Anda di halaman 1dari 9

Journal of Marine and Aquatic Sciences 4(2), 244-252 (2018)

Persepsi Nelayan Terhadap Status Konservasi Hiu dan


Pengaruhnya Terhadap Penangkapan Hiu:
Studi Kasus di Kabupaten Badung, Provinsi Bali
Eriq Imanuel a*, I Gede Hendrawan a, Ni Luh Putu Ria Puspitha a
a Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Bali 80361, Indonesia

* Penulis koresponden. Tel.: 085338457728


Alamat e-mail: eriqimanuel@gmail.com

Diterima (received) 7 Agustus 2017; disetujui (accepted) 2 November 2017; tersedia secara online (available online) 4 November 2017

Abstract

Shark is one of top predator that can define and control marine food chain. Shark breeding process is relatively slow
and increase of catching activity has even given worse impact to shark population. Several endangered shark species
has already protected the catch activity was banned. Some of them, such as Alopias superciliosus are found in Benoa
and Kedonganan harbour. This condition happened because of not enough information and knowledge transfer to
the local community about the protected species and catching regulation. Based on that information,the research
about fishermen perception on shark conservation status and its correlation with the shark catch is important to be
conducted. Data was collected using quisioner through interview approach. All the respondent is men with the age
ranged from 16-67 years old, and 98% of respondent is labor. About 55% of the respondent graduated from
elementary school. The result showed that the fisherman perception of shark conservation status categorized as good,
while shark catch that is related with conservation in Badung district is categorized very good. The correlation of
fisherman perception to shark conservation status with shark catching effort is negative, and significant to the shark
catching effort (α=0,05) in Badung district. It means that if the fisherman perception to the shark conservation status in
Badung district increased, so that the catch effort will be decrease.

Keywords: shark; shark catch, fisherman perception.

Abstrak

Hiu merupakan predator teratas dalam rantai makanan yang dapat menentukan dan mengontrol jaring-jaring
makanan yang sangat komplek. Proses perkembangan ikan hiu yang relatif lambat dan peningkatan aktifitas
penangkapan ikan hiu memiliki dampak negatif terhadap populasi ikan hiu. Beberapa jenis hiu yang mengalami
ancaman kepunahan telah dilindungi dan dilarang tangkap. Spesies hiu yang dilarang tangkap seperti Alopias
superciliosus ditemukan di pelabuhan Kedonganan dan Benoa. Hal ini diduga karena kurangnya informasi dan
pengetahuan masyarakat terkait larangan penangkapan beberapa jenis hiu yang terancam dan dilindungi. Oleh
karena itu penelitian mengenai persepsi nelayan terhadap status konservasi hiu dan hubungannya dengan
penangkapan hiu perlu dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
metode kuesioner dengan pendekatan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa profesi nelayan
di Kabupaten Badung digeluti oleh kaum laki-laki dengan umur berkisarantara 16 – 67 Tahun. Sebanyak 98%
responden termasuk dalam kategoori tenaga kerja, artinya nelayan dianggap dapat bekerja dan mampu bekerja
untuk memenuhi kebutuhannya. Tingkat pendidikan responden dominan tamat sekolah dasar sebesar 55%. Persepsi
nelayan terhadap status konservasi hiu di kabupaten Badung tergolong dalam kualifikasi baik, sedangkan
penangkapan hiu berhubungan dengan konservasi di kabupaten Badung yang tergolong dalam kualifikasi sangat
baik. Persepsi nelayan terhadap status konservasi hiu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap usaha
penangkapan hiu (α=0,05) di kabupaten Badung, hal ini berarti ketika persepsi nelayan terhadap status konservasi
hiu di kabupaten Badung meningkat maka penangkapan hiu di kabupaten Badung akan menurun.
Kata Kunci: hiu; penangkapan hiu; persepsi nelayan

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


245 Journal of Marine and Aquatic Sciences

1. Pendahuluan hiu memiliki dampak negative terhadap populasi


ikan hiu.
Perairan Indonesia merupakan perairan beriklim Beberapa jenis hiu yang diperkirakan
tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman mengalami ancaman kepunahan masuk dalam
jenis biota – biota laut tinggi, salah satunya adalah Appendiks II CITES (Convention on International
ikan hiu dan tercatat sebagai negara terbesar Trade in Endanger Species of Wild Fauna and Flora)
penghasil ikan hiu (Sembiring et al., 2015). Ikan
diantaranya Carcharhinus obscurus, Carcharhinus
hiu merupakan salah satu kelompok dari sub kelas
falciformes, Carcharhinus plumbeus, Carcharhinus
ikan bertukang rawan (elasmobranchii) yang
longimanus, Sphyrna leweni, Sphyrna zygaena,
hidup pada perairan dangkal hingga palung laut
sphyrna mokarran. Permen KP nomor 12 tahun 2012
terdalam dan pada daerah beriklim dingin hingga
mengeluarkan larangan penangkapan spesies hiu
beriklim tropis hangat (Rahmat, 2011). Ikan hiu
Alopias pelagicus, Alopias superciliosus dan Alopias
merupakan salah satu sumber daya alami yang
vulpinus, dimana dua spesies diantaranya yaitu
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan
Alopias superciliosus dan Alopias pelagicus terdapat
merupakan salah satu kegiatan usaha yang bersifat
di Indonesia.
komersial (Suryagalih, 2016). Perdagangan produk
Pelabuhan Kedonganan merupakan salah satu
hiu secara global diperkirakan sebesar 1.145.087
kawasan pendaratan ikan hiu oleh nelayan di Bali.
ton/tahun dan sebagian besar produk tersebut
Hal ini dikarenakan perairan Badung merupakan
diekspor dalam bentuk sirip, minyak, dan kulit
perairan yang berbatasan langsung dengan
(Suryagalih, 2016; Jabado et al., 2015).
samudera Hindia. Hasil tangkapan hiu merupakan
Berdasarkan data statistik perikanan tangkap di
jenis tangkapan sampingan (bycatch) dan
Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa
tangkapan yang tidak diinginkan karena alasan
penangkapan hiu di Indonesia dari tahun 2005
peraturan (Permen KP nomor 12 tahun 2012) dan
hingga 2011 adalah berkisar antara 43.306
nilai ekonomi yang kemudian dibuang kembali ke
ton/tahun - 57.462 ton/tahun. Aktifitas
laut (discard) dari tangkapan rawai tuna di
perdagangan hiu di Indonesia sudah mendapat
Samudera Hindia, dimana hasil tangkapan
perhatian dan sorotan internasional dimana hal itu
sampingan (bycatch) hiu selama 2005-2013 adalah
diakibatkan oleh tingginya angka penangkapan
sebesar 2.255 ton (15%) dan discardnya sebesar 30
ikan hiu (Saraswati et al., 2016; Handayani et al.,
ton (0, 17%) (Setyadji et al., 2014).
2018). Berdasarkan Internasional Union for the
Hendra et al., (2016) menyatakan bahwa telah
Conservation of Nature (IUCN) dari 1044 jenis hiu
ditemukan 23 jenis spesies hiu di pelabuhan
dan pari di temukan bahwa 30% dari jenis hiu dan
Kedonganan dan 3 jenis hiu di pelabuhan Benoa.
pari adalah terancam atau hampir terancam
Diantara spesies yang ditemukan spesies yang
punah. Sebanyak 47% lagi dikategorikan sebagai
masuk dalam apendiks II yaitu spesies Sphyrna
Data Deficient, artinya lebih banyak informasi
leweni dan Alopias superciliosus. Hal ini diduga
diperlukan untuk menempatkannya dalam
karena kurangnya informasi dan pengetahuan
kategori ancaman. Spesies dalam kategori Data
masyarakat terkait larangan penangkapan
Deficient dapat ditemukan Terancam begitu
beberapa jenis hiu yang terancam dan dilindungi.
mereka telah dinilai.
Simpfendorfer et al., (2011) menyatakan bahwa
Hiu merupakan top predator dalam rantai
ketidaktahuan masyarakat tentang jenis hiu yang
makanan sehingga hiu dapat menentukan dan
dilindungi dan terancam akan menyebabkan
mengontrol jaring-jaring makanan yang sangat
masalah bagi pengelolaan perikanan dan
komplek (Ferdiansyah dan Hidayat, 2017). Akan
konservasi hiu.
tetapi pada umumnya hiu berkembang sangat
Pengelolaan perikanan dan konservasi hiu
lambat, dimana hiu memerlukan waktu bertahun-
hingga saat ini belum dilaksanakan secara optimal,
tahun untuk mencapai usia dewasa (Worm et al.,
dimana data dan informasi sosial ekonomi
2013). Sebagian besar ikan hiu membutuhkan
perikanan hiu masih sangat terbatas (Bangun dan
waktu enam sampai delapan belas tahun atau
Pahlawan, 2014). Informasi mengenai sosial
lebih untuk mencapai dewasa (Worm et al., 2013).
ekonomi perikanan hiu sangat berguna untuk
Mengingat lambatnya proses perkembangan ikan
melakukan evaluasi perdagangan spesies,
hiu, maka peningkatan aktifitas penangkapan ikan
masukan strategi pengelolaan, dan berfungsi

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


Imanuel E dkk. 246

untuk pengelolaan perikanan hiu dan konservasi homogen, artinya memiliki unsur sifat yang sama
hiu (Simpfendorfer et al., 2011). Informasi sehingga tidak dipersoalkan jumlahnya secara
mengenai persepsi masyarakat terkait status kuantitatif, dimana minimal sampel yang diambil
konservasi hiu di kabupaten Badung masih sangat adalah sebanyak 1% dari populasi masyarakat
minim. Oleh karena, itu penelitian ini penting nelayan di kabupaten Badung (Sugiyono, 2016).
dilakukan mengingat tingginya aktifitas Dalam penelitian ini, saya mengumpulkan data
penangkapan ikan hiu dan kurangnya informasi sebanyak 200 orang nelayan atau setara dengan ±
mengenai persepsi masyarakat terkait status 9% dari total populasi nelayan yang ada di
konservasi hiu. kabupaten Badung.

2. Metode Penelitian 2.2.2 Teknik Pengumpulan data

2.1 Waktu dan Tempat Proses pengambilan data ini dilakukan dengan
metode survey. Jansen (2010) menyatakan bahwa
Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan metode penelitian survey adalah metode yang
Maret 2017 hingga Mei 2017. Wilayah daerah dilakukan sebagai kategori umum penelitian yang
penelitian yaitu meliputi wilayah pesisir menggunakan kuesioner dengan pendekatan
kabupaten Badung (Gambar 1). Wilayah pesisir wawancara. Wawancara yang dilakukan terkait
kabupaten Badung yang dimaksudkan meliputi dengan pemahama nelayan terhadap
pesisir Pantai Berawa, Pantai Mengening, Pantai perlindungan hiu dan penangkapan hiu.
Kedonganan, Pantai Jimbaran, Tanjung Benoa, Pemahaman nelayan terhadap perlindungan
dan Pantai Samuh. Metode yang digunakan untuk hiu adalah bagian terpenting dari konservasi hiu.
penentuan titik lokasi penelitian adalah purposive Hal ini karena nelayan merupakan komponen
random sampling. Purposive random sampling adalah yang terlibat langsung dengan kegiatan konservasi
teknik pengambilan data dengan pertimbangan hiu, dimana ketika minimnya pengetahuan
tertentu yaitu untuk mewakili seluruh masyarakat nelayan terkait perlindungan hiu maka akan
nelayan di kabupaten Badung (Sugiyono, 2016). berdampak pada pengurangan populasi hiu
hingga kepunahan spesies hiu. Pemahaman
nelayan disini terkait dengan pengetahuan jenis-
jenis hiu secara umum, pengetahuan jenis hiu yang
dilindungi dan peraturan terkait kegiatan
perlindungan hiu.
Pada penelitian ini kuesioner diberikan
kepada nelayan dengan metode random sampling
sederhana. Metode random sampling sederhana
adalah metode pengambilan sampel dimana objek-
objek yang akan dijadikan sampel diambil secara
acak dan tidak memperhatikan strata (tingkatan)
yang ada di populasi (Sugiyono, 2016).
Gambar 1. Lokasi Penelitian
2.3 Analisis Data
2.2 Metode Pengambilan Data
2.3.1 Teknik Analisis
2.2.1 Sumber Data
Analisis data kuesioner dilakukan dengan metode
analisis statistik deskriptif dan penetapan kriteria
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penskoran dengan menggunakan skala likert.
data primer. Data primer meliputi data kuesioner
Boone dan Boone (2012) menyatakan bahwa skala
dan wawancara. Sasaran dari wawancara adalah
pengukuran adalah kesepakatan yang dipakai
nelayan yang terdapat di kabupaten Badung.
menjadi acuan dalam menentukan panjang dan
Nelayan yang dimaksud adalah orang yang mata
pendeknya interval yang ada dalam alat ukur
pencahariannya melakukan penangkapan ikan di
tersebut sehingga menghasilkan data kuantitatif.
laut (Retnowati, 2011). Data sampel yang diambil
Pemberian bobot skala likert dapat dilihat pada
merupakan bagian dari populasi yang bersifat Tabel 1.

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


247 Journal of Marine and Aquatic Sciences

Tabel 1 2. Mencari nilai tertinggi yang diharapkan dari


Skala Likert kuesioner ke-i
ALTERNATIF JAWABAN BOBOT a. Persepsi nelayan terhadap status
konservasi hiu :
A 3
B 2 NiMax x  P x  K x  n x (2)
C 1
dimana, Px = Jumlah pertanyaan persepsi nelayan
D 0 terhadap status konservasi hiu, kx = kriteria
pertanyaan nilai tertinggi, nx = jumlah responden
b. Penangkapan Hiu :
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis
persepsi masyarakat terhadap konservasi hiu dan NiMax y  P y  K y  n y (3)
hubungannya terhadap penangkapan hiu.
Kemudian dilakukan pengelompokan nilai skor dimana, Py = Jumlah pertanyaan penangkapan hiu,
tersebut menjadi dua kelompok yaitu kelompok ky = kriteria pertanyaan nilai tertinggi ny = jumlah
nilai hasil kuesioner persepsi nelayan terhadap responden)
status konservasi hiu, sebagai variable bebas (X), Rumus nilai jenjang interval ditampilkan pada
dan kelompok nilai hasil kuesioner penangkapan persamaan (4) .
hiu sebagai variabel terikat (Y). Nilai kuantitatif
N max N min (4)
persepsi nelayan terhadap status konservasi dan NJI 
n
penangkapan hiu diketahui dengan cara
menjumlahkan skor jawaban kuesioner dari setiap Dimana: NJI = Nilai Jenjang Interval, Nmax=angka
responden. indeks tertinggi, Nmin= angka indeks terendah,
Persepsi nelayan terhadap status konservasi n=jumlah kriteria pertanyaan
hiu dan penangkapan hiu diketahui dengan Angka indeks tertinggi = 1, angka indeks terendah
menggunakan angka indeks dan analisis jenjang = 0, jumlah kriteria pertanyaan = 4.
interval (Fachry dan Pertamasari, 2011). Analisis Sehingga diperoleh kriteria interval variabel i
ini bertujuan untuk membuat interval nilai seperti pada Tabel 2.
variabel dalam penelitian ini untuk menentukan
kriteria sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik. Tabel 2
Rumus angka indeks ditampilkan pada persamaan Kriteria interval persepsi nelayan terhadap status
1. konservasi hiu
Interval Kriteria
Pi 
 Ni (1)
0 Pi 0,25 Kurang Baik
 NiMax 0,25 Pi 0,50 Cukup Baik
0,50 Pi 0,75 Baik
dimana :
0,75 Pi 1 Sangat Baik
Pi = angka indeks, Ni= Skor pertanyaan ke-i.
NiMax= Skor maksimum pada setiap pertanyaann
ke-i.
Tabel 3
Langkah – langkah untuk menghitung angka
Kriteria Penangkapan Hiu berhubungan dengan
indeks adalah sebagai berikut :
Konservasi Hiu
1. Menentukan jumlah kriteria pertanyaan, Interval Kriteria
jumlah nelayan, dan jumlah pertanyaan. Dalam 0 Pi 0,25 Sangat Baik
penelitian ini, jumlah kriteria pertanyaan 0,25 Pi 0,50 Baik
sebanyak 4 kriteria, skor tertinggi adalah 3, 0,50 Pi 0,75 Cukup Baik
skor terendah adalah 0. Jumlah pertanyaan 0,75 Pi 1 Kurang Baik
untuk persepsi nelayan terhadap status
konservasi hiu adalah 12, sedangkan
pertanyaan untuk melakukan penilaian Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah
terhadap usaha penangkapan hiu adalah 11. melakukan penelaahan yang mendalam terhadap

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


Imanuel E dkk. 248

berbagai sumber tentang persepsi nelayan 4. Mencari nilai determinasi


terhadap status konservasi hiu dan pengaruhnya
r  r 
terhadap penangkapan hiu di kabupaten Badung. 2 2 (9)
Pengujian hipotesis menggunakan rumus Statistik
Regresi Linier Sederhana. Analisis linear
2.3.2 Uji Statistik (Uji Signifikansi Parsial / Uji t)
sederhana adalah regresi yang menggunakan data
yang merupakan hubungan pengaruh antara
Uji t merupakan statistik parametris yang
Variabel X terhadap Variabel Y. Persamaan dasar
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
linier sederhana ditampilkan pada persamaan 5.
rata – rata dua sampel bila datanya berbentuk
interval atau ratio. Pengujian hipotesis
Y  a  b( X ') (5)
menggunakan uji dua pihak, sehingga berlaku
dimana ketentuan yaitu jika harga t hitung berada pada
Y = Penangkapan Hiu daerah penerimaan H0 atau terletak di antara
harga ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
X = Persepsi nelayan terhadap status konservasi
Dengan demikian bila harga t hitung lebih kecil atau
hiu
sama dengan (≤) dari harga t tabel maka H0 diterima.
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan). Harga thitung adalah harga mutlak, jadi tidak dilihat
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang (+) atau (-) nya (Sugiyono, 2016). Rumus uji t
menunjukkan angka peningkatan ataupun ditampilkan pada persamaan 10.
penurunan variabel terikat(dependen) yang _ _
didasarkan pada perubahan variabel XY
independen. Bila (+) garis naik, dan bila (-) t
maka arah garis menurun. Sx
2 Sy 2  Sx  Sy  Sy  (10)
  2r   
Langkah – langkah uji statistik regresi linier adalah nx ny  nx  nx  ny 
sebagai berikut :
dimana :
1. Mencari harga a ̅ = Rata – rata variabel X
̅ = Rata – rata variabel Y

NJI 
 Y  X 2   X  XY  Sx = Simpangan baku variabel X
(6) Sy = Simpangan baku variabel Y
n  X 2   X 2 Sx2 = Varians variabel X
2. Mencari harga b Sy2 = Varians variabel Y
r = korelasi antara 2 sampel
n  XY   X  Y  Adapun hipotesis tentang persepsi nelayan
b
n  X 2   X 2
(7) terhadap status konservasi hiu dan pengaruhnya
terhadap penangkapan hiu adalah sebagai
berikut :
3. Mencari nilai korelasi (r)
a) Formulasi Hipotesis
n XY   X  Y 
H 0 :  1  0 :persepsi nelayan terhadap
 
r

n X 2   X 2 n X Y 2  ( Y 2   Y 2
(8)
status konservasi hiu tidak
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
Tabel 4
penangkapan hiu di
Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi (Sugiyono, kabupaten Badung.
2016)
H1 : 1  0 : persepsi nelayan terhadap
Interval Tingkat Hubungan
status konservasi hiu
0,00 – 0,199 Sangat rendah
berpengaruh negatif dan
0,20 – 0,399 Rendah
signifikan terhadap
0,40 – 0,599 Sedang
penangkapan hiu di
0,60 – 0,799 Kuat
kabupaten Badung.
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


249 Journal of Marine and Aquatic Sciences

b) Taraf Nyata lulusan Diploma 3 (D3). Dengan tingkat


Dengan signifikansi (α) 5% atau tingkat pendidikan nelayan yang rendah (Pendidikan
keyakinan 95% derajat bebas. Rumus yang dasar dan tidak sekolah) menyebabkan kurangnya
digunakan untuk menentukan derajat pemahaman dan keterampilan tentang makna
bebas ditampilkan pada persamaan 11. sumber daya alam di masa mendatang (Hastanti
df  n  k (11) dan Triantoro, 2012).
dimana :
df = derajat bebas, n = Jumlah seluruh data Tabel 4.
, k = jumlah variabel dalam model. Nelayan di kabupaten Badung berdasarkan tingkat
c) Kriteria Pengujian pendidikan.
H0 diterima jika t hitung
 t tabel Tingkat Jumlah Persentase
No
Pendidikan (Orang) (%)
H0 ditolak jika jika t hitung
 t tabel 1 Tidak Sekolah 15 7, 5
2 SD 111 55
Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan
3 SMP 10 5
H0 untuk variabel X1 dapat dilihat pada Gambar 2.
4 SMA 62 31
5 D1 2 1
6 D3 1 0.5
Jumlah 201 100
Daerah penolakan HO
Daerah penolakan HO
Daerah penerimaan Ho

3.2 Persepsi Nelayan Terhadap Status Konservasi Hiu


Gambar 2. Daerah Pengujian Penerimaan dan
Penolakan H0 untuk variabel X1. Telah dilakukan wawancara terhadap 200 nelayan
di kabupaten badung terkait dengan persepsi
nelayan terhadap status konservasi hiu.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa
penjualan ikan hiu bukan sebagai sumber
3.1 Karakteristik Responden
pendapatan utama nelayan di kab. Badung, karena
Karakteristik nelayan di kabupaten Badung penjualan ikan hiu bukan merupakan salah satu
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pendapatan nelayan dalam memenuhi kebutuhan
seluruh responden berjenis kelamin laki – laki. sehari-hari mereka. Persepsi nelayan terhadap
Selain itu, karakteristik responden juga dapat status konservasi hiu juga dapat diketahui
dilihat berdasarkan umur dan tingkat pendidikan. berdasarkan pengetahuan nelayan terhadap hiu.
Berdasarkan UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 75%
ketenagakerjaan menyatakan bahwa usia antara 15 nelayan sudah memiliki pengetahuan terkait peran
– 65 Tahun termasuk dalam kategori tenaga kerja. hiu di lautan, dan pemanfaatan hiu. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ini ditunjukkan dengan pernyataan mereka yang
nelayan antara 16 – 67 tahun, dimana yang setuju bahwa hiu memiliki peranan penting di laut
termasuk dalam kategori tenaga kerja adalah karena merupakan pemangsa tingkat tinggi dalam
sebesar 98%. Hal ini menunjukan bahwa nelayan rantai makanan serta dikenal sebagai pengontrol
dianggap dapat bekerja dan mampu bekerja untuk populasi dan dapat menjaga keseimbangan
memenuhi kebutuhannya. ekosistem di lautan. Terkait dengan pemanfaatan
Karakteristik nelayan berdasarkan tingkat hiu, nelayan menyatakan bahwa mereka
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. Tingkat mengetahui pemanfaatan ikan hiu berupa sirip,
pendidikan nelayan di kabupaten Badung minyak, dan daging. Jika dilihat dari karakteristik
menunjukkan bahwa 7,5% tidak mengenyam pendidikan nelayan yang didominasi dari kategori
pendidikan, 55% lulusan Sekolah Dasar (SD), 5% pendidikan dasar (SD dan tidak sekolah),
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), 31% pengetahuan nelayan ini tidak berasal dari
lulusan Sekolah Menengah Atas atau sederajat pendidikan formal melainkan dari pengalaman
(SMA/SMK), 1% lulusan Diploma 1 (D1), dan 0,5% mereka dilapangan sebagai nelayan.

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


Imanuel E dkk. 250

Pengetahuan mengenai jenis – jenis hiu yang nelayan terhadap status konservasi hiu merupakan
dilindungi dan dilarang tangkap masih kurang informasi penting untuk kegiatan konservasi hiu.
baik. Pengetahuan ini dilihat dari hasil kuesioner Persepsi nelayan terhadap status konservasi hiu di
dimana nelayan salah memilih jenis hiu yang kabupaten Badung didasarkan pada 3 komponen
dilindungi dan dilarang tangkap. Nelayan yang penting yaitu pengetahuan, ekonomi, dan
memilih jenis hiu martil, hiu taji, dan hiu penegakkan hukum. Berdasarkan 3 komponen
mungsing, dimana jenis hiu tersebut tidak penting tersebut, persepsi nelayan terhadap status
dilindungi dan tidak dilarang tangkap sebesar konservasi hiu di kabupaten Badung memiliki
53%; 12% nelayan hanya memilih hiu paus; 22% angka indeks sebesar 0,56, artinya tergolong baik.
nelayan memilih hiu paus dan hiu kera/tikus;
sedangkan hanya 13% nelayan memilih jawaban 3.3 Penangkapan Hiu
yang paling benar yaitu hiu paus, hiu kera/tikus ,
hiu putih. Kurangnya pengetahuan nelayan terkait Secara umum hiu yang didaratkan di kabupaten
jenis – jenis hiu yang dilindungi dan dilarang Badung merupakan hasil tangkapan sampingan
tangkap dikarenakan. Kurangnya sosialisasi secara nelayan, namun sebanyak 86% nelayan mengaku
langsung terhadap konservasi hiu dari pemerintah, pernah mendapatkan ikan hiu. Ketika
dimana 87,5% nelayan mengaku tidak ada mendapatkan ikan hiu, 60% nelayan menyatakan
sosialisasi dari pemerintah terkait dengan jika hiu yang tertangkap masih dalam keadaan
konservasi hiu. Nelayan mengharapkan adanya hidup dan akan dilepaskan kembali ke laut, hal ini
sosialisasi secara langsung terkait upaya didukung dengan pengetahuan mereka mengenai
perlindungan hiu baik dari pihak pemerintah cara melepaskan ikan hiu yang terjaring pada alat
maupun lembaga – lembaga lainnya yang tangkap mereka. Hasil kuesioner menunjukkan
bergerak dalam bidang konservasi hiu. bahwa 11% nelayan mengaku pernah
mendapatkan bayi hiu (baby shark) yang kemudian
Untuk mendukung kegiatan konservasi
akan dijual atau dikonsumsi sendiri.
diperlukan adanya pengawasan dan penegakkan
hukum oleh aparat berwenang kepada pelanggar. Terkait dengan jenis hiu yang dilarang tangkap
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86% nelayan yaitu Alopias spp (Hiu tikus), sebanyak 20%
menyatakan tidak pernah ada kegiatan nelayan mengaku pernah menangkapnya. Alopias
pengawasan oleh aparat yang berwenang terhadap spp. merupakan salah satu jenis hiu yang dilarang
penangkapan hiu yang dilindungi. Hal ini tangkap di daerah perairan laut lepas Indonesia
menyebabkan terdapat peluang untuk pelaku menurut Peraturan Menteri Kelautan dan
penangkap hiu yang dilindungi untuk melakukan Perikanan (Permen KP) Republik Indonesia nomor
kegiatannya. Terkait dengan pelaku penangkapan 12 Tahun 2012. Berdasarkan Permen KP no 12
hiu yang dilarang tangkap dan dilindungi, Tahun 2012 menyatakan bahwa tindakan
sebanyak 59% nelayan setuju bahwa mereka harus konservasi yang harus dilakukan pada Hiu tikus
diberi tindakan tegas atau sanksi, mengingat adalah dengan melepaskan kembali hiu tersebut
pengetahuannya tentang pentingnya hiu di laut. jika masih keadaan hidup, jika sudah mati maka
harus didaratkan dalam keadaan utuh, kemudian
Nelayan merupakan pelaku utama dalam suatu
melakukan pencatatan jenis ikan hiu yang
kelompok masyarakat yang berinteraksi langsung
tertangkap dan melaporkannya kepada Direktur
dengan lautan dan menjadi faktor penting dalam
Jenderal melalui kepala pelabuhan pangkalan.
kegiatan konservasi hiu, serta berpotensi
Nelayan yang mengaku akan melepaskan hiu
mendorong perubahan dalam setiap kebijakan
tikus kembali ke laut jika masih hidup adalah
yang berhubungan dengan kegiatan konservasi.
sebesar 62% (20% dari seluruh nelayan),
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winata dan
sedangkan sisanya (48% nelayan) mengaku akan
yuliana (2012) tentang peran nelayan dalam upaya
membawa utuh ke darat tanpa dilaporkan kepada
penangkapan yang sangat berpengaruh terhadap
kepala pelabuhan pangkalan, yang kemudian akan
kegiatan konservasi, dimana penangkapan jenis
dijual.
ikan tertentu (tongkol, tuna, layur) dapat
menyebabkan spesies ikan tersebut cepat Nelayan di kabupaten Badung kurang tertarik
mengalami kepunahan, jika penangkapannya dengan penangkapan hiu. Hal ini terlihat dari
tidak sesuai dengan potensi lestari (MSY/Maximum pernyataan 73% nelayan yang mengaku tidak
Sustainable Yield) . Pandangan atau persepsi setuju dengan pernyataan ketika menemukan hiu

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


251 Journal of Marine and Aquatic Sciences

di laut maka mereka akan menangkapnya. Hal ini (-1,65259), namun jika dilihat dari daerah hasil
tabel

terkait dengan pengetahuan yang kurang dari pengujian penerimaan dan penolakkan H 0 untuk
nelayan terhadap jenis-jenis hiu dilindungi, variabel X, maka H0 ditolak yang berarti persepsi
sehingga mereka kurang tertarik dengan nelayan terhadap status konservasi hiu
penangkapan hiu karena nelayan menganggap berpengaruh terhadap penangkapan hiu di
semua jenis hiu dilindungi. Kurangnya kabupaten Badung (Gambar 3).
pengetahuan nelayan ini dikarena nelayan hanya
mendapat informasi melalui media massa (televisi) 4. Simpulan
dan media cetak (spanduk/banner). Hal ini dirasa
nelayan kurang efektif dan komunikatif karena Persepsi nelayan terhadap status konservasi hiu di
mereka ingin mengetahui informasi yang lebih kabupaten Badung tergolong dalam kualifikasi
detail dan adanya diskusi yang lebih interaktif baik, sedangkan penangkapan hiu di kabupaten
terkait dengan kebijakan-kebijakan tentang Badung berhubungan dengan konservasi hiu
konservasi hiu. Secara umum nelayan menyatakan tergolong sangat baik. Koefisien korelasi atau R
tidak terjadi peningkatan tangkapan hiu di antara persepsi nelayan terhadap status konservasi
lingkungan mereka. Nelayan juga menyatakan hiu dengan penangkapan hiu memiliki hubungan
bahwa jarang terjadi penangkapan hiu di negatif yang kuat, hal ini berarti ketika persepsi
lingkungan mereka. Penangkapan hiu nelayan terhadap status konservasi hiu di
berhubungan dengan konservasi di kabupaten kabupaten Badung meningkat maka penangkapan
Badung memiliki angka indeks sebesar 0,17, hiu di kabupaten Badung akan menurun.
artinya tergolong sangat baik. Penangkapan hiu di kabupaten Badung 38,4%
ditentukan oleh persepsi nelayan terhadap status
3.4 Persepsi Nelayan Terhadap Status Konservasi Hiu konservasi hiu di kabupaten Badung.
dan Pengaruhnya Terhadap Penangkapan Hiu
Ucapan Terima Kasih
Koefisien korelasi atau R antara persepsi nelayan
terhadap status konservasi hiu dengan Penulis mengucapkan terimakasih kepada penguji
penangkapan hiu adalah sebesar -0,62 sehingga yang telah memberikan saran dan masukan dan
memiliki hubungan negatif yang kuat. Lab komputasi yang telah memfasilitasi saya
Berdasarkan hasil tersebut ketika persepsi nelayan dalam menyelesaikan penelitian. Penulis
terhadap status konservasi hiu di kabupaten mengucapkan terima kasih kepada Dinas
Badung meningkat maka penangkapan hiu di Peternakan, Kelautan dan Perikanan yang telah
kabupaten Badung akan menurun. Koefisien menyediakan data terkait dengan penelitian ini.
determinasi atau R2 adalah sebesar 0,38,4. Hal ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada
berarti nilai rata-rata penangkapan hiu di reviewer yang telah memberikan saran dan
kabupaten Badung 38,4% ditentukan oleh persepsi masukan. Penulis juga mengucapkan terimakasih
nelayan terhadap status konservasi hiu di kepada Maria Ulfa, Iyan Sihombing, Yuli, dan
kabupaten Badung, melalui persamaan regresi Y = Bintang Gustavina yang telah membantu
33.378192 - 0.515803X. pengambilan sampel, serta rekan-rekan mahasiswa
Ilmu Kelautan Angkatan II Universitas Udayana.

Daftar Pustaka

Bangun, O. V. & Pahlawan, I. (2014). Efektivitas cites


(Convention on international trade in endangered
spesies of wild fauna and flora) dalam mengatur
perdagangan Hiu di kawasan coral triangle
(Implementasi Di Indonesia). Jurnal Jom FISIP, 1(2), 1-
Gambar 3. Daerah Hasil Pegujian Penerimaan dan 12.
Penolakan H0 untuk Variabel X.
Boone, H. N. & Boone, D. A. (2012). Analyzing likert
data. Journal of extension, 50(2), 1-5.
Dengan signifikansi (α) 5% atau tingkat Fachry, M. E. & Pertamasari, A. (2011). Analisis
keyakinan 95 persen didapatkan t hitung (-11,119) t efektifitas metode penyuluhan pada masyarakat

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)


Imanuel E dkk. 252

pesisir di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Retnowati, E. (2011). Nelayan Indonesia dalam pusaran
Jurnal Agribisnis, 10(3), 69-80. kemiskinan struktural (perspektif sosial, ekonomi
Ferdiansyah, D. & Hidayat, M. T. (2017). Ancaman dan hukum). Perspektif, 16(3), 149-159.
perikanan skala kecil terhadap hiu di Sumenep untuk Saraswati, W. K., Susiatiningsih, H. & Farabi, N. (2016).
kebutuhan pengelolaan yang efektif dan Respon pemerintah Indonesia terkait sekuritisasi
berkelanjutan. Jurnal Agrosains: Karya Kreatif Dan WWF melalui kampanye save our sharks. Journal of
Inovatif, 3(1), 224-232. International Relations, 2(4), 68-77.
Handayani, N. M. P., Julyantoro, P. G. S., & Negara, I. K. Sembiring, A., Pertiwi, N. P. D., Mahardini, A.,
W. (2018). Alur Perdagangan Hiu sebagai Komoditas Wulandari, R., Kurniasih, E. M., Kuncoro, A. W.,
Ikan Hias dari Provinsi Bali. Journal of Marine and Cahyani, N. K. D., Anggoro, A. W., Ulfa, M.,
Aquatic Sciences, 4(1), 58-66. Madduppa, H. H., Carpenter, K. E., Barber, P. H. &
Hastanti, B. W. & Triantoro, R. G. N. (2012). Kondisi Mahardika, G. N. (2015). DNA barcoding reveals
sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar targeted fisheries for endangered sharks in Indonesia.
kawasan konservasi: studi kasus di Pulau Gag, Raja Fisheries Research, 164, 130-134.
Ampat, Papua Barat. Jurnal Penelitian Kehutanan Setyadji, B., Nugraha, B. & Jatmiko, I. (2014). Commonly
Wallacea, 1(2), 149-164. discarded fishes on Indonesian tuna longline fishery in
Hendra, N., Sangadji, M. I. & Yudiarsa, P. (2016). Indian Ocean. In IOTC 9th Working Party on
Komposisi Spesies, Distribusi panjang dan Rasio kelamin Ecosystems and Bycatch (WPEB). La Réunion, France,
Ikan yang Didaratkan di Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT. 12–16 September 2013 (IOTC–2013–WPEB09–33).
Dalam Prosiding Simposium Hiu dan Pari di Simpfendorfer, C. A., Heupel, M. R., White, W. T. &
Indonesia: Biologi, Populasi, Ekologi, Sosial-Ekonomi, Dulvy, N. K. (2011). The importance of research and
Pengelolaan dan Konservasi. Bogor, Indonesia, 10 public opinion to conservation management of sharks
Juni 2015 (pp. 31-41). and rays: a synthesis. Marine and Freshwater
Jabado, R. W., Al Ghais, S. M., Hamza, W., Henderson, Research, 62(6), 518-527.
A. C., Spaet, J. L., Shivji, M. S. & Hanner, R. H. (2015). Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
The trade in sharks and their products in the United dan R&D. Bandung, Indonesia: Alfabeta.
Arab Emirates. Biological Conservation, 181, 190-198. Suryagalih, S. (2016). Studi pengelolaan perikanan hiu di
Jansen, H. (2010). The logic of qualitative survey pantai utara Pulau Jawa. Marine Fisheries: Journal of
research and its position in the field of social research Marine Fisheries Technology and Management, 3(2), 149-
methods. Forum Qualitative Sozialforschung/Forum: 159.
Qualitative Social Research, 11(2), 1-21. Winata, A. & Yuliana, E. (2012). Peran masyarakat
Rahmat, E. (2011). Teknik pengukuran morfometrik pesisir dalam penerapan strategi konservasi
pada ikan cucut di perairan Samudera Hindia. sumberdaya laut (Kasus di Kelurahan Palabuhanratu,
Buletin Teknik Litkayasa (BTL), 9(2), 1-9. Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten
Republik Indonesia. (2003). Undang – Undang Republik Sukabumi). Jurnal Matematika, Sains, Dan
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Teknologi, 11(2), 122-132.
Jakarta-Indonesia: Sekretaris Negara Republik Worm, B., Davis, B., Kettemer, L., Ward-Paige, C. A.,
Indonesia. Chapman, D., Heithaus, M. R., Kessel, T. S. & Gruber,
KKP. (2012). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan S. H. (2013). Global catches, exploitation rates, and
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap rebuilding options for sharks. Marine Policy, 40, 194-
di Laut Lepas. Jakarta-Indonesia: Kementerian 204.
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

© 2017 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access article distributed under
the terms and conditions of the Creative Commons Attribution license (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).

J. Mar. Aquat. Sci. 4: 244-252 (2018)

Anda mungkin juga menyukai