BAB II
UJRAH
Akad berasal dari bahasa Arab ‘Aqada Yaqidu Aqdan yang memiliki tiga
menetapkan (Lazima)1. Akad dalam hukum islam identik dengan perjanjian dalam
hukum Indonesia, kata akad berasal dari kata al-‘aqd yang berarti ikatan,
mengikatkan salah satunya pada yang lain hingga keduanya bersambung dan
menjadi seperti seutas tali yang satu. Pengertian akad secara terminologi fiqh
kedua belah pihak.2Akad berasal dari bahasa Arab ‘Aqada Yaqidu Aqdan yang
berpindahnya kepemilikan harta dari pemberi kepada orang yang di beri. Jumhur
harta, tanpa ganti rugi,yang dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada
Dari definisi di atas, definisi tabarru’ ialah suatu pemberian dari seseorang
kepada orang lain tanpa ganti rugi yang di terima oleh pemberi, yang mana akan
Jadi, akad tabarru ialah suatu perjanjian atau perikatan antara dua orang pihak
atau yang lebih yang mana pihak pertama (ijab) meberikan sesuatu kepada pihak
lain dengan sukarela atau tanpa ganti rugi, yang mana pihak lain(qabul) menerima
dan berpindah kepemilik suatu benda tersebut dari pihak pertama kepada pihak
kedua.
Niat dana tabarru’ “dana kebajikan”, dalam akad asuransi syariah adalah
alternatif uang yang sah yang di benarkan oleh syara’ dalam melespakan diri dari
praktek gharar,yang di haramkan oleh Allah swt, dalam al-Qur’an, tabarru tidak di
temukan. Akan tetapi, tabarru’ dalam arti kebajikan dari kata al-birr
ن ال لب برر
ب ولل لك ب ر ق لوال غ ل
مغغرب ب ل ال غ ل
م غ
شرب ب ن ت كولللوا وك ك
جوغهلك ك غ
م ققب ل ل س ال غب برر ا ل غ
ل لي غ ل
ل
سب بي غ ب
ن ال ر
ن لواب غ ل
كي ل قغرلب ى لوال غي للتم ى لوال غ ل
مسبا ب حب يهب ذ لبو ى ال غ ك
ل ع للل ى ك
اغلمبا ل
ت للهبادوا ت للهباكبوا
hadiahlah kalian maka kalian akan saling mengasihi atau saling menyanyagi, jika
kita memberi hadiah kepada teman kita, orang tua bahkan kepada sanak keluarga
lainnya maka mereka akan memberikan kepada kita simpati yang lebih, bahkan
apabila kita memberi hadiah kepada orang yang membenci kita sikap ini malah
akan melembutkan hati orangtersebut, hubungan hadist ini dengan akad tabarru’
ialah terdapat dalam kata kebajikan atau berbuat baik. Kata kebajikan inilah yang
menjadi asal muasala akad tabarru’ yang sering di sebut sebagai akad yang non
Akad tabarru’ merupakan suatu akad atau perjanjian yang merupakan suatu
tranksaksi yang tidak bertujuan untuk profit atau mencari keuntungan atau akad
tabarru ini juga sering di kategorikan menjadi akad yang non komersial, akad
tabarru’ ini di lakukan dalam rangka berbuat baik atau kebajikan ( al-biir ), akad
Akad Tabarru’
AL-SHULH
AL-IBRA’
1. Hibah
Hibah merupakan bentuk masdar dari kata Wahaba Yahabu Hiyatan asalnya
adalah wihyatan yaitu dari Wahaba Syaian yang artinya memberikan sesuatu. 7Arti
hibah secara bahasa adalah al-Nihlah, yaitu pemberian tanpa imbalan (al-‘athiyah
7 Syaikh Muhammad Bin Shalih Al- ‘Utsaimin, Panduan Wakaf, Hibah
dan Wasiat, (Jakarta,Pustaka Imam Syafi’i, 2008)hlm,105.
30
mughni al- Muhtaj, al-mugni, fath al-qadir dan hasyiyah ibn abidin, adalah :
حليباةب ت لط لول ع
عبا ل غال ل
حبا ل
ض ل ك ب بل ل ب
عو ل ق مل بي غ ل
فيود ك الت ر غ
قود ك ي ك ب
عل غ
antara barang dan harga, sedangkan dalam akad ijarah terdapat pertukaran
8 Syekh Abi Abdillah Abd al- salam ‘Allusy, Ibanat al-ahkam syarh
bulugh al-maram (beirut : dar al-fikr.2004), vol.III, hlm.204.
berpindah. Di samping itu, akad hibah dan akad wasiat memiliki ciri yang
sama, yaitu pemberi tidak berhak menerima imbalan dari penerima, yang
barang dari pemberi kepada penerima yang berlaku efektif pada saat
barang dari penerima kepada penerima yang berlaku efektif pada saat
Dari penjelasan definisi menurut para ulama di atas ada empat poin utama
yaitu berpindahnya kepemilikan, poin kedua yaitu imbalan, ketiga yaitu waktu
dan keempat hukum. Poin pertama menjalaskan bahwa dalam akad hibah akan
selalu ada pemeindahan kepemilikan dari pemberi kepada penerima pemilik yang
baru, poin kedua akad hibah yang menjadi pembeda dari akad tijarah ialah
imbalan akad hibah dengan ciri tidak memakai imbalan dalam melakukan
32
pemberian, ketiga menjelaskan waktu yang mana pada akad hibah berlakunya
akad hibah tersebut pada waktu pemberi masih hidup dan poin terakhir hukum
a. Al-‘Ariyah
‘Ariyah adalah atau pinjam meminjam berasal dari Ara- Ya’ri- Iryan yang
memiliki arti datang dan pergi. Berdasarkan pada makna bahasa tersebut, sifat
‘Ariyah adalah sesaat, yaitu bahwa barang yang di pinjam harus di gunkan
sepenuhnya dan segera dikembalikan jika barang tersebut telah selesai di pakai
ض فعلةب ب بل ل ب
عو ل ق ك غال ل
من غ ل مل ب ك
تل غ
ض فعلةب ب بل ل ب
عو ل ق ة غال ل
من غ ل ح ك
ا بلببا ل
imbalan”.
ة ا غل ب ن غت ب ل
فبابع ح ك
ا بلببا ل
pen untuk menulis atau sebuah baju untuk di pakai kepada seseorang muslim lain,
al-‘ariyah, jadi yang di maksud al-‘ariyah ialah suatu akad pemberi manfaat
b. Al- Qardh
bahasa arti asalnya adalah al-qath’u (potongan). Utang di sebut qardh(u) karena
kreditor seakan telah memotong dari harta miliknya sepotong harta yang ia
utangkan. Di dalam berbagai kamus di katakan bahwa al-qardhu adalah harta yang
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat di tagih
atau di minta kembali atau dengan kata lain meminjmamkan tanpa mengharap
imbalan. Dalam literatur fiqh klasik,qardh di kategorikan dalam aqd tathawui atau
Al- Qard Adalah pijaman yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan
c. Wasiat
kasih sayang, menyuruh, dan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
secara umum kata wasiat di sebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 9 kali, dalam
bentuk kata kerja di sebut sebanyak 14 kali dalam bentuk kata benda, di sebut
sebanyak 2 kali, hal yang berhubungan dengan kata wasiat dalam Al-Qur’an
sebanyak 25 kali.18
Wasiat atau testament itu adalah suatu cara untuk memenuhi kehendak atau
keinginan seseorang tetang harta kekayaannya di kemudian hari atau masa yang
akan datang. Namun kehendak dan keinginan seseorang itu tidak boleh
bertentangan hukum yang berlaku dan oleh sebab itu hukum mengatur tentang
Dari penjelasan di atas, wasiat ialah merupakan akad antara para pihak yang mana
pihak lain, yang mana pesan tersebut akan efektif / di jalankan ketika pemberi
2. ‘Aqid
a. Al-Wakalah
pendelegasian wewenang atau kuasa dari pihak pertama kepada pihak kedua
kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari
jenis pekerjaaan yang bisa di gantikan dan dapat di lakukan oleh pemberi kuasa
masih hidup.21
Dari dua definisi di atas, dapat kita pahami bahwa wakalah ialah suatu
perbuatan hukum yang di serahkan kepada orang lain yang mana si pemberi kuasa
ini di sebut muwakkil dan yang menerima di sebut wakil yang mana wakil
melakukan apa yang diwakilkan kepadanya yang tidak melanggar aturan islam
dan perbuatan yang di wakilkan di boleh kan oleh aturan selama si pemberi wakil
masih hidup.
b. Al-Hajru
Al- hajr secara bahasa adalah larangan mutlak. 22 berarti al-man’u (larangan
atau cegahan). Ada juga yang berpendapat bahwa arti al-hajr secara bahasa
yang komprehenshif dari sudut pandang pengampu dan pihak yang diampu. Al-
termasuk orang yang tidak cakap hukum. Ulama berbeda pendapat dalam
bersifat kebendaan”.
tertentu di lakukan oleh banyak sebab. Namun secara umum, sebab tersebut dapat
berumur dewasa, gila, dan dungu. Sedangkan sebab kedua yaitu sebab-sebab yang
di ikhtilafkan yaitu boros atau penggunaan harta untuk maksiat, pelupa, dan terlilit
utang.25
3. Umum
a. Zakat, Infak & Sedekah
Di tinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
berbeda anatara satu sama lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa
zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah Swt
Infaq bearasal dari kata nafaqa , yang berarti sesuatu yang telah berlalu
atau habis, baik dengan sebab di jual, di ruksak, atau karena meninggal. Selain itu,
kata infaq terkadang berkaitan dengan sesuatu yang di lakukan secara wajib atau
ajaran islam, jika zakat ada nisbahnya maka infaq tidak pula seperti itu.27
sesuatu yang di berikan seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain, baik
sesuatu kepada orang lain lain berdasarkan rasa ikhlas dan hanya karena Allah
bermakna sesuatu yang di jadikan. Sedekah kata ini di ambil dari kata sha-da-qa.
Kata sedekah juga berarti ash-shidiq berarti benar, karena itu menunjukkan
kebenaraan ibadah untuk Allah SWT. Sementara itu, Imam Nawawi menagatakan,
dan menunjukkan kebenaran imannya secara lahir dan batinnya, karena sedekah
b. Wakaf
menurut istilah, sehingga mereka berbeda pila dalam memandang hakikat wakaf
itu sendiri.
Menurut mazhaab hanafi wakaf ialah menahan benda yang statusnya tetap
milik si wakif dan yang di sedekahkan adalah manfaatnya saja untuk kepentingan
sosial. Menurut mazhab maliki wakaf ialah menjadikan manfaat benda yang di
miliki, baik berupa sewa atau hasiknya untuk di serahkan kepada orang yang
berhak dengan tujuan penyerahan berjangka waktu sesuai dengan apa yang di
menahan harta yang manfaatnya bisa di ambil manfaatnya dengan tetap utuhnya
baarang dan barang itu lepas dari penguasaaan si wakif serta di manfaatkan pada
sesuatu yang di perbolehkan oleh agama. Dan menerut mazhab hambali wakaf
bermanfaat tetap utuhnya harta dan memutuskan semua hak penguasaan terhadap
4. Al-Dain
a. Al-Hawalah
Menurut bahasa, yang dimaksud dengan hiwalah ialah al-intikol dan al-
jaziri, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hiwalah menurut bahasa ialah
orang lain yang wajib menanggungnya.dalam istilah para ulama ,hal ini
tanggungan muhail alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang . secara
berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariat 33. Terkadang seseorang
memindahkan penagihannya kepada pihak lain, yang dalam hukum islam di sebut
hawalah, yaitu akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada pihak
b. Al-Kafalah
kafalah atau al-dhaman sebagaimana dijelaskan oleh para ulama adalah sebagai
berikut:
arti al-kafalah ialah menggabungkan dzimah kepada dzimah yang lain dalam
penagihan, dengan jiwa, utang, atau zat benda. Pengertian al-kafalah yang kedua
ialah menggabungkan dzimah kepada dzimah yang lain dalam pokok (asal) utang.
baik menanggung pekerjaan yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda.
Menurut Mazhab Hanbali al-kafalah ialah iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada
orang lain serta kekekalan benda tersebut yang dibebankan atau iltizab orang yang
mempunyai hak. Menurut Mazhab Syafi’i yang dimaksud dengan al-kafalah ialah
akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan beban yang lain
atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh
c. Al-Rahn
Menurut bahasa, gadai adalah tetap dan lestari, sering juga di ssebut
dengan al-habsu yaitu penetapan atau penahanan. 35 Ada pula yang menjelaskan
bahwa rahn adalah terkurung atau terpenjara. Menurut istilah syara’, yang
biasa d jual sebagai jaminan uang di penuhi dari harganya, bila yang berutang
suatu benda yang di jadikan suatu kepercayaan suatu utang, untuk di penuhi dari
Malikiyah, Rahn adalah suatu yang bernilai harta, yang di ambil dari pemiliknya
d. Al-Shulh
shulh ialah Menurut Hasby Ash-shiddiqie al-shulh ialah akad yang di sepakati dua
orang yang bertengkar dalam hak untuk melaksanakan sesuatu, dengan akad dapat
e. Al-Ibra’
Kata al-Ibra seakar dengan kata al-birr yang arti harfiahnya adalah
menolong dalam perbuatan baik dan takwa. Arti al-ibra ‘ secara bahasa adalah
bebas (bersih / murni khalasha atau kosong khala), diantaranya bebas dari
cela/cacat (salamah min (al-‘uyub), bebas dari sifat buruk (diantaranya dusta [al-
kidzb]), bebas dari sanksi atau hukuman berat atau ringan (isqath/tasaquth), bebas
arti ialah sifatkhas sesuai dengan perwatakan tertentu, sedangkan kata prinsip
mempunyai arti kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan
prinsip akad tabarru’ maka karakteriskdan prinsip akad tabarru’ ialah suatu ciri
khas atau perwatakan dari akad tabarru tersebut. maka karakterisktik atau
menggunakan akad tabarru ini. Dimana pihak yang melakukan pihak ini tidak
akan menambah harta kekayaannya namun akad ini mendapat keuntungan kelak
Karakteristik dan prinsip yang kedua dalam akad tabarru’ ialah akad ini ialah
akad yang bukan bertujuan komersil melainkan akad yang di lakukan oleh
seseorang untuk menolong pihak lain dan di lakukan hanya untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT dan tidak untuk mencari hal lain. Hal ini yang sangat
Terdapat tujuh ketentuan yang terdapat pada fatwa ini 42, Ketentuan pertama
menjelaskan tentang ketentuan hukum, dalam ketentuan hukum ini ada dua poin
yang di atur, pertama akad tabarru’ harus melekat pada semua produk asurasnis
syari’ah, kedua akad pada asuransi syariah adalah semua bentuk akad yang di
Ketentuan kedua dalam fatwa no 53 tahun tentang akad tabarru’ pada asuransi
syari’ah yaitu ketentuan akad, yang mana dalam ketentuan ini terdapat dua poin
yang di atur, pertama akad tabarru’ pada asuransi adalah akad yang di lakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta,
bukan tujuan komersil, kedua ketentean ini menjelaskan hal-hal yang harus ada
dalam akad tabarru’ pertama hak dan kewajiban masing-masing peserta secra
individu mauun secara kelompok , poin kedua cara dan waktu pemabayaran klaim
yang akan di gunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa
musibah, kedua peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima
dana tabarru’ dan secara kolektif selaku penanggung, ketiga perusahaan asuransi
bertidanak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalah dari para
terdapat empat poin yang di atur, pertama pengelolaan asuransi dan reasuransi
hanya boleh di lakukan oleh lemabaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah,
kedua pembukuan akun tabarru’harus terpiash dari dana lain, ketiga hasil investasi
dari dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun
tabarru’, dan poin keempat yaitu dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan
cadangan dan di bagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi
cadangan dan dapat di bagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan
para peserta sepanjang di sepakati oleh para peserta, selanjutnya ketentuan kedua
dalam ketentuan surplus ini ialah pilihan terhadap salah satu alternatif di atas
apabila terjadi defisit terhadap dana tabarru’ maka perusahaan asuransi wajib
49
selanjutan pengembalian dari dana qardh tersebut ialah di sisihkan dari dana
tabarru’.
Dan ketentuan ketujuh mengatur tentang ketentuan penutup yang terdapat dua
poin pertama cara penyelesaian perkkara apabila terjadi sengketa maka yang
melalui musyawarah dan poin kedua ialah tentang keberlakuannya fatwa ini ialah
Wakalah di ucapkan dalam dua bentuk : Wakalah dan Wikalah. Secara bahasa,
pendelegasian wewenang atau kuasa dari pihak pertama kepada pihak kedua
kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari
jenis pekerjaaan yang bisa di gantikan dan dapat di lakukan oleh pemberi kuasa
masih hidup.44
: 19).45
Allah berfirman,
ن ا لهغل بلهبا
م غ
مبا ي ن ا لهغل بهب ول ل
حك ل ع م غ حك ل ع
مبا ي لفباب غعلث ك غ
وا ل
Allah berfirman,
ي
ص غ
مي غ ب
ق ب ا بذ غهلب ك غ
واب ب ل
غ
ن ال لغر ب
ض خلزائ ب ب
ى ل
عل ل
ي ل
جلعلن ب غ
اب غ
55).48
lain dalam melakukan suatu tranksaksi, ada jalan lain yang bisa
alternatif wakalah.
ذالرز ل
كباةب سلعبا ة ل بل ل غ
خ ب ث ال ر سل ر ل
م ب لعل ل ه ع لل لي غهب ول ل
صلل ى الل ر ك ا لن ر ك
ه ر
zakat’’.49
ى
ث لرسول الله عليه وسلم عمروبن عمرعمية الضمري بإل ل
ب لعل ل
Tirmidzi :
Rukun ialah suatu hal yang harus ada dalam hal ini rukun
akad waklah ialah hal-hal yang harus ada dalam akad waklah
ialah51 :
langsung.
yang di wakilkan.
b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas
penerima kuasa.
4. Penerima kuasa mengundurkan diri sengan sepengetahuan
pemberi kuasa.
52 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bnak Syariah,( Gremedia
Pustaka Utama,2014).hlm.19-20.
مل لبني
ست لعغ ل عن بسر بن سعيود ان ابن السعيود المبا لكي لقبا ل
لا غ
مبال لةق
ملر بل ى ب بعكل ل ل
ت ا بل لي غهب ا ل غ
من غلهبا ولا لد ري غ ك صود لقلةب فلل ر ل
مبا فللرغ غ ك
ت ب مكر ع للل ى ال ر
عك ل
عل ى مل غ ك
ت ل مبا ا كع غط بي غ ل
ت فلإ بيني ع ل ب خذ غ ل قبا ل
ل ك مل غ ك
ت للهب فل ل مبا ع ل ب قل غ ك
ا بن ر ل: ت فل ك
س ل
ل م غ قل غ ك
ت ب مللن ى فل ك
ه صل ى الله عليه وسللم فلعل ل
ل الل ب
سو غ ب
ع لهغود ب لر ك
ت إ ل ك: ك فقبال بلي رسول الله صلل ى الله عليه وسللم
قلوغل ب ل
ذا وأع غط بي غ لب
ل فلك ك غ
ل ولتصود رقغ ن غ لي غرب ان ت ل غ
سأ ل شي غعئبا ب
م غ ل
imbalan.
5. Dalam kitab fath al- qadir (6/2) dijelaskan bahwa
mempunyai arti kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan
prinsip akad wakalah bil ujrah maka karakteriskdan prinsip akad wakalah bil ujrah
ialah suatu ciri khas atau perwatakan dari akad wakalah bil ujrah tersebut. maka
1. Mewakilkan- Diwakilkan
dimana dalam akad wakalah bil ujrah ini mewakilkan ialah prinsip utama
dari akad ini, yang mana seseorang mewakilkan sesuatu urusan kepada
pihak lain dan pihak lain di sebut wakil sebagai pihak yang menerima
perwakilan.
2. Ujrah / fee
Karakteristik yang kedua dari akad wakalah bil ujrah ialah ujrah/fee,
yang mana ujrah/ fee di bolehkan dalam akad wakalah bil ujrah
berdasarkan sebuah keterang hadist sebelumnya, yang mana ujrah / fee ini
dengan akad tabarru’ ialah suatu hubungan atau perhubungan apa antara akad
wakalah bil ujrah dengan akad tabarru’apabila kita telah mengetahui akad -
akad tersebut.
Relasi akad wakalah bil ujrah dengan akad tabarru’ ialah terletak pada
sama-sama akad yang bertujuan non komersial, yang mana akad wakalah bil
ujrah ialah sebuah akad yang mewakilkan seseorang dengan tujuan non
komersil dan akad ini termasuk ke dalam jenis-jenis akad tabarru namun
dengan perkembangan jaman dan sebuah hadist fi’liyah yang di jadikan dasar
bawah akad wakalah bil ujrah boleh mendapatkan ujrah/ fee dari pemberi
maka akad wakalah ini mendapatkan ujrah atas wakalah yang di lakukan.
setelah selesai melakukan apa yang di suruh Umar seseorang tersebut itu di
beri ujrah/fee oleh Umar namun seseorang tersebut menolak dengan alasan
namun Umar berkata bahwa Umar pernah di suruh Oleh Rasulullah dan
Rasulullah berkata “ apabila kamu di beri sesuatu, tanpa kamu minta, maka
Dalam ketentuan fatwa58 ini terdapat enam ketentuan, ketentuan pertama ialah
ketentuan umum yang mana dalam ketentuan ini yang di maksud asuransi adalah
asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah, poin kedua menjelaskan
tentang peserta, peserta ialah peserta asuransi (pemegang poli) atau perusahaan
Ketentuan kedua dalam fatwa ini mengatur tentang ketentuan hukum, yang
mana pertama akad wakalah bil ujrah di bolehkan antara perusahaan asuransi
syariah an peserta asuransi, kedua wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari
peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan
pemberian ujrah (fee), ketiga dalam wakalah bil ujrah dapat di terapakan pada
tabarru’(non-saving).
Ketiga ketentuan yang mengatur tentang ketentuan akad dalam wakalah bil
ujrah, pertama akad yang di gunakan ialah akad wakal bil ujrah, kedua objek
dalam akad wakalah bil ujrah sekurang-kurang harus terdapat hak da kewajiban
Ketentuan keempat dari fatwa ini ialah ketentuan yang mengatur tentang
kedudukan dan ketentuan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah, pertama
dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil(yang mendapat kuasa) untuk
tidak boleh mewakkilkan kepada pihak lain kecuali atas ijin muwakkil, poin
kelima akad wakalh itu bersifat amanah dan bukan tanggungan sehingga wakil
tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan menguragi fee yang
perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil
oleh para peserta kepada investasi yang sesuai syariah yang menisyaratkan bahwa
investasi konvensional, kedua akad wakalah bil ujrah dapat di lakukan pada
Dan ketentuan ketujuh mengatur tentang ketentuan penutup yang terdapat dua
poin pertama cara penyelesaian perkkara apabila terjadi sengketa maka yang
melalui musyawarah dan poin kedua ialah tentang keberlakuannya fatwa ini ialah