Anda di halaman 1dari 7

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terpenoid

Berbagai macam pendekatan dilakukan untuk mendapatkan produk bahan


alam, dalam hal ini obat dari bahan alam yang memilki aktivitas biologis. Tujuan
utama dari pencarian ini adalah untuk mendapatkan tanaman yang akan dikaji
kandungan kimia nya secara lebih mendalam. Pada dasarnya ada 2 metode untuk
mendapatkan zat aktif secara biologis dalam suatu tanaman yaitu dengan mencari
zat aktif (senyawanya) ataupun dengan mencari efek biologis yang ditimbulkan
oleh tumbuhan tersebut.

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis


senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk
mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi
awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari
suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat
digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain
seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dll. Metode yang
telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid,
flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid.
(TEYLER, V. E. 1988)

Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon


teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup
sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang
sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene
CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah
menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).

3
4

Terpenoid merupakan derivate dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa


terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah
(C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena
kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia
terpenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai
terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil
atau gugus fungsi lainnya.

Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri


berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara
sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu
senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan
bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah
senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadang
kala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian
besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon
dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri adalah bahan
yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang
terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap
air dialirkan ke dalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri
tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan
membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan.
Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10)
dan seskuiterpenoid (atom C 15). (LAURA, 2013).

Senyawa terpenoid merupakan salah satu metabolit sekunder. Senyawa


terpen ini ada dalam jumlah yang besar dan kerangka molekul yang beragam,
namun dapat dengan mudah dikenali melalui keteraturan monomernya yang
terbentuk dari isoprene. (GUNAWAN, 2008).

Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai


bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut sebagai
5

minyak atsiri. Minyak atsiri yang awalnya berasal dari bunga pada awalnya
dikenal dari penentuan struktur secara sederhananya itu dengan perbandingan
atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan
dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah
golongan terpenoid. (LENNY, 2006).

2.1.1 SifatUmum Terpenoid

Sifat fisika dari terpenoid adalah :

1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika


teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap,
2) Mempunyai bau yang khas,
3) Indeks bias tinggi,
4) Kebanyakan optic aktif,
5) Kerapatan lebih kecil dari air,
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alkohol.

2.1.2 Sifat Kimia Terpenoid

1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik),


2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk
enantiomer.

2.1.3 Sintesa Terpenoid

Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:

1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam


mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-,
seskui-, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
6

3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.

Biosintesis senyawa terpen terlibat senyawa yang bercabang. Mula – mula


gugus keton dari karbonil pada aseto asetil koenzim A beradisi aldol dengan asetil
koenzim A menghasilkan derivate asam glutarat. Langkah berikutnya adalah
reduksi dari salah satu gugus karboksil untuk menghasilkan asam mevalonat.
Dari studi penjejakan terbukti bahwa asam mevalonat merupakan bahan asal (
prekursor ) untuk terpen. (LAURA, 2013).

2.2 Azadirachta Indica

Klasifikasi Ilmiah

 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledonae
 Subkelas : Dialypetaleae
 Bangsa : Rutales
 Suku : Meliaceae
 Marga : Azadirachta
 Jenis : Azadirachta indica Juss
7

Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss), termasuk dalam famili


Meliaceae, merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung banyak senyawa
aktif. Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati
adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif
utama azadirachtin. Mimba mengandung 36,12 % azadirachtin (Dewati dkk.,
2009). Azadirachtin sendiri merupakan racun bagi hama dan penyakit tanaman
atau yang lebih dikenal dengan istilah organisme pengganggu tanaman (OPT).
Selain itu mimba mempunyai kegunaan sebagai obat, Minyaknya digunakan
sebagai bahan kosmetik krim perawatan kulit, pasta gigi, sabun mandi, sampo,
sabun cuci dan pelumas (Kardinan, 2000). Dari berbagai bagian tanaman mimba
telah berhasil diisolasi lebih dari 140 senyawa kimia yang sangat bermanfaat
dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk) dan kesehatan (Soegihardjo, C.J.,
2007). Selain itu daun dan biji mimba mengandung belerang, sebagaimana
diketahui bahwa belerang adalah salah satu bahan aktif pembunuh jamur
(Rosyida, V.T., dan Damayanti, E., 2007).

2.3 Spektroskopi 1H-NMR

Spektroskopi 1H-NMR cukup banyak digunakan oleh kimiawan organik.


Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok proton (H)
dalam molekul organik akan beresonansi pada frekuensi yang tidak identik atau
beresonansi pada frekuensi spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu
molekul organik dikelilingi elektron yang berbeda (lingkungan elektroniknya
berbeda). Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti maka makin
besar pula medan magnet yang digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu
molekul organik mempunyai lingkungan elektronik (kimia) yang berbeda maka
akan menyebabkan frekuensi resonansi yang berbeda (Sitorus, 2009). Pergeseran
kimia, dilambangkan dengan δ, menyatakan seberapa jauh (satuan ppm) proton
tersebut digeser dari proton standar Tetrametilsilana (TMS) (δ = 0 ppm), terhadap
frekuensi spektrometer yang digunakan. Pada skala δ maka untuk TMS
didefinisikan sebagai (0,0 ppm) dengan skala (0-10) ppm. Beberapa spektroskopi
menggunakan skala Ł (tou) yang besarnya adalah (10- δ) ppm. Pada spektroskopi
8

1
H-NMR, maka skala δ dan Ł dicatat dari kiri ke kanan pada kertas spektrum
(Sitorus, 2009).

2.4 Spektroskopi karbon NMR (13C-NMR)

Spektroskopi proton atau 1H memberikan gambaran atom-atom hidrogen


dalam sebuah molekul organik. Spektroskopi karbon-13 atau 13C memberikan
gambaran karbon-karbon dalam sebuah molekul organik. Spektra karbon-13 tidak
digunakan meluas seperti spektra proton. Dalam spektroskopi proton yang
dilibatkan adalah isotop yang lazim dan alamiah dari hidrogen, 99,985% atom
hidrogen adalah 1H. Tetapi karbon-13 hanya 1,1% dari atom karbon yang terdapat
di alam, karena 98,9% atom karbon adalah 12C, suatu nukleotida yang tidak
punya spin. Transisi inti 13C dari keadaan paralel ke antiparalel hanyalah transisi
berenergi rendah. Karena kelimpahannya di alam hanya 1,1% maka sensitifitas
13
C-NMR jauh lebih kecil dari 1H yang mempunyai kelimpahan 99,98% di alam.
Pergeseran kimia 13C antara 0 sampai dengan 230 ppm yang terbagi atas sp3
antara 0 – 60, alkohol 60 – 80 ppm, sp antara 70 – 80 ppm, sp2 antara 100 – 160
ppm, gugus karbonil dari gugus karboksilat, ester, lakton, amida, anhidrida, antara
160-180 ppm sedangkan aldehid antara 180 – 200 ppm dan keton antara 190 –
230 ppm.Bentuk sinyal dari gugus metil (CH3) berbentuk quartet, metilen (CH2)
berbentuk triplet, metin berbentuk doublet sedangkan karbon quartener berbentuk
singlet (Santoni, 2009).

2.5 Spektroskopi 1H-1H Homonuclear Correlated Spectroscopy (COSY)

Spektrum H-H COSY adalah satu dari beberapa jenis spektroskopi NMR

dua dimensi. Percobaan pertama untuk NMR dua dimensi diusulkan oleh Jean

Jenner, seorang professor di Université Libre de Bruxelles pada tahun 1971.

Spektrum H-H COSY dapat memberikan korelasi H dengan H tetangga


melalui kontur yang muncul pada spektrum. Dari spektrum ini dapat diketahui
9

protonproton yang berdekatan pada suatu senyawa. Spektroskopi H-H COSY


adalah metode yang paling mudah pada 2D NMR (Supratman, 2010).

2.6 Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond Connectivity (HMBC)

HMBC merupakan salah satu jenis NMR dua dimensi yang digunakan
untuk pembuktian struktur molekul (struktur dua dimensi) senyawa. Melalui data
HMBC ini dapat diketahui proton-karbon dengan jarak dua atau tiga ikatan
sehingga secara tidak langsung dapat digunakan untuk mengetahui karbon-karbon
tetangga yang memiliki jarak dua sampai tiga ikatan dengan suatu proton tertentu
(Mitchell, 2007).

2.7 Spektroskopi massa

Spektroskopi UV-Vis untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis


kualitatif (λmaks) dan analisis kuantitatif berdasarkan persamaan Lambert-Beer.
Spektroskopi IR untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi 1HNMR
untuk menentukan tipe (jenis) proton dan perbandingan jumlah proton tersebut.
Spektroskopi massa (MS) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu
molekul yang belum diketahui BMnya. Spektroskopi massa akan 26 memberikan
informasi harga BM (g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari
suatu molekul organik. Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan
interpretasi data spektra IR dan 1H-NMR akan dapat mengelusidasi struktur
molekul organik unknown (Sitorus, 2009).

Anda mungkin juga menyukai