Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SEMENTARA PROSES PRODUKSI

ALAT PELINDUNG DIRI DAN K3

KELOMPOK 3 :

ASHAR 1809035030
MUFID MAS’UD 1809035033
NOVA WIDIASTUTI 1809035036
REGA YUNI AIRLANGGA 1809035047
SAGA HAMTIA PASYA 1809035048
LAUW ERRIN LAURENTINE 1809035049

LABORATORIUM REKAYASA MESIN & WORKSHOP


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi dan era industri 4.0 sekarang, perkembangan zaman sudah sangat
berkembang jauh meningkat dari sebelumnya mulai dari teknologi maupun dalam
bidang lainnya. Di Indonesia sendiri pada era industri 4.0 sekarang sudah banyak
bermunculan berbagai macam perindustrian dari segala bidang. Dengan berkembangnya
banyak bidang pada zaman ini khusunya pada bidang teknologi, maka sudah mulai
bermunculan berbagai benda maupun alat-alat pada perindustrian yang berperan dalam
proses produksi yang dahulu banyak dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia, sudah mulai ditinggalkan dan berganti dengan banyak mesin maupun
alat lainnya yang lebih canggih dan dinilai dapat bekerja lebih efektif dan efisien
dibandingkan dengan dilakukan secara manual.

Berbagai macam alat dan mesin ini tidak bisa digunakan sembarang melainkan perlu
pemahaman dan pembelajaran sebelumnya agar bisa digunakan dengan benar dan tepat
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja dari proses produksi
sendiri. Dalam proses produksi sendiri, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti berbagai Alat Pelindung Diri standar yang wajib digunakan untuk mengurangi
resiko terjadinya hal-hal yang dapat membahayakan.

Dalam proses produksi sudah pasti terdapat bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi
seperti contohnya bahaya lingkungan kerja mulai dari fisik, kimiawi maupun pada
biologis. Sehingga berbagai cara perlu dilakukan dan dipahami untuk menanggulangi
bahaya-bahaya tersebut seperti oenggunaan APD pada saat melakukan proses produksi
sesuai dengan syarat dan peraturan yang berlaku.

Oleh karena itu, pada praktikum proses produksi kali ini akan memahami dan
mempelajari lebih dalam tentang berbagai hal-hal yang menyangkut tentang
keselamatan kerja seperti berbagai macam alat pelindung diri yang harus diterapkan dan
berbagai hal-hal pentinhg lainnya yang berpengaruh penting dalam proses produksi.

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Alat Pelindung Diri,
2. Untuk mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang Alat Pelindung Diri,
3. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri, dan
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Alat Pelindung Diri
5. Untuk mengetahui dasar-dasar K3

1.3 Manfaat Praktikum

Berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui pengertian tentang Alat Pelingdung Diri,
2. Praktikan dapat mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang Alat Pelindung
Diri,
3. Praktikan dapat mengetahui syarat-syarat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri,
4. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis dari Alat Pelindung Diri, dan
5. Praktikan dapat mengetahui dasar-dasar K3
BAB II
ALAT PELINDUNG DIRI DAN K3

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja
untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (Novianto, 2015).

2.1.1 Dasar Hukum yang Mengatur Alat Pelindung Diri

Peraturan perundang-undangan yang mengatur penggunaan APD salah satunya adalah


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01/Men/1981,disebutkan
dalam pasal 4 ayat 3, bahwa “pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua
alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya untuk mencegah penyakit akibat kerja” (Novianto, 2015).

Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja peraturan tentang
alat pelindung diri terdapat pada:
Pasal 9 ayat 1 dan 2 yang berbunyi
1.Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(Ramdan, 2011).
2.1.2 Syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Program penggunaan alat pelindung diri seringkali menemui hambatan pada tenaga
kerja pemakainya. Penggunaan alat pelindung diri tidak maksimal karena beberapa
sebab diantaranya: timbul rasa ketidaknyamanan dari pemakainya, membatasi gerakan-
gerakan, dan persepsi sensori pemakainya. Untuk itu dalam merancang program
pengadaan APD perlu memperhatikan beberapa ketentuan diantaranya:
1. Memberikan perlindungan spesifik yang adekuat
2. Berat seringan mungkin, tidak menimbulkan ketidaknyamanan yang berlebihan
3. Dapat dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya cukup menarik
5. Tidak mudah rusak
6. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
7. Harus memenuhi ketentuan standar yang berlaku baik nasional maupun
internasional
8. Tidak terlalu membatasi gerakan dan persepsi sensori pemakainya
9. Suku cadangnya mudah diperoleh sehingga pemeliharaannya dapat dilakukan
dengan mudah
(Ramdan, 2011).

2.1.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

Secara garis besar alat pelindung diri terdiri dari 1) Pakaian pelindung yaitu: pakaian
kerja (apron), sepatu/boot dan sarung tangan dan 2) alat pelindung yaitu: earplug dan
earmuff, respirator, helmet, pakaian anti terbakar, kacamata pengaman, googles dan
tameng pengelas (Ramdan, 2011).

2.1.4 Alat Pelindung Diri Segmen Tubuh Bagian Atas

Bagian- bagian atas tubuh yang perlu dilindungi diantaranya adalah muka, mata, kepala,
telinga, dan pernapasan. Oleh karena itu, diperlukan APD untuk masing-masing bagian
tersebut:
1. Alat pelindung kepala
Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan,
atau cedera kepala akibat kejatuhan benda keras. Alat ini juga bisa melindungi kepala
dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia, ataupun suhu yang ekstrem. Alat
pelindung kepala terdiri dari (1)Safety helmet (hard hat), untuk melindungi dari benda
tajam/keras; (2) Hood, untuk melindungi dari bahan kimia korosif, api, panas radiasi
tinggi; dan (3) Hair cap (hair guard), untuk melindungi rambut dari bahaya terjerat atau
debu.

Gambar 2.1 Helm safety

2. Alat pelindung mata dan muka


Alat pelindung ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia
berbahaya, gas dan partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil,
panas, atau uap. Alat pelindung diri yang menutup wajah dan mata juga penting
digunakan untuk mengurangi risiko munculnya gangguan kesehatan atau cedera
akibat paparan radiasi, pancaran cahaya, dan benturan atau pukulan benda keras atau
tajam. Alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata (spectacles), tameng muka
(face shield/face screen), dan goggles (tipe box dan cup) yang dilengkapi dengan bahan
hidrofil atau lubang ventilasi.
3. Alat pelindung pernapasan
Alat pelindung pernapasan terdiri dari respirator sekali pakai, respirator setengah
masker. respirator seluruh muka, respirator berdaya, dan respirator topeng muka
berdaya. Fungsi alat tersebut adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih atau menyaring paparan zat atau benda berbahaya, seperti
mikroorganisme (virus, bakteri, dan jamur), debu, kabut, uap, asap, dan gas kimia
tertentu, agar tidak terhirup dan masuk ke dalam tubuh.

Gambar 2.2 Respirator

4. Alat pelindung telinga


Penutup telinga sebagai alat pelindung telinga ini terdiri dari sumbat telinga (ear plug)
atau penutup telinga (ear muff) yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan
(polusi suara) atau tekanan udara. (Ramdan, 2011).

Gambar 2.3 Ear plug

2.1.5 Alat Pelindung Diri Segmen Tubuh Bagian Tengah

-Pakaian pelindung (protective clothing)


Pemakaian pakaian pelindung ini bertujuan agar seliuruh tubuh tenaga kerja terlindungi
dan tidak terpapar bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, spill, dan extreme
climate conditions. Bentuknya adalah apron yang menutupi seluruh bagian tubuh dan
sarung tangan. Pakaian pelindung terbuat dari kain drill, kulit, PVC, karet atau asbes
(Ramdan, 2011).

Gambar 2.4 Sarung tangan

2.1.6 Alat Pelindung Diri Segmen Tubuh Bagian Bawah

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat,
tertusuk benda tajam, percikan larutan asam/alkali korosif dan cairan panas. Bentuknya
adalah sepatu keselamatan kerja (safety shoes) (Ramdan, 2011).

Gambar 2.5 Safety shoes

2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Secara hakiki kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan upaya atau pemikiran serta
penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja (Kuswana, 2014).

Berdasarkan pengertian umum, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) telah banyak
diketahui sebagai salah satu persyaratan dalam melaksanakan tugas, dan suatu bentuk
faktor hak asasi setiap pekerja. Perhatian inti terhadap K3 mencakup hal-hal berikut ini.
1. Penerapan prinsip-prinsip sains (application of scientific principles).
2. Pemahaman pola risiko (understanding the nature of risk).
3. Ruang lingkup ilmu K3 cukup luas baik di dalam maupun di luar industri
4. K3 merupakan multidisplin profesi
5. Ilmu-ilmu dasar yang terlibat dalam keilmuan K3 adalah fisik, kimia, biologi, dan
ilmu-ilmu perilaku.
6. Area garapan: industri, transportasi, penyimpanan dan pengelolaan material,
domestik, dan kegiatan lainnya seperti rekreasi
(Kuswana, 2014).

Dipandang dari aspek keilmuan, K3 merupakan suatu ilmu pengetahuan dan


penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
dan penyakit akibat kerja.
a. Kesehatan Kerja (health). adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari
gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan
lingkungannya.
b. Keselamatan kerja (safety), adalah suatu keadaan yang aman dan selamat dari
penderitaan dan kerusakan serta kerugian tempat kerja, baik pada saat memakai
alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, teknik pengepakan,
penyimpanan, maupun menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja
(Kuswana, 2014).

Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan keselamatan kerja atau


Occupational Safety and Health adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi
semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis
pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan,
melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang
dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan
kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk
menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya. Definisi K3 yang disampaikan oleh ILO berbeda dengan yang disampaikan
oleh Occupational Safety Health Administrasi (OSHA). Pengertian K3 menurut OSHA
adalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan
keselamatan kerja merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri atas fisika, kimia, biologi
dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur, transportasi, penanganan material
bahaya (Sujoso, 2012).

2.2.1 Dasar Hukum yang Mengatur K3

Berikut disajikan peraturan perundangan bidang K3 sesuai hierarki


1. Undang-undang
a. Undang-Undang UAP Tahun 1930
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Menegnai Tenaga Kerja
c. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun1973 Tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan Dan
Pengawasan Keselamatan Kerj Adi Bidang Pertambangan
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatn Kerja
Terhadap Radiasi
3. Peraturan Menteri
a. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan.
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Koperasi Nomor Per-
03/Men.1978 Tentang Persyaratan Penunjukan Dan Wewenang Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja Dan Ahli Keselamatan Kerja
(Ramdan, 2011).

2.2.2 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3

Jenis potensi bahaya (hazard), adalah sebagai berikut.


1. Bahaya fisik
Bahaya fisik, adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar tempat kerja
pada satu waktu tertentu. Hal itu, termasuk kondisi tidak aman yang dapat
menyebabkan cedera, penyakit, dan kematian. Bahaya fisik sering dikaitkan dengan
sumber energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik, pneumatik, dan hidrolik.
Contoh bahaya fisik adalah:
a. Busur api
b. Paparan peralatan listrik terjaga tanpa terlindungi
c. Bekerja dengan peralatan tegangan tinggi
d. Paparan medan elektromagnetik
e. Sambungan kabel yang salah
f. Kondisi permukaan lantai longgar
g. Kondisi permukaan lantai basah atau licin
h. Penyimpanan benda di lantai sembarangan
2. Bahaya kimia
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek, dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia dapat dipecah untuk memasukkan
paparan, uap, gas, kabut, debu, dan asap. Contoh bahan kimia yang mencakup paparan:
a. Reaksi kimia
b. Proses produksi kimia
c. Reaksi kimia terhadap produk bahan kimia
d. Penyimpanana bahan kimia
e. Zat yang mudah terbakar
f. Zat karsinogenik
g. Zat mutagenik
h. Zat teratogenik
3. Bahaya biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme yang
mungkin menimbulkan ancaman bagi manusia, diantaranya:
a. Darah atau cairan tubuh lain atau jaringan
b. Kotoran manusia
c. Antraks
d. Jamur
e. Bakteri dan virus
f. Tanaman beracun
4. Bahaya ergonomi
Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi kerja
meletakkkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit diiidentifikasi secara langsung
karena kita tidak terlalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya ini
saat melakukan. Bahaya ergonomi meliputi:
a. Redup
b. Sering mengangkat
c. Postur tubuh yang kurang memadai
d. Tenaga kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja
e. Dll
5. Bahaya psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau gangguan.
Contoh bahaya psikologis meliputi:
a. Kekerasan di tempat kerja
b. Kecepatan kerja
c. Bekerja sendiri
d. Kelebihan beban kerja/kekurangan beban kerja
e. Fobia pekerja
f. Kepemimpinan yang kurang baik
g. Dll
(Kuswana, 2014)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Studi

Praktikum Proses Produksi dilaksanakan mulai dari tanggal 28 Oktober 2019 pada
pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WITA dan praktikum proses produksi ini dilakukan
bertempat di Workshop Proses Produksi Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Diagram Alir Kegiatan

Praktikum proses produksi memiliki tahapan-tahapan yang dilakukan. Tahapan tersebut


dapat digambarkan melalui diagram alir dimana diagram tersebut menunjukkan aliran
proses masing-masing. Diagram Alir Pratikum APD dan K3 dapat dilihat seperti pada
Gambar 3.1.

Mulai
Pendahuluan
Pengarahan
\
Alat Pelindung Diri (APD) dan K3
Pelaksanaan
1. APD
praktikum 2. Penjelasan fungsi dan pentingnya APD
3. Jenis-jenis APD
3.1 APD bagian atas
3.1 APD bagian tengah
3.2 APD bagian bawah
4. K3
5. Bahaya dalam K3

Peragaan alat

Gambar 3.1 Diagram alir praktikum


A

Responsi
Tidak
ACC
Laporan Revisi
ACC

Penutup
Laporan Akhir

selesai

Gambar 3.1 Diagram alir praktikum (lanjutan)

3.3 Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan dalam proses pratikum proses produksi yaitu praktikum alat
pelindung diri, praktikum alat kerja bangku dan alat ukur, praktikum permesinan,
praktikum pengelasan dan pembuatan produk ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.3.1 Praktikum Alat Pelindung Diri


Dalam praktikum ini terdapat berbagai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
pengenalan APD, hingga praktikan dapat mengetahui tentang pengertian APD dan alat
pelindung apa saja yang dipakai dalam praktikum kerja bangku, permesinan dan
pengelasan, antara lain sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Membaca berbagai macam referensi tentang APD serta fungsi dan kegunaannya.
Agar menambah pemahaman praktikan tentang APD yang akan digunakan dalam
praktikum hingga APD yang digunakan dalam dunia kerja.
2. Responsi
Setelah kita mengumpulkan tugas pendahuluan, maka kita akan mendapatkan tugas
resposi. Tugas resposi ini berguna untuk mengingat kembali apa yang telah
dipelajari oleh praktikan dan mengetahui kesiapan praktikan dalam menghadapi
praktikum APD.

3. Pengarahan Praktikum
Dalam tahap ini asissten akan menjelaskan tentang APD serta fungsinya dalam
kegiatan praktikum.
4. Pengenalan APD
Setelah kita mendapatkan pengarahan praktikum langsung dari asisten
laboraturium, kemudian dilanjutkan oleh pengenalan APD. Dimana kita
ditunjukkan jenis-jenis alat APD berserta kegunaannya masing-masing.
5. Peragaan APD
Agar lebih memperjelas fungsi APD, maka dilakukan praktek pemasangan APD
pada salah satu praktikan sebagai medianya. Hal ini dilakukan agar praktikan dapat
menggetahui memahami cara pemakaian APD yang baik dan benar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum proses produksi yang telah di lakukan maka diperoleh


kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya
2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur penggunaan APD salah
satunya adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
01/Men/1981,disebutkan dalam pasal 4 ayat 3
3. Syarat APD yang baik adalah tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan dari
pemakainya, membatasi gerakan-gerakan, dan persepsi sensori pemakainya.
4. Secara garis besar alat pelindung diri terdiri dari 1) Pakaian pelindung yaitu:
pakaian kerja (apron), sepatu/boot dan sarung tangan dan 2) alat pelindung
yaitu: earplug dan earmuff, respirator, helmet, pakaian anti terbakar,
kacamata pengaman, googles dan tameng pengelas
5. kesehatan keselamatan kerja atau Occupational Safety and Health adalah
meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah
terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi
pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang
dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di
lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja
dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan
setiap orang dengan tugasnya.
5.2 Saran

Terdapat beberapa saran pada kegiatan praktikum proses produksi kali ini yaitu
adalah sebagai berikut:
1. Pada saat praktikum sebaiknya praktikan maupun asisten lab menggunakan
Alat Pelindung Diri sesuai dengan standar dan peraturan yang telah dibuat
dan disepakati sebelumnya.
2. Sebaiknya alat pelindung diri yang digunakan harus di pantau secara rutin
agar tetap berfungsi secara baik dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Kuswana, Wowo S. 2014. Ergonomi. Bandung: PT. REMAJA NUSANTRA.

Novianto, N.D. 2015. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerja
Pengecoran Logam PT. Sinar Semesta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1) , 1 – 2.

Ramdan, Iwan M. 2011. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Samrinda:


FKM UNMUL.

Sujoso, A.D.P. 2012. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jember: UPT
Penerbitan UNEJ.

Sumolang, E. F. 2019. Modul Praktikum Kerja Bangku, Pipa, dan Pelat. Manado:
Politeknik Negeri Manado

Pattiasina, N.H. 2017. Pelatihan Sheet Metal Pembuatan Oven Guna Peningkatan
Usaha Mikro Skala Industry Rumahtangga Di Desa Rumahtiga. Jurnal Simetrik,
7(2), 2-4.

Anda mungkin juga menyukai