Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM STEREO

PLOTTING PADA FOTO UDARA


MENGGUNAKAN APLIKASI E-FOTO
Disusun Oleh:
ADINDA SITARESMI PUTRI ARIMURTI
03311740000031

Mata Kuliah:
Fotogrametri Digital - B

Dosen Asistensi :
Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan
banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun Laporan Praktikum Stereo Plotting pada Foto Udara
menggunakan Aplikasi E Foto ini dengan baik.
Laporan ini saya susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
diantaranya; Ibu Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT selaku dosen Asistensi Mata Kuliah Fotogrametri
Digital yang telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih
atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat khususnya
masyarakat pengguna Fotogrametri Digital

Surabaya, 4 Nopember 2019

Adinda S P A

i
DAFTAR ISI
......................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
I.1. LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
I.2. MAKSUD DAN TUJUAN .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 2
II.1. FOTO UDARA ................................................................................................................ 2
II.2. STEREO PLOTTER ........................................................................................................ 7
II.3. PLOTTING ...................................................................................................................... 8
BAB III PELAKSANAAN ........................................................................................................... 9
III.1. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................... 9
III.2. WAKTU PRAKTIKUM............................................................................................... 9
III.3. PETUNJUK PRAKTIKUM ......................................................................................... 9
II.3.1 FITUR PLOTTING .................................................................................................. 9
II.3.2 PROSES PLOTTING ............................................................................................. 10
BAB IV HASIL DAN ANALISA ............................................................................................... 19
IV.1. STEREO PLOTTING................................................................................................. 19
BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 23
V.1. KESIMPULAN .............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

ii
BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Fotogrametri adalah seni, ilmu, dan teknologi untuk memperoleh informasi
terpercaya tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan
interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi energi elektromagnetik yang terekam
(Wolf, 1989). Foto terestris atau disebut dengan istilah fotogrametri jarak dekat (close
range photogrammetry), metode ini menggunakan kamera yang diletakan di lapangan.
Sedangkan foto udara merupakan proses pemotretan yang dilakukan dari udara yang
biasanya membutuhkan suatu wahana untuk menerbangkan kamera. Foto udara memiliki
beberapa format, yakni format kecil, sedang, dan tinggi.
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan permintaan akan pemetaan suatu
wilayah dalam berbagai bidang juga berkembang pula berbagai macam metode pemetaan.
Dengan adanya pemanfaatan teknologi kamera dan pesawat tanpa awak maka pekerjaan
pemetaan dapat dilakukan dengan biaya yang murah, cepat dan waktu yang relatif singkat.
Pemanfaatan pesawat tanpa awak telah banyak digunakan didalam pemetaan dengan
metode fotogrametri, ini merupakan metode survei dan pemetaan yang sangat efektif.
Metode ini dapat memotret cakupan wilayah yang luas dari jarak dekat dan ketelitian yang
besar hanya dalam waktu yang singkat. Peta foto yang dihasilkan juga biasanya memiliki
skala yang besar sehingga sangat cocok untuk dimanfaatkan dalam hal perencanaan.
Dalam melakukan pemotretan foto udara ini dibutuhkan berbagai macam rencana
yang harus dilakukan sebelum melakukan pemetaan yaitu pengaturan sidelap, overlap dan
tinggi terbang pesawat tersebut. Dari pengaturan overlap ini menjalelaskan bagaimana
antara satu foto saling bertampalan sehingga nantinya dapat dilakukan pengamatan secara
tiga dimensi.
Dikarenakan itu maka harus dilakukan proses orientasi dalam agar foto yang tidak
berkoordinat dapat memiliki koordinat dan bisa digunakan untuk kebutuhan pemetaan
lainnya.
I.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dalam praktikum ini adalah:
1. Dapat melakukan proses orientasi dalam
2. Dapat menentukan parameter pada setiap fotonya

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. FOTO UDARA
Foto udara ini adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi dalam mengambil
obyek, daerah, atau fenomena yang ada di permukaan bumi ini menggunakan alat berupa
kamera dengan proses perekaman secara fotografik dengan bantuan detector atau alat
pendeteksi berupa film. Film hasil perekaman ini kemudian dicetak secara kimiawi dalam
ruang gelap agar mendapatkan hasil gambar yang sempurna.
Citra foto ini didapatkan dengan cara memotret dengan menggunakan sebuah
wahana (atau alat transportasi) biasanya berupa balon udara, pesawat udara, gantole,
pesawat ultra-ringan, dan pesawat tanpa awak. Pemotretan ini dilakukan dengan
menentukan tujuan pemotretan (disesuaikan dengan tujuan pemetaan pula), menentukan
jalur penerbangan, dan menentukan arah penerbangan. Dengan bantuan kamera udara dan
pesawat udara ini, maka pemotretan udara dapat dilakukan. Foto udara ini terdapat
beberapa jenis pemotretan, yaitu : pemotretan udara secara tegak (vertical), pemotretan
udara secara condong (oblique), dan pemotretan udara sangat condong (high oblique).
Perbincangan mengenai pengelompokan atau klasifikasi jenis foto udara sangat
beragam tergantung dari sudut pandang apa foto udara tersebut dikelompokan.
a. Pengelompokan foto udara berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
digunakan. Contoh : Foto Ultra Violet, Foto Visible (Pankromatik), Foto
Inframerah.
b. Pengelompokan foto berdasarkan skala fotonya. Contoh Foto skala besar, skala
menengah dan skala kecil
c. Pengelompokan foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan, yaitu foto yang
direkam dengan kamera tunggal (satu saluran panjang gelombang), atau dengan
kamera jamak (satu kamera dengan lebih dari satu lensa untuk perekaman pada
berbagai saluran sekaligus).
d. Pengelompokan foto udara berdasarkan sumbu kameranya. Contoh Foto
vertikal (vertical photograph) dan foto condong (oblique photograph)

Citra penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi citra foto dan citra non foto. Citra
foto secara umum disebut foto udara; sedangkan cita non foto biasanya diklasifikasikan
berdasar spectrum yang digunakan (gelombang mikro dan termal dan atau wahana yang
digunakan (Citra Satelit).

2
Ada beberapa dasar klasifikasi citra foto, antara lain diklasifikasikan berdasarkan
panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan pada waktu pemotretan. Tujuan dari
klasifikasi tersebut adalah untuk memudahkan memahami karakteristik obyek muka bumi
yang terekam oleh suatu jenis citra foto tertentu. Atau dengan kata lain, dengan
menggunakan panjang geombang tertentu akan diperoleh suatu citra foto yang mempunyai
karakteristik khusus.
Citra foto memungkinkan untuk diamati secara tiga dimensional dengan
menggunakan alat stereoskopik cermin maupun stereoskop saku. Sepasang citra dapat
diamati secara tiga dimensional apabila terdapat tampalan, dan pada daerah yang
bertampalan tersebut terdapat beda paralaks. Menggunakan alat stereoskop cermin sangat
membantu untuk interprestasi obyek pada foto udara yang bertampalan. Dengan
penggunaan secara tiga dimensional penafsir akan lebih mudah menentukan perbedaan
tinggi antar obyek pada suatu daerah. Sehingga obyek yang menonjol, misalnya
pegunungan, perbukitan, dll. Akan lebih mudah dibedakan dengan obyek yang tidak
menonjol, misalnya : dataran, lembah/sungai, dan lain-lain.
Foto udara adalah salah satu jenis citra penginderaan jauh. Citra penginderaan jauh
sendiri adalah data berupa gambar yang diperoleh dalam sistem penginderaan jauh (Sabins,
1987 dalam Soetoto, 2005 : 1). Atau disebut juga citra penginderaan jauh adalah gambaran
rekaman obyek yang dihasilkan dengan cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, atau
elektronik (Simonett dkk, 1983 dalam Soetoto, 2005 : 1). Foto udara dengan spektrum
gelombang tampak mata, ultra violet dekat, dan infra merah dekat dengan kamera sebagai
sensornya.
Penginderaan jauh menggunakan sensor yang dapat mengukur pantulan matahari
yang membawa informasi mengenai struktur dan komposisi obyek permukaan bumi
(geografis) secara cepat dan akurat sering dimanfaatkan dalam pengadaan data sumber
daya alam. (BALITBANG-00405)
Informasi tersebut diperoleh dari gambaran radiasi spektrum elektromagnetis yang
datang dari obyek kemudian dicatat oleh sensor dalam berbagai bentuk, ukuran, skala dan
lain sebagainya. Hal ini dapat digambarkan dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan
jauh adalah salah satu proses untuk mendapatkan informasi tentang obyek, daerah, atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung ke
obyek yang diteliti. Dengan menggunakan berbagai sensor peneliti mengumpulkan data
dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek tersebut.
Pengumpulan data dari jarak jauh yang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk
variasi tagihan daya, agihan gelombang, atau tagihan elektromagnetik.
Sebagai pembawa informasi digunakan prinsip dasar medan gelombang
elektromagnet yang dapat memisahkan informasi obyek dan terekam oleh sensor pada
sebuah foto. Foto yang dihasilkan tersebut kemudian dilakukan pengolahan data
(interpretasi, koreksi geo-radiometrik, klasifikasi dan plotting) untuk mendapatkan hasil
akhir yang berupa informasi obyek terdiri dari lokasi dan identifikasinya.

3
Benda yang tergambar pada foto udara dapat dikenali pada ciri yang terekam oleh
kamera, antara lain adalah ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral. Ciri spasial adalah
ciri yang berkaitan dengan ruang atau yang disebut dengan unsur interpretasi, meliputi:
warna, bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
1. Warna atau Rona
Objek yang berbeda mempunyai warna yang berbeda pula. Objek yang
tergenang air mempunyai warna yang berbeda dengan warna genteng
perumahan. Rona adalah tingkat kehitaman atau keabuan suatu gambar objek
pada foto udara.
2. Bentuk
Ciri ini dapat membantu untuk mengenali beberapa objek. Contoh: rumah
mukim dalam citra dikenali dengan bentuk persegi panjang, dll.
3. Ukuran
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh: untuk
membedakan antara jalan setapak dengan jalan raya, ukuran sangat penting
digunakan.
4. Pola
Pola berkaitan dengan susunan keruangan objek. Contoh: susunan ruang
antara pohon pada kebun ketela dibanding pada tumbuhan yang tumbuh alami
terdapat perbedaan dengan pola.
5. Bayangan
Suatu objek yang memiliki ketingian tertentu pasti akan menampakkan
bayangan, contohnya adalah gedung.
6. Tekstur

4
Tekstur merupakan frekuensi perubahan warna dalam foto udara atau halus
kasarnya gambar yang nampak pada foto udara.
7. Situs
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang
menunjukkan letak. Misalnya: sebuah kenampakan yang terletak di tepi rel
kereta api dan mempunyai rel dengan kereta api, maka bangunan tersebut
merupakan stasiun.
8. Asosiasi
Setiap jenis objek memilki ciri-ciri tertentu. Hutan hujan tropis memilki
asosiasi lebat, pemukiman kota berasosiasi padat, dan jalan raya berasosiasi
banyak kendaraan.
Karakteristik spektral berhubungan dengan spektrum, contohnya objek yang
menyerap cahaya akan lebih gelap, sedangkan yang memantulkan cahaya akan lebih
terang. Kenampakan objek dipengaruhi oleh waktu, letak, dan kekasaran objek.
Karakteristik temporal berhubungan dengan periode perekaman bahwa foto udara atau
citra didapat tidak hanya dari satu proses perekaman, tetapi berkali-kali.
Foto udara atau peta foto adalah Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan
pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai
gambaran pada foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring
sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya
sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi, sedangkan yang disebut dengan foto
miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya
adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta
adalah foto tegak (Wolf, 1974).

5
Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data
dan informasi tentang suatu obyek serta keadaan di sekitarnya melalui suatu proses
pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Foto udara
diperoleh melalui pemotretan menggunakan sensor kamera yang dipasang pada wahana
terbang, seperti pesawat terbang, helikopter, dan sebagainya. Pada saat wahana yang
digunakan beroperasi, pemotretan dilakukan. Pemotretan tersebut seperti layaknya burung
yang terbang dan melihat kenampakan permukaan Bumi secara tiga dimensional. Dengan
menggunakan foto udara kita bisa mengenali kenampakan dan gejala-gejala yang ada di
muka Bumi. Bedasarkan definisi tersebut, maka pekerjaan fotogrametri dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Metric fotogrametri
Suatu pengukuran yang sangat teliti dengan hitungan-hitungannya untuk
menentukan ukuran dan bentuk suatu objek.
b. Intrepretasi fotogrametri
Kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.

Data dalam bidang fotogrametri dapat dibedakan atas data yang bersifat metrik
(kuantitatif) dan non metrik (kualitatif).
1. Data metrik adalah data yang bersifat kuantitatif dan ditunjukkan dengan nilai
angka. Sebagai contoh data-data ukuran yang diambil dari pengukuran di atas
bidang foto seperti ukuran jarak, sudut, ketinggian, bentuk dan ukuran suatu
obyek. Data-data ini dapat dijadikan bentuk peta dengan skala tertentu melalui
proses reduksi dan tranformasi.
2. Data non metric adalah data yang bersifat kualitatif dan menunjukkan mutu atau
perbandingan dari unsure-unsur obyek yang ada diatas bidang foto. Untuk
tujuan tertentu data ini sangat menunjang dalam pembuatan peta dalam
tematema tertentu.
Secara garis besar obyek yang terekam dibedakan menjadi dua yaitu :

6
a. Bentang alami yang meliputi bukit, lembah, sungai, rawa-rawa, danau,
gunung, laut dsb.
b. Bentang buatan manusia seperti bangunan/gedung, perumahan, waduk,
jalan raya, rel kereta api dsb.
II.2. STEREO PLOTTER
Stereo plotter merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
digitasi titik obyek dari foto stereo secara tiga dimensi, sehingga dapat diperoleh data
vektor yang memiliki nilai ketinggian..

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa koordinat obyek di lapangan dapat
diperoleh dengan melihat perpotongan sinar dari foto kiri dan foto kanan yang saling
bertampalan. Secara umum plotting dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, plotting
interaktif dan plotting otomatis. Plotting otomatis dilakukan dengan cara memperoleh
posisi titik-titik obyek pada foto secara matetais, proses penentuan titiktitik obyek dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan intersection linear model, seperti yang tertulis
pada rumus 2.1 (Habib, 2007).
Plotting interaktif merupakan proses plotting yang dilakukan dengan cara
menentukan sendiri titik-titik obyek yang akan dilakukan digitasi pada ruang tiga dimensi.
Posisi titik dapat ditentukan dengan mengatur posisi x,y kursor plotter serta ketinggian dari
kursor plotter.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari ke dua teknik pengumpulan data foto
stereo. Pada teknik plotting otomatis proses pengumpulan data dapat dilakukan dalam
waktu yang singkat tetapi ketelitian pemilihan obyek yang didigitasi kurang baik, misalnya
obyek yang akan di plot merupakan obyek ground tetapi pada prosesnya obyek-obyek lain
yang bukan katagori ground ikut di plot (bangunan atau pohon). Sedangkah untuk teknk
plotting interaktif proses pelaksanaan membutuhkan waktu yang lebih lama apabila
dibandingkan dengan plotting otomatis, karena penentuan titik obyek dilakuakan sendiri
oleh operator. Hasil plotting yang dihasilkan dengan menggunakan teknik plotting
interaktif memliki ketelitian yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan teknik plotting
otomatis.

7
II.3. PLOTTING
Plotter stereo atau biasa disingkat plotter saja adalah sebuah alat yang dirancang
untuk menghasilkan peta topografi yang bersumber dari foto udara stereo, alat ini
dapat memindah informasi peta tanpa distorsi dari foto stereo. Dengan alat tersebut
dapat digunakan untuk mengorientasikan foto udara secara tepat, sehingga dapat
diperoleh model medan yang tepat pula. Dengan demikian foto tersebut dapat digunakan
untuk membuat peta planimetrik tanpa distorsi dan ketinggian tempat dapat
ditentukansecara tepat, sehingga foto udara tersebut dapat digunakan untuk membuat
peta topografi. Pekerjaan ini meliputi dua tahap, yakni orinetasi dalam (interior
orientation) atau orientasi relative dan orientasi absolute.
Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl.
Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301
m dpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
 Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan
dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
 Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian
dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A – T dari titik A ke
arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0″ – 360°)
searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk mengorientasikan arah dari
A ke T.
Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak,
sungai ataupun punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting
lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya.

8
BAB III PELAKSANAAN

III.1. ALAT DAN BAHAN


 Aplikasi E Foto
 Foto Udara
 Laptop
 Contoh Project Interior Orientation
III.2. WAKTU PRAKTIKUM
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Oktober 2019
Waktu : 13.00-14.00 WIB
III.3. PETUNJUK PRAKTIKUM
II.3.1 FITUR PLOTTING
Fungsi fitur Perintah Feature Tools
Add new Feature: untuk menambahkan fitur baru

Remove Feature: menghapus fitur terbaru

Remove all Feature: menghapus semua fitur

End feature: menyelesaikan proses editing


Select feature/point: memilih fitur/titik yang akan di edit (fitur
terbaru)
Insert point mode: menambahkan titik

Remove point mode: menghapus titik

Edit point mode: untuk memodifikasi/mengedit titik

Load feature: membuka fitur terbaru yang diukur

Save feature: menyimpan pekerjaan

Export feature as... : mengekspor fitur *.txt atau *.shp

9
II.3.2 PROSES PLOTTING
1. Membuka Aplikasi E Foto

2. Membuka File dengan Open File

3. Membuka file UERJ_io_eo.epp

10
4. Melakukan Stereo Plotter dengan cara Execute > Stereo Plotter atau
menggunakkan Ctrl+P

5. Tampilan fitur stereoplotter

6. Menambahkan fitur point dengan memilih ikon add new feature

11
7. Menambahkan klasifikasi fitur

8. Setelah menambahkan fitur point, akan muncul fitur pada bagian feature list

12
9. Melakukan plotting pada titik yang akan diplot, pastikan bayangan merah dan
cyan saling bertampalan sehingga keduanya berada pada titik yang sama

10. Membuat fitur point baru serta mengeplot titik yang ditentukan

11. Membuat fitur garis dengan klasifikasi feature sebagai berikut

13
12. Melakukan plotting pada objek yang diinginkan

13. Membuat fitur garis dengan klasifikasi fitur sebagai berikut

14. Melakukan plotting pada objek yang diinginkan

15. Membuat fitur poligon dengan klasifikasi fitur sebagai berikut

14
16. Melakukan plotting pada objek yang diinginkan

15
17. Membuat fitur poligon dengan klasifikasi fitur sebagai berikut

18. Melakukan plotting pada objek yang diinginkan

16
19. Menyimpan daftar fitur dengan memilih ikon save features

20. Menyimpan file dengan nama yang diinginkan

17
21. Mengexport fitur menjadi .shp atau .txt, dengan cara memilih ikon Export
features as

22. Memasukkan nama file

18
BAB IV HASIL DAN ANALISA

IV.1. STEREO PLOTTING


Setelah melakukan proses stereoplotter pada petunjuk praktikum, hasil dari
stereoplotter pada setiap gambar sebagai berikut:

Berikut adalah data pada setiap fiturnya:


FEATURE KOORDINAT

Feature # 1 Points: number, X, Y, Z


Type: Point 1, 681074.31301070598,
Class: Point 7464364.0305301063,
Name: TIANG 27.176119739123756
Description:
Number of points: 1
Centroid coordinates:
681074.31301070598,
7464364.0305301063,27.176119739123756
Perimeter: 0
Area: 0

19
Feature # 2 Points: number, X, Y, Z
Type: Point 1, 681128.73233226547,
Class: Point 7465108.657406019,
Name: TIANG 2 11.294397126871489
Description:
Number of points: 1
Centroid coordinates:
681128.73233226547,
7465108.657406019,11.294397126871489
Perimeter: 0
Area: 0

Feature # 3 Points: number, X, Y, Z


Type: Line 1, 680990.94339488749,
Class: River 7464738.4714028593,
Name: LEBAR SUNGAI 22.537332137069665
Description: 2, 680991.91160954803,
Number of points: 2 7464733.5963218845,
Centroid coordinates: 680991.4275022177, 22.590919328418167
7464736.0338623719,22.564125732743918
Perimeter: 4.9705860546356613
Area: 0

20
Feature # 4 Points: number, X, Y, Z
Type: Line 1, 681258.29482559371,
Class: Undefined 7465122.7478195317,
Name: LEBAR LAPANGAN 6.2932458130450515
Description: 2, 681299.49821164203,
Number of points: 2 7465156.6578136347,
Centroid coordinates: 1.7958120386361143
681278.89651861787,
7465139.7028165832,4.0445289258405825
Perimeter: 53.55215805612896
Area: 0

Feature # 5 Points: number, X, Y, Z


Type: Polygon 1, 680552.06759670668,
Class: Building 7465111.3228538968,
Name: GEDUNG 70.886444731824596
Description: 2, 680536.86462802766,
Number of points: 4 7465100.1564066289,
Centroid coordinates: 680537.6139968799, 71.619901416838914
7465115.5699296603,72.086913564608238 3, 680522.55826926627,
Perimeter: 86.60358324828141 7465120.1364404336,
Area: 460.2061998322082 71.931826015976142
4, 680538.96549351932,
7465130.664017682,
73.909482093793301

21
Feature # 6 Points: number, X, Y, Z
Type: Polygon 1, 680752.0768407844,
Class: Undefined 7465329.1409259634,
Name: LAPANGAN 33.344731851372359
Description: 2, 680725.14437084249,
Number of points: 4 7465343.0647217967,
Centroid coordinates: 29.452157105833372
680750.27150716784, 3, 680748.29105666582,
7465361.8149512755,29.636927837305567 7465395.1732239593,
Perimeter: 175.85220869253106 24.295345878973254
Area: 1764.013019958343 4, 680775.57376037864,
7465379.8809333853,
31.455476513043276

22
BAB V PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
Dari praktikum Stereoplotter pada Fotogrametri Digital dihasilkan salah satu hasil
stereo plotting sebagai berikut
Feature # 5 Points: number, X, Y, Z
Type: Polygon 1, 680552.06759670668,
Class: Building 7465111.3228538968,
Name: GEDUNG 70.886444731824596
Description: 2, 680536.86462802766,
Number of points: 4 7465100.1564066289,
Centroid coordinates: 680537.6139968799, 71.619901416838914
7465115.5699296603,72.086913564608238 3, 680522.55826926627,
Perimeter: 86.60358324828141 7465120.1364404336,
Area: 460.2061998322082 71.931826015976142
4, 680538.96549351932,
7465130.664017682,
73.909482093793301

23
DAFTAR PUSTAKA
Anjasmara, Ira Mutiara. -. "Sistem Transformasi dan Proyeksi Peta." In Sistem
Transformasi Peta, by Umaryono, -. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hariyanto, Teguh. 2003. Photogrametri 1. Surabaya: Teknik Geodesi ITS.
Santoso, Bobby. 2004. "Fotogrametri 2." www.scribd.com. Januari 28. Accessed Mei 12,
2019. https://www.scribd.com/doc/109238794/Fotogrametri-2.
Dibyosaputro, Suprapto. 1997. geomorfologi Dasar. Yogyakarta : Universitas GadjahMada.
Wicaksono, Felix Yanuar Endro. 2009. Apa Itu Foto Udara?. Yogyakarta: Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY
Wolf, Paul R., Dewitt, Bon A., Wilkinson, Benjamin E. 2014. Elements of
Photogrammetry with Applications in GIS Fourth Edition. New York: McGraw-Hill Education

24

Anda mungkin juga menyukai