Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NURMAIDA

NIM : 0801172127
KELAS : 4 Semester V
MATA KULIAH : Ekonomi Kesehatan

BPJS
1. Pengertian BPJS
BPJS atau Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial merupakan badan hukum publik yang
menyelenggarakan program sosial. BPJS sendiri terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Keduanya diadakan sebagai bentuk layanan dari pemerintah untuk menjamin
kesehatan dan kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan.

2. Tugas dan Wewenang BPJS


a. Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.

b. Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas
kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya
dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.

3. Pertanggung Jawaban BPJS


BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap.
Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas
besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN
yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat non
medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih
tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan
tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan
biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya
(additional charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan
keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember). Laporan yang telah diaudit
oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat
tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan
eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak
yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
4. Pelayanan Kesehatan yang Dijamin
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan non-spesifikasi:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promitif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non-spesialistik baik operatif manupun non-operatif
e. Transfusi darah
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan
g. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yaitu pelayanan kesehatan yang mencakup:
a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau
Dokter praktek solo
b. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan) adalah pemeriksaan dan pengobatan yang
dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan
indikasi medis
c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit
d. Pelayanan Persalinan adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga
kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program jaminan pemelihara
kesehatan maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).
e. Pelayanan Khusus adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan untuk
mengembalikan fungsi tubuh
f. Emergensi merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan pertolongan
segera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa.
5. Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan (kecuali untu kasus gawat darurat).
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).
8. Pelayanan ortodonsi (meratakan gigi).
9. Gangguan kesehatan akibat ketergantungan obat terlarang dan/atau alkohol.
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi
yang berbahaya.
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional.
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai eksperimentasi.
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu.
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga.
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana dan wabah.
6. Pembiayaan BPJS
1) Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
2) Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
3) Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran
dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
4) Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan
Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial,
ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
Kesimpulan
BPJS merupakan program pemerintah yang digunakan untuk membantu jaminan sosial
masyarakat indonesia. Dimana pelaksanaanya sendiri masih memiliki kekurangan maupun
kelebihan. Menurut saya pribadi program Bpjs ini belum berjalan secara maksimal dikarenakan
masih banyaknya masyarakat yang belum mempunyai bpjs karena berbagai hal, salah satunya
adalah ketidaktahuan masyarakat dalam proses pembuatan baik penggunaan bpjs bagi yang
sudah memilikinya. Seharusnya pemerintah lebih mengadakan sosialisasi tentang pentingnya
pengunaan bpjs dan juga memberi pengetahuan bagi masyarakat tentang tata cara penggunaan
dan pembuatan nya daripada hanya mendesak masyarakat untuk melakukan pembuatan Bpjs
tanpa memberitahu proses dan kegunaan nya. Selain itu masih banyak masyarakat yang sudah
memiliki bpjs tetapi tidak menggunakannya karena merasa tidak puas atas pelayanan yang diberi
pihak rumah sakit, adanya perbedaan perlakuan terhadap pasien yang menggunakan bpjs dengan
yang tidak menggunakan bpjs. Padahal jika dilihat dari aspek manfaat nya BPJS sendiri sudah
memiliki banyak tingkat pelayanan yang sudah sangat memuaskan.
Pentingnya sosialisasi tentang tata cara pembuatan dan penggunaan bpjs bisa menjadi tolak ukur
keberhasilan program tersebut. Karena masih banyaknya masyarakat yang tidak mengerti tentang
penggunaan bpjs dan masih ada masyarakat yang merasa takut menggunakan bpjs karena adanya
perbedaan perlakuan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian KB
Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan
antara kebutuhan dan jumlah penduduk, maka dari itu program KB ini diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan
yang seimbang.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
Perlu diketahui, bahwa Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah dianggap
masyarakat dunia sebagai program yang berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna.
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan yaitu dengan penggunaan
alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan
sebagainya.
2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
3. Manfaat Keluarga Berencana
Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka sehingga dapat
memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil dan memiliki anak. Wanita dapat
mengambil jeda kehamilan selama sedikitnya dua tahun setelah melahirkan, yang
memberikan banyak manfaat bagi wanita dan bayi mereka.

 KESIMPULAN
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang tidak diimbangi dengan angka mortalitas
yang ada mengakibatkan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat yang menyebabkan
kepadatan penduduk. Kepadatan ini berpotensi terhadap pemicu munculnya dampak lain yang
berakibat pada kompleksnya permasalahan biologis seperti penyakit yang timbul karena tidak
terpenuhinya gizi akibat dari jumlah anak yang lebih dari dua orang serta berbagai permasalahan
lainnya. Hal ini mejadi tanggung jawab setiap orang untuk menyadari dampak di masa yang akan
datang dan solusi untuk menanggulanginya. Selain kesadaran dari warga, pemerintah juga wajib
bertindak dalam memberikan jalan keluar yang efektif dan efisien dalam menanganinya. Satu
dari sekian banyak cara yang ditawarkan oleh pemerintah untuk menekan angka pertambahan
penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana atau KB. Keluarga Berencana ini
ditargetkan untuk keluarga yang baru menikah (Pasangan Usia Subur) yang berkeinginan untuk
menunda kehamilandimana hanya diperbolehkan memiliki dua anak tiap keluarga.
Pada kenyataanya pada tahun awal dicanangkannya program KB di Indonesia ini
memberikan hasil yang sangat memuaskan. Buktinya adalah di tahun 90an hingga 20an program
ini mampu menekan jumlah penduduk di indonesia dengan drastis. Dengan bergotong royong
program Keluarga Berencana di Indonesia berhasil menurunkan tingkat kelahiran menjadi hanya
2,3 kelahiran dari 100 juta kelahiran. Dikatakan demikian, karena keberhasilan ini tidak lepas
dari adanya partisipasi masyarakat di wilayah pedesaan pada 1970 silam.
Walaupun program KB dinilai cukup sukses namun masih terdapat beberapa kasus,
dimana ditemukan 2 keluarga yang memiliki jumlah anak 3 dan keluarga yang memiliki jumlah
anak hingga 8.
Banyaknya warga yang masih memiliki anak lebih dari tiga bukan disebabkan karena
mereka tidak ikut program KB, akan tetapi disebabkan karena ketidakcocokan alat kontrasepsi
yang digunakan. Banyak warga yang mengganti alat kontrasepsinya karena adanya berbagai efek
samping yang ditimbulkan, salah satunya adalah penurunan berat badan, dan gangguan haid,
timbulnya flek hitam yang berlangsung ketika penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Hal tersebut
disebabkan karena mereka tidak banyak mengetahui tentang macam alat kontrasepsi dan efek
samping yang ditimbulkan. Kebanyakan mereka memilih alat kontrasepsi berdasarkan dari alat
yang paling banyak digunakan oleh orang. Kurangnya penyuluhan tentang KB juga menjadi
salah satu faktor penyebabnya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, harus diakdakan
penyuluhan yang menyeluruh tentang KB, pasangan suami istri (untuk menggunakan suatu alat
kontrasepsi harus mendapat persetujuan dari suami dan istri) harus melakukan diskusi dan
konsultasi pada bidan dan dokter kandungan yang akan menjelaskan tentang macam alat
kontrasepsi, kekurangan dan kelebihan, efek yang ditimbulkan dan syarat yang harus dipenuhi
untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai