UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ADMINISTRASI PUBLIK 2019 PENDAHULUAN
Dewasa ini, Indonesia menduduki urutan ketiga negara dengan jumlah
komsumsi rokok terbesar di dunia. Terdapat sekitar 20% dari total perokok di Indonesia merupakan remaja dengan rentang usia 13-15 tahun. Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan peningkatan jumlah yang dua kali lipat dari sebelumnya pada tahun 2016. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Bandung (DKKB) mulai mensosialisasikan kepada masyarakat Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Berdasarkan "Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan" yang sudah ditetapkan, kehadiran Naskah Akademik menjadi suatu keharusan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Dinyatakan dalam Pasal 43 ayat (3) bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berasal dari DPR atau DPD atau Presiden wajib disertai "Naskah Akademik". Langkah awal yang dilakukan demi tujuan yang baik dapat tercapai adalah tahap perencanaa. Penyusunan Naskah Akademik merupakan bagian dari kegiatan perencanaan penyusunan Perpu. Lewat kajian dari pembentukan Naskah Akademik diharapkan dapat membentuk peraturan perundang-undangn yang dapat memenuhi pencapaian tujuan pembentukannya, dapat diimplementasikan, dan ditegakkan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (11) UU 12/2011, menjelaskan bahwa "Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya mengenai pengaturan masalah dalam suatu RUU atau Rancangan Peraturan Perundang-Undnagan lainnya sebagai solusi terhadap kebutuhan hukum dan permasalahan masyarakat". Kualitas materi suatu Perpu menjadi hal yang sangat penting sebagai bagian dari tubuh Perpu itu sendiri. Berkualitas berarti yang berlaku dalam jangka panjang, berkelanjutan, bersinkronisasi dengan peraturan perundang- undangan lainnya, serta sinkronisasi antar-norma dalam Perpu itu sendiri. Menurut Yuliandri dalam Basyir (2014; 290), kualitas dan karakteristik sebuah undang-undang, bisa dinilai dari sudut pandang tujuan, pelaksanaan, dan penegakan hukum tercapai atau tidak. Pentingnya penyusunan naskah akademik dalam proses pembentukan suatu peraturan perundang-undangan antara lain, yaitu bahwa Naskah akademik menjadi media nyata untuk partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan bahkan inisiatif penyusunan naskah akademik dapat berawal dari masyarakat. Dengan begitu, Naskah Akademik menjabarkan argumen-argumen, fakta-fakta, latar belakang masalah mengapa sangat penting dan diatur dalam suatu Rancangan Perpu. Manfaat penyusunan Naskah Akademik ialah dapat mengetahui dengan pasti mengenai argumen pembentukan sebuah Perpu dan analisis apakah Perpu tersebut memang diperlukan oleh masyarakat. Sehubungan dengan dibentuknya Rancangan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) maka sesuai dengan ketetapan yang sudah ada dalam maka disusun pula Naskah Akademik Perda tersebut. Bahasan kali ini akan membahas mengenai Naskah Akademik tersebut, mulai dari resume secara singkat hingga perkembangan penyusunanya. DESKRIPSI SINGKAT
Tingkat perilaku merokok yang ada di Indonesia secara umum dan di
Kabupaten Bandung khususnya sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil survey di Kabupaten Bandung yang menunjukkan ada 33% penduduk Kabupaten Bandung adalah perokok aktif, termasuk 68% dari populasi laki-laki dewasa di dalamnya. Selain akan pengaruhnya terhadap status kesehatan penduduk Kabupaten Bandung, kondisi ini juga memeberitahu tentang rendahnya capaian beberapa indikator kesehatan Kabupaten Bandung, seperti cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Untuk menurunkan jumlah perokok aktif maupun pasif dan dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia dan secara khusus Kota Bandung dibutuhkan upaya yang terintegritas. Pembentukan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan salah satu program yang diupayakan untuk melindungi masyarakat dari terpaan asap rokok dan pemblokiran produk tembakau pada wilayah yang ditentukan. Program KTR pun mulai dilakukan di berbagai daerah juga oleh pemerintah daerah di Indonesia, termasuk oleh Kabupaten Bandung. Namun, pemberlakuan KTR memerlukan payung hukum yang kuat didukung dengan naskah akademik dalam mewujudkan peraturan daerah mengenai KTR. Tujuan dibentuknya Naskah akademik ini untuk : 1. Mendeskripsikan kerangka pemikiran dan landasan akademik; 2. Melakukan kajian dan meneliti materi yang ada dan belum ada dalam Rancangan Perda; 3. Mengamati keterkaitannya dengan Perpu lainnya; 4. Menyajikan bahan dan data yang menjadi bahan perbandingan dalam merancang Rancangan Perda. Sesuai dengan UU 12/2011, susunan sistematik naskah akademik ini sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang mengevaluasi tentang latar belakang penyusunan naskah akademik. Dalam bab ini juga dipaparkan mengenai tujuan serta metode yang digunakan untuk dalam naskah akademik ini. Bab II : Kajian Teoretis dan Praktik Empiris, yang memaparkan tentang pentingnya mengatur kawasan tanpa rokok di Kabupaten Bandung. Bab III : Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundangan Terkait; melihat keterkaitan rancangan Perda dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Bab IV : Landasan Filosopis, Sosiologis dan Yuridis, landasan filosopis sesuai dengan filosopis Indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945, landasan sosiologis yaitu dampak merokok terhadap kehidupan social masyarakat, dan landasan yuridis ketentuan peraturan perundang-undangan seperti UU 12/2011 dan PP 109/2012 pasal 52. Bab V : Memaparkan tentang ruang lingkup dan pokok apa yang ada dan harus ada dalam Perda KTR. Di dalamnya juga termasuk bahan-bahan petimbangan dan pengingat di latar belakang, ringkasan dari ketentuan-ketentuan umum. Demikian penjelasan singkat Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2017. PEMBAHASAN
Tingkat perilaku merokok yang ada di Indonesia secara umum dan di
Kabupaten Bandung khususnya sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil survey di Kabupaten Bandung yang menunjukkan ada 33% penduduk Kabupaten Bandung adalah perokok aktif, termasuk 68% dari populasi laki-laki dewasa di dalamnya. Selain akan pengaruhnya terhadap status kesehatan penduduk Kabupaten Bandung, kondisi ini juga memeberitahu tentang rendahnya capaian beberapa indikator kesehatan Kabupaten Bandung, seperti cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Oleh karena latar belakang tersebut maka Pemerintah Kota Bandung menetapkan Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok. Kawasan Tanpa Rokok ditetapkan atas dasar amanah undang-undang yang harus diwujudkan oleh pemerintahan daerah, Kabupaten Bandung termasuk salah satunya. Sasaran tujuan Perda dibentuk adalah untuk mengatur perilaku buruk merokok masyarakat agar tidak mengganggu aktifitas dan kesehatan warga lainnya di tempat-tempat publik. Ruang lingkup utama Raperda yang dibutuhkan yaitu pengaturan dan penetapan kawasan tanpa asap rokok, termasuk pemblokiran perdagangan produk-produk yang mengandung zat adiktif rokok di wilayah yang akan ditentukan. Masyarakat yang merokok sekalipun yang ada di Kota Bandung bahkan setuju dan sependapat tentang pentingnya pengaturan perilaku buruk merokok. Demikian pula halnya aparat pemangku kepentingan di Kabupaten Bandung sepakat untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat di wilayah ini melalui pengaturan Kawasan Tanpa Rokok yang diperluas sesuai kebutuhan Kabupaten Bandung. Indonesia yang saat ini menduduki urutan ketiga negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Terdapat sebanyak 20% dari jumlah perokok di Indonesia diantaranya merupakan remaja usia 13-15 tahun. Berdasarkan Data Kemenkes RI menunjukkan besaran tersebut mengalami peningkatan hingga dua kali lipat sampai tahun 2016. Menindak lanjuti hal tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mulai menggalakkan sosialisasi Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), bersama dengan tim peneliti Pusat Studi Sistem Kesehatan dan Inovasi Pendidikan Tenaga Kesehatan FK UNPAD dan Peneliti Bidang Sosial Puslit Badan Keahlian DPR RI di Hotel Sukajadi (Humas Dinkes Kota Bandung, 2018) Bandung. Penyusunan Raperda tentang KTR tengah disusun setelah diterbitkannya Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 315 Tahun 2017 tentang KTR sejak Maret 2017. Walikota Bandung, Oded M. Danial pada sambutannya yang diwakili Kepala Dinkes Bandung menyatakan bahwa "tidak ada pilihan lain untuk mengatasi problema rokok selain berupaya untuk menerapkan aturan KTR". Kota Bandung sudah selangkah lebih dulu menerapkan KTR, selain memiliki kebijakan Kawasan Tanpa Rokok, ditetapkan juga Peraturan Walikota KTR Nomor 315 Tahun 2017 serta dibentuknya Tim Satgas KTR yang bertugas untuk mensosialisasikan implementasi KTR. Diharapkan upaya-upaya ini akan membuahkan hasil yang baik. Dengan menerapkan aturan KTR secara konsisten, akan dpaat menekan perilaku merokok dan penderita penyakit tidak menular akibat rokok di Kota Bandung secara tahap demi tahap. Kualitas udara di Bandung tahun 2018 berdasarkan hasil penelitian oleh Bali Tobacco Control Initiative dan LPA Provinsi Jawa Barat, menyatakan terdapat 90% kawasan dari 101 tempat di Kota Bandung memiliki kualitas udara yang rendah/buruk. Kualitas udara di Kota Bandung berada di luar batas toleransi yang sudah ditetapkan WHO sebelumnya yakni 25 mikrogram/meter kubik. Kawasan-kawasan dengan kualitas udara terburuk biasanya, seperti di restoran/tempat hiburan, pasar, dan tempat-tempat umum. berpatok kepada hal tersebut maka diperlukan 2 hal, yakni pengimplementasian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan penegakkan hukum melalui Perda Kawasan Tanpa Rokok. Sampai saat ini, upaya yang sedang dilakukan Kota Bandung untuk implementasi kebijakan KTR adalah melakukan sosialisasi KTR kepada masyarakat serta penyusunan Perda KTR. Walaupun begitu, sosialisasi maupun penerapan aturan KTR di Kota Bandung memberikan hasil yang lebih hingga saat ini. Hasil penelitian kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan KTR yang dilaksanakan pada tahap pertama Maret 2018 menunjukkan angka 3% akan tetapi setelah Tim Satgas KTR mengadakan sosialisasi hingga sampai ke tahap keempat pada Oktober 2018 angka tersebut meningkat menjadi 20%. Peraturan Daerah Kota Bandung tentang KTR mendapat respon yang positif. Perkembangannya dimulai sejak pembentukan hingga pembentukan Naskah Akademik cukup baik. Manfaat penyusunan Naskah Akademik ialah dapat mengetahui dengan pasti mengenai argumen pembentukan sebuah Perpu dan apakah Perpu tersebut memang dibutuhkan oleh masyarakat dan memberikan landasan akademik serta kerangka pemikiran pemikiran megenai masalah yang dibahas dalam Perda. Naskah akademik tidak hanya sekadar formalitas belaka dalam penyusunan peraturan perundang-undangan. Naskah akademik Perda KTR tersebut secara nyata kemudian disosialisasikan kepada masyarakat sebagai upaya menekankan pelaku rokok dan dampak yang ditimbulkan. Dampak penerapan aturan dan sosialisasi naskah akademik nyata dan berhasil dapat ditunjukkan dengan persentasi kepatuhan masyarakat hingga Oktober 2018 yakni sosialisasi tahap keempat mencapai 20%. PENUTUP Peraturan Daerah merupakan substansi produk hukum agar pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat suatu daerah dapat diwujudkan. Namun, efektifitas pelaksanaan sangat tergantung pada implementasi kebijakan dan penegakan aturan didukung dengan adanya komitmen dan konsistensi seluruh stakeholder, temasuk birokrat dan masyarakat dalam implementasinya. Penegakkan peraturan membutuhkan ketegasan dari aparat. Selain itu juga dibutuhkan kerjasama masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan adiksi bersama-sama tanpa menimbulkan konflik yang tidak perlu. Dukungan sumber daya baik finansial maupun nonfinansial dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mensukseskan implementasi kebijakan tersebut yang bersifat multi sektor. OPD terkait juga perlu menyusun strategi dan agar tersusun operasionalisasi perda yang harmonis serta sinergis. Hal-hal tersebut diatas sangat dibutuhkan dalam mensukseskan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2017 dan mencapai hasil yang diharapkan. Daftar Basyir, Abdul. (2014). Pentingnya Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan untuk mewujudkan Hukum Aspiratif dan Responsif. Kajian Hukum dan Keadilan. Vol 2. No. 5 (285-306) Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung. (n.d). Jumlah Perokok Remaja Naik, Perda KTR Jadi Wajib. Diakses pada 13 September 2019 dari https://dinkes.bandung.go.id/-dashboard.php?page=pengumuman&id=61 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.