Anda di halaman 1dari 7

A.

GURU

1. ARTI GURU DAHUKU DAN SEKARANG

Sekurang-kurangnya selama dua dasawarsa terakhir ini hampir setiap saat, media massa
khususnya media cetak harian dan mingguan memuat berita tentang guru. Namun,
berita-berita ini banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, sedangkan para guru
tersendiri nyaris tak mampu membela diri.

Hugget (1985) mencatat sejumlah besar politisi amerika serikat yang mengutuk para
guru kurang profesional, sedangkan orangtua juga telah menuding mereka tidak
kompeten dan malas. Kalangan bisnis dan industrialis pun memprotes para guru karena
hasil pendidikan mereka dianggap tidak bermanfaat. Sudah tentu tuduhan dan protes
dari berbagai kalangan itu itu telah memerosotkan harkat para guru.

Bagaimana nasib di negara kita? Pada zaman dahulu, jauh sebelum era globalisasi
informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati seperti para priyayi. Dalam berbagai
upara dan perayaan, mereka duduk di deretan utama bersama para demang alias
wedana.

Secara ekonomis, penghasilan guru waktu itu memadai bahkan lebih. Secara psikologis,
harga diri (slf-esteem) dan wibawa mereka tinggi, sehingga orang tua pun berterima
kasih jika anak-anaknya “dihajar” guru kalau berbuat kurang ajar dan mengganggu.
Singkat cerita, posisi guru di mata berbagai kalangan masyarakat pada masa lalu sangat
tinggi dan hormat.

Namun, kini keadaan para guru telah berubah drastis. Profesi guru adalah profesi yang
“kering”, dalam arti kerja keras para guru membangun sumber daya manusia (SDM)
hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan harkat
dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga negara
second class (dua kelas). Kemerosotan ini terkesan hanya karena mereka
berpenghasilan jauh dibawah rata-rata kalangan profesional lainnya.

Semenatara itu, wibawa para guru di mata murid-murid pun kian jatuh. Murid-murid
masa kini, khususnya yang menduduki sekolah-sekolah menengah di kota-kota pada
umunya hnay cenderung menghormati guru karena ada udang dibalik batu. Sebagian
siswa-sisswa di kota menghormati guru meraka karena ingin mendapat nilai yang tinggi
atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras. Sebagian lainnya lagi
menghormtai guru agr mendapatkan dispensasi “maaf dan maklum” apabila mereka
telat menyerahkan tugas.

Sikap dan perilaku masyarakat seperti itu memang tidak sepenuhnya tanpa alasan yang
bersumber dari para guru. Ada sebagian guru yang terbukti memang berpenampilan
tidak mendidik. Ada yang memberi hukuman badan (corporal punishment) di luar batas
norma kependidikan,dan ada juga guru pria yang melakukan pelecehan seksual
terhadap murid-murid perempuannya.

Kelemahan lain yang juga disandang sebagian guru kita adalah kerendahan tingkat
kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan mereka terhadap meteri dan metode
pengajaran masih dibawah standar (syah 1988). Selain itu, ada dua buah hasil penelitian
resmi yang menunjukkan kekurang mampuan guru, khususnya guru sekolah dasar
seperti terungkap dibawah ini. Hasil penelitian badan litbang Depdikbud RI
menyimpulkan, bahwa kemampuan membaca para siswa kelas IV SD di indonesia
masih rendah.

2. ARTI GURU MASA MENDATANG

Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencariannya) mengajar. Tapi, sesederhana inikah arti
guru? Kata guru yang dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam bahasa inggris
teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni A person whose occuparation is
teahing other (McLeod, 1989). Artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya
mengajar orang lain.

Pengertian-pengertian seprti itu masih bersifat umum, dan oleh karenanya dapat
mengundang bermacam-macam interpretensi dan bahkan juga konotasi. Pertama,
kata seorang (a person) bisa mengacu pada siapa saja asal pekerjaan sehari-harinya
(profesinya) mengajar. Dalam hal ini bearti bukan hanya (dia seorang) sehari-
harinya mengajar di sekolah yang dapat disebut guru, mealainkan ‘’dia-dia’’ lainnya
yang berprofesi sebagai : kiai di pesantren, pendeta gereja, instruktur dibalai
pendidikan dan pelatihan, dan bahkan juga sebagai pesilat di pedepokan.
Kedua, kata mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya:

1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif)


2. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat psikomotor)
3. Dan menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat afektif).

B. Karakteristik Kepribadian Guru

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian adalah sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap
dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Mc Leod (1989) mengartikan
kepribadian (personality) sebagai sifat yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini,
kepribadian adalah karakter atau identitas. Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung
dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud
dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap dan juga persepsi
yang dimilikinya tentang orang lain.

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang


guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Karena disamping sebagai pembimbing dan
pembantu, guru juga berperan sebagai panutan. Mengenai pentingnya kepribadian guru,
seorang psikolog terkemuka, Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1982) menegaskan bahwa kepribadian
itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama
bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah).

Sejumlah percobaan dan hasil-hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali
yang dipelajari oleh siswa dari gurunya, merefleksikan perasaan-perasaannnya, menyerap
keyakinan-keyakinannya, meniru tingkah lakunya, dan mengutip pernyataan-pernyataannya.
Pengalaman menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku
social, prestasi, dan hasrat belajar yang terus menerus, semuanya bersumber dari kepribadian
guru. Secara konstitusional, guru hendaknya memiliki keahlian yang diperlukan (pasal 42 ayat
1 dan 2 UU Sisdiknas 2003).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru adalah:

1. Fleksibilitas Kognitif Guru

Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti
dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Kebalikannya frigiditas kognitif
adalah kekauan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak
yang sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Pada umunya guru yang fleksibel ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.
Selain itu ia juga mempunyai resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang
prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Seorang guru yang fleksibel
akan selalu berpikir kritis ketika mengamati atau mengenali suatu objek atau situasi tertentu.
Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada
pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan melakukan atau
menghindari sesuatu (Heger & kaye, 1990).
Berikut ini adalah tabel-tabel perbedaan karakteristik guru yang luwes dan guru yang kaku,
yang bersumber dari Daradjat (1982), Surya (1982), Burns (1991), Petty (2004).

KARAKTERISTIK KOGNITIF PRIBADI GURU

CIRI PRILAKU KOGNITIF GURU

Guru luwes Guru kaku

1. Menunjukkan keterbukaan dalam 1. Tampak terlampau dikuasai oleh


perencanaan kegiatan mengajar-belajar rencana pelajaran, sehingga alokasi waktu
sangat kaku

2. Menjadikan materi pelajaran 2. Tak mampu memodifikasi materi


berguna bagi kehidupan nyata siswa silabus

3. Mempertimbangkan berbagai
3. Tak mampu menangani hal yang terjadi
alternatif cara mengkomunikasikan isi
secara tiba-tiba ketika PMB berlangsung
pelajaran kepada siswa

4. Mampu merencanakan sesuatu 4. Terpaku pada aturan yang berlaku


dalam keadaan mendesak meskipun kurang relevan

5. Dapat menggunakan humor secara 5. Terpaku pada isi materi dan metode
proposional dalam menciptakan situasi yang baku sehingga situasi PMB monoton
PMB yang menarik dan membosankan
SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP SISWA

CIRI SIKAP KOGNITIF GURU

Guru luwes Guru kaku

1. Terlalu memperhatikan siswa yang


1. Menunjukkan prilaku demokratis
pandai dan mengabaikan siswa yang
dan tenggang rasa kepada semua siswa
lamban

2. Responsif terhadap kelas (mau


2. Tidak mampu/tidak mau mencatat
melihat, mendengar, dan merespons
isyarat adanya masalah dalam PMB
masalah disiplin, kesulitan belajar, dsb)

3. Memandang siswa sebagai mitra 3. Memandang siswa sebagai objek yang


dalam PMB berstatus rendah

4. Menilai siswa berdasarkan faktor-


4. Menilai siswa secara serampangan
faktor yang memadai

5. Berkesinambungan dalam 5. Lebih banyak menghukum dan


menggunakan ganjaran dan hukuman kurang memberi ganjaran yang memadai
sesuai dengan penampilan siswa atas prestasi yang dicapai siswa
SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP MATERI DAN METODE

CIRI SIKAP KOGNITIF GURU

Guru luwes Guru kaku

1. Terikat pada isi silabus tanpa


1. Menyusun dan menyajikan materi
mempertimbangkan kebutuhan siswa yang
yang sesuai dengan kebutuhan siswa
dihadapi

2. Menggunakan macam-macam 2. Terpaku pada satu atau dua metode


metode yang relevan secara kreatif mengajar tanpa memperhatikan
sesuai dengan sifat materi kesesuaiannya dengan materi pelajaran

3. Luwes dalam melaksanakan


3. Terikat hanya pada satu atau dua format
rencana dan selalu berusaha mencari
dalam merencanakan pengajaran
pengajaran yang efektif

4. Pendekatan pengajarannya lebih 4. Pendekatan pengajarannya lebih


problematik, sehingga siswa terdorong preskiptif (perintah/hanya memberi
untuk berpikir petunjuk atau ketentuan)

Anda mungkin juga menyukai