Anda di halaman 1dari 25

1

 Kurikulum 2004 Matematika ialah bahan kajian yang mempunyai suatu objek abstrak serta
dibangun dengan melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep yang
diperoleh sebagai akibat logis dari suatu kebenaran yang sebelumnya diterima sehingga memiliki
keterkaitan antara konsep yang ada dalam matematika bersifat sangat kuat serta jelas.
 Kurikulum 2006 Matematika adalah ilmu universal yang mendasari dari perkembangan
teknologi modern saat ini, memiliki peran yang penting dalam berbagai disiplin serta untuk
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi serta
komunikasi saat ini dilandasi karena perkembangan matematika pada bidang teori bilangan,
analisis, teori peluang, aljabar, serta diskrit. Agar dapat menguasai serta untuk menciptakan
teknologi pada masa yang akan datang, maka diperlukan penguasaan dibidang matematika yang
kuat sejak dini.
 Yansen Marpaung Yansen Marpaung berpendapat bahwa ilmu matematika merupakan ilmu
yang dalam perkembangan penggunaanya dengan menganut metode deduksi.
 Hudoyo Matematika berkenaan dengan ide, aturan, hubungan yang diatur dengan logis
sehingga matematika memiliki keterkaitan dengan dengan konsep abstrak.
 Soedjadi Menurut Sodjadi berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan yang
bersifat eksak dengan objek abstrak yang meliputi prinsip, konsep, serta operasi yang ada
hubungannya dengan suatu bilangan.
 Johnson dan Rising Matematika ialah pola berpikir, pembuktian yang logik, pola
mengorganisasikan, matematika adalah suatu bahasa dengan menggunakan istilah yang dapat
didefinisikan secara akurat, cermat, dan jelas, representasinya dengan simbol serta padat, lebih
berupa sebuah bahasa simbol tentang ide dibandingkan tentang bunyi.
 Reys, dkk Matematika merupakan telaah mengenai pola dan juga hubungan, sebuah jalan atau
pola fikir, seni, bahasa serta suatu alat.

Woocara.blogspot

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir,
pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.
Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam
matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan
kreatif.

(www.sarjanaku/2011)
2

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan
yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali
bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.
Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara di mana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi
maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula,
sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem
adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka

(Wikipedia)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau
konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model
fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan
matematis.

KonsepPengrtian Konsep adalah serangkaian pernyataan yang saling berhubungan yang menjelaskan
mengenai sekelompok kejadian / peristiwa dan merupakan suatu dasar atau petunjuk didalam
melakukan suatu penelitian, dimana teori dan konsep tersebut dapat memberikan gambaran secara
sistematis dari suatu fenomena http://www.sumberpengertian.co/pengertian-konsep-secara-umum-
dan-menurut-para-ahli

Hipotesis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian


3

Hubungan antara hipotesis dan teori

Hipotesis atau hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.[1]

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan
diteliti.[2] Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja
menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.[2] Kesengajaan ini disebut percobaan atau
eksperimen.[2] Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.[2]

Contoh:

Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit
mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat
kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini
disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya
dinyatakan keliru.

Trade off berasal dari bahasa inggris yang artinya pertukaran kondisi atau pergantian konsekuensi atau
juga akibat.

Trade off berasal dari bahasa inggris yang artinya pertukaran kondisi atau pergantian konsekuensi atau
juga akibat. Contohnya Tradeoff dari pemberian subsidi untuk BBM adalah devisit APBN meningkat dan
memberatkan kondisi negara. Tradeoff dari memberikan bonus kepada karyawan adalah menambah
pengeluaran cash perusahaan.

 shellyhuzaynah.wordpress.com/2009/02/06/trade-off

Trade – off dalam Kehidupan Trade-off adalah situasi dimana seseorang harus membuat
keputusan terhadap dua hal atau mungkin lebih, mengorbankan salah satu aspek dengan alasan
tertentu untuk memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda.
4

Science, Berasal dari bahasa Latin, yang berarti "pengetahuan", adalah usaha memulai
kegiatan yang sistematis untuk membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk
penjelasan dan prediksi yang ada di alam semesta. Dalam penggunaan modern, "Science"
lebih sering mengacu kepada cara untuk mengejar pengetahuan tetapi tidak hanya
pengetahuan itu sendiri. Hal ini sering diperlakukan sebagai sinonim dengan ilmu
pengetahuan alam dan jasmani, dengan demikian pada cabang-cabang dari studi yang
terkait dengan fenomena alam semesta, material dan hukum dengan pengecualian yang
termasuk dari matematika murni. https://derysatya.blogspot.com/2012/08/pengertian-
science.html

. Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional


Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan
dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan
yang dimiliki sesuai dengan standar.
2. Belajar secara individual
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
8. Interaksi di antara siswa kurang
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.

https://belajar-nonstop.blogspot.com/2013/03/metode-pembelajaran-konvensional.html

CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SECARA KONSTUKTIVISME

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam
dunia sebenar
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai
panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid
4. Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran.
8. Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.
//surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/
5

Behaviourisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan
oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat
dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman
kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti
dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.

Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan


dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang
menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dinilai secara konkret.

adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan
lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini
berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.

Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris.
Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan
material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Little tanggung jawab
ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.

Ada beberapa tokoh teori belajar behaviorisme. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut
antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan
dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam
pembelajaran.

1.Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,
atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah
laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme
(Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum
latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana
hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

2.Teori Belajar Menurut Watson


6

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang
belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

https://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/

Anak berKebutuhan Khusus

Pada hakekatnya pendidikan inklusif tidaklah hanya sebatas untuk memberi kesempatan
kepada anak-anak berkebutuhan khusus, untuk menikmati pendidikan yang sama, namun hak
berpendidikan juga untuk anak-anak lain yang kurang beruntung, misalnya anak dengan
HIV/AIDS, anak-anak jalananan, anak yang tidak mampu (fakir-miskin), anak-anak korban
perkosaan, korban perang dan lainnya, tanpa melihat agama, ras dan bahasanya. Konsep
pendidikan inklusif memiliki lebih banyak kesamaan dengan konsep yang melandasi gerakan
‘Pendidikan untuk Semua’ dan ‘Peningkatan mutu sekolah’. Namun kebijakan dan praktek
inklusi anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) telah menjadi katalisator utama untuk
mengembangkan pendidikan inklusif yang efektif, yang fleksibel dan tangap terhadap
keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar.
“Pendidikan inklusif merupakan perkembangan pelayanan pendidikan terkini dari model
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dimana prinsip mendasar dari pendidikan inklusif,
selama memungkinkan, semua anak atau peserta didik seyogyanya belajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.” (pernyataan
Salamanca,1994)
“Inklusi itu masa depan, milik ras manusia, hak asasi manusia, pengupayaan agar bisa
hidup berdampingan satu sama lain, bukanlah sesuatu hal yang harus dilakukan kepada
seseorang atau untuk seseorang, dilakukan bersama bagi satu sama lain, bukanlah sesuatu
yang kita lakukan sedikit saja”. (Marsha Forest, 2005: 19).
Adapun pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback
(1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di
kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang
dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga
merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling
7

membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi.
Menurut Heller, Holtzman&Messick (1982), mengatakan bahwa layanan ini
merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas
berdasarkan hasil identifikasi yang tepat. Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa sangat
sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepat, karena
karakteristik mereka yang sangat heterogen.
Dan pernyatan-pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa sekolah reguler yang
berorientasi inklusi merupakan alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan
masyarakat yang ramah, mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan
pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena akan
menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.
2.3 Perkembangan pendidikan ABK di Indonesia
Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus Secara historis, istilah yang digunakan untuk
menyebut anak berkebutuhan khusus (ABK) mengalami perubahan beberapa kali sesuai dengan
paradigma yang diyakini pada saat itu. Perubahan istilah yang dimaksud mulai dari anak cacat,
anak tuna, anak berkekurangan , anak luar biasa, atau anak berkelainan sampai menjadi istilah
anak berkebutuhan khusus. Di Indonesia, penggunaan istilah-istilah tersebut baru diundangkan
secara khusus pada tahun 1950 melalui Undang-undang Nomor 4 , kemudian disusul dengan
Undang-undang Nomor 12 tahun 1954 dengan istilah anak cacat atau anak tuna, atau anak
berkekurangan.
Indonesia Menuju Pendidikan inklusi Secara formal dideklarasikan pada tanggal 11 agustus
2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk mempersiapkan
pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang cacat anak. Setiap penyandang cacat berhak
memperolah pendidikan pada semua sektor, jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 6 ayat 1).
Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat,
kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat (Pasal 6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat).
Disamping pendidikan atau sekolah reguler, pemerintah dan badan-badan swasta
menyelenggarakan pendidikan atau sekolah khusus yang biasa disebut Sekolah Luar Biasa (SLB)
untuk melayani beberapa jenis kecacatan. Tidak seperti sekolah reguler yang tersebar luas baik di
8

daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. SLB dan SDLB sebagian besar berlokasi di
perkotaan dan sebagian kecil sekali yang berlokasi di pedesaan. Penyandang cacat anak untuk
menjangkau SLB atau SDLB relatif sangat jauh hingga memakan biaya cukup tinggi yang tidak
terjangkau penyandang cacat anak dari pedesaan. Ini pula masalah yang dapat diselesaikan oleh
pendidikan atau sekolah inklusi, di samping memecahkan masalah golongan penyandang cacat
yang merata karena diskriminasi sosial, karena dari sejak dini tidak bersama, berorientasi dengan
yang lain.
Akhir abad ke 20 muncul gerakan "Normalisasi " bukan berarti membuat anak luar biasa
menjadi normal, tetapi penyediaan pola dan kondisi kehidupan sehari-hari bagi anak luar biasa
sedekat mungkin dengan pola dan kondisi kehidupan masyarakat pada umumnya Perhatian dari
pemerintah pun tampak dari layanan pendidikan khusus yang disediakan bagi mereka,
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Dirjen Manajemen Dikdasmen, 2006). Adapun istilah yang digunakan di Indonesia
adalah anak berkebutuhan khusus sebagai terjemahan dari istilah "Children with Special needs ".
Istilah ini muncul sebagai akibat adanya perubahan cara pandang masyarakat terhadap anak luar
biasa (Exceptional Children). Pandangan baru ini meyakini bahwa semua anak luar biasa
mempunyai hak yang sama dengan manusia pada umumnya. Oleh karena itu semua anak luar
biasa baik yang berat maupun yang ringan (tanpa kecuali) harus dididik bersama-sama dengan
anak-anak pada umumnya di tempat yang sama. Dengan perkataan lain anak-anak luar biasa
tidak boleh ditolak untuk belajar di sekolah umum yang mereka inginkan. Sistem pendidikan
seperti inilah yang disebut dengan pendidikan inklusif.

InQuiri

Definisi Metode Inquiri


Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses
penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam
memecahkan masalah.
Proses inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh
karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri
adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok
kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas matematika terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip
matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru.
Peran utama guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 : 6.39).
9

Sebuah contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua garis yang
sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inquiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan
sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik lainnya untuk inquiri adalah menentukan kepadatan lalu
lintas di suatu perempatan, menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak,
menentukan banyak air suatu aliran sungai.
Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan
inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :
 Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan sebagainya.
 Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan
mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan,
masalah, dan sebagainya.
 Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru dilaksanakan.
 Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang
dapat diterapkannya ke situasi lain.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan metode inquiri, sebagai berikut :

 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;


 Merumuskan masalah yang ditemukan;
 Merumuskan hipotesis;
 Merancang dan melakukan eksperimen;
 Mengumpulkan dan menganalisis data;
 Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka,
berkemauan, dan tanggung jawab.
Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode ini berada pada ranah
kognitif, maka kriteria pemilihan metode pembelajaaran metode inquiri adalah harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran atau konteks domain tujuan pembelajaran yang tujuannya dengan penekanannya
pada domain kognitif.
b. Kebihan dan Kekurangan Metode Inquiri
Kelebihan dari Metode Inquiri
 Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan
untuk hasil akhir.
 Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan /
memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya.
 Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan
demokrasi.

. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato

Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan keterampilan
proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan
10

keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri dari :
(1) Pengamatan, (2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4) Pengukuran, (5)
Pengkomunikasian, (6) Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan terintegrasi
terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan bilangan, (3) Perumusan hipotesis, (4)
Pendefenisian secara operasional, (5) Melakukan eksperimen. Agar siswa-siswa memiliki
keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan
dengan keterampilan itu .

b. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan
untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.

1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya
penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c)
pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek;
11

(e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f) melakukan
pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”

Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan
pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut
pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitatif.

Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau
seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau,
apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya
menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang
diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35).

Melalui pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati obyek-
obyek dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang diperolehnya
mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan kecakapan
interpretasi atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan penelitian
berikutnya. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar dalam
pembelajaran IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses lainnya, seperti
keterampilan menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan pengukuran dan
keterampilan klasifikasi (Suderajat Hari, 2004 : 76).

Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36) mengemukakan bahwa terdapat tujuh
komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu :

1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-
hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
2. Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk
membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
3. Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati,
waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk
mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.
4. Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting
untuk melengkapi pengamatan kualitatif.
5. Persamaan dan perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan dan
perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan.
6. Perubahan (changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau
sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan
yang terjadi sebagai akibat.
7. komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas
mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang
tepat.

2. Penggunaan bilangan
12

Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian,


dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan
bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola
yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.

3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa
perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya : mineral menyerupai
logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan
dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral
tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi,
2005 : 36).
Keterampilan mengklasifikasi tergantung pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa
belajar untuk mengenali persamaan dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari,
2004 : 79).

4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek, berapa banyak
ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan satu satuan pengukuran,
misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk
melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan
yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 :
37). Keterampilan siswa dalam melakukan pengukuran merupakan salah satu keterampilan
praktis dan bersifat manipulatif dalam keterampilan proses penguasaan ilmu pengetahuan
(Suderajat Hari, 2004 : 82).

5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan,
gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan sesuatu atau menulis data
sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-
banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka
katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi
adalah : (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai;
(b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c)
perancangan poster atau diagram untuk menyajikan pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 37). Kemampuan seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari
apa yang orang tersebut kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur
(Nur M, 1998 : 81).

6. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan.
Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-interferensi
sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa yang mungkin
dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan
tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah : (a)
13

penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c)
pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah
terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang
telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang
mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati.
Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau
pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38).

8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel


Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu.
Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel
manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut
variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi
disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan
bahwa “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin
redup”. Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala
lampu. Pada percobaan ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula
hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama.
Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu
merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel
manipulasi.

Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu
percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa variabel
manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena
itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk
tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen
yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang
benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan
adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji
hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi
semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu
lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri dengan
pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak
mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai,
dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak
mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap
redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel
manipulasi).

Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah :


14

(a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang
diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40).

9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan. Beberapa perilaku
siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian
variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam
suatu percobaan.

10. Perumusan Hipotesis


Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang
bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika
dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin
besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa
hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap
variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi
dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.

Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau
dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran
yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang
dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang
dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik.
Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a)
perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk
menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 41).

11. Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO)


PVSO adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa
yang diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian
berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.

Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang
dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu
pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan
semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke
dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah
volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. untuk variabel respon, tindakan yang
dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM.
Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat defenisi operasional variabel sendiri-sendiri,
artinya variabel yang sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang
ditetapkan masing-masing peneliti.
15

Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah
terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat
mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman
dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek
tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu
kejadian.

12. Melakukan eksperimen


Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen,
seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata
lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan
untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis.
Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan
siswa saat melakukan eksperimen adalah : (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang
kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol
variabel, (d) mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42).
16
17

Hal ini Nampak pada definisi Carin (1993) mendifinisikan sains sebagai “suatu kemampuan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis yang dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam”. Sedangkan menurut Nokes (Nur, 2000) didalam bukunya yang berjudul Sience In Education
menyatakan bahwa “sains merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus”.
Selain kedua pendapat tersebut masih banyak perumusan lain yang berusaha nutuk menjelaskan perihal
sains.

Pada dasarnya dapat dijelaskan bahwa sains adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan pengamatan, percobaan,
penyimpulan,penyusunan teori, percobaan,dan demikian seterusnya. Saling terjadi keterkaitan antara
cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu dengan cara yang demikian ini
dikenal dengan metode ilmiah. Pengertian metode ilmiah itu sendiri adalah merupakan suatu cara yang
logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
18

Matematika Selayang Pandang Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat diperlukan untuk
landasan bagi teknologi dan pengetahuan modern. Disamping itu, Matematika memberikan
ketrampilan yang tinggi pada seseorang dalam hal daya abstaksi, analisis permasalahan dan
penalaran logika. Dengan demikian Matematika berfungsi untuk membantu mengkaji alam
sekitar sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi untuk kesejahteraan umat manusia.
Masalah - masalah yang timbul dalam sektor pertanian, industri, ekonomi dan kesehatan juga
dapat dipecahkan dengan pendekatan - pendekatan matematis. Dewasa ini matematika telah
berekembang dengan pesatnya, terdapat berbagai alasan yang mendasari pendapat ini :   

Masalah yang didalamnya terkandung matematika telah berkembang semakin canggih. Peranan
matematika dalam perkembangan dunia komputer, yang mencakup kebutuhan perancangan dan
permanfaatan komputer secara effektif, effesien dan murah. Kecenderungan dunia keilmuan
yang semakin bersifat kuantitatif, bertumpu pada matematika

2.1 Matematika dapat melatih disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Seorang
matematikawan tahun 1994, John Nash adalah pemenang hadiah Nobel dalam bidang ekonomi,
dia diakui kepeloporannya dalam memperkenalkan pendekatan dan metode matematika dalam
ekonomi. Pakar matematika terapan lainnya, herberk Hauptman Ph.D. bahkan memmperoleh
hadiah Nobel dalam bidang kimia pada tahun 1985 karena kontribusinya dalam bidang
kristtalografik dengan memanfaatkan matematika untuk mengidentifikasi kristal. Dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah
menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hampir seluruh dimensi kehidupan senantiasa disertai
dengan berbagai kemudahan, sebagai buah dari keberhasilan bidang teknologi ini. Kemudahan
yang hampir tidak mengenal batas ini semakin mengukuhkan bahwa dunia yang kita diami ini
seakan tak memiliki dinding pembatas atau bahkan tembok pemisah sekalipun. Akses yang
semakin mudah dan kesempatan yang semakin murah, di tengah-tengah jaman yang senantiasa
berubah, menyebabkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagai dua obyek
yang saling berlarian. Perkembangan keduanya senantiasa sulit untuk dikejar, jika tidak disertai
dengan upaya yang sungguhsungguh dan perencanaan yang amat matang. Perkembangan pesat
di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
19

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini, sebab pada dasarnya pelajaran matematika diberikan untuk: - membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama.; - mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,
tabel, diagram, dan media lain. 3. Kontribusi Matematikawan Muslim Matematika Arab dapat
dibagi ke dalam 4 kategori: 1. Aritmatika, yang dianggap merupakan turunan dari India dan
didasarkan pada prinsip posisi. 2. Aljabar, meskipun berasal dari Yunani, Hindu dan sumber-
sumber lain di Babylonia, akan tetapi di tangan para pakar Muslim diubah menjadi mempunyai
karakteristik baru dan lebih sistimatis. 3. Trigonometri, dengan ramuan utama dari Yunani, tetapi
oleh bangsa Arab dan ditangani menurut cara Hindu, menjadi mempunyai lebih banyak fungsi-
fungsi dan rumus-rumus. Kategori ini menjadi dikenal karena peran ibn-Yunus (meninggal tahun
1008) dan Alhazen, keduanya dari Mesir, mengenalkan rumus 2cos x cos y = cos (x + y) + cos (x
- y). Salah satu rumus penjumlahan ini yang

sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan matematika pada umumnya dan trigonometri pada
khususnya pada abad 16, sebelum ditemukan logaritma. 4. Geometri yang juga berasal dari
Yunani tetapi di tangan bangsa Arab digeneralisasi di sana-sini sampai mengkristal seperti
bentuknya sekarang ini. Kategori ini, setelah era Alhazen, dikembangkan ilmuwan Timur tapi
oleh orang Barat lebih dikenal sebagai penyair, yaitu Omar Khayyam. Saat, ini ilmu
pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan Amerika). Kita
hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri Timur (Arab Muslim,
India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan Arab Muslim yang
mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi, dikenal
sebagai bapak Aljabar, memperkenalkan bilangan nol (0) sebagai tempat dalam basis sepuluh
(desimal), dan penerjemah karyakarya Yunani kuno. Konsep bilangan nol telah berkembang
sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari
sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Apakah
benar hanya itu kontribusi negeri-negeri timur (khususnya umat Islam) terhadap perkembangan
matematika? Generasi penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820), Abu
Kamil (lahir tahun 850) memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar.
Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan
sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-
penelitian ini mendasari penciptaan aljabar polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik,
solusi numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan. Al-
Karaji (lahir tahun 953) diyakini sebagai orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan
pengaruh operasi geometri dalam aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan
1/x, 1/x2, 1/x3,…dan memberikan aturan-aturan untuk perkalian dari dua suku darinya. Selain
itu, ia juga berhasil menemukan teorema binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya
untuk memajukan matematika, ia mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200 tahun
kemudian), yaitu Al-Samawal adalah orang pertama yang membahas topik baru dalam aljabar.
Menurutnya bahwa mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja
dengan mengoperasikan sesuatu yang diketahui. Matematikawan Muslim lainnya adalah Omar
20

Khayyam(1050 - 1123) yang lahir sekitar tahun 1048. Dia berjasa besar melalui penelitiannya,
memberikan klasifikasi lengkap dari persamaan pangkat tiga melalui penyelesaian geometri
dengan menggunakan konsep pemotongan kerucut. Dia juga memberikan sebuah konjektur
(dugaan) tentang deskripsi lengkap dari penyelesaian aljabar dari persamaan-persamaan pangkat
tiga. Untuk lebih memudahkan uraian diberikan contoh persamaan: x³ + ax² + b²x + c³ = 0,
kemudian, dengan teknik substitusi, mengganti, x² = 2py akan diperoleh 2pxy + 2apy + b²x + c³
= 0. Hasilnya dari persamaan ini adalah hiperbola dan variabel untuk melakukan substitusi, x² =
2py, adalah parabola. Matematikawan berikutnya adalah Sharaf al-Din al-Tusi yang lahir tahun
1135. Dia mengikuti Omar Khayyam dalam mengaplikasikan aljabar pada geometri, yang pada
akhirnya menjadi permulaan bagi cabang algebraic geometry. Di luar bidang aljabar,
matematikawan Muslim juga mempunyai andil. Salah seorang dari Banu Musa bersaudara, yaitu
Thabit Ibnu Qurra (lahir tahun 836), mempunyai kontribusi yang banyak bagi matematika. Salah
satunya adalah dalam teori bilangan, yaitu penemuan pasangan bilangan yang mempunyai sifat
unik; dua bilangan yang masing-masingnya adalah jumlah dari pembagi sejati bilangan lainnya
dan disebut pasangan bilangan bersahabat (amicable number). Teorema Thabit Ibnu Qura ini
kemudian dikembangkan oleh Al-Baghdadi (lahir tahun 980). Thabit Ibnu Qurra juga
mempunyai kontribusi bagi teori dan observasi dalam astronomi. Al-Batanni (lahir tahun 850)
membuat observasi yang akurat yang memungkinkannya untuk memperbaiki data-data dari

Ptolemy tentang bulan dan matahari. Nadir al-Din al-Tusi (lahir tahun 1201), berdasarkan
astronomi teoritisnya dalam pekerjaan Ptolemy, membuat pengembangan yang sangat signifikan
dalam model sistem planet. Pembuatan tabel-tabel fungsi trigonometri adalah bagian dari
pekerjaan para matematikawan Muslim dalam penelitian bidang astronomi, seperti yang
dilakukan oleh Ulugh Beg (lahir tahun 1393) dan AlKashi(lahir tahun 1380). Konstruksi alat-alat
astronomi juga tak lepas dari pengaruh para matematikawan Muslim. Ibrahim Ibnu Sinan (lahir
sekitar tahun 910-an) dan kakeknya Thabit Ibnu Qurra, mempelajari kurvakurva yang diperlukan
dalam mengonstruksi jam matahari. Abul-Wafa (lahir tahun 940-an) dan Abu Nasr Mansur (lahir
tahun 970-an) mengaplikasikan geometri bola terhadap astronomi dan menggunakan rumus-
rumus yang melibatkan sinus dan tangen. Kemudian Al-Biruni (lahir tahun 973) menggunakan
rumus sinus baik dalam astronomi maupun dalam perhitungan garis bujur dan lintang dari kota-
kota. Dalam kasus ini, Al-Biruni melakukan penelitian yang sangat gencar dalam proyeksi dari
bola pada bidang. Berikutnya adalah Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (lahir tahun 965 di Basrah
Irak), yang oleh masyarakat Barat dikenal dengan nama Alhazen. Al-Haytam adalah orang
pertama yang mengklasifikasikan semua bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang
merupakan jumlah dari pembagi-pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1) di mana
2k-1 adalah bilangan prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah bilangan
prima, 1+(p-1)! habis dibagi oleh p. Sayangnya, jauh di kemudian hari, hasil ini dikenal sebagai
Teorema Wilson, bukan Teorema Al-Haytam. Teorema ini disebut Teorema Wilson setelah
Warring pada tahun 1770 menyatakan bahwa John Wilson telah mengumumkan hasil ini. Selain
dalam bidang matematika, Al-Haytam juga dikenal baik dalam dunia fisika, yang mempelajari
mekanika pergerakan dari suatu benda. Dia adalah orang pertama yang menyatakan bahwa jika
suatu benda bergerak, akan bergerak terus menerus kecuali ada gaya luar yang memengaruhinya.
Ini tidak lain adalah hukum gerak pertama, yang umumnya dikenal sebagai hukum Newton
pertama. Selain itu, Al-Haytam memberikan andil yang sangat besar bagi perkembangan teori
21

dan praktik optik. Al-Farisi (lahir tahun 1260) memberikan metode pembuktian yang baru untuk
teorema Thabit Ibnu Qurra. Dia memperkenalkan ide baru berkenaan faktorisasi dan metode
kombinatorik. Matematikawan lainnya adalah Al-Kashi (lahir tahun 1380) yang memberikan
kontribusi besar bagi perkembangan teori pecahan desimal. Teori ini mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan teori bilangan riil dan sejarah penemuan bilangan (pi). Selanjutnya ia
mengembangkan algoritma penghitungan akar pangkat n. Metode ini beberapa abad kemudian
dikembangkan oleh matematikawan barat Ruffini dan Horner. Ibrahim Ibnu Sinan (lahir sekitar
tahun 910-an) dan kakeknya Thabit Ibnu Qurra, mempelajari kurvakurva yang diperlukan dalam
mengonstruksi jam matahari. Abul-Wafa (lahir tahun 940-an) dan Abu Nasr Mansur (lahir tahun
970-an) mengaplikasikan geometri bola terhadap astronomi dan menggunakan rumus-rumus
yang melibatkan sinus dan tangen. Kemudian Al-Biruni (lahir tahun 973) menggunakan rumus
sinus baik dalam astronomi maupun dalam perhitungan garis bujur dan lintang dari kota-kota.
Dalam kasus ini, Al-Biruni melakukan penelitian yang sangat gencar dalam proyeksi dari bola
pada bidang. Khalifah Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, sangat
memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya, yang dimulai pada
sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga
ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Bahkan khalifah
berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun lebih besar lagi perhatiannya terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya di Bagdad didirikan Dewan Kearifan, yang
menjadi pusat penelitian dan penerjemahan naskah Yunani. Beasiswa disediakan bagi para
penerjemah dan umumnya mereka bukan hanya ahli bahasa, tetapi juga merupakan ilmuwan
yang ahli dalam matematika. Misalnya Al-Hajjaj menerjemahkan naskah Elements (berisi
kumpulan pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid. Beberapa penerjemah lainnya misalnya
Al-Kindi, Banu Musa bersaudara, dan Hunayn Ibnu Ishaq.

Seperti yang banyak dikemukakan ahli sejarah matematika, terutama yang ditulis oleh orang
Barat, kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas
penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika yang
tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan matematika, baik
karena sengaja atau ketidaktahuannya. Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari
Barat yang lebih objektif dalam mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu
sumber yang ditulis oleh J. J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat
sebenarnya telah banyak berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut
bahwa perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad ke-18
di dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim berabad-abad
sebelumnya. Uraian di atas tidaklah cukup mengulas secara menyeluruh karya-karya
matematikawan Muslim. Masih banyak yang belum tercakup, dan belum terungkap. Belum
tercakup dan belum terungkapnya sematamata karena kurangnya sumber yang mengisahkan
mereka. Dengan demikian, pantas bagi kita untuk mengatakan bahwa matematikawan Muslim
adalah pahlawan-pahlawan matematika yang terlupakan. Atau, memang sengaja dilupakan. 4.
Peranan Matematika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu
abad 20 menjadikan manusia sebagai mahluk istimewa dilihat dari kemajuan berimajinasi.
Konsep terbaru filsapat abad 20 di dasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talen dan
kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode ilmiah (Gambar 1).
22

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berfikir, yang memungkinkan
dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan
mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah
secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan
yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. PROBLEM

. Perkembangan IPA dan Teknologi dalam Penyediaan Pangan, Sandang, dan Papan.
1) Penyediaan Pangan
Perkembangan IPA dan Teknologi dalam penyediaan pangan melahirkan panca usaha tani
yang merupakan program pemerintah meliputi; varitas unggul, pupuk, pestisida, pola tanam dan
pengairan. Varitas unggul merupakan pilihan utama bagi tanaman unggulan. Pupuk merupakan
bahan makanan pokok dari tanaman. Beberapa macam pupuk misalnya; urea, Z.A. superfosfat,
pupuk kandang, pupuk kompos, dan sebagainya. Pemberian pupuk yang optimum akan
memberikan hasil panen yang maksimum sebab pemberian yang berlebihan, tanaman akan
menjadi kegemukan dan hasilnya justu akan menurun drastic dan tidak sesuai yang diharapkan.
Pestisida merupakan suatu bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama dan
penyakit yang merusak tanaman sehubungan dengan usaha-usaha mempertinggi produksi.
Pola tanam yang teratur, mempermudah pemeliharaan demikian pula adanya bendungan atau
waduk-waduk beserta saluran primer, sekunder, dan drainase yang memadai memberikan
pengairan yang teratur pula, sehingga tanaman tumbuh dengan baik diharapkan akan diperoleh
hasil yang memuaskan.
Disamping Panca Usaha Tani dalam penyediaan bahan pangan, sumber hayati laut
merupakan sumber protein dimana Negara Indonesia terdiri dari deretan pulau. Teknologi
jaringan serta teknologi up weeling akan menjadi lebih mudah dalam penangkapan ikan. Semua
perkembangan IPA dan teknologi antariksa dapat dimungkinkan melimpahnya pangan bagi kita
semua.
2) Penyediaan Sandang
Teknologi material dari perkembangan berbagai macam polimer seperti serat-serat sintetis
yang digunakan sebagai bahan pakaian seperti tetoron, dakron, polyester, tetrek dan sebagainya.
Yang terdapat di toko-toko pakaian, ekonomis dan lebih kuat dari pada bahan pakaian yang
23

dibuat dari bahan serat alam seperti kapas, sutera, dan lain sebagainya. Hal ini karena serat-serat
sintetis dengan suatu katalisa yang cocok mempunyai sifat mekanik yang tinggi dan dapat diatur.
Polimer termoplastik dapat dibuat lembaran-lembaran tergantung dari kebutuhan, dapat
dibuat untuk kulit sintetis sebagai bahan dasar untuk sepatu, sandal, tas dan sebagainya.
Dalam hal perhiasan, perkembangan IPA dan teknologi telah dapat dibuat intan sintetis,
berdasar dari struktur heksagonal dari karbon grafit menjadi struktur tetragonal dari intan.
3) Penyediaan Papan
Salah satu kebutuhan manusia adalah tempat tinggal, untuk mengurangi kepadatan penduduk,
kemajuan IPA dan teknologi telah berhasil membuka lahan untuk pemukiman. Pemukiman-
pemukiman baru ini telah dipelajari agar sesuai dengan lingkungan hidupnya. Gedung-gedung
bertingkat telah dijumpai disana-sini. Disamping itu manusia akan berusaha memanfaatkan
lautan dan antariksa sebesar-besarnya melalui pulau-pulau buatan disertai peternakan, perikanan,
dan perkebunan lautdan dalam jangka panjang pemukiman dan antariksa kini tidak lagi
dipandang mustahil.
b. Perkembangan IPA dan Teknologi dalam Peningkatan Kesehatan.
Cangkok mata, cangkok jantung serta penggunaan perunutukan radioaktif yang
menunjukkan tempat-temnpat penyakit sudah diketahui dan menjadi kenyataan. Dewasa ini
bidang kedokteran sedang melakukan perancangan orang buatan yakni alat buatan manusiayang
dapat ditanam di dalam tubuh untuk menggantikan bagian-bagian sistem yang tidak dapat
bekerja dengan baik.
c. Perkembangan IPA dan Teknologi dalam Penyediaan Energi.
Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Dengan perkembangan IPA dan
teknologi proses pengilangan minyak bumi dan pengambilan biji dapat lebih efisien, sehingga
produksinya meningkat. Disamping dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
perkembangan IPA dan teknologi memanfaatkan energi yang dapat diperbaharui atau sumber
daya alam yang terus menerus ada seperti angin, cahaya matahari, dan pasang surut.

d. Perkembangan IPA dan Teknologi dalam Perkembangan Industri.


Perkembangan industri yang semula di Eropa kemudian menjalar ke Amerika dan
sebagaian Asia maju dengan pesat, karena masyarakat mengharapkan kesejahteraan ekonomi
yang meningkatkan masa depan sehingga timbullah revolusi pertama. Kini mesin tidak lagi
24

dijalankan oleh manusia lagi, melainkan oleh mesin. Adapun pola perkembangan industri
meliputi 3 tahap :
Tahap 1.
Selama 50-100 tahun sebelum Perang Dunia ke dua sektor industri yang dipelopori
teknologi perkembangan dengan sangat pesat dalam bidang pembuatan baja, rel kereta api,
penambangan batubara dan biji besi industry mobil, pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Dalam beberapa hal juga terdapat perkembangan di bidang pertanian yang padat karya.
Tahap 2.
Sesudah Perang Dunia ke dua lahirlah pola lain. Munculah kini revolusi hijau di bidang
pertanian, industri kimia, elektronika, teknolohi computer, telekomunikasi, plastic logam ringan
seperti aluminium, alloys, pesawat pancar gas, teknologi nuklir berdasarkan dirgantara dan lain-
lain. Tahap ini memperlihatkan hubungan erat antara teknologi dan perkembangan guna
sosialnya.
Tahap 3.
Dimasa mendatang bioteknologi akan menjadi sangat penting, orang sudah
mempengaruhi genetika dengan bio-enginering. Hal ini disebabkan oleh kaharusan-keharusan
yang muncul dari kebutuhan produksi, masalah tata lingkungan dan kapasitas produksi.
Perbandingan IPA dan Teknologi di berbagai negara dalam perspektif sejarah
a. Perkembangan IPA dan Teknologi di Berbagai Negara Untuk Memperlihatkan Betapa Erat
Hubungan Antara IPA dan Teknologi.
Perkembangan teknologi sebagaimana kita lihat dalam sejarah mendorong kemajuandan
kekuatan suatu bangsa. Dengan ini ada Negara-negara yang tidak mempunyai sumberdaya alam
sendiri, tetapi teknologinya kuat sehingga mempunyai ekonomi y ang kuat dan disegani Negara
lain.
Negara-negara maju memerlukan waktu untuk mengembangkan tradisi dalam penelitian
IPA dan perkembangan teknologi. Bila diperhatikan perbedaan statistik Negara maju dan Negara
berkembang, perbedaan yang mencolok Nampak nyata adalah perbandingan jumlah manpower.

Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan suatu
permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur, dan terkontrol.
Adapun langkha-langkah operasional metode ilmiah, antara lain:
25

1. Penginderaan
Penginderaan adalah langkah pertama metode ilmiah, sehingga hanya sesuatu yang dapat
diindera yang dapat diselidiki oleh ilmu alamiah
2. Masalah atau Problem ( Perumusan Masalah )
Langkah kedua yang harus dilakukan dalam metode ilmiah adalah perumusan masalah. Masalah
adalah pertanyaan apa, mengapa, dan bagaumana mengenai objek yang diteliti. Masalah tersebut
harus jelas batasannya sehingga mempermudah jalan dalam pencarian data (fakta-fakta yang
relevan terkait pemecahan masalah).
3. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang ditaksir merupakan jawaban dari suatu pertanyaan dan
dibuat berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
4. Eksperimen
Ekperimen merupakan usaha pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
diajukan sehingga diketahui apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis atau tidak.

5. Teori
Bukti dari ekperimen yang telah dilakukan menjadi dasar langkah metode ilmiah yang terakhir,
yakni teori. Suatu teori dapat disusun apabila hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang
diperoleh melalui eksperimen atau survey dan menunjukkan hal yang dapat dipercaya (valid)
walaupun terdapat keterbatasan tertentu. Sebaliknya, apabila fakta-fakta yang ada tidak
mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima inilah yang
merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah dan menjadi bagian dari
ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai