Anda di halaman 1dari 4

Keahlian Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Hakikat Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) atau berpikir

tingkat tinggi dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda. Resnick (1987: 44) mengemukakan
bahwa HOTS sulit untuk didefinisikan, tetapi mudah dikenali melalui ciri-cirinya. Lebih lanjut, Resnick
(1987: 3) mengungkapkan beberapa ciri-ciri dari HOTS yaitu: (a) non-algoritmik, artinya langkah-langkah
tindakan yang tidak dapat sepenuhnya ditentukan di awal; (B) kompleks, berarti langkah-langkah tidak
dapat dilihat / ditebak secara langsung dari sudut pandang tertentu; (c) menghasilkan banyak solusi; (d)
Menarik perbedaan pendapat dan interpretasi; (e) berpartisipasi dalam kriteria jamak;
(mempertimbangkan) (g) menuntut kemadirian dalam proses berfikir; (h) melibatkan pemaknaan yang
mengesankan, dan (i) Meminta kerja keras (upaya). Berbagai karakteristik atau ciri-ciri ini dapat
didentifikasi dalam konteks pembelajaran yang memerlukan berbagai proses berfikir (berpikir proses
level) Beberapa pendapat ahli terkait pengertian HOTS antara lain dikemukakan oleh Thomas & Thorne
(2009) yang menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi merupakan pemikiran pada tingkat yang lebih
tinggi dari pada yang diperdebatkan, membantah, atau memperbincangkan apa yang didengar untuk
orang lain, Lebih laniut Thomas & Thorne (2009) menvatakan

berpikir (thinking process level) Beberapa pendapat ahli terkait pengertian HOTS antara lain
dikemukakan oleh Thomas&Thorne (2009) yang menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi adalah
berpikir pada level yang lebih tinggi dari pada sekedar mengingat fakta atau menceritakan kembali
sesuatu yang didengar kepada orang lain. Lebih lanjut Thomas &Thorne (2009) menyatakan bahwa
berpikir tingkat tinggi menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu terhadap menghubungkannya
dengan fakta dan konsep lain, mengkategorikan, memanipulasi, menempatkan fakta secara bersama-
sama dalam cara-cara baru, dan menerapkannya dalam mencari solusi dari masalah. Senada dengan
pendapat tersebut, Lewis&Smith (1993) menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi terjadi ketika
seseorang memperoleh informasi baru dan disimpan dalam memori dan mengaitkan dan atau menata
ulang dan memperluas informasi tersebut untuk mencapai tujuan atau menemukan kemungkinan
jawaban dalam kondisi yang membingungkan Dari pendapat kedua ahli tersebut secara ringkas dapat
disimpulkan bahwa HOTS menuntut adanya proses berpikir yang lebih kompleks dalam menghadapi
situasi atau memecahkan suatu masalah Mengingat tidak ada definisi pasti mengenai HOTS, sebagian
ahli mengaitkan HOTS dengan berbagai keterampilan berpikir yang dapat fakta, yaitu memahaminya,
menyimpulkannya,

dilakukan oleh setiap individu. Keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat dikategorikan sebagai
HOTS oleh para ahli mengenai keterampilan berpikir kritis dan kreatif (Conklin, 2012 14 Presseisen, 1985:
46, Krulik & Rudnick, 1999: 138; King, Goodson, & Rohani, 2010: 1) , pemecahan masalah (Presseisen,
1985: 46; Brookhart 2010: 3), berpikir logis, reflektf, dan metakognitif (King, Goodson, & Rohani, 20101),
dan memulai keputusan (Presseisen, 1985: 46) asing dalam proses pembelajaran, bahkan harus menjadi
sasaran dan bagian dari tujuan pembelajaran disetiap mata pelajaran. Terkait dengan tujuan
pembelajaran, dalam dunia pendidikan hal ini lebih disukai bagi taksonomi tujuan pembelajaran. Salah
satu taksonomi yang paling terkenal yaitu taksonomi Bloom yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956 (Bloom, 1956). Jika berhubungan dengan proses kognitif dalam taksonomi Bloom ini,
istilah HOTS sering dikontraskan dengan istilah LOTS (Keterampilan Berpikir Tingkat Rendah) Proses
analisis kognitif (analisis), sintesis (sintesis), dan evaluasi (evaluasi) dikategorikan sebagai HOTS,
sedangkan pengetahuan (pengetahuan) cari (Pemahaman), dan aplikasi (aplikasi) dikategorikan sebagai
LOTS (Fisher, 2010 375). Masih terkait pengkategorian HOTS dan LOTS dalam taksonomi Bloom,
pendapat berbeda dikemukakan oleh Thompson (2008 3) yang mengkategorikan analisis, sintesis, dan
penilaian sebagai HOTS, analisis dan evaluasi sebagai LOTS, aplikasi masuk kategon HOTS atau LOTS
Setelah taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001), dimana tujuan pembelajaran
dibagi menjadi dua dimensi proses kognitif dan pengetahuan, maka HOTS dalam taksonomu Mekar perlu
dilakukan sebagaimana dimaksud dengan taksonomi Bloom revisi yang dikemukakan oleh Anderson &
Krathwohl (2001), pada dinmensi

Menganalisis (menganalisis) Menganalisis memerlukan kemampuan untuk memecah setiap hubungan


menjadi bagian-bagian dan menentukan bagian-bagian yang terkait dengan yang lain atau bagian
tersebut dengan keseluruhannya (Anderson & Krathwohl, 2001). Analisis prioritas pada kemampuan
merinci sesuatu yang tidak penting menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut.
Pada tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi
atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk membahas pola atau
memperbaikinya dan mampu memfasilitasi serta menentukan faktor-faktor yang menyebabkan
pengembangan yang bermanfaat

Mengevaluasi sebagai kemampuan melakukan penilaian berdasar pada kriteria dan standar tertentu
(Anderson & Krathwohl, 2001). Penilaian mengenai kemampuan untuk menyusun suatu pendapat
tentang pertanggungjawaban pendapat yang berdasar pada penilaian- tertentu Adanya kemampuan ini
dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu Kategori memeriksa terdiri dari memeriksa
(memeriksa) dan mengkritisi atau beberapa hal, bersamar dengan

Mencipta (membuat) Menciptakan definisi sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang
yang baru dari sesuatu peristiwa (Anderson & Krathwohl, 2001). Menciptakan juga dapat mengatur
beberapa elemen dalam satu kesatuan yang lengkap sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang
koheren atau fungsional. Siswa-siswa yang mampu mencipta jika dapat membuat produk baru dengan
merombak beberapa elemen atau bagian atas bentuk atau stuktur yang belum pernah dibahas oleh guru
sebelumnya. Proses belajar sebelumnya dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya. Meskipun
mencipta kreatif yang bebas sama sekali membuat orang lain kesulitan untuk melakukan atau
memahaminya. Proses mencipta dapat dipecah menjadi tiga fase, yaitu merumuskan / membuat
hipotesis (menghasilkan), menyusun (merencanakan), dan memproduksi (memproduksi) (Anderson &
Krathwohl, 2001). Merumuskan atau membuat hipotesis, Merumuskan proses dan membuat pilihan
yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu Kali, cara mengevaluasi masalah dengan menunjukkan
bagaimana solusi-solusinya, dan merumuskan ulang atau menguraikan berpkir kreatif, serta mencipta
Sepenuhnya Pengetahuan Faktual telah diajukan sebelumnya bahwa pengetahuan faktual tidak masuk
dalam HOTS. Tingkat faktual merupakan tingkat paling rendah pada dimensi pengetahuan dalam
taksonomi Bloom revisi, sedangkan pada tingkat dalam pengetahuan hanya meliputi elemen dasar yang
harus diperuntukkan siswa kompilasi akan mendisiplinkan disiplin imu (Anderson & Krathwohl, 2001)
(resolusi), label, lambang, notasi, atau simbol, baik verbal maupun nonverbal Hal inilah yang menjadi
alasan mengapa pengetahuan faktual tidak dapat menjadi bagian dari HOTS, karena pengetahuan pada
tingkat ini tidak mendukung proses perpindahan yang lebih rumit (seperti menganalisis, mengevaluas ,
mencipta) dan hanya bersdfat hafalan dan merupakan hasil kesepakatan yang tidak dapat dieksplorasi
lebih lanjut

lebih lanjut Pengetahnan Tingkat Konseptual yang lebih tinggi dari pengetahuan faktual yaitu
pengetahuan konseptual Pengetahuan konseptual pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, dan
hubungan antara dua atau lebih katgeori atas klasifikasi pengetahuan yang kompleks dan tertata
(Anderson & Krathwohl, 2001). Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga sub jenis, yaitu pengetahuan
tentang klasifikasi dan kategori; pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; dan pengetahuan
tentang teori, model, dan struktur Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lampiran kategori, kelas,
divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin ilmu. Pengetahuan ini diperlukan

Fenomena Pengetabuan Tingkat Prosedural. Pengetahuan prosedural ditandai dengan pertanyaan


"bapaimana" sehingga dapat diminta tentang apa yang dimaksud dengan proses beragam (Anderson &
Krathwohl, 2001). Pengetahuan prosedural menambahkan pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu menggunakan algoritma tertentu, mempraktikkan metode-metode menyelesaikan masalah, dan
memilih prosedur yang tepat berdasarkan rajutan-kriteria tertentu. Kata kunci dalam pengetahuan
prosedural yaitu algoritmnik, yaitu menggunakan proses atau langkah-langkah tertentu dalam
menyelesaikan suatu masalah atau mengkaji fenomena dalam disiplin ilmu tertentu. Salah satu contoh
dari pengetahuan prosedural. untuk Pengetahuan Metakognitif Tingkat tertinggi dari dimensi
pengetahuan yaitu pengetahuan metakognitif. Istilah metakognitif memiliki sebatas kognitif atau
berpikir saja, tetapi satu tingkat lebih tinggi dari berpikir atau biasa disebut dengan berpikir tentang
berpikir yang berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Dari sinu dapat dimengerti bahwa metakognitif
adalah sebuah kemampuan manusia untuk mengendalikan atau menggerakkan pikiran, jika diterapkan
dalam dunia pendidikan bahasa aplikasinya metakognitif merupakan kemampuan peserta didik atau
siswa dalam pengawasan (perbincangan), perubahan yang dilakukan juga dapat membantu mencari
makna tidak hanya

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Matematika Dalam dunia pendidikan, ada dua
alasan yang sangat sederhana. HOTS itu penting, pertama siswa harus sukses (berprestasi) di sekolah dan
kedua siswa akan tumbuh menjadi orang dewasa yang memberikan manfaat positif kepada masyarakat
(Conklin, 2012: 17). Oleh karena itu, HOTS harus dibor melalui proses pembelajaran di sekolah dan
diharapkan menjadi bekal bagi siswa untuk berkontribusi dalam kehidupan sosial Pertanyaan yang
muncul sekarang adalah apakah HOTS

berkontribusi terhadap prestasi akademik? Pertanyaan ini telah terjawab dari hasil penelitian Stanley
Pogrow (Conklin, 2012 17), seorang pencipta kurikulum yang mendukung HOTS. Lebih dari 25 tahun
yang lalu, Pogrow memulai programnya untuk siswa yang berasal dari kalangan kurang mampu. Tujuan
dari kurikulum berbasis HOTS yang dibuat oleh Pogrow adalah untuk meningkatkan nilai tes dan prestasi
akademik dengan meningkatkan kemampuan sosialisasi dan kemampuan berpikir. Saat berjalan, 2.600
sekolah dengan sekitar setengah juta siswa menjalankan programnya. Sekolah-sekolah ini menggunakan
berbagai tes standar sehingga program tidak dapat disesuaikan untuk setiap tes tertentu, Hasil
selanjutnya menunjukkan nilai siswa-siswa yang kurang beruntung secara ekonomi, meningkat signifikan
pada pemahaman membaca dan matematika terbentuknya, matematika merupakan

(3) membuat konelsi anter disiplin ilmu, (4) membagi ide matematika () menggunakan berbagai
representast untuk mengkonunikanikan ide matematka; dan (6) menggunakan manipulasi dan
menyelesaikan masalah matematika Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, terkonsentrasi
pada aktivitas HOTS dalam pembelajaran matematika menganut teori konstruktivisme yang mengatur
siswa yang harus terlibat aktif dalam membangun perngetahuannya. Jika mendorong dengan proses
kognitif dalam taksonomi Bloom, maka aktivitas HOTS menuju ke kemampuan siswa dalam menganalisis,
mensintesis, dan mendukung dalam proses pembelajaran matematika. Hal demikian juga berlaku dalam
taksonomi Bloom revisi Anderson & Krathwohl (2001), dimana aktivitas HOTS dalam pembelajaran
matematika membahas bagaimana agar siswa mampu menganalisis, memahami, dan mencipta dengan
baik pada dimensi konseptual, prosedural, dan juga metakognitif. Sesuai dengan konstruktivisme, maka
untuk mengembangkan kemampuan ini, siswa harus terlibat aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Melihat siswa yang aktif untuk melakukan analisis, evaluasi, dan sintesis (taksonomi
Bloom) atau menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (taksonomi Anderson & Krathwohl) dapat
difasilitasi dengan pengajuan masalah. Hal ini didasari oleh pendapat para ahli yang menyatakan bahwa
salah satu strategi tentang HOTS yang dapat digunakan oleh guru yaitu pemecahan masalah (Miri, David,
& Un, 2007: Murray, 2011; Prothereo, 2007). Terkait dengan keterampilan-keteramplan yang termuat
dalam HOTS, maka masalah yang dihadirkan dapat memfasilitasi siswa untuk menggunakan kemampuan
merajut, berpikir kreatif, berpikir logis, reflektif berpikit, metakognitif, dan mengambil keputusan tentang
hal ini. -masalah non-algoritmik, kompleks, menghasilkan banyak interpretasi, menggunakan aplikasi
kriteria jamak, dan meminta kerja keras untuk menyelesaikannya. solust, pentingnya perbedaan
pendapat dan

Anda mungkin juga menyukai