Perkembangan Energi Terbarukan di Indonesia dewasa ini mulai marak digunakan sebagai salah satu
alternatif pemenuhan kebutuhan energi di beberapa lokasi di Indonesia terutama lokasi pedalaman dan
pulau – pulau terluar. Pemerintah dalam hal ini juga mengambil peranan penting dalam perkembangan
energi terbarukan di Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
memberikan komitmen mengenai perkembangan energi terbarukan di Indonesia pada pertemuan KTT
Perubahan Iklim (COP21), Paris, Prancis, 30 November 2015. Presiden Indonesia memberikan komitment
Target mencapai 23 persen penggunaan Energi Baru dan Terbarukan pada 2025.
Namun perkembangan energi terbarukan juga diiringi beberapa isu dan kendala. Beberapa isu yang
muncul mulai dari kebijakan dan peraturan yang belum mendukung investasi energi terbarukan sampai
isu keberlanjutan program energi terbarukan ini didalam masyarakat. Beberapa program pembagunan
pembangkit energi terbarukan di daerah tidak berlangsung sesuai dengan diharapkan atau sistem rusak
dalam jangka waktu singkat. Hal ini terjadi dikarenkan beberapa faktor seperti kegagalan sistem
dikarenakan desain yang kurang sesuai atau adanya pendekatan yang kurang tepat dalam perencanaan
project dimana skema atau rencana semua top to bottom atau berasal pemerintah pusat sehingga terjadi
perbedaan antara apa yang direncanakan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di bawah .
Gambar 1. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang mangkrak di Kecamatan Tepus, Gunung Kidul
Dalam keterkaitannya dengan isu keberlanjutan dalam program energi terbarukan di dalam masyarakat
tersebut, dalam setiap pelaksanaan programnya setiap perencana dan pelaksana kegiatan harus memiliki
perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi desain teknis yang sesuai dengan standard
yang berlaku serta proses pelibatan masyarakat dan stakeholder terkait untuk mendukung keberlanjutan
program. Berikut fase – fase dalam penunjang keberlanjutan dari suatu program energi terbarukan
berbasis masyarakat .
a. Initial Survey
Kegiatan Initial Survey sangat penting untuk menggali data – data dari masyarakat. Data yang
digali dapat terkait dengan data teknis yang diperlukan dalam pembuatan desain sistem yang
tepat, atau juga data untuk mengetahui kebutuhan dan kondisi sosial dimasyarakat. Pengambilan
data primer yang akurat dengan alat ukur yang terkalibrasi dan sesuai standard sangat penting
dalam penentuan desain teknis yang tepat. Begitu juga dengan penggalian data terkait sosial,
karena dalam pasca instalasi setiap project berbasis masyarakat akan dikelola lokal di masyarakat.
Data sosial ini nantinya yang digunakan untuk merancang metode pengelolaan yang tepat pasca
instalasi.
Gambar 3. PLTS Terbakar dikarenakan proses perancangan dan instalasi yang tidak sesuai standard
Gambar 4. Sosialisasi dan Training dalam Penegelolaan Organisasi dan Perawatan Sistem
d. Pelibatan Masyarakat dalam Fase Pembangunan
Pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan sebenarnya juga diperlukan. Masyarakat harus
dilibatkan sebagai subyek, bukan sebagai obyek dalam program energi terbarukan di masyarakat.
Tujuannya untuk peningkatan kapasitas dari masyarakat itu sendiri dan meningkatkan sense of
belonging dari masyarakat terhadap program tersebut. Fase ini sering dilewati karena kebanyakan
proses pembangunan dan instalasi dikerjakan kontraktor dan masyrakat hanya mendapat training
pengoperasian dan perawatan dari operator. Padahal dengan melibatkan masyarakat,
pembelajaran yang didapat oleh masyarakat lebih sempurna disbanding hanya dengan media
training karena masyarakat mengikuti step by step pembangunan sistem energy terbarukan.
Refrensi:
https://dunia.tempo.co/read/news/2015/12/02/117724026/di-cop21-jokowi-sampaikan-komitmen-
energi-baru-terbarukan#m2CWP7ZVEXCG66XQ.99
https://finance.detik.com/energi/3184762/jokowi-kesal-banyak-plts-z mmangkrak-esdm-itu-
proyek-yang-dulu