Banyak pihak berpendapat bahwa rumah sakit dapat dianggap sebagai perusahaan. Beberapa tahun lalu sejumlah rumah sakit, yaitu milik pemerintah pusat, berstatus perusahaan jawatan (perjan) denga terbitnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2001 tentang badan Usaha Milik Negara, rumah sakit-rumah sakit tersebut harus memilih apakah akan menjadi perusahaan umum (perum) atau perseroan. Kecenderungan ini menimbulkan berbagai keragu-raguan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam setiap pengambilan keputusannya. Guru Besar dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Indonesia , Hasbullah Thabrany, menyatakan : “Pada Nomor 15 Tahun 2004 merupakan kebijakan yang melanggar konstitusi dan undang-undang yang lebih tinggi, tidak sejalan dengan filsafah dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, serta merupakan suatu anomaly kebijakan publik…swastanisasi RSUD adalah jalan bagi memperdayakan masyarakat. Yaitu memungkinkan timbulnya moral hazard atau abuse, di mana keputusan dokter tidak didasari kepentingan pasien sebagaimana sumpah dokter, tetapi kepentingan bisnis”. (Thabrany, H, n.d). sementara itu M. Ahmad Djojosugito menyatakan : “Industri rumah sakit sebagai institusi social-ekonomis (bahkan sebagai institusi bisnis) sedang berada dalam fase pertumbuhan”. (Djojosugito, M. A. 2001 dalam Hartono, 2010). Rumah sakit memang tidak boleh dipandang sebagai suatu intitas yang terpisah dan beridir sendiri dalam system kesehatan.Rumah sakit adalah bagian dari kesehatan, dan perannya adalah mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui penyedia fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan.Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO), “Rumah Sakit harus terintegrasi dalam system kesehatan di mana ia berada. Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut “(WHO Hospital Advisory Group Meeting, 1994 dalam Hartono, 2010). Pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan rumah sakit, memang persoalan yang “tidak secara tegas dinyatakan” sebagai persoalan ekonomi.Kesehatan dianggap sesuatu yang “khusus”. Hubungan antara dokter dan pasien misalnya, tidak sama dengan hubungan antara penjual sepeda motor dengan pembelinya. Namun demikian, beberapa ahli menyatakan bahwa jasa atau pelayanan kesehatan, meskipun berbeda dibanding ekonomi lain, dapat diperlakukan menggunakan perangkat analisis ekonomi neoklasik. Tetapi perlu disadari, apa pun status rumah sakit, diwajibkan oleh pemerintah untuk menyediakan sebagian pelayanan bagi masyarakat miskin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Pemasaran rumah sakit ? 2. Apa saja yang menjadi Langkah-langkah dari manajemen pemasaran ? 3. Apa saja yang menjadi masalah dari manajemen pemasaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada mahasiswa, dan melalui makalah ini kita bisa mengetahui pengertian dari manajemen pemasaran , langkah-langkah, serta masalah dari manajemen pemasaran yang terjadi.