Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“BRONCHOPNEUMONIA”
PADA AN. J RUANGAN NURI RSUD SORONG
A. Tinjauan teori
1. Defenisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Ngastiyah & Suzanne, 2002).
Bronchopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur, bakteri, virus dan benda asing (Ngastiyah, 2005)
Bronchopneumonia berasal dari bahasa broncus dan pneumonia berarti peradangan
pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan/bronkus (Arief Mansjoer, 2000)

2. Anatomi dan fisiologi


A. Anatomi
a. Saluran nafas bagian atas terdiri dari :
1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara para analis yang masuk ke dalam
rongga hidung
2) Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai persambungannya
dengan esophagus. Faring terbagi menjadi tiga yaitu naso faring, oro faring dan laringo faring
b. Saluran pernafasan bagian bawah terdiri dari :
1) Trachea yang kurang lebih 9 cm panjangnya
2) Bronchus yang terbentuk dari belahan trachea, mempunyai struktur serupa dengan trachea
yang dilapisi oleh sel yang sama
3) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks atau dada
4) Alveolus

B. Fisiologi
a. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)
Fungsi paru adalah pertukaran O2 dan CO2 pada pernafasan melalui paru / pernafasan
eksternal, O2 dipungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas O2 masuk melalui
trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan erat hubungan dengan daerah di dalam kapiler
pulmonaris.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner eksternal :
1) Ventilasi pulmonari, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar
2) Arus darah melalui paru, darah mengandung O2 masuk keseluruh tubuh, CO2 dari seluruh
Tubuh masuk paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya yang bisa dicapai untuk
semua bagian
4) Difusi gas yang membran alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dari pada O2
b. Pernafasan jaringan (pernafasan internal)
Darah yang menjenuhkan Hb dengan O2 (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan
mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat.
Udara (atmosfer) yang dihirup :
Oksigen : 20%
Karbondioksida : 0-0,4%
Udara yang dihembuskan :
Nitrogen : 79%
Oksigen : 16%
Karbondioksida : 4-0,4%
c. Daya muat paru 4500 ml-5000 ml. Udara diproses dalam paru ( inspirasi dan ekspirasi) hanya
10% kurang lebih 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air). Pada seorang laki-laki
Normal (4-5 L) dan pada seorang perempuan (3-4 L)
d. Pengendalian pernafasan, mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor
utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf
e. Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian
istirahat, pada bayi adakalanya terbalik
Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :
Bayi prematur : 40-90x/m
Neonatus : 30-80x/m
1 tahun : 20-40x/m
f. Kebutuhan tubuh akan O2, oksigen dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada
oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama kurang dari 4 menit dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan
meninggal (Evelyn C. Dearce, 2002)

3. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Timbulnya
bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa mikrobakteri mikoplasma
dan riketsia (Sandra M. Nettina, 2001) antara lain :
1) Bakteri : Streptococcus, staphylococus, h. Influenza, klebsiella
2) Virus : Legionella pneumonia
3) Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat fiora normal yang terjadi pada pasien yang
daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan
karena adanya pneumocystis crania mycoplasma (Smeltzer & Suzanne, 2002)

4. Fatofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, haemophilus influenza atau karena aspirasi makanan
dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
1) Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan 3 hal yaitu :
a.Dilatasi pembuluh darah alveoli
b. Peningkatan suhu
c. Edema antara kapiler dan alveoli
2) Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus mengalami
malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan
caitran dan elektrolit

5. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun
(Bradley et. al, 2001)
6. Mekanisme klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari, suhu tubuh naik mendadak sampai 39-40°C dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah
dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari
mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan
adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut dapat diduga adanya pneumoni. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah
nyaring, halus dan sedang (Ngastiyah, 2006)

7. Klasifikasi
a) Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu : pneumonia lobaris, pneumonia interstital,
Nronchopneumonia
b) Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang dapat dari masyarakat yaitu community
acquired pneumonia (CAP), pneumonia yang didapat dari rumahsakit yaitu hospital-based
pneuminia
c) Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri, pneumonia virus, pneumonia
mikroplasma dan pneumonia jamur
d) Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan pneumonia dipikal
e) Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan pneumonia persisten

8. Penatalaksanaan
1) Oksigen 1-2 L/menit
2) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
3) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transport muskusilier
4) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Bradley et. al, 2001)

9. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a) Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibatnya kurang mobilisasi atau refleks batuk hilang
b) Empyma adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nana dalam rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura
c) Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
d) Endorkarditis yaitu peradangan pada setiap katub endokardial
e) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak (Whaley Wona, 2006)

B. Pengkajian teoritis
1. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produktif sputum
setiap hari terutama pada saat bangun selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap
tahun sedikitnya dua tahun.
Tanda : Lebih memilih posisi 3 titik (tripot) untuk bernafas penggunaan otot bantu pernafasan
misalnya meninggikan bahu, retraksi supra klavikula, melebarkan hidung.
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barel), gerakan
diafragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu keseluruhan.

2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstermitas bawah.
Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia distensi vena
leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit : Membran.
Mukosa : Normal/abu-abu, sianosis perifer, pucat dapat menunjukkan anemia.

3. Makanan/cairan
Gejala : Mual muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emtisema) ketidakmampuan untuk
makan karena distres pernafasan.
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat menyebabkan
hepatomegali.

4. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnue
pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau istirahat.
Tanda : Keletihan, gelisah/insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot.

5. Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Tanda : Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang.

6. Hygine
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

7. Keamanan
Gejala : Riwayat alergi atau snsitif terhadap zat faktor lingkungan adanya infeksi berulang.

C. Askep teori
1. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi trakeaobronkial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum
Tujuan : Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan
jalan nafas
Kriteria hasil : Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak
ada dispenia
Intervensi
a. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnue, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas
adventus, misalnya krekels atau mengi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas
bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi
c. Bantu pasien latihan nafas sering, bantu pasien mempelajari melakukan batuk dan posisi
duduk
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih
kecil
d. Berikan cairan setidaknya 1000 ml/hari (kecuali kontraindikasi), tawarkan air hangat
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk, pembersihan nafas secara mekanik
f. Berikan sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan

2. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli
Tujuan : Menunjukkan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan
kedalaman rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : Partisipasi dalam aktivitas/perilaku peningkatan fungsi paru
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk
penggunaan obat bantu/pelebaran nasal
Raional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnue dan terjadi peningkatan kerja nafas.
Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius seperti krekels atau mengi
Rasional : Bunyi nafas menurun/tidak ada jika jalan nafas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil (atelektasis). Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan nafas
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasien turun dari tempat tidur dan
ambulasi dini
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara
d. Observasi pola batuk dan karakteristik sekret
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi
e. Berikan oksigen tambahan
Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
f. Berikan humidifer tambahan, misalnya nebulizer
Rasional : Memberikan kelembapan pada membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret untuk memudahkan pembersihan
3. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufistensi oksigen
untuk aktivitas hidup sehari-hari
Tujuan : peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kritsria hasil : Tidak ada dispnue, kelemahan berlebihan dan TTV dalam
rentang normal
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnue, peningkatan kelemahan dan
perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : Menetapkan kebutuhan /kemampuan pasien dan memudahkan dalam
pemilihan intervensi
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi, dorong
penggunaan manajemen stres dan pengalihan yang tepat
Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebih
c. Jelaskan penting istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat
Rasional : Pembatasan aktifitas dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan
perbaikan timggi atau tidur di kursi
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/tidur
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur dikursi
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan, berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
Rasional : Menurunkan keletihan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 07 Agustus 2019 No. RM : 116032


Ruang/kelas : Nuri ISO 3 Dx masuk : Bronchopneumonia
Jam : 11.00 WIT

A. Identitas pasien
Nama : An.J
Tanggal lahir : 10 januari 2017 (3 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 05 Agustus 2019
Alamat : Doom
Diagosa medis : Bronchopneumonia

Nama ayah : Tn. Samuel


Nama ibu : Ny. Clara
Pekerjaan ayah : Nelayan
Pekerjaan ibu : PNS
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : DIII
Agama : Kriaten protestan
Suku/bangsa : Biak
Alamat : Doom

Keluhan utama : Demam


Keluhan menyertai : Batuk
Riwayat keluhan : Pasien sudah demam kurang lebih 3 hari yang lalu di rumah dan disertai
dengan batuk yang tidak kunjung membaik, lalu ibu pasien membawa
pasien ke rumahsakit
B. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
keluarga seperti asma, TBC, DM, hipertensi dan lain-
lain
C. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
1. Selera makan : Pasien makan dengan baik
2. Menu makan : Menu makan pasien seperti nasi, ikan, telur dan sayur yang diberi oleh
rumahsakit
3. Frekuensi makan : 3 x sehari
4. Makanan pantangan: Pasien tidak ada pantangan makanan jenis apapun
5. Cara makan : Pasien makan dengan bantuan ibu pasien
b. Cairan
1. Jenis minuman : Air putih dan susu formula
2. Frekuensi minum : 3-4 gelas/hari
c. Eliminasi BAB/BAK
BAB
1. Tempat pembuangan : Pasien menggunakan pampers
2. Frekuensi : 1 x sehari
3. Konsistensi : Padat
4. Kesulitan : Tidak ada kesulitan dalam BAB
5. Obat pencahar : Pasien tidak menggunakan obat pencahar
BAK
1. Tempat pembuangan : Pasien menggunakan pampers
2. Frekuensi : 3-4 x/hari
3. Warna : Kuning pucat
4. Kesulitan : Tidak ada kesulitan dalam BAK

D. Istirahat tidur
1. Jam tidur : Siang, 1-2 Jam
Malam, 8-9 Jam
2. Kebiasaan sebelum tidur : Minum susu
3. Kesulitan tidur : Pasien tidak ada kesulitan dalam tidur

E. Personal hygine
1. Mandi
Cara : Ibu melap badan pasien
Frekuensi : 2 x sehari
2. Cuci rambut
Frekuensi : Tidak pernah selama di rumahsakit
3. Gunting kuku
Frekuensi : Tidak pernah selama di rumahsakit
4. Gosok gigi
Frekuensi : Tidak pernah selama di rumahsakit

F. Aktivitas mobilisasi fisik


1. Kegiatan sehari-hari : Tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh pasien
2. Penggunaan alat bantu : Pasien tidak menggunkan alat bantu
3. Kesulitan pergerakan : Pasien kesulitan dalam berjalan karena terpasang infus di kaki
sebelah kiri

G. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien : Pasien terlihat lemas
b. Tanda-tanda vital :S : 38’5°C RR : 34 x/m
HR : 120 x/m TD :-
c. Sistem pernafasan
Hidung : Simetris, Pernafasan : Adanya gangguan. Polip : Tidak dijumpain polip
Leher : Tidak adanya pembesaran kelenjar
Dada : Bentuk dada simetris, Gerakan dada : Adanya retraksi dada
Suara nafas : Vesikuler
d. Sistem kardiovaskuler
Conjuctiva : Tampak pucat Arteri carotis : Teraba kuat
Ukuran jantung : S1, S2 tunggal
Irama jantung : Lub dub lub dub
e. Sistem pencernaan : Tidak ada gangguan pada sistem pencernaan
Sklera : Tidak adanya ikteris
Bibir : Tampak kering
Kemampuan menelan : Baik, tidak adanya gangguan
Gaster : Tidak adanya gembung dan nyeri
Abdomen : Simetris
Anus : Tidak adanya kelainan
f. Sistem indera
1. Mata
Kelopak mata : Tampak normal tidak adanya kelainan
2. Hidung
Penciuman : Tidak adanya gangguan, Tampak adanya sekret
3. Telinga
Keadaan telinga : Tidak adanya kelainan
g. Keadaan motorik : Tonus otot bernilai 4
h. Sistem integumen
Rambut : Berwarna hitam, tampak sedikit kotor
Kulit : Kemerahan, akral teraba hangat
Kuku : Tampak sedikit kotor

H. Data penunjang
WBC : 14.2 ˣ10³/µL
RBC : 4.81 ˣ10³/µL
HGB : 11.6 g/dl
HCT : 35.0 %
MCV : -72.8 fl
MCH : -24.1 pg
MCHC : 37.1 g/dl
PLT : AG 236 ˣ10³/µL
ANALISA DATA

No Data fokus Problem Etiologi


1. DS : Ibu pasien mengatakan pasien Gangguan jalan nafas tidak Eksudat padat jalan nafas
Batuk kurang lebih 3 hari yang lalu efektif
DO : Pasien tampak lemah, tampak sekresi
pada hidung, irama nafas cepat, adanya
retraksi dada
RR : 34 x/m

2. DS : Ibu klien mengatakan klien demam sejak Hipertermia Proses penyakit akibat
Kurang lebih 3 hari yang lalu bakteri staphylococcus
DO : Akral teraba hangat
S : 38.5°C

Diagnosa keperawatan prioritas


1. Gangguan jalan nafas tidak efektif b/d eksudat pada jalan nafas d/d
DS : Ibu pasien mengatakan pasien batuk kurang lebih 3 hari yang lalu
DO : 1. Pasien tampak lemah
2. Tampak sekresi pada hidung
3. Irama nafas cepat
4. Adanya retraksi dada
2. Hipertermia b/d proses penyakit bakteri sthapylococcus d/d
DS : Ibu pasien mengatakan pasien demam kurang lebih 3 hari yang lalu
DO : 1. Akral teraba hangat
2. Suhu badan 38.5°C

Anda mungkin juga menyukai