerah tersebut.
Kurangnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya
membuat pencemaran air di Indonesia tergolong tinggi. Bahkan
banyakmahasiswa asing yang meneliti kotornya sungai di
Indonesia. Salah satu yang sempat menjadi pembicaraan
publik adalah ketika sekumpulan mahasiswa asal Australia
membuat artikel tentang Sungai Citarum yang sangat kotor
.
2.2.7 Penggundulan Hutan
Penggundulan hutan atau deforestasi dapat diartikan
sebagai pengerusakan hutan dengan cara menebang pohon
15
yang dimana menebang pohon tersebut secara liar atau
dikatakan secara berlebihan yang akan mengakibatkan
kawasan hutan tersebut menjadi gundul atau tidak ada pohon
yang tumbuh di area tersebut.
Penyebab penggundulan hutan meliputi berbagai macam
factor karena berbagai alasan, yaitu:
a. Keuntungan ekonomi jangka pendek. adanya korupsi di
lembaga pemerintahan, kekayaan dan kekuasaan,
pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
b. Konstruksi perkotaan, tentu, Kayu digunakan sebagai bahan
bangunan, mebel, dan produk kertas.
c. Mengakomodasi perluasan daerah perkotaan.
Mengakibatkan hilangnya kawasan hutan dan deforestasi
besar-besaran.
d. Hutan ditebang untuk membuka lahan guna menanam
tanaman, membangun pertanian, dan juga peternakan. Hal
tersebut akan membutuhkan lahan yang luas.
e. Adanya minyak dan pertambangan dibawah tanah hutan,
dan untuk membuat jalan raya pula.
f. Kebakaran hutan, dapat terjadi secara alami, atau buatan
yang disengaja oleh manusia untuk membersihkan hutan.
16
karena terdapat penggundulan hutan, maka sekitar 100
spesies yang unik ataupun belum diketahui tersebut
menurun setiap hari, bahkan bisa lenyap.
c. Salah satu fungsi penting hutan adalah untuk menyerap dan
menyimpan sejumlah besar air dengan cepat ketika terjadi
hujan lebat. Ketika hutan sudah menghilang, akan
menyebabkan banjir dan dilanjutkan kekeringan di daerah
yang terkena. dilanjutkan akan menyebabkan gangguan bagi
daerah pemukiman manusia dan terancam jiwanya.
d. Deforestasi juga berpengaruh terhadap pemanasan global.
Pohon bertugas sebagai penghasil karbohidrat, lemak, dan
protein yang membentuk pohon dari karbondioksida itu
sendiri, proses tersebut disebut fotosintesis. Ketika terjadi
deforestasi, akan mengakibatkan lepasnya karbondioksida
yang tersimpan di dalamnya. Hal ini menyebabkan tingginya
kadar karbondioksida yang lebih besar di atmosfer, sehingga
terjadi pemanasan global.
2.2.8 Tumpahan Minyak di Laut
Pencemaran air laut akibat tumpahan minyak sering
terjadi. Banyak hal yang menjadi penyebab seperti meledaknya
anjungan minyak lepas pantai, kecelakaan kapal tanker,
operasi kapal tanker, dan bangunan lepas pantai. Tumpahan
minyak merupakan salah satu jenis pencemaran yang
pengaruhnya cukup besar dalam waktu jangka panjang.
Tumpahan minyak di laut sering menyebabkan pencemaran
yang berujung pada kerusakan sumber daya hayati dan
rusaknya ekosistem bawah laut, sehingga banyak nelayan atau
masyarakat sekitar tidak melaut untuk mencari ikan. Dan tentu
saja berdampak pada ekonomi nelayan yang setiap harinya
beraktivitas di daerah tersebut. Beberapa kasus pencemaran
air laut akibat tumpahan minyak harus diperhatikan untuk
17
melakukan pencegahan dan penanggulangannya demi
terciptanya keberlangsungan kehidupan organisme yang hidup
di dalamnya. Oleh karena itu kita harus menjaga ekosistem
tersebut dengan cara tidak membuang limbah, minyak, atau
sampah ke laut agar ekosistem tetap terjaga.
Menurut Benny 2002, pencemaran minyak di laut berasal
dari:
a. Operasi Kapan Tanker
b. Docking (perbaikan/perawatan kapal)
c. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
d. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
e. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi
besi tua)
f. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan,
kebakan, dan tabrakan)
g. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang
mengandung hydrocarbon (perkantoran dan industry)
h. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Rifinery)
18
oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral
ini menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang
disebut tailing , mineral berharga diambil, sedangkan tailing
akan terbawa bersama zat-zat kimia yang mengandung logam
berat/beracun lainnya.
(1) tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut
dan lain sebagainya.
19
(2) tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci
truk, mobil, dan sepeda motor
(3) tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana
memandikan ternak dan sebagaitempat kakus
(4) tidak minum air dari sungai, danau, atau sumur, tanpa dimasak
dahulu
(5) sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak
merusak atau mengeksploitasisumber mata air agar tidak
tercemar.
(6) mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
20
5. Mengembangkan produksi yang lebih bersih (cleaner
production) dan EPCM( Environmental Pollution Control
Manager ).
6. Program Rehabilitasi dan Konservasi SDA dan Lingkungan
Hidup
7. Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis.
8. Menanggulangi kerusakan lahan bekas pertambangan, TPA,
dan bencana.
9. Meningkatkan konservasi air bawah tanah.
10. Rehabilitasi dan konservasi keanekaragaman hayati.
21
dialirkan ke selokan atau sungai. Untuk limbah industri upaya
penanggulangan pencemaran air dengan cara mengalirkan air yang
tercemar ke dalam beberapa kolam, kemudian dibersihkan, baik
secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu)
maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air
lainnya).
Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari
polutan yang berbahaya. Menurut Hidayat (2008:15) “agar dapat
memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip
pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam
proses produksi (in-pipe pollution prevention) sertasetelah proses
produksi (end-pipe pollution prevention)”.
22
Pengolahan tahap kedua untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidakdapat dihilangkan dengan proses fisik
biasa.
23
Jerman, di wilayah Victoria bagian selatan di Australia dan
wilayah Brittany di Perancis.
Hasilnya, berdasarkan analisis data di Eropa dan Australia,
tim peneliti juga menemukan kerusakan keanekaragaman hayati
regional yang cukup signifikan, terutama berkurangnya jumlah
serangga dalam air dan invertebrata air tawar yang lain.
Perbedaan keanekaragaman hayati antara wilayah yang
tercemar berat pestisida dan wilayah yang tidak tercemar
mencapai 42% di Eropa dan 27% di Australia.
Tim peneliti juga menemukan, berkurangnya
keanekaragaman hayati juga dipicu oleh hilangnya sejumlah
spesies akibat penggunaan pestisida. Spesies-spesies ini
termasuk berbagai jenis serangga dan capung, yang menjadi
sumber makanan penting bagi hewan-hewan lain dalam rantai
makanan, termasuk bagi ikan dan burung.
Keanekaragaman biologi dalam air hanya bisa dijaga oleh
hewan-hewan ini, yang menjadi indikator kualitas air di wilayah-
wilayah tersebut. Temuan lain yang mengkhawatirkan adalah,
dampak pestisida terhadap hewan-hewan kecil ini sudah masuk
dalam level yang sangat parah (catastrophic) sesuai dengan
peraturan terbaru yang digariskan di Uni Eropa.
Tim peneliti menyimpulkan, diperlukan aksi baru guna
mencegah kerusakan keanekaragaman hayati dalam air. Aksi
tersebut diantaranya dengan menetapkan konsentrasi maksimal
pestisida yang bisa digunakan untuk pertanian serta
menciptakan pendekatan baru yang mengaitkan antara ilmu
ekologi dan ekotoksikologi, ilmu yang memelajari dampak bahan
kimia beracun pada ekosistem biologi.
24
2.5.2 Produk Minyak
Aplikasi minyak dan unsur kimia yang berasal dari produk
minyak bahan bakar, bahan baku pembuatan minyak pelumas,
bahan baku pembuatan serta banyak aplikasi lainnya.
Masuknya produk minyak ke dalam air biasanya melalui bocoran
atau kecelakaan, seperti dari kapal tanker, truk, pipa-pipa,
maupun tanki penyimpanan. Kebanyakan produk minyak ini
merupakan racun yang berbahaya.
Di Amerika Serikat, misalnya, lebih dari 14 juta orang
meminum air yang telah terkontaminasi dengan pestisida,
sebagaimana diperkirakan oleh Environmental Protection
Agency (ERA) bahwa 10% dari sumur yang ada mengandung
pestisida. Dan, unsur nitrat pupuk yang terbawa mengalir (runoff)
da pat mengakibatkan methe-moglobinemia pada bayi, yaitu
semacam gejala anemia yang mematikan dan sering di-
istilahkan sebagai sindrom blue baby.
2.5.3 Sedimentasi
Sedimen, partikel-partikel tanah yang tebawa ke dasar
sungai, danau maupun laut, juga dapat menjadi pencemar bila
kehadirannya berada dalam jumlah besar. Erosi tanah akibat
kikisan pada area sekitar sungai, atau tanah bawaan akibat
hujan maupun banjiryang berasal dari ladang pertanian,
pertambangan terbuka (strip mine) atau pembukaan jalan dapat
memasok sungai maupun danau dengan sedimen yang penuh
nutrisi. Ini dapat mengakibatkan terjadinya proses eutrophication
sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Sedimentasi juga dapat
menutupi lapisan pasir di dasar sungai di mana ikan meletakkan
telur-telurnya.
25
2.5.4 Unsur Logam Berat
Unsur logam berat (heavy metals), seperti tembaga, timah
hitam, merkuri dan selenium masuk ke dalam air dari banyak
sumber, seperti industri, buangan otomotif, pertambangan, dan
bahkan tanah alami. Bila unsur ini terserap dalam lumpur dan
diabsorbsi oleh tanaman, lalu tanaman ini dikonsumsi oleh
manusia dalam jumlah tertentu, maka membahayakan
kesehatan manusia.
Sebagai contoh, unsur cadmium dalam pupuk dapat
mengakibatkan diare, hepatitis dan kerusakan ginjal, sementara
unsur timah hitam dapat mengakibatkan keterbelakangan mental
pada anak-anak.
Kasus di Minamata, Jepang, adalah contoh paling fenomenal
akibat terkonsumsinya merkuri oleh penduduk disanapada tahun
1950an. Banyak penduduk mengalami kelumpuhan, kejang-
kejang, rabun penglihatan bahkan kematian. Sebabnya adalah
unsur merkuri yang ditemukan pada air di Teluk Minamata, yang
ternyata berasal dari limbah sebuah industri disana. Dan para
penderita tersebut telah mengkonsumsi ikan maupun air yang
berasal dari Teluk Minamata.
Kasus Minamata bisa terjadi di Indonesia karena banyaknya
kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI), yang
menggunakan merkuri untuk proses “penangkapan” serbuk
emas secara bebas.
2.5.5 Mikrooganisme
Sebuah studi yang dilakukan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat memperkirakan
setiap tahun sekitar 900.000 orang terkena penyakit akibat
organisme di dalam air minum mereka.
26
Dari jumlah itu, sekitar 900 orang meninggal. Maka
organisme penyebab penyakit ini pun termasuk dalam katagori
pencemar bila ditemukan dalam air minum. Jenis parasit seperti
Giardia lamblia atau Cryptosporidium parvum kadangkala
muncul dalam pasokan air minum perkotaan.
Kedua jenis parasit ini, terutama menimbulkan penyakit pada
orang-orang tua atau anak-anak kecil, maupun memperburuk
keadaan mereka yang memang telah mengidap penyakit lainnya.
Pada tahun 1993, penyebaran Cryptosporidium dalam air minum
dikotaMilwaukee, Wisconsin, menyebabkan 400.000 orang
menderita sakit dan menewaskan lebih dari 100 orang. Di
samping itu, bakteri E. coli yang berasal dari tinja yang meresap
ke dalam air tanah dapat menyebabkan penyakit seperti diare,
cacingan dan penyakit kulit.
2.5.6 Limbah B3
Pengertian umum limbah B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya) dikaitkan dengan sifat-sifatnya seperti “beracun”,
“reaktif” (artinya dapat menghasilkan gas eksplosif atau
beracun), “korosif’ (dapat menimbulkan karat), atau “mudah
terbakar” (flammable). Bila tidak ditangani secara semestinya,
limbah menjadi unsur pencemar air yang sangat berbahaya.
Kelebihan unsur organik pupuk maupun nutrisi yang
biasanya digunakan untuk menunjang pertumbuhan tanaman
pada lahan pertanian maupun kebun memiliki mekanisme
alamiah masuk ke dalam aliran air.
Pada awalnya nutrisi ini mendorong pertumbuhan tumbuhan
maupun ganggang dalam air, namun ketika tumbuhan maupun
ganggang ini mati dan tenggelam, mereka mengalami proses
dekomposisi oleh mikroorganisme, dan di dalam proses ini mikro
27
organisme mengkonsumsi banyak oksigen yang tersedia di
dalam air.
Karena itu, tingkat oksigen dalam air menjadi turun ke tingkat
yang membahayakan bagi kebutuhan oksigen binatang-binatang
lainnya seperti ikan. Bahkan kekurangan oksigen ini seringkali
mematikan binatang-binatang tersebut. Proses pengurangan
oksigen ke tingkat yang mematikan ini disebut dengan
eutrophication.
28
2.6.2 Tanah Longsor
Selain banjir, bencana lain yang juga bisa melanda akibat
adanya pencemaran air adalah tanah longsor. Tentu bencana
tanah longsor sangat merugikan masyarakat karena bisa
menyebabkan kerugian materi dan bahkan korban jiwa.
29
termasuk manusia. Hal ini juga menjadi salah satu dampak
negatif pencemaran air.
2.6.8 Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan akibat
transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan dan material
lain. Adanya pencemaran air juga bisa menyebabkan terjadinya
erosi.
30