Anda di halaman 1dari 182

AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill

KEMUHAMMADIYAHAN

xiii, 167 him, Tab, 15.5 em


Katalog Dalam Terbitan (KDn
Hak cipta ©Drs. Nurdin Hasan, M.Ag., Drs. Faridi ,M.Ag., Hamzah,
S.Ag., Prof. Dr. Tobroni, M.Si., Prof. Dr. lshomuddin,
M.Si., Drs. Bactiar Cholid, M.Si, Erik Budiyanto, S.Pdl.,
Sukma Jaya, S.Ag., lr. Muhtadawati, Ajang Kusmana,
M.Ag. 2012

Hak Terbit Pada UMM Press


UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
Telpon (0341) 464318 Psw. 140
flexi : (0341) 7059981 Fax (0341) 460435
E-mail: ummpress@gmail.com
http://ummpress.umm.ac.id
Edisi Pertama Oktober 2012
Edisi Kedua September 2015
ISBN : 978-979-796-249-4
Setting Ahmad Andi
Cover Designer : Ridlo Setyono
Editor : Saiful Amien

Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak karya


tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi,
tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harus menyebutkan
sumbernya.
Sanksi Pelanggaran pasal 72: Undang-undang No. 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta:

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal2 ayat (1) atau Pasal49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan! atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00
(Satu Juta Rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima miliar rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual


kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR
PEMBANTU REKTOR I

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai salah satu


Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) merupakan amal usaha
Muhammadiyah di bidang Pendidikan Tinggi, yang dijiwai dan dilandasi
nilai-nilai AI Islam - Kemuhammadiyahan (AIK) pada tataran ideologis-
filosofis maupun praktis-aplikatif serta menjadi salah satu kekuatan untuk
kelangsungan dan kesinambungan Muhammadiyah dalam mencapai
tujuannya sebagai gerakan dakwah dan tajdid yang melintasi zaman.
PTM juga berfungsi sebagai center of excellent within the region (uswah
hasanah, pusat keunggulan) di bidang pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat serta sebagai driving force (kekuatan
penggerak) gerakan dakwah dan tajdid Muhammadiyah yang melintasi
zaman untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Terselenggaranya catur dharma pendidikan tinggi Muhammadiyah
dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyaratakat, serta
AI lslam-Kemuhammadiyahan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan tinggi Muhammadiyah meliputi :
a. Berkembangnya potensi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, berakhlak mulia, cerdas, berilmu, cakap, kreatif,
dan mandiri sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya;
b. Terwujudnya kemampuan penciptaan, pengembangan, dan
penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negara dan
umat manusia;
c. Terbinanya ke-lslaman dan Kemuhammadiyahan yang
mencerdaskan dan mencerahkan bagi seluruh civitas akademika
dan kehidupan yang lebih luas.

AIK sebagai salah mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK)


dapat berkolaborasi dan bersinergi dengan mata kuliah yang lain.
Dalam mewujudkan tujuan di atas dengan merujuk pada kurikulum


• Al ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

2010 sebagai pedoman secara umum pembelajaran AIK di kampus


tentunya harus ada buku pedoman AIK sebagai pegangan bagi dosen
dan mahasiswa dalam proses pembelajaran AIK serta kesiapan para
dosen untuk segera melakukan penyesuaian dan peningkatan
ketrampilan pengelolaan belajar dengan berbagai macam metode,
termasuk dengan pemanfaatan multi media untuk memudahkan dan
menggembirakan mahasiswa dalam pembelajaran tersebut.
Akhirnya atas nama pimpinan UMM menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi kepada tim penulis buku pedoman AIK
II, Ill dan IV serta para dosen AIK yang telah memberikan kontribusi
dalam penulisan buku pedoman AIK ini. Mudah-mudahan ini semua
menjadi bagian amal sholeh kita. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan bimbingan-Nya kepada kita dalam memajukan UMM ini
menuju perguruan tinggi yang mampu mencapai tujuan sebagaimana
disebutkan di atas.

Malang, 22 Dzulhiijah 1433 H


7 Nopember 2012 M
a.n. Rektor
Pembantu Rektor I

Prof. Dr. Bambang Widagdo,MM.


KATA PENGANTAR

Membicarakan problem pendidikan Al-lslam - Kemuhammadiyahan


(AIK) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), setidaknya terdapat
sebuah pertanyaan yang perlu direnungkan bersama: adakah AIK dikaji
sebagai obyek keilmuan sebagaimana disiplin yang lain, ataukah AIK
dijadikan rujukan pandangan hidup atau pun akidah untuk mempelajari
dan menjalani kehidupan? Yang ideal mestinya kedua aspek diintegrasikan
menjadi satu pendekatan yang utuh sekali pun pada prakteknya banyak
kendala yang harus diselesaikan karena setiap pilihan yang diambil akan
berimplikasi pada metodologi serta target akhiryang hendak dicapai. Lalu,
bagaimana sebaiknya kebijakan dan strategi pendidikan AIK di PTM. Dosen-
dosen AIK di PTM dituntut untuk berijtihad menemukan metode yang
tepat bagaimana AIK diajarkan sebagai obyek kajian ilmiah namun sekaligus
mata kuliah AIK juga memiliki tugas pendidikan untuk membantu
mahasiswa tumbuh menjadi sarjana yang beriman dan bertaqwa Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, professional dan berjiwa
Entrepeneur.
Mempertemukan dua tuntutan ini sangat penting mengingat hampir
setiap diskusi dan pengajian selalu ada pertanyaan kenapa terjadi
kesenjangan yang begitu Iebar antara idealitas ajaran Islam yang diyakini
dengan benar, hebat dan tinggi dan disisi lain realitas perilaku para
pemeluknya yang seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya.
Bahkan sekarang ini klaim yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius kehilangan validitasnya karena ternyata
banyak sekali tragedi sosial-politik yang sama sekali tidak mencerminkan
ajaran agama yang menyeru pada perdamaian, pembelaan terhadap
hak asasi man usia, kejujuran, amanah dan lain sebagainya dari nilai luhur
keagamaan. Kenyataan ini bagaimanapun harus menjadi perhatian dan
agenda pemikiran dosen agama dan lembaga PTM karena mahasiswa
adalah calon sarjana yang memiliki peluang untuk menduduki lapisan
menengah ke atas dalam masyarakat. Ada tiga indikator orientasi
pendidikan Islam yang kurang tepat, yaitu :


• AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

1. Pendidikan Agama Islam saat ini lebih berorientasi pada belajar


tentang agama,dari pada bela jar beragama. Sehingga tidak aneh
jika di masyarakat kita sering menemukan seseorang yang memiliki
banyak pengetahuan tentang agama, tetapi perilakunya tidak
mencerminkan nilai-nilai ajaran agama.
2. lidak adanya strategi pemilihan materi-materi pendidikan agama yang
tepat dan sistematis. Sehingga sering didapati pengetahuan atau
keterampilan yang seharusnya dipelajari lebih awal, malahterlewatkan.
3. Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya
penguasaan semantik dan generik atas istilah-istilah kunci dan
pokok ajaran agama sehingga sering ditemukan penjelasan yang
sudah sang at jauh dan berbeda dari makna, spirit dan konteknya.
Kontekstualitas dan reinterpretasi ajaran Islam adalah agenda
pemikiran Islam yang diperlukan pada setiap zaman. Pendekatan
terhadap Islam yang selama ini bersifat normatif-deduktif perlu
dilengkapi dengan pendekatan induktif-historis sehingga
mahasiswa bisa membedakan mana ajaran Islam yang berupa
produk sejarah dan hasil ijtihad dan mana yang bersifat
normatif-doktrinal.
Ada tiga pendekatan menonjol, dalam mempelajari al-lslam, Yaitu :
1. Mempelajari al-lslam untuk mengetahui cara beragama yang benar.
Beragama yang benar bukan hanya penguasaan teori semata tetapi
harus diimbangi dengan praktik yang tercermin dalam perilaku
keseharian, karena llmu dan amal merupakan kesatuan yang
membuktikan jika seseorang memahami agamanya. Dengan kata
lain, jika seorang berilmu tetapi tidak diamalkan maka ia termasuk
orang yang belum bisa beragama dengan benar.
2. Mempelajarai Islam sebagai sebuah pengetahuan semata.
Pendekatan kedua ini berkembang pesat di Barat. Para peneliti
dan pemikiryang memandang bahwa Islam sebagai pengetahuan
memang berbeda semangat dan metodologinya dari mereka yang
mendekati Islam sebagai keyakinan yang telah dianutnya secara
militan. Dari sudut pandang akademis mungkin saja mereka jauh
lebih menguasai Islam dari pada para kiai yang mengajarkan dan
mengamalkannya di lingkungan pesantren.
3. Mempelajari al-lslam sebagai pedoman hidup dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diperlukan alat semisal
organisasi. Muhammadiyah, melalui amal usahanya (lembaga
pendidikan, rumah sa kit, panti asuhan, koperasi dan lain-lain} yang
terse bar di seluruh Indonesia merupakan satu wadah I sarana untuk
mengejahwantahkan al-lslam sebagai pedoman hidup dalam
masyarakat.
Kata Pengantar •

Dalam hal orientasi pendidikan, ketiga pendekatan di atas


tampaknya perlu terus mendapat perhatian serius, sehingga tidak saja
terjadi peningkatan pengamalan religiusitas di kalangan penganut
Islam saja, tetapi juga dibarengi dengan peningkatan keilmuan Islam
serta jiwa ·perjuangan dalam menegakkkan Islam di tengah masyarakat
demi tujuan Islam sebagai rohmatan lil'alamin.
Pembinaan intelektualitas dan spiritualitas Islam bagi para
mahasiswa yang terjadi di luar kampus tidak bisa dipandang sebelah
mata. Banyak mahasiswa memperoleh kematangan berfikir, wawasan
keislaman dan ketrampilan berorganisasi justru dari kegiatan ekstra
diluar kampus. Peran organisasi remaja masjid, lkatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan organisasi mahasiswa lainnya
terbukti sangat kontributif dalam menciptakan intelektual di kalangan
mahasiswa. Melalui kelompok-kelompok studi intensif yang digelar dan
dikerjakan para aktivis mahasiswa telah mendorong munculnya iklim
intelektualisme Islam di kampus-kampus. Sebenarnya kondisi seperti
ini bagi lembaga PTM merupakan asset yang harus dipertahankan dan
dibina melalui perkuliahan dengan metode yang menarik minat
mahasiswa, serta materi yang terstruktur dalam kurikulum.
Dari segi keluasan dan kedalaman materi, buku ini tentu saja masih
jauh dari pada apa yang diperlukan dosen maupun mahasiswa.
Walaupun begitu, secara global cakupan buku ini diharapkan bisa
berperan sebagai pemandu ataupun rambu-rambu bagi mereka yang
hendak melakukan pendalaman AI Islam I Kemuhammadiyahan. Topik .
dan tema yang disajikan kiranya cukup metnbantu menyajikan AI
Islam I Kemuhammadiyahan untuk dikembangkan dan diperdalam
lebih lanjut oleh para dosen, mahasiswa ataupun para pembaca pada
umumnya.
Malang, Oktober 2012
Kabag. AIK dan MKDU

lr. Muhtadawati
DAFTAR lSI

PENGANTAR PEMBANTU REKTOR I UMM ............................... v


KATA PENGANTAR .................................................................... vii

DAFTAR 151................................................... ............................. ix

BAB I GERAKAN ISLAMISASI NUSANTARA ......................... 1


A. Pendahuluan .............................................................. 1
B. Teori-Teori lslamisasi Nusantara ............................... 3
C. Tahap-tahap Perkembangan Islam di Nusantara ..... 10
D. Corak Islam di Indonesia........................................... 19

BAB II IKHWAL BERDIRINYA MUHAMMADIYAH .................. 23


A. Pendahuluan .............................................................. 23
B. Kondisi Internal Umat Islam...................................... 24
C. Kondisi Eksternal Umat Islam .................................. 26
D. Misi dan Visi Muhammadiyah ................................... 29
E. Profil Pendiri Muhammadiyah .................................. 32

BAB Ill MUQADDIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH 43


A. Sejarah Perumusan .................................................... 43
B. ldentitas dan Asas Muhammadiyah ......................... 49
C. Keanggotaan Muhammadiyah ................................. 54
D. Keorganisasian Muhammadiyah .............................. 55
E. Peran Cabang dan Ranting sebagai Ujung Tombak
Organisasi Muhammadiyah ...................................... 58

BAB IV KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH .............................. 61


A. Pendahuluan .............................................................. 61
B. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah .. 63
C. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah ....................... 66


• AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

D.
E.
F.
lsi Kepribadian Muhammadiyah ...............................
Penjelasan Kepribadian Muhammadiyah ................
Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah kita
66
68

Pimpinkan /Berikan ................................................... 77


G. Cara Memberikan atau Menentukan ....................... 78

BAB V MAYAN KEYAKINAN DAN CITA CITA HIDUP


MUHAMMADIYAH ..............................•......................... 79
A. Pendahulan ................................................................ 79
B. Sejarah dan Rumusan MKCH .................................... 80
C. Sistematika dan Pedoman untuk Memahami
Rumusan Matan Keyakinan dan Cita- cita Hidup
Muhammadiyah ......................................................... 82

BAB VI MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG


BERWATAK TAJDID ..................................................... 89
A. Pendahuluan .............................................................. 89
B. Tajdid menu rut fa ham Muhammadiyah .................. 93
C. Model - model Tajdid dalam Muhammadiyah ......... 96

BAB VII MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KEAGAMAAN ... 101


A. Pendahuluan .............................................................. 101
B. Makna Kehadiran Muhammadiyah sebagai Gerakan
Keagamaan ................................................................ 102
C. Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah ......... 105

BAB VIII MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL .......... 109


A. Pendahuluan .............................................................. 109
B. Konteks Sejarah Bangsa Indonesia........................... 110
C. Kaum Santri Penggerak Pembaruan ........................ 111
D. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial Keagamaan
Terbuka ...................................................................... 113
E. Dampak Gerakan Sosial Muhammadiyah ................ 116

BAB IX IVIUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN .... 119


A. Pendahuluan .............................................................. 119
B. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah ...................... 121
C. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah. 126
Daftar lsi II
BAB X MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK ...... 129
A. Pendahuluan .............................................................. 129
B. Pengertian Politik ...................................................... 130
C. Pergumulan Muhammadiyah dalam Berpolitik ....... 132
D. Perkembangan Politik Muhammadiyah ................... 133
E. Landasan Operasional Politik Muhammadiyah ....... 134
F. High Politics dan Low Politics................................... 139

BAB XI GERAKAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQAH DALAM


MUHAMMADIYAH ...................................................... 141
A. Pendahuluan .............................................................. 141
B. Konsep Dasar Zakat, lnfaq dan Shadaqah ............... 142
C. Nilai-Nilai Islam tentang Zakat, lnfaq dan Shadaqah ... 145
D. Tujuan dan Hikmah Zakat, lnfaq dan Shadaqah ..... 148
E. Embrio Gerakan Zakat, lnfaq dan Shadaqah dalam
Muhammadiyah ......................................................... 149
F. LAZISMU: Wujud Konsistensi Gerakan Zakat, lnfaq
dan Shadaqah dalam Muhammadiyah .................... 150
G. Penutup .......................... ~ ........................................... 151

BAB XII MEMAHAMI GERAKAN PEDULI KEPADA MUSTAHIQ


ZAKAT DALAM MUHAMMADIYAH ........ : ................... 153
A. Pendahuluan .............................................................. 153
B. Mustahiq Zakat dalam AI-Qur'an dan As-Sunnah ... 154
C. Muhammadiyah dan Kemiskinan ............................. 159
D. Keberpihakan Muhammadiyah Terhadap Kaum
Mustadl'afin ............................................................... 161

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 163


GERAKAN ISLAMISASI
NUSANTARA

A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan
berkembang di Jazirah Arab pada abad ke 7 M. Nabi Muhammad Saw
menyiarkan Islam selama dua tahap, yaitu tahap pertama yang
dinamakan dengan periode Mekah selama 13 tahun dan tahap kedua
periode Madinah selama 10tahun. Dalam masa yang relatifsingkat itu
Jazirah Arab telah tunduk di bawah kekuasaan Islam. Ketika Nabi
Muhammad SAW wafat kepemimpinan Islam dilanjutkan oleh para
pengikutnya yang dikenal dengan Khulafaur Rasyidin tahun 613-656
M yaitu Abu bakar Sidiq (11 H-13 H /632-634 M), Umar bin Khattab
(13-23 H /634- 644 M), Usman bin Affan (23-35 H/644-656 M) dan Ali
bin Abu Thalib (35-40 H/656-661). Pasca terbunuhnya Ali kepemimpinan
dilanjutkan oleh putranya Hasan bin Ali. Demi menjaga keutuhan umat
Islam Hasan bin Ali menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah
bin Abu Sofyan. Disinilah berakhirnya sistem Demokrasi/musyawarah
dan .dimulai dengan sistem baru yaitu dinasti atau sistem kerajaan,
dimana Khalifah dipegang secara turun temurun, Dinasti Umayyah
berkuasa sampai tahun 750 M yang kemudian dilanjutkan oleh Bani
Abbasyiah sampai tahun 1258 M ketika Bagdad dikua'sai oleh bangsa
Mongol. Pada masa inilah berakhirnya kejayaan Islam mulai meredup .


AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Perkembangan Islam sangat pesat dari zaman Nabi Muhammad


sampai berakhirnya kejayaan Islam. Hal ini tidak dapat di lepaskan dari
faktor- faktor berikut :
1. Islam di samping mengatur hubungan man usia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang
kewajiban menyerukan ajaran Islam (dakwah) keseluruh dunia.
3. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap
simpatik dan toleransi, tidak memaksa rakyat untuk mengubah
agamanya dan masuk Islam (Yatim, 1993:41)
Sebelum memulai pembahasaaan lslamisasi di Indonesia perlu
dibedakan antara Kedatangan Islam penetrasi (Penyebaran Islam),
II II

dan lslamisasi. Kedatangan Islam dapat dibuktikan melalui


II

peninggalan-peninggalan sejarah seperti prasasti, batu bertulis dan lain-


lain. Dari bukti inilah diperkirakan awal kedatangan Islam di
Indonesia. Kedatangan Islam pada suatu daerah bukan berarti
masyarakat itu sudah memeluk Islam, proses masyarakat setempat
menganut Islam membutuhkan waktu yang panjang dan membutuhkan
pengenalan secara mendalam tentang Islam oleh masyarakat setempat.
Sedangkan lslamisasi merupakan suatu proses panjang yang
berlangsung selama berabad-abad bahkan sampai sekarang yang
selain mengandung arti mengajak untuk memeluk Islam juga
mengandung arti upaya pemurnian atau purifikasi ajaran Islam dari
unsur-unsur tahayul, bidah, khurafat. Dengan demikian, lslamisasi
menyangkut pemurnian, pembaharuan atau modernisasi agama Islam
(Helmiati, 2001 :2)
Pemurniaan Islam mengandung pengertian kembali kepada AI-
Qur'an dan As-sunnah sebagai sumber utama dan pertama yang
menjadi rujukan Agama Islam. Makna lain dari pemurnian ialah
mengubah cara berfikir umat Islam dari tradisional ke modern.
Nusantara dari kata "nusa" yang berarti pulau atau kepulauan,
dan "antara" adalah antara dua benua yaitu utara benua Asia dan
Australia dan dua buah Samudara yaitu Samudra Pasifik dan Samudra
India. Dari segi inilah letak posisi Indonesia disebut posisi silang atau
posisi yang sangat strategis sehingga pengaruh dari luar sangatlah besar
baik dari India maupun Timur Tengah bahkan pengaruh Barat juga
sangatlah besar sekali dalam perjalanan sejarah Indonesia sejak sebelum
masehi sampai sekarang. Hal ini karena posisi Indonesia sebagai jalur
perdagangan lnternasional.
Gerakan lslamisasi Nusantara

B. Teori-Teori lslamisasi Nusantara


Sejauh menyangkut kedatangan Islam di nusantara, terdapat
diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga
masalah pokok : Tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya,
dan Waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang
berusaha menjawab ketiga masalah pokok ini jelas belum tuntas, tidak
hanya karena kurangnya data yang dapat mendukung suatu teori
tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori yang ada.
Terdapat kecenderungan kuat, suatu teori tertentu menekankan hanya
aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, sementara mengabaikan
aspek-aspek lainnya. Karena itu, kebanyakan teori yang ada dalam segi-
segi tertentu gagal menjelaskan kedatangan Islam, konvensi agama
yang terjadi, dan proses-proses lslamisasi yang terlibat di dalamnya.
Bukannya tidak biasa jika suatu teori tertentu tidak mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan tandingan yang di ajukan teori-teori lain.

1. Teori Gujarat
Sejumlah sarjana, kebanyakan asal Belanda, memegang teori
bahwa asal-muasal Islam di nusantara adalah Anak Benua India,
bukanya Persia atau Arabia. Sarjana pertama yang mengemukakan teori
ini adalah Pijnappel, ahli dari Universitas Leiden. Dia mengaitkan asal-
muasal Islam di Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar.
Menurut dia, adalah orang-orang Arab bermazhab Syafi'i yang
bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang kemudian
membawa Islam ke Nusantara.
Moquette, seorang sarjana Belanda lainnya, berkesimpulan bahwa
tempat asal Islam di Nusantara adalah Gujarat. Ia mendasarkan
kesimpulan ini setelah mengamati bentuk batu nisan di Pasai, kawasan
utara Sumatra, khususnya yang bertanggal 17 Dzui-Hijjah 831 H/ 27
September 1428M. Batu nisan yang kelihatannya mirip dengan batu
nisan lain yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/
1419 M) di Gresik, Jawa timur ternyata sama bentuknya dengan batu
nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Berdasarkan contoh-contoh
batu nisan ini ia berkesimpulan, bahwa batu nisan di Gujarat dihasilkan
bukan hanya untuk pasar lokal, tetapi juga untuk impor ke kawasan
lain, termasuk Sumatra dan Jawa. Selanjutnya, dengan mengimpor batu
nisan dari Gujarat, orang-orang Nusantara juga mengambillslam dari
sana.
Kesimpulan Moquette ini ditentang keras oleh Fatimi yang
beragumen bahwa keliru mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai,
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

termasuk batu nisan Malik AI-Shalih, dengan batu nisan di Gujarat.


Menurut penelitiannya, bentuk dan gaya batu nisan Malik AI-Shalih
berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat dan
batu-batu nisan lain yang ditemukan di Nusantara. Fatimi berpendapat,
bentuk dan gaya batu nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang
terdapat di Bengal. lni menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan,
bahwa asal Islam yang datang ke Nusantara adalah wilayah Bengal.
Dalam kaitannya dengan "teori batu nisan " ini, Fatimi mengeritik para
ahli yang kelihatannya mengabaikan batu nisan Siti Fatimah
(bertanggai475H/1082M) yang di temukan di Leran, Jawa Timur.
Teori yang dikemukakan Marisson kelihatan mendukung pendapat
yang di pegang Arnold. Menulis jauh sebelum Marisson, Arnold
berpendapat bahwa Islam dibawa ke nusantara antara lain juga dari
Coromandel dan Malabar. Ia menyokong teori ini dengan menunjuk
kepada persamaan mazhab fiqih di antara kedua wilayah tersebut.
Mayoitas Muslim di Nusantara adalah pengikut mazhab Syafi'i, yang juga
cukup dominan di wilayah Coromandel dan Malabar, seperti disaksikan
oleh Ibn Bathuthah ketika ia mengunjungi kawasan ini. Menu rut Arnold,
para pedagang dari Coromandel dan Malabar mempunyai peran penting
dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Sejumlah besar
pedagang ini mendatangi pelabuhan-pelabuhan dagang dunia Melayu-
lndonesia di mana mereka ternyata tidak hanya terlibat dalam
perdagangan, tetapi juga dalam penyebaran Islam.
Tetapi penting dicatat, menu rut Arnold, Coromandel dan Malabar
bukan satu-satunya tempat asal Islam dibawa, tetapi juga dari Arab.
Dalam pandanganya, para pedagang Arab juga menyebarkan Islam
ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad
ke-7 dan ke-8 Masehi. Meski tidak terdapat catatan-catatan kegiatan
mereka dalam penyebaran Islam, cukup pantas mengasumsikan bahwa
mereka terlibat pula dalam penyebaran Islam kepada penduduk
Nusantara. Sebagian orang-orang Arab melakukan perkawinan dengan
wanita lokal, sehingga membentuk sebuah komunitas Muslim yang
terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan penduduk lokal. Menurut
Arnold, anggota-anggota komunitas Muslim ini juga melakukan
kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.
Teori tentang Gujarat sebagai tempat asallslam di Nusantara terbukti
mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. lni dibuktikan misalnya oleh
Marison. Ia beragumen, meski batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-
tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau dari
Bengal. Seperti dikemukakan Fatimi itu tidak lantas berarti Islam juga
Gerakan lslamisasi Nusantara -

didatangkan dari sana. Marison mematahkan teori ini dengan menunjukan


kepada kenyataan bahwa pada masa islamisasi Samudra-Pasai, yang raja
pertamanya wafat pada 698 H/1297M, Gujarat masih merupakan kerajaan
Hindu. Barulah setahun kemudian 699 H/1298M cambay, Gujarat
ditaklukan kekuasaan Muslim. Jika Gujarat adalah pusat Islam, yang dari
tempat itu para penyebar Islam datang ke Nusantara, maka Islam pastilah
telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malik AI-
Shalih, tegasnya sebelum 698/1297. Marrison selanjutnya mencatat, meski
tentara Muslim menyerang Gujarat beberapa kali, masing-masing 415H/
1024M, 574H/1178M, dan 595H/1197M, raja Hindu di sana mampu
mempertahankan kekuasaannya hingga 698H/1297M.
Mempertimbangkan semua ini, Marrison mengemukakan teorinya bahwa
Islam di Nusantara bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa para
penyebar Muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.

2. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis
PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis untuk tidak
.mengatakan sebagai koreksi- teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Di
sini Hamka menolak pandangan yang mengatakan, bahwa Islam masuk
ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Selanjutnya
Hamka dalam Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia
(1963), lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan
pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama
Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat.
Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah
sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan, bahwa Islam baru
masuk pada abad 13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu
telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam
masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau pada abad
pertama Hijriyah.
Guna mengikuti lebih lanjut mengenai pendapat tentang
masuknya Islam ke Nusantara abad ke-7, perlu kiranya kita mengetahui
terlebih dahulu tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di
Asia yang dimulai sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak pernah
dibicarakan oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan teori Gujarat
menghapuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan dan
kekuasaannya di lautan, yang telah lama mengenal samudera
Indonesia dari pada bangsa-bangsa lainnya.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

T.W. Arnold dalam The Preaching of Islam: a History of the


Propagation of the Muslim Faith menulis bahwa bangsa Arab sejak
abad ke-2 SM telah menguasai perdagangan di Ceylon. Pendapat ini
sama dengan pandangan Cooke seperti yang dikutip oleh Abdullah
bin Nuh dan D. Shahab, ketika menjadi pembanding dalam "Seminar
Masuknya Agama Islam ke Indonesia". Memang dalam informasi sejarah
tersebut, tidak disebutkan lebih lanjut tentang sampainya di
Indonesia, tetapi menurut Suryanegara bila dihubungkan dengan
penjelasan kepustakaan Arab kuno di dalamnya disebutkan ai-Hind
sebagai India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan
Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, maka besar
kemungkinan pada abad ke-2 SM, bangsa Arab telah sampai ke
Indonesia. Bahkan sebagai bangsa asing yang pertama datang ke
Nusantara. Karena bangsa India dan Cina baru mengadakan hubungan
dengan Indonesia pada abad 1 M. Sedangkan hubungan Arab dengan
Cina terjadi jauh lebih lama, melalui jalan darat menggunakan "kapal
sahara", jalan darat ini sering disebut sebagai "jalur sutra ", berlangsung
sejak 500 SM.
Kalau demikian halnya hubungan antara Arab dengan negara-
negara Asia lainnya, maka tidaklah mengherankan bila pada 674 M
telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai Barat
Sumatera, bersumber dari berita Cina. Kemudian berita Cina ini ditulis
kembali oleh T.W. Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan Hamka (1958).
Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini, karena
ditunjang oleh kekuatan laut Arab.
Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia
perniagaan seperti di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan
sejarah adanya perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera di
abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam
memasukkan Islam ke Nusantara.
Selain itu, Hamka juga mempunyai argumentasi lain yang
menjadikan dirinya begitu yakin, bahwa Islam yang masuk ke Nusantara
berasal dari daerah asalnya; Timur Tengah, yaitu pengamatannya pada
masalah madzhab Syafi'i, sebagai madzhab yang istimewa di Makkah
dan mempunyai pengaruh terbesar di Indonesia. Anal isis pada madzhab
Syafi'i inilah, yang menjadikan Hamka berbeda dengan sejarawan Barat
atau orientalis. Pengamatan ini dilupakan oleh para sejarawan Barat
sebelumnya, sekalipun mereka menggunakan sumber yang sama, yakni
laporan kunjungan lbnu Battutah ke Sumatera dan Cambay. Tetapi
karena titik analisisnya adalah permasalahan perdagangan, sehingga
Gerakan lslamisasi Nusantara -

yang terbaca adalah barang yang diperdagangkan dan jalur


perdagangannya. Sebaliknya Hamka lebih tajam lagi merasuk pada
permasalahan madzhab, yang menjadi bagian isi laporan kunjungan
tersebut.
Argumentasi Hamka ini tidak lepas dari kritik, diantaranya ialah
adanya kesulitan dalam membedakan antara ajaran Syi'ah dengan
madzhab Syafi'i. Juga adanya kenyataan peninggalan upacara Syi'ah
dalam masyarakat Indonesia seperti, peringatan 10 Muharram atau
Asyura dan Tabut Hasan Husain. Cara membaca ai-Qur'an pun lebih
mempunyai kesamaan dengan Persia dibandingkan dengan Arab.
Menanggapi kritikan di atas, Hamka mengingatkan kembali
tentang sikap umat Islam Indonesia yang menyukai sejarah Hasan
Husain, dan juga menampakkan kecintaan yang dalam terhadap
keluarga Nabi Muhammad, tetapi hal itu tidak berarti menganut paham
Syi'ah. Selain itu, Hamka juga mengakui adanya peninggalan ajaran
Syi'ah di Indonesia, tetapi ia menolak dengan keras usaha sementara
sarjana terutama para oriental is yang mencoba memberikan informasi
sejarah, yang bertujuan memisahkan Islam Indonesia dengan Makkah
dan Arab dengan bahasa Arabnya.
Selain Hamka para sarjana Barat Juga mengemukakan beberapa
pendapat, bahwa Islam juga dibawah langsung dari Arabia dipegang
pula oleh Crawfurd, walaupun ia menyarankan bahwa interaksi
penduduk Nusantara dengan kaum Muslimin yang berasal dari pantai
timur India juga merupakan faktor penting dalam penyebaran Islam di
Nusantara. Sementara itu, Keijzer memandang Islam di Nusantara
berasal dari Mesir atas dasar pertimbangan kesamaan kepemelukan
penduduk Muslim di kedua wilayah kepada mazhab Syafi'i. Teori Arab
ini juga dipegang oleh Niemanndan De Hollander dengan sedikit revisi;
mereka memandang bukan Mesir sebagai sumber Islam di Nusantara,
melainkan Hadhramaut. Sebagian ahli Indonesia setuju dengan "Teori
Arab" ini. Dalam seminar yang diselenggarakan pada 1969 dan 1978
tentang kedatangan Islam ke Indonesia mereka menyimpulkan, Islam
datang langsung dari Arabia, tidak dari India, tidak pada abad ke-12
atau ke-13 melainkan dalam abad pertama hijriah atau abad ke-7
Masehi.

3. Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini
berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal
dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

13. Nampaknya fokus Pandangan teori ini berbeda dengan teori Gujarat
dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya,
serta Madzhab Syafi'i-nya. Teori yang terakhir ini lebih menitikberatkan
tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat
Islam Indonesia, yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia
{Morgan, 1963: 139-140). Di antara persamaan tersebut adalah:
Pertama, Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk
pembuatan bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut
bulan Hasan-Husein. Di Sumatera Tengah sebelah barat disebut bulan
Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk
dilemparkan ke sungai. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari
bahasa Arab.
Kedua, adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan
ajaran Sufi Iran ai-Hallaj, sekalipun ai-Hallaj telah meninggal pad a 31 OH/
922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga
memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat
mempelajarinya.
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf
Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian ai-Qur'an
tingkat awal:
Bahasa Iran Bahasa Arab
jabar - zabar fathah
jer- ze-er kasrah
p'es- py'es dhammah
Huruf Sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan Sin
bergigi berasal dari Arab.
Kritikan untuk teori Persia ini dilontarkan oleh K.H. Saifuddin Zuhri.
Ia menyatakan sukar untuk menerima pendapat tentang kedatangan
Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasannya, bila kita berpedoman
pada masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi
pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Saat itu kepemimpinan
Islam di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan berada di tangan
bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah,
Madinah, Damaskus dan Bagdad, jadi belum mungkin Persia menduduki
kepemimpinan dunia Islam {Zuhri, 1979: 188).
Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke Nusantara di atas,
dapat dilihat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dijelaskan
sebagai berikut :
Gerakan lslamisasi Nusantara

Pertama, teori Gujarat dan Persia mempunyai persamaan


pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara; yaitu
berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang
melihat ajaran Islam di Indonesia mempunyai kesamaan ajaran dengan
mistik di India. Sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan
dengan ajaran Sufi di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah
yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi'ah
ke Indonesia.
Kedua, dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia
mempunyai persamaan dengan teori Makkah, tetapi yang
membedakannya adalah teori Makkah memandang Gujarat sebagai
tempat singgah perjalanan Iaut antara Indonesia dengan Timur Tengah,
sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
Ketiga, teori Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang
peranan bangsa Arab dalam perdagangan, juga tidak dalam islamisasi
di Nusantara. Dalam hal ini keduanya lebih memandang pada peranan
orang India Muslim. Oleh karena itu, bertolak dari laporan Marco Polo,
keduanya meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-13.
Sebaliknya teori Makkah lebih meyakini Islam masuk di Nusantara pada
abad ke-7, karena abad ke-13 dianggap sebagai saat-saat
perkembangan Islam di Nusantara.
Keempat, dalam melihat sumber negara yang mempengaruhi
Islam di Nusantara, teori Makkah lebih berpendirian pada Makkah dan
Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada besarnya pengaruh
madzhab Syafi'i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun
mengakui pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia, tetapi bagi teori ini,
hal itu merupakan pengaruh madzhab Syafi'i yang berkembang di
Malabar, oleh karena itu teori ini lebih menunjuk India sebagai negara
asallslam Indonesia.
Walaupun ana lisa perbandingan terhadap tiga teori di atas, lebih
menampakkan tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun ada
titik temu yang bisa disimpulkan yakni, bahwapertama, Islam masuk
dan berkembang di Nusantara melalui jalan damai (infiltrasi kultural),
dan kedua, Islam tidak mengenal adanya missi. Dalam ajaran Islam
berdakwah dan menyampaikan pesan llahi adalah kewajiban setiap
orang beriman di mana saja dan kapan saja karena reward yang begitu
tinggi diberikan Allah kepada orang Islam saat berhasil mengajak non
Muslim masuk Islam. Tidak seperti kalangan Kristen dan Katolik, mereka
mempunyai misi dan orang-orang tertentu yang telah disiapkan untuk
mengkristenkan Pribumi.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

c. Tahap-tahap Perkembangan Islam di Nusantara


1. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di
Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan
penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak
Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandar - bandar
perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut.
Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah
yang dilakukan para mubaligh.

2. Penyebaran Islam melalui Peranan Kaum Pedagang


Permulaan sa luran lslamisasi adalah melaui perdagangan, karena jiwa
yang dimiliki umat Islam khususnya bangsa Arab sejak zaman sebelum
Islam dan didukung semangat menyebarkan Islam merupakan jihad yang
mendorong Umat Islam terlibat dalam dunia perdagangan. Sambil
berdagang mereka mempunyai kewajiban untuk menyebarkan agama
yang mereka yakini yaitu Islam yang dibawah oleh Muhammad saw.
Nusantara merupakan daerah yang terletak pada jalur
perdagangan lnternasional sejak abad pertama masehi dan terus
berlangsung pada Abad ke 7 di mana Islam hadir di tanah Arab sampai
abad ke 16 Masehi. Membuat Pedagang-pedagang muslim
(Arab,Persia,dan India ) turut ambil bagian dalam perdagangan dari
negeri-negeri bagian barat tenggara timur benua Asia. Saluran
perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan
bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan bahkan mereka
memiliki saham dan kapal ( Badri Yatim, 1993: 191)
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang
memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam,
baik pedagang dari luar Indonesia maupun dari Indonesia sendiri. Para
Mereka datang dan berniaga di pusat-pusat perdagangan di daerah
pesisir. Mal aka merupakan pusat transit mereka. Di sam ping itu, bandar-
bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga
didatangi para pedagang. Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut
dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim.
Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antar pedagang dari
berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat.
Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya
bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga
terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Gerakan lslamisasi Nusantara -

Mengutip pendapat Tomes Pires berkenaan dengan saluran


islamisasi melalui perdagangan di pesisir pulau Jawa. Uka
Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak
yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang penduduknya masih kafir
(Badri Yatim 1993: 201 ) Di antara para pedagang tersebut, terdapat
pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam.
Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang
lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada
penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan
penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang
perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian
menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak
familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat
Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga
ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah
keluarga dan anak-anak yang Islam. Hal ini berlangsung terus selama
bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam,
yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam.
Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.

3. Penyebaran Islam melalui Peranan Bandar-Bandar di


Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau
persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat
perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para
pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada
jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar.
Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses
masuknya Islam ke Indonesia. Di bandar-bandar inilah para pedagang
beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain
ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar
menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke
Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan
yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara
sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya
tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak,
Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak,
Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak
. . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . KEMUHAMMADIYAHAN

pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya


pun kemudian banyak memeluk agama Islam. Peranan bandar-bandar
sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang
di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang
penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota
tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis,
Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu. Begitu juga di Banten dan
kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam
memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada
pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa
(sultan).

4. Penyebaran Islam melalui Perkawinan


Para pedagang selain melakukan kontak perdagangan antara
penduduk pribumi mereka juga melakukan perkawinan karena
perdagangan lnternasional membutuhkan waktu yang lama apalagi
kapal yang digunakan untuk berlayar sangat tergantung pada angin
sehingga cukup lama mereka harus menunggu, sebagai manusia yang
normal tentu membutuhkan ternan hidup sebagai saluran biologis
sekaligus untuk mempertahankan keturunan Dari sudut ekonomi para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari pada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-
puteri bangsawan tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.
Sebelum pernikahan mereka wajib diislamkan lebih dahulu karena itu
merupakan hukumnya wajib bagi yang mau menikahkan terutama
perempuan pribumi yang mau menjadi lsteri orang Islam yang
mendampingi pedagang Muslim. Setelah perkawinan mereka
mempunyai keturunan, maka lingkungan semakin luas. Akhirnya dalam
proses yang lama terbentuklah perkampungan, daerah-daerah dan pada
akhirnya timbul kerajaan-kerajaan Islam. Jalur perkawinan ini lebih
menguntungkan apalagi terjadi antara saudagar muslim dengan anak
bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja adipati atau
bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses lslamisasi. Demikan
yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai
Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten. Brawijaya
dengan puteri Campa yang menurunkan Raden Patah (raja pertama
Demak dan lain-lain (Badri Yatim 1993: 202)
Gerakan lslamisasi Nusantara -

5. Penyebaran Islam melalui peran Para Wali dan Ulama


Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara
berdakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga
berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang
bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui
dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat
sebagai objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial
budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis
budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di
samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren
sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo
(9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu
dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan
kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas
sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat
sultan. Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi
gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali
tersebut adalah seperti berikut:
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). lnilah wali yang pertama
datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar
Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
b. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel,
Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan
Masjid Demak.
c. Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan
agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa
sosial.
d. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang
sangat bijaksana.
e. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang.
Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga,
dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan
lingkungan setempat.
f. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu
Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama
dengan metode bermain.
g. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa
Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan
Menara Kudus.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

h. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng


Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sang at dekat dengan rakyat jelata.
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.

6. Penyebaran Islam melalui Pondok Pesantren.


Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas
utama masyarakat Islam .Di samping karena besarnya arti pendidikan,
kepentingan islamisasi mendorong umat Islam melakukan pengajaran
Islam kendati dengan sistem yang sederhana di mana pengajaran yang
diberikan dengan cara halaqah yang dilakukankan di tempat-tempat
ibadah semacam masjid, musholla bahkan di rumah-rumah ulama
(Hanun Asrohah 2001 : 144)
Di sam ping tersebut di atas pendidikan Islam dilaksanakan secara
informal seperti dikemukan di depan bahwa kedatangan Islam di
Nusantara dibawa oleh para pedagang muslim. Setiap ada kesempatan
mereka memberikan pendidikan dan ajaran Islam, pendidikan mereka
berikan dengan perbuatan berupa contoh dan suri teladan sehingga
masyarakat menghormati dan tertarik dengan ajaran Islam. Begitulah
para penganut Islam setiap ada kesempatan di mana saja, kapan saja
dan siapa saja. Sementara itu hampir setiap perkampungan Islam yang
di tempati kaum muslimin mereka mendirikan masjid untuk mendirikan
shalat wajib dan bahkan di tiap-tiap kampung mereka mendirikan
langgar untuk mengaji AI-Qur'an dan tempat mengerjakan shalat wajib
maupun shalat sunnat
Langgar dan surau di gunakan sebagai tempat islamisasi dengan
mengenal dan membaca Al-qur'an yang diajarkan guru ngaji tanpa
dibayar dan dipungut biaya. Dipusat pendidikan seperti ini surau dan
langgar atau masjid bahkan di serambi rumah guru berkumpul
sejumlah murid besar dan kecil duduk di lantai menghadap sang guru.
Hal seperti ini lebih dikenal dengan halaqah (Hasbullah 1995 :23-24)
Di sampng peran para Wali Sanga dan peran para guru-guru ngaji
maka penyebaran Islam juga dilakukan melalui Pondok pesantren oleh
kiyai-kiyai dan ulama-ulama. Di pondok pesanteren itulah para santri
di ajar ilmu-ilmu agama. lstilah "pondok" ini diambil dari bahasa Arab:
AI-Funduq yang berarti tempat bermalam atau penginapan (Arifin
1987: 185)
Pondok Pesantren bermula dari rumah kecil yang terletak di sekitar
masjid, lalu berkembang menjadi suatu sistem pendidikan yang
Gerakan lslamisasi Nusantara -

memiliki beberapa elemen (1} Pondok (2} Masjid (3} Pengajaran Kitab
Klasik (4} Santri dan (5} Kiyai. (Dhofir 1982 : 44}
a. Pondok adalah tempat tinggal para santri yang berwujud
bangunan semacam barak yang di dalamnya dipisahkan atas bilik-
bilik santri. Pondok ini biasanya terletak di lingkungan pesantren
tempat tinggal kiyai, akan tetapi bisa dibangun masyarakat.
b. Masjid. Merupakan pusat kegiatan bagi pendidikan pondok
pesantren. Di samping sebagai tempat ibadah sholat 5 kali sehari
semalam dan sholat sunnah, masjid juga digunakan sebagai tempat
kegiatan lain yaitu ceramah dll.
c. Pengajaran kitab klasik, kitab-kitab itu ditulis dalam huruf Arab
gundul yang sering disebut kitab kuning. Di samping itu juga
diajarkan bahasa Arab,Tafsir AI-Qur'an,llmu Kalam sampai pada
llmu Tasawuf (mistik}. Di dalam Pesantren yang diajarkan hanya
ilmu-ilmu agama saja.
d. Santri adalah murid yang tinggal di pesantren. Para santri ini
bermukim dan menyerahkan diri pada para kyai untuk memperoleh
pengajaran dan kerelaan kyai. lnilah yang disebut barakah, karena
menjadi jelas tempat berpijak santri dalam menuntut ilmu (Arifin
1987 : 189 }. Para santri ada dua macam ada santri kalong dan
santri mukim. Santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal
di rumah orang tuanya sedangkan santri mukim adalah santri yang
bertempat tinggal di pondok
e. Kyai merupakan satuan yang esensial dari pesantren karena kyai
merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan wewenang yang
berlaku dalam pesantren .Dari peranan Kiyai yang besar inilah
mereka memperoleh ilmu. Hal ini dapat dilaksanakan karena
umumnya Kyai memiliki kepribadian yang kuat, terutama tekun
dan pengusaan diri sehingga tumbuh kharisma Kyai dihadapan
para santrinya masyarakat.
Pesantren merupakan lembaga sosial di bidang pendidikan dan
keagamaan yang mengajarkan dan mengembangkan serta
menyebarluaskan agama Islam melalui pondok kepada santri santrinya.
Kalau santri telah memenuhi persyaratan tertentu dalam menguasai
kitab kuning dan oleh kyai dianggap sudah memiliki kemampuan
menguasai llmu agama Islam maka diberi wewenang untuk mendirikan
pondok pesantren di tempat yang baru atau tempat asal mereka dan
dari sinilah terus meherus perkembangan Islam yang disebarkan melalui
pesantren.
Kapan muncul pesantren pertama kali ? Pertanyaan ini sulit
dijawab, sebab tidak ada bukti-bukti yang menunjuk pada pesantren
dalam pengertian seperti sekarang. Pada abad ke15 M, pesantren telah
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

didirikan para penyebar agama Islam, di antaranya Wali Sanga. Untuk


menyebarkan agama Islam, mereka mendirikan mesjid dan asrama
untuk santri-santri. Dalam Babat Tanah Djawi, dijelaskan bahwa di
Ampel Denta, Sunan Ampel telah mendirikan lembaga pendidikan
Islam sebagai tempat ngelmu atau ngaos pemuda Islam. Sunan Giri
setelah ngelmu kepada sunan Ampel mendirikan lembaga pendidikan
Islam di Giri. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam
semakin tersebar sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga-lembaga
ini merupakan anak panah penyebaran Islam di Jawa (Ashroha, 1999:
145)
Adapun lembaga pesantren yang dianggap paling awal dan telah
memainkan peranannya pada awal abad ke 19 adalah dua pesantren
sebagaimana tercatat dalam serat Centini : Pesantren Kara di Banten
dan pesantren Wanammarta di Jawa Timur, kemudian sekitar
seperempat akhir abad ke 19 berdiri pesantren Tegalsari di Jawa Tengah
(Dhofier dalam Nur Hakim 2003 :199)

7. Penyebaran Islam melalui Tasawuf.


Penyebaran Islam melalui ajaran tasawuf merupakan cara yang
sangat efektif untuk menarik pribumi masuk ke dalam agama Islam,
para sufi atau pengajar-pengajar tasawuf mengajarkan Teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal lama masyarakat
Indonesia. Mereka mahir soal-soal magis dan mempunyai kekuatan
yang menyembuhkan. Di antara mereka ada juga mengawini putri-
putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf "bentuk" Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan
alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Di antara
ahli-ahli tasawuf yang memiliki ajaran yang mengandung persamaan
dengan alam pikiran Indonesia pra-lslam adalah Hamzah fansuri di
Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. ajaran mistik
ini masih berkembang di Abad ke-19 bahkan diabad ke 20M ini.(Badri
Yatim 1993: 202-203)

8. Penyebaran Islam melalui kesenian.


Para ulama kyai maupun para sunan berusaha agar Islam mudah
diterima dengan berbagai metode, di antaranya adalah melalui
kesenian, karena itu merupakan hiburan bagi masyarakat pada
zamannya sehingga kesenian ini memiliki daya tarik yang sangat besar
bagi kaum pribumi yang fungsinya adalah menghibur sekaligus
Gerakan lslamisasi Nusantara

mengajak orang-orang yang menganut agama lama,masuk agama baru


Yaitu agama Islam, karena perbedaan yang sangat meriyolok antara
Islam dengan agama Hindu yang dianggap sangat diskrimatif Islam
datang dengan membawa rahmat bagi Penduduk Asli Indonesia, salah
satu kesenian yang digunakan Sunan Kalijaga yang sangat mahir dalam
mementaskan wayang. Pementasan wayang ini bagi Penonton tidak
dipungut biaya,tetapi ia meminta para penonton mengikutinya
mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam,
persyaratan masuk Islam cukup mengucapkan dua kalimat syahadat
inilah memudahkan para Penduduk masuk lslam.(Badri Yatim1903).
Ceritra yang pertunjukan wayang sebagian diambil dari kisah
ceritra Mahabrata dan Ramayana. Epos Ramayana yang di dalamnya
menggambarkan betapa hebatnya kerusakan suatu negara akibat
dilampiaskannya nafsu seksual yang dipresentasikan oleh tokoh
"Rahwana II. Demikian pula Epos Mahabrata yang di dalamnya
menggambarkan betapa dahsyatnya kehancuran suatu negara akibat
diumbarnya keserakahan duniawi yang kelewat batas tanpa mengenal
norma sebagaimana yang diprsentasikan oleh tokoh permissieveness
11
Duryudana 11 (Musthofa Kamal2009 :139) Dalam cerita itu disisipkan
ajaran Islam dan nama-nama para pahlawan Islam. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan alat lslamisasi seperti sastera (hikayat,babad dan
sebagainya ),seni bangunan, dan seni ukir (Badri Yatim 1993 :203).

9. Penyebaran Islam melalui Kekuasaan (Politik)


Kekuasaan politik pada suatu masyarakat sangat menentukan
berkembangnya agama Islam karena dengan kekuasaan inilah
perkembangan Islam mendapat dukungan dari para penguasa tanpa
ada hambatan bahkan justru mendapat angin segar dalam
penyebarannya dan merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses lslamisasi dalam masyarakat, pengaruh dari seorang pejabat
atau raja sangatlah dominan ketika raja memilih agama sebagai agama
keyakinan dan pilihannya maka rakyat pun berbondong-bondong
mengikuti jejak pemimpinnya di Maluku dan Sulawesi Selatan
kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik Raja sangat membantu tersebarnya
Islam didaerah ini. Disamping itu baik di Sumatera dan Jawa maupun
di Indonesia bag ian timur, demi kepentingan Politik kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Muslim. Kemenangan kerajaan
Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam
itu masuk Islam (Badri Yatim 1993: 203).
. . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

Kerajaan-Kerajaan Islam pertama di Indonesia yaituSamudra Pasai


yang berdiri pada abad ke 13 masehi. Pada abad ke 15 dan 16 secara
menyolok bermunculan. Kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan
Nusantara seperti Malaka, Jambi, Demak, Cirebon, Banten, Ternate
dan Tidore,Banjarmasin, Mataram dan kerajaan Islam di Sulawesi
Selatan seperti Gowa,Bone dan lain-lain. Kerajaan-kerajaan Islam di
kepulaauan Nusantara pada abad ke 17 mencapai puncak kejayaan
seperti di Aceh ,Banten Mataram, Gowa, Bone, Tallodan Ternate yang
diikuti era kemunduran pada a bad ke 18 terutama kerajaan-kerajaan
Islam di Pulau Jawa (Abdullah 1991:42)
Sejak itu Islam terus berkembang di kepulauan Nusantara hingga
membentuk masyarakat muslim terbesar di dunia. Sa at ini keberhasilan
Islam menjadi kekuatan mayoritas dan membentuk kebudayaan muslim
yang berpengaruh tidak lepas dari proses islamisasi atau penyebarluasan
Islam yang berjalan secara kultural selain melalui kerajaan-kerajaan
Islam. lslamisasi di Nusantara merupakan bentuk penyebaran Islam
melalui proses sosial-kultural dan sosial-ekonomi yang dilakukan para
penyebab dan saudagar Muslim di Nusantara (Kartodirjo, 1993: 7 ).
lslamisasi bukan sekedar berarti penerimaan ajaran secara doktrinal
tetapi sekaligus pengorbanan untuk akomodasi terhadap perubahan
dan tuntutan zaman dalam proses akultrasi yang normal tanpa
kehilangan esensi dan prinsip ajaran (Haedar Nashir 2010: 54).
Apapun proses dan model islamisasi itu berlangsung, ada satu hal
tidak terbantahkan bahwa Islam telah memberikan pengaruh kuat dalam
kebudayaan masyarakat Indonesia setelah sebelumnya bersentuhan
dengan pengaruh animisme, dinamisme dan agama Hindu yang telah
hadir sebelum kedatangan Islam. Namun demikian proses lslamisasi itu
tidak pernah selesai, sehingga corak Islam yang hadir di kepulauan
nusantara juga menunjukan keragaman sejalan dengan proses historis
yang membentuk dan melatarbelakangi kehadiran Islam itu di sejumlah
lingkungan masyarakat dan kebudayaan ketika Islam itu hadir. Apa yang
diketemukan dalam Agama Jawa dalam istilah lain yaitu Kejawen
Pergumulan Islam ditengah pengaruh agama sebelumnya dan
lingkungan kebudayaan yang melingkari nya. Kendati di belakang hari
ketika Islam yang bercorak ortodoks, masuk dari Jazirah Arab pasca
terbentuknya kekuasaan Saudi Arabiyah yang bersinergi dengan Gerakan
Wahabiyah,apa yang disebut agama orang Jawa atau kejawen itu
menjadi persoalan sendiri dalam proses lslamisasi lanjutan, yang
melahirkan dikhotomi atau polarisasi Islam santri versus Islam abangan
sebagaimana tesis Geertz (Haedar Nasdhir 2010 : 55).
Gerakan lslamisasi Nusantara -

Selain itu, temuan Koentjaraningrat, bahwa Islam telah menjadi


kekuatan integrasi nasional dalam sejarah kehidupan masyarakat
Indonesia. Lahirnya The Religion of Java sebagaimana tesis Clifford
Geert, dari sisi lain menunjukkan wajah damai dan kultural dari
kehadiran Islam di Indonesia, kendati sampai batas tertentu dari segi
yang lain lagi menyisahkan ketegangan teologis antara Islam puritan
dan Islam jawa (Kejawen) dalam proses dakwah Islam. Dengan demikian
secara keseluruhan kehadiran Islam di kepulauan Nusantara menjadi
faktor penting dan strategis dalam membangun integritas nasional
dan kebudayaan masyarakat Indonesia yang lebih relijius, saleh dan
harmon is. Penyebaran Islam di Indonesia tidaklah statis dan linier, tetapi
mengalami dinamika proses yang gradual dalam pergumulan antara
ajaran Islam dengan bermacam-macam kebudayaan. Dalam konteks
pergantian atau perubahan fase sejarah yang dilalui Islam selalu
terdapat kontinuitas dan perubahan baik dalam proses lslamisasi
maupun kondisi atau keadaan umat Islam itu sendiri (Haedar Nashir
2010: 60 ).

D. Corak Islam di Indonesia


Islam di Indonesia pada dasarnya memiliki corak dan karakter yang
beragam, baik dari sisi pemikiran maupun gerakan. Keragaman ini
tercermin dari jumlah organisasi keislaman dan kelompok kepentingan
atas nama Islam yang dari waktu ke waktu semakin bervariasi.
Dari sisi gerakan dan organisasi massa, kita mengenal ada ,
Muhammadiyah Nahdlatul Ulama, Persis, ai-Washliyyah, al-lrsyad,
Nahdlatul Wathan, Perti, DOl, ai-Khairat, ljabi, dan lain-lain. Dalam
organisasi kepemudaan, ada HMI, IMM, PMII, Hima Persis, Pll, KAMMI,
dan sejenisnya. Sedangkan dalam kelompok kepentingan, ada Forum
Komunikasi Ahlussunnah wal Jama'ah (pimpinan Ja'far Umar Thalib),
DOll, FPI, Hizbut Tahrir, KISDI, Lasykar Jihad, PPM I, lkhwanul Muslimin,
Majlis Mujahidin, dan lain-lain. Dalam partai politik, ada PBB, PNU,
PKNU, PKS, PPP, PSI, PMB, PAN, PKB dan lain-lain.
Sedangkan dari sisi pemikiran, kita mengenal ada sejumlah kategori
yang biasa dilekatkan dalam pemikiran Islam di Indonesia, yakni Islam
tradisionalis, Islam modernis, Islam neo-tradisionalis, Islam neo-
modernis, Islam liberal, Islam post-tradisionalis, Islam radikal, Islam
ekstrim, Islam moderat, Islam fundamentalis, Islam kanan, Islam kiri,
dan sebagainya.
Semua varian yang disebutkan di atas dalam sejarah keindonesiaan
tidak jarang satu sama lain mengalami benturan, ketegangan,
. . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . , KEMUHAMMADIYAHAN

pergesekan, dan persaingan yang sangat dinamis. Dinamika itu


didorong oleh banyak faktor. Di antara faktor yang dominan adalah
perebutan kekuasaan (akses) politik dan ekonomi. Relasi antar
organisasi ini juga tidak simetris atau para lei, tetapi seperti sa rang laba-
laba yang satu titik dengan titik lain bisa saling berhubungan. Jaring
laba-laba ini bukan untuk memperkuat atau melemahkan, melainkan
semata-mata untuk memperjuangkan kepentingan masing-masing.
Perubahan kultur dan orientasi keagamaan terjadi cukup signifikan
di negara-negara yang berpenduduk Muslim, terutama setelah
terjadinya perubahan geopolitik dunia pasca kolonialisme. Usai perang
dunia ke-2, umpamanya, dunia Islam, atau tepatnya negara-negara
yang penduduknya mayoritas Muslim, mulai melepaskan diri dari
kolonialisasi negara-negara Eropa dan kemudian menjadi negara yang
mandiri. Namun, seiring dengan semakin kuatnya 'independensi' politik
tersebut, sebagian besar dunia Islam justru semakin memperkuat sistem
sosial-politik yang mereka miliki dengan cara mengadopsi sistem yang
telah eksis di negara-negara Barat. Dalam konteks respons mereka
terhadap modernisasi inilah, di satu sisi, dan upaya untuk tetap
menampilkan identitas tradisi mereka, di sisi lain, varian baru muncul
di kalangan Muslim.
Varian-varian baru Muslim yang muncul sebagai akibat dari respons
yang berbeda terhadap modernisasi tersebut muncul di berbagai
negara, termasuk Indonesia. Kasus di Indonesia boleh dibilang unik.
Meski dianggap Islam peripheral, Indonesia menyandang predikat
negeri dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Sebagai negara yang
sudah llmandiri 11 secara politik, Indonesia, seperti halnya beberapa
negara berpenduduk Muslim lainnya yang pernah menjadi negara-
negara Eropa, telah mengadopsi dan mereformulasi sistem sosial-politik
yang berkembang di Barat, dan pada saat yang sama Indonesia
mengadopsi sistem nilai berbasis agama dan moral-tradisi lokal. Tak
pelak, Indonesia acap disebut bukan negara sekular dan bukan pula
·: negara agama. Posisinya yang seperti itu jelas memberi peluang lebih
II

besar untuk terjadinya pergulatan di kalangan Muslim dalam


mendefinisikan universalisme agama dan mengimplementasikannya
dalam ruang publik. Apalagi fakta menunjukkan bahwa Indonesia juga
adalah negara yang sangat plural dan multikultural.
Penulis ingin menekankan bahwa selain globalisasi modernitas,
fenomena yang berkembang saat ini menunjukkan terjadi pula
11 globalisasi agamall atau sebagaimana Olivier Roy, dalam kajiannya

tentang Islam, menyebutnya dengan internasionalisasi Islam


II II
Gerakan lslamisasi Nusantara -

(l'internationale islamique) yang mengusung solidaritas Muslim antar


bangsa-bangsa (sur toutes les nations existantes et appellent Ia a
solidarite musulmane) melalui konsep umat yang memang menepikan
batas kebangsaan, etnis, dan kesukuan. Bila kita projeksikan lebih
spesifik, boleh jadi bahwa yang dimaksud dengan "internasionalisasi
agama" (Islam) sesungguhnya merupakan derivasi dari paham
universalisme Islam yang dalam bahasa agama diakomodasi melalui
istilah rahmatan li al-'alam1n dan ummah. Konsep-konsep universalisme
bernuansa religius tersebut mau tidak mau harus berhadapan dengan
realitas masyarakat modern yang sudah terlebih dahulu meletakkan
institusi-institusi non-agama sebagai institusi formal mereka. Dan ini
jelas menjadi tantangan tersendiri bagi kaum Muslim yang memiliki
cita-cita untuk mengimplementasikan konsep universalisme Islam.
Sebagaimana Fazlur Rahman menyatakan, "the real challenge that the
Muslim society has had to face and is still facing is at the level of social
institutions and social ethics... "[8] Ungkapan Rahman terse but tidaklah
keliru ketika saat ini masih terbukti bahwa mengimplementasikan
gagasan universalisme agama secara formal dalam institusi-instusi sosial
dalam masyarakat Indonesia yang multikultural dan multireligius, masih
mengundang perdebatan di tingkat konsep maupun aplikasinya.
Sebelum beranjak lebih jauh membahas konfigurasi pemikiran
Islam di Indonesia kontemporer, perlu dicatat bahwa di dunia Islam,
proses modernisasi terjadi di berbagai level. Fazlur Rahman mencermati
tiga level modernisme yang terjadi di dunia Islam, yakni modernisme
intelektual, modernisme politik-hukum, dan modernisme sosial-budaya.
Ketiganya terkait dan berkelindan, meskipun memiliki konsep dan objek
pembaruan sendiri-sendiri. Sebagai contoh, reformasi politik, hukum,
sosial, dan budaya memberikan ruang terlebih dahulu untuk adanya
reformasi yang murni bersifat intelektual. Reformasi sosial dan budaya
seperti tentang individu, keluarga, dan institusi sosial lainnya juga
membutuhkan perubahan perangkat pendampingnya, yakni kebijakan
politik dan hukum. Dalam konteks inilah kita akan mencermati
pergulatan intelektual di kalangan masyarakat Islam di Indonesia yang
menyangkut institusi sosial dan politik, termasuk di dalamnya persoalan
ruang publik dan ruang privat.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
IKHWAL BERDIRINYA
MUHAMMADIYAH

A. Pendahuluan
Selama ini terdapat kesalahpahaman sebagian masyarakat
terhadap Muhammadiyah. Mereka menganggap bahwa
Muhammadiyah harus bertanggungjawab terhadap perpecahan yang
berlarut-larut di kalangan umat Islam. Sebab dengan berdirinya
Muhammadiyah umat Islam menjadi terkotak-kotak dan sulit
dipersatukan. Timbulnya penilaian seperti ini tidak lepas dari
keterbatasan pembacaan mereka terhadap kondisi bangsa Indonesia
khususnya kondisi umat Islam selama masa penjajahan.
Dalam konteks kesejarahan, berdirinya Muhammadiyah merupakan
tuntutan dan keharusan sejarah agar bangsa Indonesia memiliki jati
diri dan daya tawar yang tinggi di mata penjajah. Berdirinya
Muhammadiyah sebenarnya didorong oleh kegelisahan dan
keprihatinan yang mendalam terhadap model dakwah dan pola
pemikiran keag~maan konvensional-tradisional saat itu.
Dalam doktrin Islam disebutkan: "kuntum khaira ummah ", namun
kenyataannya hampir seluruh bangsa yang mayoritas penduduknya
beragama Islam hidup dalam tekanan penjajah. Oleh karena itu, KH.
Ahmad Dahan (nama kecil beliau Muhammad Darwis) merasa perlu
mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.


. AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Bertepatan dengan 18 Nopember 1912 M. Secara garis besar faktor


yang melatarbelakangi lahirnya Muhammadiyah antara lain
dikarenakan: (1) Kondisi internal umat Islam dan (2) Kondisi eksternal
umat Islam.

B. Kondisi Internal Umat Islam


Keberagamaan umat Islam di Indonesia tidak bisa lepas dengan
proses penyebaran Islam di Jawa. Pada waktu agama Islam datang ke
Jawa, masyarakat Jawa telah memiliki tradisi dan kepercayaan
keagamaan yang merupakan perpaduan antara tradisi dan kepercayaan
tradisional yang telah berubah menjadi adat istiadat bersifat agamis
dengan bentuk mistik berjiwa Hindu dan Budha (sinkritisme).
Fenomena sinkritisme tersebut merupakan kenyataan di
masyarakat karena 600 tahun sebelum masehi. model keberagamaan
(keyakinan) masyarakat adalah animistik dan dinamistik. Sekitar awal
abad 1 Masehi. masyarakat Jawa mengalami proses akulturasi dengan
budaya Hindu, di mana tidak sedikit orang-orang Nusantara berlayar
ke wilayah India. Selama era kejayaan kerajaan Hindu pengaruhnya
sangat kuat dan budaya Hindu secara politik mendapat dukungan dari
pihak kerajaan karena agama Hindu sekaligus menjadi agama resmi
kerajaan.
Tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa pra Islam tersebut masih
tetap hidup bahkan ikut berkembang bersamaan dengan proses
perkembangan Islam selanjutnya. Hal ini disebabkan para penyebar
Islam di Jawa adalah para saudagar dari Gujarat, dan mereka
merupakan bangsa dari India yang dalam kehidupan sehari-hari telah
terbiasa dengan kepercayaan yang beraroma animistik dan dinamistik.
Di samping itu para saudagar Gujarat itu kebanyakan dari kalangan
kaum sufi, sehingga lewat ajaran tasawuf itulah nampaknya yang lebih
memudahkan masyarakat Jawa menerima Islam, mengingat antara
unsur-unsur ajaran tasawuf sebagian terdapat persamaan dengan
tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa pra Islam yang menganut
ajaran kebatinan. Dengan kata lain, Islam sampai ke Indonesia bukan
Islam yang didekati dengan kekuatan nalar fikir (nalar rasional).
Faktor lain yang turut menyuburkan trad'isi dan kepercayaan
masyarakat pra Islam adalah proses penyebaran Islam yang tidak merata
terutama di Jawa. Proses lslamisasj di Jawa dilakukan oleh para wali
(wali sembilan) dilanjutkan oleh keturunan serta oleh para murid-
muridnya.
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

Melihat keterbatasan jumlah para wali serta keterbatasan sarana


transportasi maupun sarana informasi, maka penyebaran Islam di Jawa
umumnya terkonsentrasi di daerah-daerah yang berdekatan dengan
tempat tinggal para wali atau daerah-daerah yang mudah dijangkau
dengan sarana transportasi Iaut seperti perahu. ltulah sebabnya sentral
kekuatan Islam di Jawa terpusat di sekitar jalur pantura (pantai utara),
sementara di jalur pantai selatan atau daerah yang tidak terjangkau
oleh para wali posisi agama Islam tetap lemah. Meskipun akhirnya
mereka menganut agama Islam namun keagamaan mereka tetap
berbaur dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa pra Islam
yang kemudian melahirkan Islam Kejawen yang sangat kental dengan
ajaran animistik dan dinamistik.
Tidak meratanya proses islamisasi di Jawa juga disebabkan
pengaruh Kerajaan Hindu dan Budha yang pernah berabad-abad
menguasai Pulau Jawa. Berbeda dengan daerah-daerah yang tidak
pernah dikuasai oleh Kerajaan Hindu dan Budha seperti Aceh,
Minangkabau dan Banten, Islam di daerah tersebut relatif murni dan
lebih rasional. Sebaliknya, sebagian besar daerah Jawa, proses islamisasi
mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan pengaruh-pengaruh
Kerajaan Hindu dan Budha.
Faktor internallainnya yang turut andil mengilhami Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah adalah kondisi perekonomian umat Islam,
solidaritas sosial yang memudar antar umat Islam dan pendidikan umat
Islam yang memprihatinkan.
Sejarah menggambarkan, bahwa jauh sebelum kedatangan
Belanda ke nusantara, pendidikan Islam telah tersebar luas. Pendidikan
Islam ketika itu terpusat di pondok-pondok pesantren, di mushalla/
langgar atau masjid. Sistem yang digunakan meliput sistem sorogan
dan sistem bandongan/wetonan. Dengan demikian sistem kelas
(klasikal) belum dikenal, tidak ada ujian atau pengontrolan kemajuan
pengetahuan santri, tidak ada batas waktu berapa lama santri harus
bertempat tinggal di pesantren. Penekanan pendidikan lebih
berorientasi pada hafalan terhadap teks semata, sehingga tidak
merangsang santri untuk berdiskusi. Demikian juga cabang-cabang ilmu
agama yang diajarkan sebatas ilmu-ilmu tradisional seperti Hadits dan
Musthalah Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, ilmu Tauhid, ilmu Tasawwuf,
ilmu Mantiq, ilmu Falaq, ilmu Bahasa Arab termasuk di dalamnya
Nahwu, Sharaf dan Balaghah. Sistem tersebut berlangsung sampai
sekitar awal abad 20.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

Sementara di pihak lain, tepatnya kolonial Belanda terus


mengembangkan pendidikan sekuler dengan tujuan untuk mendidik
anak dari kalangan priyayi agar menjadi juru tulis tingkat rendah dan
pemegang buku sebagai pegawai-pegawai yang membantu maji_kan-
majikan kolonial Belanda dalam tugas bidang perdagangan, teknik dan
administrasi. Jadi administrasi tidak lebih hanya sekadar pemenuhan
kebutuhan kolonial Belanda pada tenaga-tenaga pembantu di kantor.
Sudah barang tentu di sekolah-sekolah yang didirikan Belanda para
murid tidak diperkenalkan sama sekali bersentuhan dengan pendidikan
Islam, sehinga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku lulusan-
lulusannya menyimpang dari ajaran Islam meskipun mayoritas dari
mereka beragama Islam.

C. Kondisi Eksternal Umat Islam


1. Kebijakan politik kolonial Belanda terhadap umat Islam
Sejak Belanda mendarat pertama kali di bumi Nusantara (sekitar
1556 M) kehidupan umat Islam mulai terusik. Mengingat kedatangan
mereka yang pertama kali mendarat di pelabuhan Banten dengan
kepala rombongan Cornel is De Houtmen dan Dayer itu bermisi ganda,
yaitu mereka tidak saja ingin menguasai Nusantara yang terkenal
dengan rempah-rempah melainkan sekaligus ada unsur misi kristenisasi.
Tujuan misi kristenisasi tersebut di kemudian hari terbongkar dengan
munculnya rekomendasi dari seorang missionaris Belada bernama YB.
Palinck sekitar tahun 1880. Rekomendasi itu dikirim kepada
pemerintahan Roma. Adapun isi rekomendasi tersebut adalah: (a)
Pemerintah kolonial Belanda pada dasarnya siap membantu missionaris
di Jawa dengan catatan Jawa digarap secara serius (b) Setiap missionaris
yang datang ke pulau Jawa hendaknya bersikap sabar, menguasai
budaya masyarakat pulau Jawa termasuk menguasai bahasa Jawa (c)
Setiap missionaris hendaknya berdomisili di daerah-daerah yang
berdekatan dengan pemukiman masyarakat Jawa dan jauh dari pusat
kekuasaan pemerintah Belanda (d) Setiap missionaris hendaknya
berbuat simpatik dengan cara memberi bantuan medis, ekonomi dan
pendidikan terhadap masyarakat pulau Jawa (e) Setiap missionaris
hendaknya berupaya semaksimal mungkin agar tidak membicarakan
agama pada awal-awal berdomisli di pulau Jawa (f) Setiap missionaris
harus paham bahwa tipe masyarakat pulau Jawa mau masuk agama
Kristen karena beberapa faktor, diantaranya karena kecewa terhadap
umat Islam, karena tuntutan materi dan karena murni atas inisiatifnya
mereka sendiri.
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

Sikap politik lainnya dari kolonial Belanda terhadap umat Islam


adalah pengawasan yang sangat ketat terhadap hubungan umat
Islam dengan dunia luar termasuk setelah umat Islam berkenalan
dengan pemikiran Pan-lslamisme dari Jamaluddin AI-Afghani. Kolonial
Belanda menilai bahwa pemikiran dari Jamaluddin AI-Afghani itu
membahayakan keberadaan kolonial Balanda di Indonesia. Hal ini
disebabkan ajaran Jamaluddin AI-Afghani menekankan sebuah
eksistensi bangsa terutama umat Islam, serta dampak penjajahan
terhadap negara jajahan.
Maka untuk membatasi ruang gerak umat Islam, selain
meminimalkan bahkan memutus sama sekali hubungan umat Islam
dengan dunia luar termasuk bagi umat Islam yang akan menunaikan
ibadah haji, penjajah kolonial Belanda mendirikan kelompok-kelompok
aliansi dari unsur masyarakat Indonesia untuk bersama-sama
menghadapi umat Islam. Campur tangan kolonial Belanda terhadap
perang Padri di Sumatra Barat (tahun 1821-1838) dan perang Aceh
(tahun 1872-1909) dengan memihak kaum adat melawan para ulama'
merupakan bukti adanya aliansi dukungan kolonial Belanda.

2. Pengaruh Perkembangan Islam di Timur Tengah


Pengaruh gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Timur Tengah
juga turut andil terhadap berdirinya Muhammadiyah. Menurut Deliar
Noer, gerakan reformasi intelektual kaum Muslimin di wilayah Timur
Tengah seperti Makkah dan Kairo sangat mempengaruhi
perkembangan Islam modernis di Indonesia. Pengaruh gerakan
pembaharuan tersebut antara lain melalui orang Indonesia sendiri yang
secara kebetulan menunaikan ibadah haji dan sekaligus mereka tetap
bermukim di tanah suci untuk menuntut ilmu.
Mereka belajar dan mengkaji ajaran-ajaran Islam terutama ilmu
Fiqih. Sekembalinya ke Indonesia, mereka menyampaikan pengetahuan
yang telah diperolehnya kepada umat Islam Indonesia terutama
terhadap umat Islam di sekitar ia tempat tinggaL Pengalaman
penyampaian model ini dapat dilihat dari seorang tokoh modernis
bernama Haji Miskin dan kawan-kawan. Mereka kelak di kemudian
hari mengorganisir gerakan keagamaan di Minangkabau Sumatra Barat
guna membersihkan pengaruh-pengaruh tradisi setempat terhadap
kehidupan umat lslam.Gerakan yang dipelopori oleh Haji Miskin itu
kemudian dikenal sebagai gerakan yang menyebarkan ide-ide
pembaharuan.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

Di bela han Timur Tengah lainnya seperti di Kairo dan Mesir ide-ide
pembaharuan Muhammad Abduh telah menyebar hampir ke seluruh
negara-negara Muslim atau negara-negara yang penduduknya
meyoritas beragama Islam termasuk Indonesia melalui penyebaran
majalah "AI-Manar". Artikel-artikel dari majalah "AI-Manar" itu dikutip
oleh beberapa penerbitan yang memiliki kesamaan misi dan visi dengan
"AI-Manar", seperti oleh majalah "Al-lmam ", "Neraca" dan "Tunas
Melayu" di Tanah Melayu (Malaysia dan Singapura). "AI-Munir" di
Padang Sumatra Bar at. Di antara sekian banyak pembaca "AI~Manar"
itu terdapat seorang pembaca yang intens, yaitu KH. Ahmad Dahlan
(pendiri Muhammadiyah).
Selain pembaca berat "AI-Manar" KH. Ahmad Dahlan juga pernah
bermukim di Timur Tengah selama dua tahun (1903-1905) untuk
memperdalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Pergumulan secara
langsung dengan ide-ide pembaharuan di pusat Islam (Timur Tengah)
telah mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk mengadakan pembaharuan
Islam di Indonesia melalui organisasi yang didirikannya, yaitu
Muhammadiyah.
Ide Pan-lslamisme dari Jalaluddin AI-Aghani di Mesir turut
memperkuat pemahaman pembaharuan Islam di Indonesia terutama
yang menyangkut keberadaan penjajah di tanah air. Maka secara tidak
langsung, kesadaran masyarakat Jawa untuk mengusir penjajah
Belanda tidak lain karena diilhami ajaran Jalaluddin AI-Aghani tentang
eksistensi kemerdekaan bagi sebuah negara khususnya umat Islam.
Sebagai bukti adanya pengaruh perkembangan pemikiran Islam
di Timur Tengah terhadap berdirinya Muhammadiyah, sejumlah
cendekiawan membuat persamaaan pemikiran pendidikan Ahmad
Dahlan dengan beberapa pemikir Islam Timur Tengah.
H.A.R. Gibb mengklasifikasikan pembaharuan/pendidikan yang
dilakukan Muhammad Abduh (1849-1905) di Mesir, sebagai berikut:
a. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasaan asing
b. Pembaharuan pendidikan tinggi Islam
c. Reformulasi doktrin Islam dengan alam fikiran modern
d. Mempertahankan Islam dari pengaruh-pengaruh Eropa dan
serangan Kristen
Sementara H.A. Mukti Ali membuat rumusan, bahwa pembaharuan
maupun pendidikan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan
berorientasi pada:
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah a
a. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan
yang bukan Islam
b. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam fikiran
modern
c. Reformasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
d. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar Islam
Baik Muhammad Abduh maupun K.H. Ahmad Dahlan melihat
bahwa lembaga pendidikan Islam (saat itu) tidak bisa menghasilkan
para ahli sehingga umat Islam tidak dapat bersaing dengan bangsa
lain semisal Eropa. ltulah sebabnya mayoritas negara Islam
(penduduknya mayoritas beragama Islam) dijajah oleh mereka.
Muhammad Abduh berkeinginan untuk mengembalikan kejayaan
Islam seperti sedia kala, tepatnya di masa umat Islam menguasai
peradaban dunia, baik di bidang Kimia, Matematika, Fisika, Kedokteran,
Arsitektur, Filsafat, Seni dan sebagainya.
Dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, lembaga pendidikan agama
yang ada di Indonesia seperti pondok pesantren, ketika itu tidak dapat
mengikuti dan memenuhi tuntutan zaman, sementara pendidikan yang
diselenggarakan kolonial Belanda sama sekali tidak memperhatikan
pendidikan Islam.
Perbandingan di atas menunjukkan sesungguhnya substansi
pembaharuan/pendidikan antara Muhammad Abduh dengan K.H.
Ahmad Dahlan mempunyai kesamaan. Sarna-sarna ingin meningkatkan
sumber daya man usia (SDM) umat Islam. Perbedaannya hanya terletak
pada setting wilayah dan zaman. Muhammad Abduh di Mesir sedang
K.H. Ahmad Dahlan di Indonesia.

D. Misi dan Visi Muhammadiyah


Sejak Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan,
Muhammadiyah komitmen dengan perjuangan yang berorientasi pada:
1. Menegakkan keyakinan "tau hid" yang murni sesuai dengan AI-
Qur'an dan Sunnah Rasul. Atau membersihkan amalan Islam dari
tradisi dan kepercayaan yang bersumber dari selain AI-Qur'an dan
Sunnah Rasul.
2. Menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada AI-
Qur'an dan Sunnah Rasul dengan sistem pendidikan modern
3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan perorangan,
keluarga dan masyarakat.
4. Reformasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

Kemurnian ajaran Islam (tauhid) mendapatkan perhatian tersendiri


dari Muhammadiyah karena bertauhid yang murni atau tauhid" yang
11

tidak terkontaminasi oleh berbagai tradisi dan kepercayaan selain


Islam merupakan perintah Allah SWT. Sehingga adanya keyakinan
terhadap kekuatan supranatural (kekuatan ghaib) selain Allah, jelas
bertentangan dengan ajaran Islam (syirik) dan termasuk dosa besar
yang tidak diampuni oleh Allah.
Penegasan tentang Allah satu-satunya Tuhan adalah tertera dalam
AI Qur'an sebagai berikut: 11 Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan se/ain
Allah 11 (QS. Muhammad/47:19). Sedang dalam QS. An-Nisaa'/4:48, Allah
menyatakan Sungguh Allah tidak akan mengampuni bi/a Dia
:II

disekutukan dan Dia akan mengampuni seluruh dosa selain dosa syirik
(menyekutukan Allah) bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. II

Dalam menegakkan kemurnian 11 tauhid n, Muhammadiyah


senantiasa berpedoman kepada janji Allah, yakni: II Wahai orang-
orang yang beriman, jika kamu tegakkan ajaran-ajaran agama Allah,
niscaya Allah akan melimpahkan karunia(pertolonganNya) kepada
kamu, dan akan meneguhkan kamu tempat kamu berpijakll (QS.
Muhammad 147:7).
Dengan menegakkan keyakinan 11 tauhid II yang murni, rnaka
Muhammadiyah te'lah membawakan misi keagamaan sekaligus
membawakan misi kemanusian. Misi keagamaan sebagaimana yang
diajarkan oleh Allah lewat AI-Qur'an dan Sunnah Rasul, yakni agama
yang tidak dicampur dengan tahayul, bid'ah dan churafat; dan misi
kemanusiaan berupa penyelamatan umat man usia dari siksa Allah baik
siksa di dunia terutama siksa di akhirat kelak. Lebih dari itu, misi
kPmanusiaan yang didasarkan pada tauhid, yang diperjuangkan
tegaknya oleh muhammadiyah, adalah menyelamatkan manusia
(muslim) dari keterbelengguan fitrah mc:musia oleh bentuk-bentuk
penghambatan selain kepada Allah.
Upaya ke arah di atas sangat diperlukan, sesuai dengan firman
Allah: 11 ajaklah siapapun kemba/i kepada jalan kebenaran yang
diserukan oleh Tuhanmu, dengan penuh kebijaksanaan, pitutur yang
baik dan bila perlu bertukar fikiran dengan cara sebaik-baiknya. (QS.
II

An-Nahl/16:125).
Dalam menyebarkan agama Islam, Muhammadiyah komitmen untuk
selalu berpegang teguh kepada AI-Qur'an dan Sunnah Rasul, karena AI-
Qur'an dan Sunnah Rasul merupakan sumber asli dari ajaran Islam. AI-
Qur'an dan Sunnah Rasul menyajikan tentang II kebenaran mutlaq 11 yang
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

dapat diuji kapan saja dan oleh siapapun juga. Dalam hal ini Allah
berfirman: Sungguh AI-Qur'an ini memberikan petunjuk pada jalan yang
terlurusll (QS. Al-lsraa'/17:9). Atau firman Allah lainnya: Kami telah
II

menurunkan AI-Qur"an kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan


kepada umat manusia tentang ajaran-ajaran yang diturunkan kepada
mereka, mudah-mudahan mereka mau menggunakan firman-Nya (QS. II

An-Nahl/16:44). Pada firman yang lain Allah menegaskan: Sesungguhnya


11

Kamilah yang menurunkan AI-Qur'an, dan Kami sendiri pulalah yang


senantiasa memeliharanya (QS. AI-Hajr/15:6).
II

Muhammadiyah juga menekankan agar ajaran Islam yang murni


(tau hid) senantiasa diwujudkan bagi kehidupan perorangan, keluarga
dan masyarakat. Sebab tauhid yang murni dapat mendorong siapa
11
II

saja untuk berbuat sesuatu sesuai dengan ajaran Islam. Setiap amalan
yang dikerjakan manusia hanya dapat diterima oleh Allah jika
didasarkan atas keyakinan lltauhid atau iman yang sebenarnya, iman
II

yang sesuai dengan ajaran Allah. Dengan demikian antara iman dan II II

IIamal tidak bisa dipisahkan. I man yang sesungguhnya dapat


11

melahirkan amal, dan amal akan diterima oleh Allah jika keluar dari
iman yang benar. Dalam hal ini Allah berfirman: 8arang siapa di antara
11

kalian berbuat kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam


keadaan beriman yang benar, niscaya kami beri karunia (pahala) berupa
hidup yang baik, dan Kami akan balas perbuatan mereka itu dengan
pahala yang telah Kami janjikan (QS. An-Nahl/16:97).
II

Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah bukan sekadar organisasi


semata, melainkan juga sebagai gerakan keagamaan yang di dalamnya
terkandung sistem keyakinan; pengetahuan organisasi; praktik aktifitas
yang mengarah pada tujuan yang dicita-citakan.
Muhammadiyah sebagai organisasi/gerakan memerlukan perekat yang
kuat guna mempertahankan nilai-nilai, sejarah, ikatan dan
kesinambungan gerakan dalam melaksanakan amal usaha, di sinilah
pentingnya ideologi.
ldeologi Muhammadiyah secara substansi terkandung di dalam
" Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah serta matan II II

Keyakinan dan Cita-cita Muhammadiyah. Adapun fungsi ideologi dalam


Muhammadiyah:
1. Memberi arah tentang paham Islam yang diyakini Muhammadiyah
2. Mengikat solidaritas kolektif antar warga Muhammadiyah
3. Membangun kesamaan dalam menyusun strategi perjuangan
4. Membangun karakter warga Muhammadiyah
5. Sarana memobilisasi anggota Muhammadiyah
. . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

Secara garis besar ideologi Muhammadiyah yang terkandung


dalam "Muqaddimah AD Muhammadiyah" dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid; ber-Tuhan, beribadah serta
tunduk dan taat hanya kepada Allah. Kepercayaan tauhid
mempunyai tiga aspek:
a. Kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah yang kuasa
mencipta, memelihara, mengatur dan menguasai alam
semesta.
b. Kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah Tuhan yang
hak
c. Kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak
dan wajib dihambai/disembah.
2. Hidup manusia itu bermasyarakat, maka harus senantiasa memberi
nilai positif kepada masyarakat
3. Hanya hukum Allah yang sebenarnya dijadikan sendi untuk
membentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup
bersama untuk menuju hidup bahagia, sejahtera di dunia/akhirat
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan lhsan kepada
kemanusiaan.
5. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam akan
berhasil bila mengikuti/ittiba' perjuangan Rasullah SAW
6. Perjuangan mewujudkan pokok pikiran tersebut hanya akan
berhasil bila dilakukan dengan berorganisasi yang baik. Maka
organisasi merupakan satu-satunya alat/cara perjuangan yang
sebaik-baiknya

E. Profil Pendiri Muhammadiyah


Film "Sang Pencerah" mengungkap sisi manusia seorang Ahmad
Dahlan yang memang memiliki kehidupan multi warna dan
kontroversial. Dari seorang kyai, pendidik hingga bermain musik. Pada
saat itu dia dianggap kafir dan beraliran sesat karena pemikirannya
yang berbeda dengan para ulama dan kaum tua, akan tetapi
gerakannya yang nyata dan dirasakan oleh masyarakat pada saat itu,
khususnya masyarakat yang tertindas membuat beberapa orang yang
berfikiran terbuka dan anak-anak muda yang kritis menyukai caranya.
Muhammad Darwis adalah nama kecil dari seorang Ahmad Dahlan.
Ia lahir pada tahun 1868 dari pasangan orang tua yang dikenal sebagai
pemuka agama. Ayahnya Kyai Haji Abu Bakar adalah seorang khatib
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

dan Imam besar di Masjid besar Kesultanan Yogjakarta, sedangkan


ibunya bernama siti- Aminah anak seorang penghulu bernama Haji
Ibrahim. Anak ke empat dari tujuh bersaudara mendapat nama
kehormatan Raden Ngabei Ngabdul Darwis dari Sri Sultan karena
kedudukan ayahnya yang cukup tinggi di keraton. Ayahnya masih
keturunan dari Syaih Maulana Malik Ibrahim penyebar agama di Gresik
pada abad ke 15 yang juga merupakan salah satu dari 9 tokoh besar
wali songo. Bahkan bila ditelusuri lebih lanjut ada garis keturunan
Rasulullah dari jalur cucunya, yaitu Hussain bin Ali bin Abi Thalib. Silsilah
keturunannya menunjukkan bahwa ia mempunyai keturunan priyayi
dan kyai sekaligus.
Muhammad Darwis mendapat pendidikan agama Islam pertama
kali dari orang tuanya. Kepada ayahnya, KH Abu Bakar, ia belajar
mengaji AI-Qur'an dan dasar-dasar ilmu agama Islam. Kemudia ia
berguru kepada kedua kakak iparnya, yaitu KH Muhammad Shalih,
kepadanya ia belajar fiqih dan kepada KH Muhsin, ia belajar nahwu. Ia
juga berguru kepada KH Muhammad Nur {kakak iparnya pula) dan KH
Abdul hamid tentang berbagai llmu agama Islam. Selain itu ia juga
belajar llmu Falak antara lain kepada KH Dahlan Semarang, menantu
Kia Saleh Darat Semarang. Semua itu menjadi bekalnya ketika
berangkat ke Tanah Suci.
Muhammad Darwis menunaikan ibadah haji dua kali, ketika dalam
usia masih muda. Pertama ia menunaikan haji pada tahun 1980, ketika
berumur 22 tahun, sambil memperdalam ilmu agama Islam di Tanah
Suci. Saat Muhammad Darwis berangkat ke tanah suci sang ayah
berkata padanya untuk pulang dengan membawa perubahan. Kembali
di tanah air, Muhammad Darwis mengubah namanya menjadi Ahmad
Dahlan. Nama yang diberi gurunya pada ijazah kelulusan belajar dari
Makkah. Kemudian menikah dengan Siti Walidah 17 Tahun. Pernikahan
mereka dihadiri para ulama yang sekaligus dijadikan ajang pertemuan
ulama sedawa. Sri Sultan beserta para kerabatnya berkenan menghadiri
pernikahannya. Menjadi menantu yang juga pedagang membawanya
ke dunia baru yaitu berdagang batik. Hal itu dinikmatinya dengan
·senang, rupanya ia juga memiliki bakat yang bag us dalam berdagang.
Setahun setelah pernikahannya, Ahmad Dahlan ditinggalkan
ibunya. Allah memanggil orang yang sangat dikasihinya itu tepat
setelah kelahiran putri pertamanya yang diberi nama Siti Johanah.
Setahun kemudia karena kondisi ayahnya yang mengkhawatirkan,
Ahmad Dahlan sepakat dengan saudar-saudaranya untuk menikahkan
ayah mereka dengan ibu Raden Khatib Tengan Haji Muhammad.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Pernikahan berjalan mulus dan menentramkan, Dahlan memperoleh


adik baru dari pernikahan tersebut yang diberi nama Muhammad Basyir.
Ayahnya memberi kepercayaan untuk memberi pengajian kepada
anak-anak, berikutnya kepada remaja, dan selanjutnya kepada orang-
orang dewasa. Ia merasa gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang
melenceng ke arah Bid'ah atau menyimpang/sesat dan demikian
bersemangat untuk sebuah cita-cita melakukan perubahan pemikiran
dalam memahami Islam.
Ia mengawali cita-citanya dengan mengubah arah kiblat pada arah
yang sebenarnya. Namun praktek pembaharuan yang dilakukan Ahmad
Dahlan tidak semudah yang diharapkan, ia gagal merealisasikan
perubahan arah kiblat di masjid Kesultanan Yogyakarta. Kebanyakan
kaum tua menentang langkah Dahlan tersebut dan mengakibatkan
kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, kyai Penghulu
Karhaludiningrat. Dahlan kemudian berusaha mewujudkan maksud
pembaharuannya itu dengan membangun langgar sendiri dan
meletakkan kiblat dengan benar. Usaha inipun gagal karena lagi-lagi
mendapat tantangan dari kaum tua. Seorang penghulu di daerah itu
bahkan memerintahkan masyarakat menghancurkan langgar yang
dibangun Dahlan, karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Dahlan
tidak mampu berbuat banyak, ia nyaris patah hati dan hampir saja
Dahlan meninggalkan kota kelahirannya, jika saja seorang anggota
keluarga tidak menghalangi dan membangunkan untuknya sebuah
langgar yang lain, dengan jaminan bahwa ia dapat mengajarkan
pembaharuan lslamnya itu sesuai keyakinannya sendiri, tanpa ada
gangguan dari orang lain.
Dahlan mulai bangkit dan semangat dengan dukungan dari
keluarga dan orang-orang yang punya pemikiran terbuka serta para
muridnya, dan ia berhasil. Keberhasilannya itu semakin menunjukkan
titik cerah ketika ayahnya meninggal pada bulan Sya'ban tahun 1896,
ia diberi kepercayaan menggantikan ayahnya sebagai khatib tetap
masjid Gedhe (Masjid Kraton} Kauman, yogyakarta. Bahkan kraton
menetapkan sebagai anggota Raad Agama Islam Hukum Kraton.
Karena dapat dipahami dan melekat pada dirinya dan masyarakat
menyebut namanya KH Ahmad Dahlan.
Kedua, ia menunaikan ibadah haji lagi tahun 1903, ketika berumur
35 tahun atas fasilitas Sri Sultan. Sri Sultan menegaskan bahwa zaman
sekarang sudah berubah dari perang senjata menjadi perang
intelektual. lni berarti ia telah dewasa penuh serta jiwanya lebih stabil
dan lebih mantap daripada waktu berhaji sebelumnya. Dua kesempatan
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

tersebut selain digunakan untuk berhaji juga dimanfaatkan untuk studi


lanjut memperdalam ajaran - ajaran Islam kepada beberapa ulama
Indonesia yang tinggal di Tanah suci. Di sam ping kepada ulama lainnya.
Setelah menunaikan ibadah haji baik yang pertama maupun kedua
tidaksegera pulang ke Indonesia. Pada haji yang pertama ia berada di
tanah suci selama delapan bulan. Sedangkan pada haji yang kedua
berada disana sekitar dua tahun.
Selagi berada di Tanah suci, KH Ahmad Dahlan mendengar, membaca,
dan bersentuhan dengan gerakan pembaharuan dalam Islam di Timur
Tengah, misal, di Mesir. Apalagi ia menyadari berada di dalam ruang dan
waktu, maka ia berusaha ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Ia
manfaatkan keberadaannya untuk banyak membaca berbagai kitab dan
buku yang dikarang para toko pembaharuan dalam Islam antara lain
Taqiyyudin lbnu Taimiyyah, Jamaludin AI Afghani, dan Muhammad Abduh.
Melalui kitab dan buku yang dibaca, ia dapat berkenalan dan mengetahui
pokok pikiran mereka. Dari perkenalan secara tidak langsung itu, ia
mendapat pelajaran berharga, memperoleh inspirasi, dan memiliki motivasi
yang kuat untuk melakukan pembaharuan.
Sebagai seorang yang alim, KH Ahmad Dahlan memiliki banyak
kitab. Bermacam kitab yang menjadi pegangan ulama dan dikaji di
pondok pesanteren ia punya dan mendalami dengan baik. Bahkan
sebagai seorang alim yang berpikiran maju, yang berkehendak
membawa Islam yang berkemajuan, ia banyak membaca kitab-kitab
baru yang mengilhami dalam hidup dan perjuangannya. Di antara
beberapa kitab bacaannya adalah kitab Fi/Bid'ah dan At-Tawassul wal
Wasilah Karangan lbnu Taimiyyah, Kitab Tau hid, Kitab Tafsir juz Amma
dan kitab A/Islam wan Nashraniyyah ( ketiganya karangan Muhammad
Abduh), dan kita Tafsir AI Manar karangan Rasyid Ridha, kitab Dairatul
Ma'arif karangan Farid wajdi, dan Majalah AI Urwatul Wutsqa. 1
Sekembalinya dari Makkah, maraknya kristenisasi dan rendahnya
pemahaman Islam di kalangan priyayi membuat KH Ahmad Dahlan
mengembangkan peta sayapnya tidak pada masyarakat jawa
kebanyakan (abangan) saja. Tetapi beliau berhubungan dengan para
nasionalis dan para priyayi. Pada tahun 1909 KH A. Dahlan bergabung
dengan perkumpulan Boedi Oetomo yang saat itu dipimpin DR Cipto
Mangun Kusumo, setelah sebelumnya beliau mengundurkan diri dari
Khatib Masjid Ghede Kauman untuk kebaikan bersama. Dengan cara
ini ia berharap dapat mewujudkan tujuan dakwah lebih luas, yaitu
1 M Muuclas Abror dalam Suara Muhammadiyah , No 01/Th. Ke 97, 1-15 januari
2012. Hal. 43
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

dapat memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah dan kantor-


kantor pemerintah. Tetapi Dahlan juga dituduh sebagai kyai kejawen
hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Boedi
Oetomo. Tapi tuduhan itu tidak membuat pemuda kauman itu surut.
Dengan ditemani istri tercinta (Nya Walidah) dan lima murid-
murid setianya : Sudja', Sangidu, Fahruddin, Hisyam, dan Dirjo
membentuk perkumpulan Muhammadiyah dengan tujuan umat Islam
agar berpikiran maju sesuai perkembangan zaman. Budi Utomo
membantu Dahlan dalam mengurus ijin pendirian perkumpulannya.
Permohonan itu kemudian sampai pada Sri Sultan yang memang sudah
mengharapkan kehadiran suatu perkumpulan Islam sejak dulu. Melihat
nama KH A. Dahlan tertulis sebagai presiden perkumpulan
Muhammadiyah Sri Sultan sangat senang dan lega. Beliau menyambut
bahagia kedatangan KH A. Dahlan. Sri Sultan berpesan agar jangan
sampai Muhammdiyah kelak mengecilkan kadudukan Masjid Ghede
Kauman. Menurut KH A. Dahlan bahwa keduanya mempunyai fungsi
yang berbeda. Fungsi Masjid Kauman tidak akan tergantinkan oleh
Muhammadiyah karena masjid adalah tempat ibadah sedangkan
Muhammadiyah adalah wadah untuk meningkatkan pendidikan umat.
Akhirnya pada tanggal12 Nopember 1912 M ditetapkan oleh KH
Ahmad Dahlan sebagai lahirnya Muhammadiyah dihadiri kurang lebih
30 orang muridnya meskipun surat ijin berdirinya persyarikatan
Muhammadiyah belum keluar. Beberapa hari kemudian turun surat
ijin berdirinya Muhammadiyah di situ tercantum tanggal18 Nopember
1912. Sabtu malam Minggu terakhir di bulan Desember 1912
diumumkan kepada masyarakat berdirinya Perkumpulan
Muhammadiyah dihadiri keluarga besar KH Ahmad Dahlan dan
undangan yang sedikitnya berjumlah 70 orang. Di Keraton Sri Sultan
juga merasa senang dengan berdirinya Muhammadiyah. Apalagi
dipimpin oleh kyai muda, pintar, mudah bergaul, dan merupakan
keturunan Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Sri Sultan sangat terkesan
dengan khutbah-khutbah KH Ahmad. Dahlan ketika menjadi khatib
amin di Masjid Ghede Kauman. Harapan beliau semoga lewat
Muhammadiyah kebesaran KH Ahmad Dahlan terdengar sampai di luar
Kauman 2 •
Melalui rasionalisasi ritual yang dilakukan KH Ahmad Dahlan
seperti tersebut di atas tersedia ruang bagi banyak pihak untuk lebih
memahami Islam yang fungsional bagi pemecahan masalah

2 Een Rochaeni dalam Suara Muhammadiyah No.OS/TH. Ke 96, 1-15 Maret 2011.
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah

kemanusiaan, bahkan terlibat didalamnya. Jika dibaca secara jernih


kekuatan utama gerakan Muhammadiyah periode awal ialah etika dan
semangat ke-welas-asih-an atas sesama, sikap terbuka dan toleransi.
Awalnya pendukung gerakan ini bukan lah semata-mata dari kaum
santri, tapi juga orang-orang Belanda, China dan priyayi Jawa. Ketika
Dahlan menggerakkan masyarakat membela mereka yang tertindas,
terlantar dan gelandangan dukungan datang dari segala penjuru.
Semua itu dilakukan kyai bukan bermaksud mengubah keyakinan
agama, tapi semata hendak menunjukkan ke-welas-asih-an berbasis
Kitab Suci dan Sunnah Nabi.
Sikap terbuka, toleran dan membela yang menderita dari kyai
Dahlan itulah yang membuat Dr. Soetomo, elit priyayi Jawa, salah
seorang pemimpin Budi Utomo (1908), kepincut gerakan
Muhammadiyah. Dokter itu menyebut fokus, asas dan etos utama
gerakan itu, ialah ke-welas-asih-an pada sesama, terutama rakyat kecil
yang terancam dan tertindas. Karena itu Dr Soetomo kemudian
bersedia menjadi advisor HB (Hooft Bestuur) Muhammadiyah Bidang
Kesehatan. Di sini letak fungsi strategis pembaruan- sosial kemanusiaan
kyai bagi pembebasan umat dari penderitaan struktural tersebut 3 •
Sosok Kyai Dahlan tidaklah seperti ulama tradisional yang hanya
fasih berbicara (mubaligh) sebagai gerak luar dan sementara dari
perasaan dan keinginan. Meminjam istilah Antonio Gramsci, Kyai
Dahlan juga merupakan sosok intelektual organik, beliau menjalankan
fungsi intelektualnya sebagai organisator dan penggerak bagi kaumnya
dan betul-betul berpartisipasi aktif dalam kehidupan praktis.
Bahasa dakwah kyai Dahlan begitu fasih karena keluar dari hati
yang suci, tulus ihlas, lepas dari selubung ide dan kepentingan duniawi
sehingga menyentuh bagi yang mendengarkan (qaulan bafigha).
Ajakan Ajengan Dahlan juga sang at mudah difahami (Qaulan maisura)
karena ia hanya mengatakan dan melakukan apa yang diyakininya
sebagai kebenaran (qaulan sadida). Oleh karena itu, beliau
menyampaikan dakwahnya dengan penuh kasih sayang, santun penuh
adab dan menyejukkan(qau/an tawina).
Keshalihannya begitu konkrit dengan sungguh-sungguh
melakukan amal shaleh yang dampaknya jelas terasa bagi orang lain
dan masyarakat luas. Zuhud dalam urusan dunia tampak nyata dengan
kerelaan mengorbankan seluruh tenaga dan hartanya demi kecerdasan
dan kemajuan umat. Sementara di pihak lain, orang miskin dikasih

3 Sang pencerah
Al ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

sarapan sabar, makan siang tawaka/, dan makan malam qana'ah. Kyai
Dahlan mengajak orang mengeluarkan hartanya untuk memberi
sarapan, makan siang dan makan malam orang miskin dengan makanan
yang meredakan gemuruh perut yang kelaparan dan menyediakan
pakaian buat tubuh yang menggigil karena kedinginan atau meradang
karena kepanasan. Beliau tidak takut miskin, karenanya tidak seganJ
mengeluarkan hartanya sendiri, bukan hanya sekedar menyalurkan
harta para donatur atau kas organisasi.
Namun demikian, Kyai Dahlan bukan sekedar aktivis sosial yang
melupakan bahkan berusaha 11 membunuh II Tuhan seperti layaknya aktivis
partai komunis atau mengabaikan dan meremehkan ritual syari'atseperti
tokoh fiktif Syeh Siti Jenar, atau bersemangat menolong dan membela
orang miskin dengan cara mencuri seperti dilakukan Si Pitung atau
Robin hood. Kesadaran kyai Dahlan terlahir dari kesadaran spiritual tingkat
tinggi melalui jalan-jalan ritual (syari'at) para Nabi yang dijamin kebenaran
dan keselamatannya. Seperti halnya, Jalaludin Rumi yang menyatakan
bahwa shalat merupakan jalan paling efektif untuk menajamkan kualitas
spiritual (taqarrub i/a//ah/mendekatkan diri pada Allah).
Oleh karena itu, pembelaanya kepada wong cilik dilakukan dengan
cara luhur dan beradab, sehingga menarik kaum priyayi dan saudagar.
Andai kata kezuhudan ritual (syari'ah) tidak diamalkan kyai dahlan,
tentu akan banyak orang menganggap Muhammadiyah seperti gerakan
sosial biasa lainnya yang mengusung jargon pembelaan terhadap rakyat
kecil namun kering nuansa ruhaniahnya karena hanya menganggap
man usia sebagai sosok yang terdiri dari tumpukan daging dan tulang.
Oleh karena itu, sanga tepat pernyataan mentri Agama Rl Fa rid Ma'ruf
dalam bukunya analisa Akhlak yang mengelompokkan Kyai Dahlan
sebagai sosok Sufi Ghazalian yang komit pada lahir syariat dan ruh/batin
syariat sekaligus. Hal tersebut dapat dimaklumi dari bacaan kyai Dahlan
yang melahap karya-karya Ghozali mulai dari kajian fikih, kalam dan
tasawuf. Adapun pengelompokan dalam ranah filsafat, lebih tepat
diasosiasikan dengan Averoisme atau penganut filsafat lbnu Rusyd yang
tidak mempertentangkan antara filsafat (hikmah) dan syariat. Bahkan
sebaliknya kebenaran syariat dan filsafat saling mendukung satu sama
lain dan mengukuhkan posisinya masing-masing (lbnu Rusy dalam Fashl
Maqal fil Maa Baina ai-Hikmah wa ai-Syari'ah min al-itsha/, 1920).
Alkisah tentang penyebab berkembangnya Muhammadiyah di
Sumatera Barat. Salah satunya adalah laporan seorang ulama Ranah
Minang yang melakukan penelitian langsung ke jogja untuk menjawab
rasa penasarannya mengenai figur Kyai Dahlan pendiri ormas yang
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

berpikir maju dan modern. Saat ulama itu tiba di Jogja dijamu Sang
Kyai dirumahnya dan diperkenankan menginap. Menurut kesaksian
sang ulama, pada dini hari dia menyaksikan kyai Dahlan sedang asyik
bertahajud dan kemudian pergi ke masjid sebelum adzan subuh
berkumandang. Pada pagi harinya ketika hendak sarapan, ternyata
porsinya hanya cukup buat satu orang. Lantas Kyai Dahlan membagi
dua porsi sarapan tersebut, untuk dirinya dan tamunya. Selesai sara pan,
kyai membasuhkan tangan sang ulama. Tentu saja tamu merasa
terheran-heran. Lalu Kyai Dahlan menjelaskan bahwa hal itu ia lakukan
untuk mengganti porsi sarapan yang dibagi dua tadi. 4
Sebagian kecil fakta berpadunya keshalehan ritual dan sosial pada diri
Kyai Dahlan merupakan salah satu hal yang meyakinkan ulama dari Sumatra
Barat tersebut, bahwa memang Muhammadiyah didirikan oleh seorang
yang benar-benar mewarisi tradisi para Nabi. Sehingga Muhammadiyah
dengan berbagai tantangan dan rintangan yang menghadangnya , terus
maju dan berkembang pesat karena bukan hanya lahir dari dimensi
kesadaran nalar (aka I) akan penting membela mustadh'afin (kaum tertindas)
akan tetapi juga dilandasi oleh kesucian dan kebeningan hati yang mampu
menangkap pesan ke dalam wahyu Allah.
Keberanian KH Ahmad Dahlan juga tercatat dalam sejarah, yaitu
ketika KH Ahmad Dahlan menerima surat dari Banyuwangi. lsi surat
berisi ancaman yang ringkasnya " Silahkan Kyai datang lagi ke
Banyuwangi memberi pengajian, jika ingin pulang tinggal nama".
Tanpa rasa takut, kyai berangkat ke Banyuwangi. Sampai di kota tujuan.
Kyai memberi pengajian dari awal hingga akhir berjalan lancar, tertib,
aman dan selamat. Setelah itu kyai kembali ke Yogyakarta. Dan
berdirilah kemudian Muhammadiyah Cabang Banyuwangi.
Hal ini dapat dipahami dari pernyataan kyai Dahlan bahwa
beragama memang memerlukan kesungguhan atau mujahadah dalam
bahasa tasawuf. Jangankan untuk meraih kebahagiaan akhirat, meraih
kesuksesan dunia saja memerlukan kesungguhan dan profesionalisme
alias tidak serampangan untuk menggapainya 5 • Bermujahadah artinya
membebaskan diri dari hal-hal menyenangkan yang melalaikan dan
mengarahkan jiwa pada setiap yang berlawanan dengan kehendak
nafsu di setiap waktu. Dari hasil mujahadah itulah seseorang akan
benar-benar dapat mencapai maqam zuhud, suatu sikap yang tidak
silau atau berbangga dengan dunia yang diperolehnya dan tidak merasa
4 Endang Mintarja dalam Suara Muhammadiyah no. 23/2011.
5 Disadur dari pidato kyai pada Konggrea Tahunan Muhammadiyah, januari 1923,
dalam Mulkhan .2005.
. . . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

kehilangan dengan menginfakkan hartanya dalam rangka taat kepada


Tuhan 6 • Kalau sesorang rajin tahajud karena banyak tidur di siang
harinya, atau menginfakkan hartanya yang bukan berasal dari keringat
sendiri, walaupun itu juga lumayan baik, tapi sama sekali itu belum
mencapai maqam zuhud.
Sangat disayangkan dalam perbincangan tasawuf konsep zuhud
sering tidak dikaitkan langsung dengan mujahadah, sehingga
kekeliruan sering muncul pada tahap pelaksanaannya. Misalnya konsep
zuhud diasosiakan dengan orang yang tidak berharta, hid up melarat,
rela atau pasrah ditindas, menyendiri (uzlah) dan sikap lainnya yang
mendeskripsikan sikap anti dunia. Hal itu menimbulkan kesan buruk
pada tasawuf yang cenderung asketis. Padahal seorang pengamal
tasawuf pada saat yang bersamaan harusnya bersikap produktif (sufi
produktif) dengan tidak lagi memahami zuhud sebagai lari dari
problem dunia obyektiftapi membuka ruang kreatif-kritis membangun
peradaban modern yang shaleh 7 •
Buya Hamka berpendapat, dalam tasawuf kita dapat meraih
bahagia dengan mendntai dunia (bukan sebaliknya). Hanya saja dalam
tasawuf kita diarahkan agar memperbaiki budi/akhlak (dalam
menggapai kebahagiaan hidup) dan menyucikan batin (dengan
meluruskan niat dalam menjalani hidup). Untuk memperoleh hal itu
hanya dapat dicapai dengan mujahadah dalam ibadah ritual sebagai
wahana penajaman ruhani dan amal shaleh sebagai manifestasi dari
spiritual konkret. Hal inilah yang akan melahirkan manusia yang
mempunyai hati sud, kemudian melahirkan aka I sud yang betul-betul
dapat memahami ai-Qur'an sud. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kyai
Dahlan bahwa kebenaran Alqur'an hanya dapat dijangkau oleh akal
yang sud dengan hati yang sud. Dari papa ran di atas dapat disimpulkan
bahwa Kyai Ahmad Dahlan adalah seorang yang zahid paripurna karena
pikiran dan aktivitas sosialnya lahir dari buah ketaatan dalam beribadah
dan cara pandang yang benar akan dunia. Beliau adalah penggiat dan
pencari dunia untuk tujuan akhirat.
Sang Pencerah sering hadir di sekolah, pasar, dan kraton, tetapi
juga selalu mudah ditemui di masjid. Beliau juga menjadi penasehat
Sultan, melakukan advokasi pada masyarakat, tetapi juga bersemangat
menghadiri pertemuan/pengajian.

6 Ar=Risalah ai-Qusyairiyah, hal. 215


7 Mulkhan dalam Suara Muhammadiyah No. 20/2012.
lkhwal Berdirinya Muhammadiyah -

Pada Tahun 1961 Pemerintah Indonesia mengangkat KH Ahmad


Dahlan sebagai pahlawan Nasional. Melalui surat Keputusan Presiden
Sukarno Nomor 657 tanggal 27 Desember 1961 dikemukakan empat
pertimbangan pengangkatan KH Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan
. Nasional, yaitu: (1) KH Ahmad Dah/an telah mempelopori kebangunan
Umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa
terjajah yang masih harus be/ajar dan berbuat; (2) Dengan organisasi
Muhammadiyah yang didirikan telah memberikan ajaran Islam yang
murni kepada bangsanya. Ajaran Islam yang menuntut kemajuan,
kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar /man
dan Islam; (3) Dengan organisasinya Muhammadiyah telah
mempelopori amal-usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan
bagi kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; (4)
Dengan organisasinya bag ian wan ita a tau "'Aisyiyah telah memelopori
kebangunan wan ita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan
berfungsi sosia/, setingkat dengan pria 8 .
Sebagai penutup mari kita lihat suatu riwayat yang dikisahkan
Nabi Khidzir sedang memberi tausiah Nabi Musa tentang reward
(balasan) langsung dari Tuhan. Khidzir berkata : "Jika Musa bisa
memberi pakaian orang yang telanjang karena tidak bisa membeli baju,
memberi makan orang yang kelaparan karena tidak bisa bekerja
memperoleh sesuap nasi, membuat tentram orang yang ketakutan
karena terancam dan tertindas, Tuhan akan memberikan balasan
langsung". Pahala langsung dari Allah tidak diberikan bagi yang sholat
di masjid, atau ibadah formallainnya, karena ibadah sudah merupakan
kewajiban bukan perbuatan istimewa yang membutuhkan revolusi
mental.

8 Naskah Pidato Milad Muhammadiyah ke 102 /k2 99 dalam SM No. 22/TH. Ke


96 16-30 November 2011
- AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
MUQADDIMAH
ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Perumusan
Bagi Muhammadiyah, konsep Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai rumusan ideologi
Muhammadiyah dalam bentuk prinsip-prinsip. Konsep ini dirumuskan
pada tahun 1942 pada era Ki Bagus Hadikusumo dan termasuk hal
mendasar karena dirumuskan untuk mensistematisasi langkah dan
pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah sebelum itu. Selain
itu konsep Muqaddimah juga dirumuskan sebagai jawaban atas
kecenderungan melemahnya ruh Islam di kalangan warga
Muhammadiyah. Tersusunnya konsep Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dan dapat diterimanya dalam Muktamar
Muhammadiyah, mempunyai sejarah tersendiri. Mungkin tidak banyak
orang tahu, kalau Mukaddimah A.D. Muhammadiyah mempunyai
kaitan langsung atau tidak langsung dengan tersusunnya rumusan UUD
1945, termasuk rumusan "Pembukaan"nya. Mengapa? Karena Ketua
Muhammadiyah saat itu, yaitu Ki Bagus Hadikusumo dalam
kedudukannya sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) terlibat langsung baik dalam merumuskan UUD 1945
maupun Pembukaan·nya. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
beliau sebagai anggota PPKI juga ikut menetapkan diterimanya UUD
tersebut dan Pembukaannya .


. . . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . , KEMUHAMMADIYAHAN

Ki Bag us Hadikusuma lahir dengan nama Hidayat, lahir di kauman


Yogyakarta, 24 Nopember 1890 dan wafat 3 September 1954. Ia putra
ketiga dari lima bersaudara Raden Kaji Lurah Hasyim, seorang abdi
dalem putihan (pejabat) agama Islam di Keraton Yogyakarta. Ki Bagus
mula-mula memperoleh pendidikan agama dari orang tua dan
beberapa kyai di Kauman. Seta mat sekolah ongko Ioro, Ki Bag us bela jar
di pondok pesantren Wonokromol Yogyakarta. Di Muhammadiyah, Ki
Bagus pernah menjadi ketua Majelis Tabligh (1922), anggota komisi
MPM Hoofdbestuur Muhammadiyah (1926) dan Ketua PP
Muhammdiyah (1942 - 1953). Ia dikenal sebagai penulis. Ia pernah
menulis beberapa, di antaranya Islam sebagai Dasar Negara, Risa/ah
Katresnan Sejati (1935), Pustaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940),
Pustaka /chsan(1941), dan pustaka iman (1954).
Sebagai tokoh yang memiliki kepedulian terhadap nasib rakyat
dan umat Islam Ki Bagus pernah aktif di Partai Islam Indonesia (PII},
Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI}, dan Masyumi. Lewat partai ini dia
menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 29 April 1942.
Di lembaga ini beliau memiliki peran penting dalam mepersiapkan
kelahiran Negara Republik Indonesia dan mengawal keberadaanya
sampai tahun 1954.
Tertarik oleh pembukaan UUD 1945, Ki Bagus Hadikusumo
kemudian berpendapat perlunya disusun pula Mukaddimah A.D.
Muhammadiyah. Untuk itu beliau berusaha mengungkap kembali
pokok-pokok pikiran yang dulu dijadikan dasar amal usaha dan
perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dengan mempergunakan wadah
Muhammadiyah. Dalam menyusun Muqaddimah A.D. Muhammadiyah
ini beliau dibantu oleh anggota PP Muhammadiyah yang lain, seperti
Kyai A. Badawi, Yunus An is dan sebagainya. Sebetulnya, selain konsep
Muqaddimah A.D. Muhammadiyah yang disusun oleh Ki Bagus
Hadikusumo, juga ada konsep yang sama yang disusun oleh Hamka.
Tetapi yag diterima dan disahkan oleh Muktamar, yakni Muktamar
Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta tahun 1950 ialah konsep
Muqaddimah yang disusun oleh Ki Bagus Hadikusumo, setelah melewati
penyempurnaan redaksional yang dilakukan oleh sebuah tim yang
dibentuk oleh sidang Tanwir. Tim penyempurnaan terdiri dari Hamka,
K.H. Farid Ma'ruf, Mr. Kasman Singodimejo, dan Zain Jambek (Harun,
1986: 23, dan Kamal Pasha dkk, tanpa tahun: 65).
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

1. Pokok-Pokok Pikiran Muqaddimah A.D. Muhammadiyah


Muqaddimah A.D. Muhammadiyah mengandung 6 macam pokok
pikiran, yang masing-masing dengan penjelasannnya sebagai berikut:
Pokok Pikiran Pertama: Hid up man usia haruslah mentauhidkan
Allah, bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada
Allah."

Artinya : "Ketahuilah bahwasanya tidak ada Tuhan yang disembah


melainkan Allah (Q.S.Muhammad :19).
Manusia adalah salah satu dari makhluk Allah SWT. Sebagai
makhluk Allah, man usia diciptakan tidak untuk main-main, tetapi untuk
suatu tujuan tertentu. Karena itu sudah seharusnya apabila manusia
menyesuaikan hidup dan kehidupannya sejalan dengan dan untuk apa
man usia diciptakan oleh Allah. Maka wajiblah man usia mentauhidkan
Allah, yang berarti bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya
kepada Allah semata.
Pokok Pikiran Kedua :"Hidup manusia adalah bermasyarakat".
Bagi manusia hidup bermasyarakat adalah sesuatu yang tidak
mungkin dapat dihindari. Bahkan hal itu merupakan sunnatullah,
sebagaimana diisyaratkan dalam ai-Qur'an, karena manusia diciptakan
oleh Allah bersuku-suku berbangsa-bangsa supaya saling kenal-
mengenal. (QS. AI-Hujurat/49: 13).

,., ~;~~. ~<.~l;;j


JtWj r--=- ~hfi
~
~ ~ bl, ~OT e::~
1::-_, ~ -' ~ 1::-_,
~~
~ ,.
~l~ :&101, r--
r.::- ~c(,;~j ~ ~ ~_)::.i01, i).!jl;~l
Artinya : "Hai manusia ,sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan
kamu bersuku-suku supaya kamu saling kenai mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi maha Mengenal.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Sebagian dari ahli- ahli filsafat seperti Aristoteles dan Thomas


Aquinas berkata pula, bahwa manusia itu menurut kodratnya adalah
satu makhluk social yang mencari kesempurnaan hidupnya di dalam
dan melalui masyarakat (A. Lysen, 1980: 47).
Hidup bermasyarakat merupakan keharusan pula bagi manusia,
kalau pokok pikiran kedua ini dihubungkan dengan pokok pikiran
pertama. Tidak mungkin manusia mampu mentauhidkan Allah secara
sempurna dan beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah,
jika juga tidak membina hubungan baiknya dengan masyarakat sekitar
dalam Islam diajarkan, tidak cukup membina "habl min Allah" tetapi
juga harus membina habl min al-nasll
11

Pokok Pikiran Ketiga: Hanya hukum Allah satu-satunya hukum


II

yang dapat dijadikan sendi pembentuk pribadi utama, dan mengatur


tertib hid up bersama menuju kehidupan bahagia sejahtera yang hakiki
dunia dan akhirat.II

Pokok pikiran ketiga ini adalah keyakinan dan sekaligus juga


pandangan hidup Muhammadiyah. Islam adalah agama yang benar,
sesuai dengan ai-Qur'an (QS.AIImran/3:19).
, ".J ~ ,4 , ~ .J ~

~~~~~~~~laj
Artinya : ~~sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah
hanyalah Islam. II

Dan karena Islam agama yang benar, maka siapapun yang tidak
menganut agama yang benar ini tentulah akan merugi di akhirat nanti
{QS. Allmran/3:85).

J·~·jT ;j ~ ~j
~~.:...., .~iT
~~u.!~

Artinya : "Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka


sekali -kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi".
Di samping itu, Islam adalah agama wahyu dari Allah, bukan agama
budaya yang hanya rekayasa manusia. Karena itu sudah pada
tempatnya kalau hukum Allah yakni hukum Islam yang berasal dari
wahyu Allah inilah satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

pembentukan pribadi utama dan pengaturtertib hidup bersama menuju


kehidupan bahagia dan sejahtera yang hakiki dunia akhirat.
Keyakinan dan pandangan hidup Muhammadiyah yang demikian
ini diperkuat oleh kenyataan, bahwa Islam tidak hanya agama ibadah,
tetapi juga suatu way of life yang lengkap sempurna. Mengakui hal
ini, seorang oriental is yang bernama V.M. Dean berkata dalam sebuah
bukunya, "Islam adalah suatu perpaduan yang sempurna antara agama,
sistem politik, pandangan hidup serta penafsiran sejarah.: (Kamal
Pasha, dkk. Tanpa tahun 1971:72)
Pokok Pikiran Keempat : "Berjuang menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya adalah kewajiban bagi orang yang mengaku
bertuhan kepada Allah."
Pokok pikiran keempat ini adalah konsekwensi dari keyakinan dan
pandangan hidup Muhammadiyah yang terkandung dalam pokok
pikiran ketiga. Mengapa konsekwensi? Keyakinan yang menjadi
pandangan hidup adalah perlu direalisasikan supaya dapat terwujud
dalam kenyataan. Untuk itu jelas sekali perlu perjuangan. Bukankah
dalam Islam ada ajaran untuk berjihad " li-i'laihi" kalimat Allah hiya
al-'ulya ?" Rasanya sangat mustahil "masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya' dapat terwujud di Indonesia mengingat sangat majemuknya
masyarakat di Indonesia kalau kita tidak berjuang untuk itu. Firman
Allah menyebutkan,

Artinya: "Orang mukmin itu ialah orang-orang yang beriman kepada


Allah dan Rasui-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar. " (QS. AI Hujurat/49: 15).
Pokok Pikiran Kelima : "Perjuangan menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila mengikuti jejak
perjuangan para Nabi, terutama perjuangan Nabi Muhammad Saw."
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Kalau pokok pikiran keempat menggariskan keharusan


dilakukannya perjuangan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam, maka pokok pikiran kelima menggariskan bagaimana cara
dan akhlak perjuangan itu harus dilakukan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam.
Sudah barang tentu bagi setiap pejuang muslim, tidak ada cara
dan contoh yang patut dijadikan teladan kecuali harus meneladani cara-
cara perjuangan para Nabi, terutama Nabi Muhammad SAW. Mengapa
demikian? Jawabannya ialah sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah SWT,

,::' , / , ,J ......... ,~.,,J

~I ::5"'~1 /<""""~/ / • )II


~ 'P/ .Y ljy>;
Artinya : 5esungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
11

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap


(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah (QS. AI Azhab/33:21 ).
II

Persyarikatan pada tahun 1912 didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan


dengan sengaja diberi nama Muhammadiyah tidak lain karena
11
II

didorong harapan, supaya persyarikatan tersebut dalam berjuang dapat


mencontoh jejak langkah perjuangan Nabi Muhammad, dan itu tidak
bisa ditawar-tawar lagi, bahkan merupakan kepribadian
Muhammadiyah.
Pokok Pikiran Keenam: Perjuangan mewujudkan maksud dan
11

tujuan di atas hanya akan dapat tercapai apabila dilaksanakan dengan


berorganisasi.II

Pokok pikiran keenam menekankan, betapa pentingnya


berorganisasi, sebab llperjuangan hanya akan dapat tercapai apabila
dilaksanakan dengan berorganisasi. Berjuang dengan berorganisasi
II

jelas sangat penting, sebab seperti dikatakan dalam pepatah,


IIkebenaran yang tidak diatur dengan baik dapat dikalahkan oleh
kebathilan tetapi diatur dengan baik. (alhaqq bi Ia nizham, yaghlibuhu
11

al-bathil bi al-nizham). Berjuang dengan berorganisasi tidak sekedar


penting, bahkan sesungguhnya suatu keharusan. Kaidah ushul al-fikih
menyebutkan, apabila suatu kewajiban tidak dapat diselesaikan
II

kecuali dengan adanya sesuatu yang lain, maka adanya sesuatu yang
lain tersebut hukumnya adalah wajib Kemudian perhatikan juga
11

firman Allah SWT yang menerangkan, bahwa II


Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

Artinya : ~~sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang


berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan
mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. II (QS. A/-
Shaff/61 :4).
Paling tidak berjuang dengan jalan berorganisasi selain
mempermudah mencapai tujuan, juga sangat efisien dalam
pelaksanaannya, hemat tenaga, hemat waktu dan hemat biaya.
Muhammadiyah sebagai suatu organisasi, agar dinamika
keorganisasiannya tepat, benar, tertib dan lancar memerlukan
seperangkat peraturan seperti anggaran dasar (termasuk
mukaddimahnya},anggaran rumah tangga, kaidah-kaidah serta
peraturan-peraturan lainnya.

B. ldentitas dan Asas Muhammadiyah


ldentitas/ hakekat Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah
amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid, bersumber pada AI-Qur'an dan
Sunnah. Asas Muhammadiyah adalah lslam 1 • Sedangkan maksud dan
tujuannya ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya 2 •
Dalam mencapai maksud dan tujuannya serta mewujudkan misi yang
ideal tersebut, Muhammadiyah melakukan usaha-usaha yang bersifat
pokok, yang kemudian diwujudkan dalam amal usaha, program dan
kegiatan.
Muhammadiyah sejak berdiri tahun 1912 telah menentukan jati
dirinya sebagai gerakan Islam yang melaksanakan dakwah dan tajdid.
Dakwah dilakukan untuk menyuruh pada yang ma'ruf (a/ amr bi al-
ma'ruf) dan mencegah dari yang munkar(a/ nahyu 'an a/ munkar),
sebagaimana tersurat dalam AI-Qur'an Surat Al-lmran 104, yang artinya:
IIAdakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada
kebaikan, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada
keburukan, Mereka itulah golongan yang beruntung II (QS Al-lmran
:104). Gerakan Muhammadiyah bahkan memiliki karakter sebagai tajdid
1 Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab II, pasal 4
2 Idem Bab Ill, pasal 6
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

sebagaimana dipelopori sendiri oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan sang


mujaddid. Tajdid Muhammadiyah menurut Majelis Tarjih dan
Pengembangan Islam (2000-2005) memiliki dua dimensi, yakni
pemurnian (purifikasi) dan pembaruan atau pengembangan
(dinaminasi), dengan makna lain berdimensi dakwah dan tajdid.
Langkah-langkah dakwah dan tajdid Muhammadiyah tersebut
tercermin dalam kepeloporan mendirikan sekolah Islam modern,
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan dengan mendirikan PKU
(Penolong Kesengsaraan Oemoem, kini Pembina Kesejahteraan
Umat), penyantunan anak-anak yatim dan miskin melalui gerakan AI-
Ma'un, dan mendobrak Praktik dan pemikiran Islam yang jumud
(statis,beku) dengan ijtihad. Karena itu dalam masyarakat umum
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaharuan (tajdid),
bahkan tajdid sudah melekat dalam Muhammadiyah. Karena
kepeloporan dalam pembaruan itu maka Muhammadiyah dikenal
sebagai reformisme atau modernisasi Islam.
Gerakan Muhammadiyah yang berkarakter dakwah dan tajdid
tersebut dilakukan melalui sistem organisasi (jam'iyyah) dan bersifat
ekspansi (penyebaran, perluasan); Kata-kata llwaltakum minkum
ummatun dalam Al-lmran 104 yang sering disebut sebagai "ayat
II

Muhammadiyah merupakan pemaknaan baru mengenai kepentingan


II ,

menggerakkan Islam melalui organisasi atau persyarikatan. Sedangkan


dimensi perluasan tersurat sebagaimana tujuan awal Muhammadiyah,
menyebarluaskan ajaran Kanjeng Nabi Muhammad ke seluruh wilayah
II

karesidenan Yogyakarta 11 , dan sejak 1914 bahkan untuk seluruh


Indonesia. Di situlah watak dinamis sekaligus karakter Muhammadiyah
sebagai sebuah gerakan Islam.
Dari perjalanan awal Muhammadiyah tersebut maka jelas sekali
karakter yang kuat dari Pesyarikatan, yaitu sebagai Gerakan Islam yang
menjalankan dakwah dan tajdid melalui system organisasi yang selalu
dinamis dan berkemajuan. Muhammadiyah telah hadir sebagai gerakan
yang menyebarluaskan Islam yang berkemajuan dengan tetap
berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang kokoh berdasarkan
AI-Qur'an dan Sunnah shahihah (maqbulah). Muhammadiyah
melakukan gerakan ai-Quran wa ai-Sunnah a/ ruju'ila (kembali
11
II

kepada AI-Quran dan AI-Sunnah), bukan semata-mata untuk pemurnian


belaka tetapi sekaligus pembaruan dalam menjawab dan memandu
kehidupan ditengah perkembangan zaman.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

Dengan demikian karakter gerakan Muhammadiyah itu dakwah dan


tajdid, yang juga mengandung dimensi pemurnian (tandhif al-'aqidah
al-islamiyah) sekaligus pembaruan (tajdid fi ai-ls/am). Bukan semata-
mata dakwah, tetapi juga pembaruan. Bukan semata-mata pembaruan,
tetapi juga dakwah. Bukan semata-mata pemurnian, tetapi juga
pembaruan. Bukan semata-mata pembaruan, tetapi juga pemurnian.
Pemurnian berarti "pengotentikan", kembali pada Islam yang benar-
benar murni atau asli sebagaimana ajaran AI-Quran dan Sunnah Nabi
yang shahihah (maqbulah), dengan mengembangkan ijtihah sesuai
dengan manhaj Tarjih. lnilah yang membedakan dengan "gerakan ls-
lam-gerakan Islam yang lain" yang sering menamakan dirinya secara
kental sebagai "harakah" (gerakan,pergerakan) yang bercorak
"salafiyah" (Wahabiyah) atau "tarbiyah" (al-ikhawan ai-Mus/imin) yang
sangat menonjolkan pemurniannya, bahkan dengan cara yang keras.
Karakter pembaruan inilah yang membedakan Muhammadiyah
dengan gerakan-gerakan Islam lainnya, hatta dengan gerakan
modernis lainnya seperti Persatuan Islam yang sama-sama beraliran
modern. Deliar Noer mengkategorisasikan Muhammadiyah sebagai
gerakan modern yang memiliki sifat toleran, sedangkan Persatuan
Islam bersifat Keras (Noer 1996:320). Lebih jauh lagi, berbeda dengan
Muhammadiyah, Persatuan Islam secara ideologis mirip dengan
organisasi ikhwanul Muslimin di Mesir dan lama' ati-islami di Pakistan,
sedang dalam pemahaman agama mengedepankan penerapan hukum-
hukum secara harfiah. KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri
Muhammadiyah juga berbeda dengan pembaru-pembaru dunia Islam
yang beraliran keras, Kyai Dahlan lebih memiliki kesamaan dengan
Muhammad Abduh dan Ahmad Khan yang moderat dan berani
mengambil aspek-aspek modern Barat untuk kemajuan umat Islam,
ketiganya sama-sama ingin membangun umat dan dunia Islam lebih
maju. Mukti Ali juga menyatakan, Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah-
nya tidak bergerak di bidang politik, yang membedakannya dengan
Serikat Islam.
Artinya, jika dihubungkan dengan situasi saat ini maka
Muhammadiyah secara teologis dan ideologis memiliki perbedaan
dengan gerakan-gerakan Islam yang berkarakter seperti Persatuan
Islam, lkhwanul Muslimin, Sarekat Islam dan paham ideologis serta
organisasi yang serupa yang kini berkembang dan meluap di
lingkungan umat Islam baik yang menampilkan "harakah-harakah"
dakwah atau politik atau bahkan menampilkan keduanya sekaligus:
gerakan "dakwah dan politik". Perbedaan ini tidak untuk merentangkan
. . _ AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . , KEMUHAMMADIYAHAN

tali perselisihan sesama umat Islam, tapi untuk lebih memahami diri
sendiri dan mengenal orang lain agar lebih jelas dalam bergerak, tidak
saling menganggu sebaliknya dapat saling toleransi satu sama lain
dengan semangat ukhuwah. Bergeraklah di tempat masing-masing
dengan sebaik-baiknya, hormati rumah dan paham yang lain, tanpa
II II

harus mengklaim islami atau tidak islami


II II
11
II •

Dengan karakter dakwah dan tajdid itu, maka Muhammadiyah


berhasil dalam meneguhkan keyakinan Islam yang kuat di kalangan
umat Islam, sekaligus membawa pada kemajuan hidup. Jadi bukan
sekadar meneguhkan keyakinan semata, bukan sekadar memurnikan
paham agama semata, membawa pada kemajuan. Jadi Muhammadiyah
menjadi gerakan Islam yang memurnikan ajaran sekaligus memajukan
kehidupan umat Islam dan umat manusia pada umumnya itulah Islam
yang murni dan berkemajuan
II
11

Dalam hal ini patut dicatat pandangan positif banyak peneliti asing
tentang keberhasilan Muhammadiyah dengan gerakan dakwah dan
pembaruannya. James L. Peacock, seorang antropolog ternama dari
Amerika Serikat, melalui penelitiannya tahun 1970 memberikan kesaksian
akademis yang cukup objektif dan menarik mengenai Muhammadiyah:
Dalam setengah a6ad sejak berkembangnya pambaruan di Asia
II

Tenggara, pergerakan itu tumbuh dengan cara yang berbeda di


bermacam daerah. Hanya di Indonesia saja gerakan pembaharuan
Muslimin itu menjadi kekuatan yang besar dan teratur. Pada permulaan
abad ke-20 terdapat sejumlah pergerakan kecil-kecil, pembaharuan di
Indonesia bergabung menjadi beberapa gerakan kedaerahan dan
sebuah pergerakan Nasional yang tagguh, Muhammadiyah. Dengan
beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan dan berjuta-juta anggota
yang tersebar di seluruh negeri, Muhammadiyah memang pergerakan
Islam yang terkuat yang pernah ada di Asia Tenggara. Sebagai
pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah
juga telah memberikan sumbangan yang besar di bidang
kemasyarakatan dan pendidikan. Klinik-klinik perawatan kesehatan,
rumah-rumah piatu, panti asuhan, di samping beberapa ribu sekolah
menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga Non-kristen dalam bidng
kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di
Indonesia. 'Aisyiah, organisasi wanitanya, mungkin merupakan
pergerakan wanita Islam yang terbesar di dunia. Pendek kata
Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat
di negara terbesar kelima di dunia. 11
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

Dalam pandangan Nurcholish Madjid, Kyai Dahlan adalah sosok


pencari kebenaran yang hakiki, yang secara cerdas mampu menangkap
makna tersirat tafsir AI-Manar, dan langkah tajdidnya bersifat break-
trought, tanpa prakondisi sebelumnya Langkah pembaruan yang
dipelopori Kyai Dahlan menurut Mukti Ali Kendati cenderung pada
amaliah, tetapi terdapat domain pembaruan yang sangat spesifik yang
tidak dimiliki oleh pembaru-pembaru dunia Islam sebelumnya ialah
gerakan pembaruannya dalam menampilkan amalan-amalan
kemasyarakatan dalam format kelembagaan (sekolah,rumah sakit,panti
asuhan,dll) termasuk dalam melahirkan gerakan perempuan (Aisyiah)
ke ruang publik.
Hal menarik dari gerakan kembali pad a AI-Qur'an dan As-Sunnah
11
II

yang menampilkan dua sisi tetapi bagaikan mata uang yang sama itu
dapat diketahui bahwa dalam perkembangan berikutnya terjadi proses
IIpembiasaan atau reduksi. Di satu pihak yang menarik terlalu kuat
II

pada aspek pemurnian (purifikasi), sebaliknya ke aspek pengembangan


(dinamisasi), sehingga sering terjadi benturan pemikiran yang kadang
tidak memperoleh ruang dialog yang memadai, yang kemudian
memunculkan stigma atau pandangan-pandangan yang saling
menegasikan. Bahkan ada kecenderungan baru, bahwa
Muhammadiyah yang asli,murni ialah yang bercorak pemurnian itu,
II II

sedangkan yang bercorak dinamisasi atau tajdid dianggap sebagai


11 11

IIliberalisasi
II yang menyimpang dan akan merusak ke-II

Muhammadiyahan yang asli


11
II Dari tarik-menarik yang tidak
II.

memperoleh ruang dialog dan sikap toler an yang longgar itulah kadang
lahir polarisasi pengelompokkan paham keislaman di kalangan
Muhammadiyah antara mazhab literal dan liberal yang berada
II
11
II
11

dalam posisi yang saling berhadapan secara diametral, yang kadang


berebut dominasi di ruang public Persyarikatan.
Namun lepas atau terkait dengan polarisasi pemikiran tersebut,
sebenarnya terdapat dialektika pemikiran yang tak akan pernah
berhenti dalam Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Di satu pihak
Muhammadiyah secara niscaya dan fundamental dituntut untuk
berpijak pada keotentikan ajaran Islam sebagaimana ajaran AI-Quran
dan As-Sunnah ai-Maqbullah, sebab dari sumber dan ajaran Islam yang
murni itulah terdapat hakikat keberislaman yang sesungguhnya. Pada
saat yang sama Muhammadiyah secara niscaya pula dituntut
mengembangkan ijtihad atau tajdid untuk menjawab tantangan-
tantangan baru dalam dinamika zaman yang selalu hadir sebagai
sunatullah yang bersifat kauniyyah. Dalam posisi dan peran gerakan
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

yang demikian sebenarnya Muhammadiyah akan tetap memiliki karakter


khusus dalam dinamika Islam dan kebangsaan di negeri ini maupun
dalam peratuaran dunia kontemporer, yakni menampilkan Islam yang
otentik dan berkemajuan.
Di pihak lain perkembangan dunia juga diwarnai krisis moral dan
berbagai bencana kemanusiaan lainnya, yang memerlukan peran
profetik (kerisalahan) agama yang bersifat nilai dan spiritualitas. Di
sinilah dimensi pemurnian Islam diperlukan, karena tidak dapat
dijangkau oleh gerakan intelektual. Tapi moralitas, spiritualitas, dan
dimensi-dimensi keislaman yang bersifat pemurnian atau peneguhan
itu juga harus memiliki basis pemahaman yang kokoh dan komprehensif
dalam Islam, bukan parsial apalagi sekadar pelarian dari dunia yang
galau laksana gerakan-gerakan sekte atau Millenari yang radikal.
Dimensi dakwah Muhammadiyah harus memiliki kekayaan mozaik
ajaran yang luas, tidak seperti "pistol air" atau "gula-gula" atau
"sekadar obat sesaat untuk memblok rasa sa kit'' apalagi sampai menjadi
"harakah-harakah" yang serba memvonis' tidak islami, munafik, bahkan
kafir dan murtad, yang membuat umat lari atau sebaliknya menjadi
fanatik-buta yang merasa paling lslami di dunia. Tampilkan Islam yang
murni (asli,otentik) yang bergizi tinggi.
Karena itu, Muhammadiyah menampilkan Islam yang otentik dan
berkemajuan sebagaimana domain "tandhif" dan "tajdid ", sungguh
memerlukan pemahaman yang luas dan mendalam tentang ajaran Is-
lam dan mengenai hakikat Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam. Di
sinilah diperlukan perangkat-perangkat konseptual, epistemology, dan
metodologi yang lengkap dan multiperspektif, sehingga gerakan
pemurnian dan pembaruan Muhammadiyah dapat masuk ke ruang
publik yang lebih luas dengan tetap kokoh dalam jatidirinya. Pahamilah
Islam dengan mendalam dan komprehensif. Pahami pula
Muhammadiyah dengan pengetahuan yang luas dan mendalam
sebagaimana semangat Kyai Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
Jangan serpihan-serpihan.

C. Keanggotaan Muhammadiyah
Keanggotaan Muhammadiyah secara resmi diatur dalam Anggaran
Dasar (AD) Muhammadiyah Bab IV, pasal 8, ayat 1 , dimana sebagai
anggota Muhammadiyah terdiri atas : Anggota Biasa, Anggota Luar
Biasa, dan Anggota Kehormatan.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

1. Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Warga Negara Indonesia beragama Islam
b. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha
Muhammadiyah
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal.
2. Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan warga negara
Indonesia, beragama Islam, setuju dengan maksud dan tujuan
Muhammadiyah serta bersedia mendukung amal usahanya.
3. Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam, berjasa
terhadap Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan
keahliannya diperlukan ataubersedia membantu Muhammadiyah.
Sebagai anggota Muhammadiyah mempunyai hak dari kewajiban
yang diatur secara rinci dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)
Muhammadiyah pasal 4.
Menurut ketua LPCR, Phil Ahmad (PP Muhammadiyah), Jumlah
Anggota Biasa yang mempunyai Nomor Baku Muhammadiyah (NBM)
berkisar antara 5-7 % dari total Umat Islam Indonesia atau sekitas 15
juta orang, 3 tetapi anggota yang tidak resmi I simpatisan
melaksanakan ibadah seperti yang difahami Muhammadiyah berkisar
antara 30-40 juta dari jumlah umat Islam Indonesia. Jumlah ini bisa
dilihat dari mereka yang melaksanakan sholat idh di lapangan.

D. Keorganisasian Muhammadiyah
Susunan dan penetapan organisasi Muhammadiyah diatur dalam
AD Muhammadiyah Bab V. Susunan organisasi Muhammadiyah diatur
dalam AD Muhammadiyah. Bab V, pasal9) terdiri atas: ranting, cabang,
daerah, wilayah, pusat. Adapun penjelasan susunan di atas tercantum
dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah (ARTM}

1. Ranting (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pasal 5)


Ranting adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan
yang terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi
melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota. Syarat pendirian
Ranting sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Pengajian I kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan

3 Hasil Lembaga Survey Indonesia (LSI) dan The Asia Foundation (TAFF)
. , . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

b. Pengajian I kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam


sebulan
c. Mushalla I surau I langgar sebagai pusat kegiatan
d. Jama'ah
Pengesahan pendirian Ranting dan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah atas usul anggota setelah mendengar
pertimbangan Pimpinan Cabang.
Pendirian suatu Ranting yang merupakan pemisahan dari Ranting
yang telah ada dilakukan dengan persetujuan Pimpinan Ranting yang
bersangkutan atau atas keputusan Musyawarah Cabang I Musyawarah
Pimpinan tingkat Cabang
2. Cabang (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pasal 6)
Cabang : Kesatuan ranting di suatu tempat yang terdiri atas
sekurang-kurangnya tiga Ranting yang berfungsi:
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Ranting
b. Penyelenggaraan pengelolaan Muhammadiyah
c. Penyelenggaraan amal usaha
Syarat pendirian cabang sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Pengajian I kursus berkala untuk anggota pimpinan pabang dan
Unsur pembantu pimpinannya, pimpinan panting, serta pimpinan
organisasi otonom tingkat cabang, sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan
b. Pengajian I kursus muballigh I muballighat dalam lingkungan
cabangnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
c. Korps muballigh I muballighat cabang, sekurang-kurangnya 10
orang
d. Taman pendidikan AI-Quran I madrasahdiniyah I sekolah Dasar
e. Kegiatan dalam bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan
f. Kantor
Pengesahan pendirian cabang dan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh pimpinan wilayah atas usul ranting setelah
memperhatikan pertimbangan pimpinan daerah. Pendirian suatu
cabang yang merupakan pemisahan dari cabang yang telah ada
dilakukan dengan persetujuan pimpinan cabang yang bersangkutan
atau atas keputusan Musyawarah Daerah I Musyawarah Pimpinan
tingkat daerah.

3. Daerah (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pasal 7)


Daerah : kesatuan cabang dalam satu kota atau kabupaten yang
terdiri atas sekurang kurangnya tiga cabang yang berfungsi:
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi cabang


b. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pengelolaan
Muhammadiyah
c. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal usaha
d. Perencanaan program dan kegiatan
Syarat pendirian daerah sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Pengajian I kursus berkala untuk anggota pimpinan daerah
sekurang- kurangnya sekali dalam sebulan
b. Pengajian I kursus muballigh I muballighat tingkat daerah
sekurangkurangnya sekali dalam sebulan
c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam
d. Korps muballigh I muballighat daerah, sekurang-kurangnya 20
orang
e. Kursus kader pimpinan tingkat daerah
f. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama I Madrasah Tsanawiyah
g. Amal Usaha dalam bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan
h. Kantor
Pengesahan pend irian daerah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat atas
usul cabang setelah memperhatikan pertimbangan pimpinan wilayah.
Pendirian suatu daerah yang merupakan pemisahan dari Daerah yang
telah ada dilakukan melalui dan atas keputusan Musyawarah Daerah I
Musyawarah Pimpinan tingkat Daerah.

4. Wilayah (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pasal8)


Wilayah adalah kesatuan daerah di propinsi yang terdiri atas
sekurang-kurangnya tiga daerah yang berfungsi
a. Pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi daerah
b. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pengelolaan
Muhammadiyah
c. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal usaha
d. Perencanaan program dan kegiatan
Syarat pendirian wilayah sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Pengajian I kursus berkala untuk anggota pimpinan wilayah dan
Unsur pembantu pimpinannya serta pimpinan organisasi otonom
tingkat wilayah sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
b. Pengajian I kursus muballigh I muballighat tingkat wilayah
sekurang kurangnya sekali dalam sebulan
c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam
d. Korps muballigh I muballighat sekurang-kurangnya 30 orang.
e. Kursus kader pimpinan tingkat Wilayah
f. Sekolah Menengah Atas I Madrasah Aliyah I Mu'allimin I Mu'allimat/
Pondok Pesantren
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-
g. Amal Usaha dalam bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan
h. Kantor.
Pengesahan pendirian wilayah ditetapkan oleh pimpinan pusat atas
usul daerah yang bersangkutan. Pendirian suatu wilayah yang
merupakan pemisahan dari wilayahyang telah ada dilakukan melalui
dan atas keputusan musyawarah wilayah I musyawarah pimpinan
tingkat wilayah.

5. Pusat (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pasal 9)


Pusat adalah kesatuan Wilayah dalam Negara Republik Indonesia
yang berfungsi:
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi wilayah
b. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pengelolaan
Muhammadiyah
c. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal usaha
d. Perencanaan program dan kegiatan

E. Peran Cabang dan Ranting sebagai Ujung Tombak


Organisasi Muhammadiyah
Memasuki abad kedua, Muhammadiyah di hadapkan pada tugas dan
tantangan yang makin berat, bukan hanya karena makin kompleknya
perkembangan masyarakat yang menuntut berbagai penyesuaian,
namun juga kemunculan banyak organisasi Islam baru yang
mengharuskan Muhammadiyah memperbaharui strategi dakwah dan
perjuangannya. Salah satu tantangan tersebut adalah penataan dakwah
dan perjuangan di tingkat akar rumput melalui pengembangan cabang
dan ranting. Secara hirarki keorganisasian, cabang dan ranting adalah
level organisasi yang paling bawah, sehingga sering juga dilihat dari
logika garis wewenang dimana pimpinan cabang dan ranting sekedar
pihak yang menunggu dan menjalankan perintah pimpinan di atasnya.
Padahal seharusnya Cabang dan Ranting berperan sebagai ujung
tombak dalam kinerja organisasi. Pertama, Cabang dan Ranting
merupakan ujung tombak dalam rekrutmen anggota dan kaderisasi.
Kedua, ujung tombak dalam dakwah keagamaan. Ketiga, ujung tombak
dalam ukhuwah dengan organisasi lain, maupun dalam perjumpaan
dengan organisasi sosial yang lain. Keempat, ujung tombak dalam
kuantitas organisasinya.
Secara kuantitas jumlah cabang dan terutama ranting masih
terhitung minim. Dari 5.263 jumlah kecamatan di Indonesia baru 3.221
yang memiliki cabang Muhammadiyah atau sekitar 61%. Sementara di
tingkat ranting kondisinya jauh lebih parah, karena baru ada 8.107
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah -

ranting Muhammadiyah dari 62.806 jumlah desa yang ada, atau hanya
12% 4 • Dari angka-angka di atas tampak bahwa pengaruh dan
popularitas Muhammadiyah belum tercermin dalam kuantitas
organisatorisnya.
Secara kualitas jauh lebih unggul dari ormas Islam yang lain, namun
bagi warga Muhammadiyah masih jauh dari harapan. Pertama, secara
organisasi masih rapuh karena masih banyak cabang dan ranting yang
belum memilki kepengurusan yang lengkap dan belum mampu
menjalankan tertib organisasi, dalam hal administrasi, keuangan dan
kegiatan. Kedua, belum adanya tertib organisasi menyebabkan
kepengurusan cabang dan ranting rentan konflik internal, terutama
terkait dalam pengelolaan amal usaha. Ketiga, lemah inisiatif, cenderung
pasif menunggu instruksi dari atas. Keempat, kondisi di atas diperparah
oleh fakta bahwa sumber daya manusia pimpinan cabang dan ranting
masih banyak didominasi oleh kalangan usia lanjut. Kelima, akibatnya
cabang dan ranting cenderung kegiatannya monoton, kurang mampu
merespon perkembangan dan tuntutan lokalitas. Keenam, kondisi diatas
membuat organisasi memiliki daya saing yang rendah dibandingkan
ormas Islam baru yang banyak bermunculan, yang telah banyak
mengambil alih jamaah maupun amal usaha muhammadiyah.
Sebuah organisasi relatif mapan, memilki sistem, ada mekanisme,
dan tentu ada nilai-nilai dasar yang disebut corporate culture, budaya
korporat. Kemudian organisasi juga memiliki program-program yang
dapat dicapai dari waktu ke waktu. Organisasi muhammadiyah memiliki
syarat sebuah organisasi, tetapi muhammadiyah sebenarnya lebih tinggi
dari sekedar organisasi. Tri dimensi gerakan muhammadiyah; gerakan
Islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid sudah menjadi identitas
dan karena sebuah gerakan maka menurut Din samsudin (2010)
membentuk dua sumbu utama, yaitu sistematika dan dinamika atau
dibalik dari proses dinamis dan sistematis. Artinya dari waktu ke waktu
semakin maju untuk mencapai tujuan. Maka berlaku sebuah prinsip
tentang waktu . Di dalam ilmu sejarah dan sosiologi disebut sebagai
continuity and change. Sebuah proses ya.ng berkesinambungan, tetapi
harus senantiasa membawa perubahan. Dalam perubahan ada hal-hal
yang tetap bisa dipertahankan (al-tsawabit), tetapi perlu ada hal-hal
baru, itu baru sejalan dengan watak sejarah. Kalau sebuah gerakan
hanya linier saja, hanya keberlangsungan saja,tanpa membawa
perubahan (change) maka dia tidak memiliki dunamika dan sistematika.
4 Phil Ahmad-Norma Permata." Mengenal Lembaga Pengembangan Cabang dan
Ranting Muhammadiyah". Suara Muhammadiyah. No.11/th. Ke-96, 1- 15 Juni
2011.
. . . . AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

Kondisi Cabang dan Ranting Muhammadiyah diatas terjadi karena


kurangnya kaderisasi, di mana kaderisasi merupakan keharusan dan
sebagai nafas organisasi. Kesinambungan sangat ditentukan oleh
adanya pelanjut. Kalau tidak ada kaderasasi, tentunya gerakan ini tidak
dapat berlanjut. Adanya organisasi-organisasi kader, khusunya
Angkatan Muda Muhammadiyah ( IMM : lkatan Mahasiswa
Muhammadiyah), (NA : Nasyiatul Aisyiah), (PM : Pemuda
Muhammadiyah), (IPM: lkatan Pemuda Muhammadiyah), termasuk
Hizbul Wathan dan Tapak Suci, sangat membantu dan berkomitmen
sebagai pelanjut, pelangsung, dan penyempurna Amal Usaha
Muhammadiyah.
Oleh karena itu, Muhammadiyah wajib memperhatikan, membina
dan memfasilitasi gerak langkah dari para kadernya agar apa yang
menjadi harapan dan cita-cita organisasi terus berlanjut dan
berkesinambungan dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah.
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

A. Pendahuluan
Tonggak berdirinya Muhammadiyah sesungguhnya di mulai dari
pembacaan kritis terhadap realitas di sekitar, banyaknya ketidakadilan
dan kebodohan serta pudarnya pemahaman Islam menggugah KH.
Ahmad Dahlan untuk mengupayakan purifikasi dalam mempertahankan
ortodoksi ajaran Islam dan berorentasi pada gerakan moral, dakwah,
dan sosial. Hal ini ditunjukkan misi "amar ma'ruf nahi mungkar" dan
selalu mendasarkan pada ar-ruju'u ila ai-Qur'an wa as-sunnah.
ldentitas Muhammadiyah sebagai gerakan moral yang berperan
sebagai alat rekayasa sosial dari masa ke masa memiliki spirit pembebasan
dari belenggu tradisionalisme dan konservatisme yang menggugat
kemapanan tradisi. Gerakan Muhammadiyah yang membawa spirit
pencerahan di tengah kekolotan tradisi, belenggu kolonialisme dan para
penguasa lalim adalah bagian dari identitasnya selain sebagai gerakan
sosial yang paham betul akan keadaan bangsa ini.
Di wilayah sosial Muhammadiyah telah banyak berperan dalam
kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan terbukti dengan
didirikannya rumah sakit-rumah sakit atau PKU, sedangkan dalam
konteks pembangunan pendidikan bangsa Muhammadiyah mampu
menunjukkan komitmennya sejak awal melalui pendidikan. Gerakan


AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah ialah wujud komitmen


Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini.
Secara leksikal, 'Kepribadian' berasal dari kata 'pribadi' yang berarti
manusia sebagai perseorangan. 'Kepribadian' (dengan imbuhan ke-an)
berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain 1•
Dengan demikian yang dimaksud dengan Kepribadian
Muhammadiyah ialah rumusan yang menggambarkan hakikat
Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal
usaha dan perjuangannya, serta sifat-sifat yang dimilikinya.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada AI-Qur'an dan Sunnah.
Secara fungsional Muhammadiyah merupakan alat untuk berjuang dan
mencapai cita-cita mulia; terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur
yang diridhoi Allah SWT, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia
sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana firman
Allah SWT:

Artinya: "Sebuah negeri yang indah, bersih, suci dan makmur di


bawah perlindungan Rabb Yang Maha Pengampun". (QS. Saba':15).
Untuk mencapai tujuan itulah Muhammadiyah didirikan dengan
bersendikan dua pilar gerakan utama; amar ma'ruf dan nahi munkar,
berdasarkan:

Artinya: "Adakanlah dari kamu seka/ian, golongan yang mengajak


kepada kebaikan, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah
daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung
berbahagia ". (QS. Ali lmran: 104).
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan
dan perubahan, senantiasa mempunyai kepentingan untuk
melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, serta menyelenggarakan
Kepribadian Muhammadiyah

gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya
ialah masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai
tujuannya yaitu "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah.SWT", (AD MUHAMMADIYAH, 1985).
Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan di
atas prinsip-prinsip gerakannya~ seperti yang dimaksud di dalam
Muqaddimah AD/ART, Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dan Kepribadian
Muhammadiyah. Prinsip-prinsip tersebut senantiasa menjadi landasan
gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan,
serta dalam bekerjasama dengan golongan Islam lainnya.

B. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah


Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang
menguraikan tentang jari diri, apa dan siapa Muhammadiyah. Kemudian
dituangkan dalam bentuk sebuah teks yang dikenal sebagai Matan
Kepribadian Muhammadiyah. Adapaun sejarah pembentukannya
dijabarkan sebagai berikut.
Kepribadian Muhammadiyah merupakan salah satu dari beberapa
rumusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh Muktamar
Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta, atau sering disebut
dengan Muktamar setengah abad.
Gagasan untuk merumuskan Kepribadian Muhammadiyah yaitu
pada masa kepemimpinan H.M. Yunus Anis (1959- 1960). Perumusan
tersebut sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan dengan
kondisi dan situasi negara pada sekitartahun 1962. Sebagaimana telah
dimaklumi bersama bahwa sejak Dekrit 5 Juli 1959 hingga 11 Maret
1966 negara Indonesia memasuki jaman baru yang dikenal dengan
jaman Demokrasi Terpimpin atau disebut juga jaman Nasakom.
Proses munculnya Nasakom berawal dari Presiden Soekarno selaku
Kepala Pemerintahan membentuk Kabinet atau Dewan Menteri
mengikutsertakan tiga kekuatan politik pemenang pemilu 1955 (PNI,
NU, PKI), kecuali Masyumi - sebagai pendukung Cltamanya. Nasakom
merupakan perwujudan ide lama Soekarno yang telah dikonsepkan
tahun 1927 dengan sebutan Nasikom (Nasionalis, Islam dan Komunis).
Namun gagasan terse but sejak tahun 1945- 1959 tidak bisa diwujudkan,
karena pemerintah menerapkan sistem Parlementer, dimana Presiden
. . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . , KEMUHAMMADIYAHAN

tidak mempunyai peran dalam menentukan warna dan kebijakan


pemerintah. Dalam sistem Parlementer memberikan kewenangan
kepada Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri untuk
menentukan kebijakan pemerintahan.
Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sejak Presiden
Soekarno mendengungkan untuk menerapkan Demokrasi Terpimpin
dalam sistem kenegaraan Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia
(PSI) yang paling lantang menentangnya. Keduanya menentang karena
beralasan bahwa Demokrasi Terpimpin akan dijadikan alat oleh
Soekarno untuk memusatkan kekuasaan di tangannya. Sikap kedua
partai tersebut membuat Soekarno kecewa dan marah. Kemarahan
Soekarno diperparah lagi dengan sikap Masyumi dan PSI, menolak
duduk dalam Kabinet karena harus bersanding dan bekerjasama
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Melihat posisi kedua partai tersebut sangat negatif di mata
Presiden, maka PKI melakukan maneuver politiknya, yaitu membujuk
agar Soekarno mengambil tindakan untuk membubarkannya. Bujuk
rayu PKI akhirnya terwujud dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Presiden Nomor 200 tahun 1960 yang intinya pemerintah membubarkan
Partai Masyumi secara menyeluruh.
Masyumi adalah suatu Partai Islam yang lahir di Jogjakarta di
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah, hasil dari Kongres Umat Islam
pada tanggal 7-8 Nopember 1945. Kongres memutuskan untuk
mendirikan Majlis Syura pusat bagi umat Islam Indonesia. Masyumi
dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam. Andil
Muhammadiyah pada pend irian Masyumi cukup besar, di antara tokoh-
tokoh Muhammadiyah yang ikut berjuang memimpin Masyumi antara
lain Ki Bag us Hadikusumo, KH. Fakih Usman, Prof. Kahar Muzakir, Prof.
Hamka, HA. Malik Ahmad, Mr. Kasman Singodimejo, HM. Yunus Anis,
H. Binjamin, KH. Hasan Basri, Anwar Haryono, KH. R. Hajid, AR.
Fachruddin, M. Mawardi, H.A. Hamid Bkn, Prawiroyuwono, dr. Sukiman
Wiryosanjoyo dan sebagainya.
Sari kat Islam pada tanggal3 Juli 1948 mengundurkan diri dari Masyumi
yang kemudian menjadikan dirinya sebagai Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII), dan disusul Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 5 April
1952 dan memaklumkan diri menjadi Partai Nahdlatul Ulama. Dengan
demikian sekian banyak posisi pimpinan Masyumi di berbagai daerah yang
semula ditempati oleh tokoh-tokoh dari kedua organisasi tersebut akhirnya
harus diisi kembali. Kondisi seperti ini menyebabkan semakin banyak kader-
kader Muhammadiyah yang berkiprah dalam partai.
Kepribadian Muhammadiyah· -

Keadaan seperti ini menyebabkan sulitnya membedakan antara


Muhammadiyah dan Masyumi. Di satu sisi tokoh seperti Ki Bagus
Hadikusuma adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
akan tetapi di sisi lain ia menjabat juga sebagai Dewan Pimpinan
Masyumi (periode 1945-1951). Bahkan jika dilihat komentar Muhammad
Roem atas terpilihnya Fakih Oesman sebagai Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah setelah Orde Baru, menunjukkan eratnya hubungan
kepemimpinan Muhammadiyah dan Masyumi.
Di tengah-tengah kegalauan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah
menyelenggarakan kursus Pimpinan Pusat Muhammadiyah se-
lndonesia yang berlangsung di Yogyakarta pada bulan Ramadhan 1381
H (1961 M). Di antara penceramah adalah KH. Fakih Usman. Beliau
menyampaikan ceramahnya dengan judul "Apakah Muhammadiyah
itu?" Dalam makalahnya diuraikan dengan tepat tentang jati diri
Muhammadiyah yang sebenarnya, menguraikan tentang hakikat apa
dan siapa Muhammadiyah yang sesungguhnya.
Respon atas ceramah KH. Fakih Usman tersebut dibentuklah Tim
Perumus "Kepribadian Muhammadiyah" yang terdiri dari Prof. Dr.
HAMKA, KH. Wardan Diponingrat, H. Djarnawi Hadikusuma, HM.
Djindar Tamimy, HM. Saleh Ibrahim serta KH. Fakih Usman (Selaku
narasumber).
lsi pidato itu mengandung makna yang sangat dalam, menggugah
dan menarik perhatian para tokoh Muhammadiyah yang datang dari
seluruh Indonesia. K.H. Fakih Usman dikenal kaya pengalaman, luas
ilmunya dan mendalam ruhul lslamnya yang dapat menggugah
semangat para pemimpin Muhammadiyah saat itu. Setelah selesai
pidatonya, terjadi mufakat antar tokoh Muhammadiyah untuk
merumuskan buah pikirannya agar kelak dimiliki kader-kader
Muhammadiyah sekaligus sebagai pedoman organisasi.
Hasil kerja tim perumus materi Kepribadian Muhammadiyah
kemudian diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah lalu
ditetapkan sebagai agenda Sidang Tanwir tanggal25-28 Agustus 1962.
Setelah melalui pembahasan dan penyempurnaan, akhirnya sidang
Tanwir dapat menerimanya. Lalu dibicarakan lagi pada Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau yang dikenal Muktamar Setengah
Abad. Tanggal 29 April 1963 rumusan tersebut telah sempurna dan
lahirlah "Matan Rumusan Kepribadian Muhammadiyahu sebagai
rumusan resmi persyarikatan.
AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-
C. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah
Penyusunan rumusan Kepribadian Muhammadiyah memiliki tujuan
dan fungsi sebagai landasan, pedoman dan pegangan setiap gerak
langkah Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagai landasan dan pedoman maka Kepribadian Muhammadiyah
memiliki fungsi lebih luas dalam setiap pribadi Muhammadiyah. Setiap
amal dan aktivitas warga Muhammadiyah, baik secara individu maupun
organisasi perfu didasarkan pada rumusan Kepribadian Muhammadiyah
terse but.

D. lsi Kepribadian Muhammadiyah


Matan atau teks Kepribadian Muhammadiyah dihasilkan dalam
Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau yang dikenal dengan
Muktamar Setengah Abad. lsi dari "Matan Kepribadian Muhammadiyah"
ini harus diketahui dan dipahami oleh setiap anggota persyarikatan
Muhammadiyah. Adapun isi selengkapnya sebagai berikut :
Matan (Teks) Kepribadian Muhammadiyah
1. Apakah Muhammadiyah ltu?
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan merupakan "Gerakan
Islam". Maksudnya dakwah Islam Amar Ma'ruf Nahi Munkar yang
ditujukan kepada dua hal yaitu perseorangan dan masyarakat.
Dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama
atau perseorangan terbagai menjadi2, yaitu:
a. Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (pembaruan). Artinya
· mengembalikan kepada ajaran Islam yang murni.
b. Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk
memeluk agama Islam.
Adapun dakwah yang kedua kepada masyarakat bersifat
perbaikan, bimbingan dan peringatan. Semua dilaksanakan dengan
musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap rid Ia Allah SWT semata.
Dengan melaksanakan dakwah Islam dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah
menggerakkan masyarakat menuju tujuannya yaitu "Terwujudnya
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT".

2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan
terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmuryang diridhai Allah SWT,
Kepribadian Muhammadiyah -

dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata,


Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas
prinsip-prinsip dalam Muqadimah Anggaran Dasarnya, yaitu:
a. Hidup manusia harus berdasartauhid, ibadah dan taat kepada Allah
SWT.
b. Hidup manusia harus bermanfaat.
c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam.
d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam
masyarakat.
e. lttiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
f. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi.
3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
Dengan memperhatikan dasar prinsip di atas, maka
Muhammadiyah berpedoman: "Berpegang teguh akan ajaran Allah
dan Rasui-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan
dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah
SWT". Artinya, setiap usaha dan aktivitas dalam Muhammadiyah perlu
didasarkan pada niat untuk beribadah kepada Allah SWT. Kemudian
niat itu dikuatkan dengan merujuk kepada ajaran Allah agar setiap
usaha yang dilakukan mendapat ridha Allah SWT.

4. Sifat Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki sifat-sifat yang merupakan nilai-nilai
dasar untuk melakukan gerakan. Untuk itu, setiap warga
Muhammadiyah wajib memelihara sifat-sifatnya sebagaimana hasil
Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun 1962. Adapun Sifat-
sifat Muhammadiyah sebagai berikut:
a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah lslamiyah.
c. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran
Islam.
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta
dasar negara yang syah.
f. Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi
contoh teladan yang baik.
g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
h. Kerjasama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha
menyiarkan dan mengamalkan agama Islam.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

i. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain,


sebagai pemelihara dan membangun negara.
j. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

E. Penjelasan Kepribadian Muhammadiyah


1. Apakah Muhammadiyah itu?
Pokok pembahasan pertama yang ditegaskan dalam Kepribadian
Muhammadiyah adalah berupa pertanyaan 11 Apakah Muhammadiyah
itu?ll. Pertanyaan itu sesungguhnya untuk mengungkapkan tentang
hakikat apa dan siapa Muhammadiyah itu, atau mengungkapkan
tentang jati diri Muhammadiyah yang sebenar-benarnya. Oleh karena
itu, pertanyaan Apakah Muhammadiyah itu dapat diganti dengan
IIHakikat Muhammadiyah II.

Hakikat Kepribadian Muhammadiyah


Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhah-
nya Persyarikatan Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan tiga
predikat yang melekat kuat sebagai Asy- Syakhsiyah atau jati dirinya
secara utuh. Tiga predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam, Dakwah dan Tajdid.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas
('aqidah) perjuangan Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadikan Dinul
Islam sebagai subyek (sumber nilai) dan sumber obyek (sumber konsep)
perjuangannya. Sebagai sumber subyek ialah bahwa semua kegiatan dan
amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan oleh ruh al-lslam. Sebagai
sumber obyek ialah semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah
dimaksudkan untuk llmenegakkan dan menjunjung tinggi agama Allah
SWT. Sebagai sumber nilai dan konsep dinul Islam tidak bisa dipisahkan
dari perjuangan Muhammadiyah. Islam telah menjadi 5ibghahll yang
11

mendasari, menjiwai dan mewarnai gerakan Muhammadiyah.


Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan
secara jelas, bahwa Persyarikatan Muhammadiyah adalah gerakan
Islam yang didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912
M. Sedangkan dalam tubuh Anggaran Dasar Muhammadiyah
menegaskan bahwa organisasi ini berasaskan Islam, bersumber pada
AI-Qur'an dan Sunnah Nabi, yang gerakannya melaksanakan dakwah
amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid, dengan maksud dan tujuan
menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Kepribadian Muhammadiyah -

Rumusan tersebut merupakan formulasi dari esensi dan eksistensi


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bersifat pemurnian dan
pembaruan di bawah tema utama kembali pada AI-Qur'an dan Sunnah
yang shahihah atau maqbu/ah, dengan mengembangkan atau
membuka pintu ijtihad untuk kemajuan umat dan kehidupan manusia.
Sejak kelahirannya Muhammadiyah memerankan diri sebagai gerakan
Islam, yakni gerakan untuk menyebarluaskan dan memajukan hal-
ikhwal agama Islam di Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan dengan
Muhammadiyah yang didirikannya bahkan sering dikategorikan
sebagai bagian dari matarantai gerakan islam pembaruan di dunia
Islam seperti dipelopori oleh Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil
Wahhab, Jamaluddin AI-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha
dalam gerbong modernism Islam abad ke-20.
Penegasan dalam Anggaran Dasar dan pertautan historis itu
menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak
lepas dari semangat Islam. Bahkan, kelahiran Muhammadiyah sendiri
juga tidak lepas dari pemahaman mendalam yang dilakukan oleh K.H.
Ahmad Dahlan terhadap AI-Qur'an, khususnya surat Ali lmran: 104.
Penelaahan inilah yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan melakukan
berbagai langkah taktis dan strategis untuk mengentaskan
keterbelakangan umat Islam, dengan mendirikan Peryarikatan
Muhammadiyah.
Tidak diragukan bahwa eksistensi dan esensi Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, bukan gerakan sosial-kemasyarakatan semata.
Gerakan kemasyarakatannya hanyalah bag ian atau fungsi tranformasi
dari gerakan Islam, bukan sesuatu yang berdiri sendiri apalagi terlepas
dari gerakan Islam. Kondisi sosio-historis berdirinya Muhammadiyah
tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-
ajaran ai-Qur'an. Motif gerakannya tidak lain kecuali semata-mata
untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan
nyata. Gerakannya hendak berusaha menampilkan wajah Islam dalam
dinamika hidup, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh
manusia sebagai rahmatan li/'alamin.

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah


Ciri kedua dari gerakan Mehammadiyah dikenal sebagai gerakan
dakwah Islam, amar makruf nahi munkar. Ciri yang kedua ini telah
muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan
dalam jati diri Muhammadiyah. Hal ini diakui oleh beberapa pihak yang
menyatakan bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-
dakwah yang menekankan pengajaran serta pendalaman nilai-nilai dan
memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap penetrasi misi Kristen
di Indonesia.
Sebagaimana yang diketahui, bahwa faktor utama yang
mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari
pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat AI-Qur'an,
terutama sekali sur at Ali lmran ayat 104. Berdasarkan pada ayat inilah
Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya,
yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar makruf nahi munkar
dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya.
Dilihat dari arti bahasa (etimologi), dakwah berasal dari kata da'a,
yad'u, da'watan, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Sedang dilihat
dari arti istilah (terminologi) berarti. penyampaian Islam kepada
manusia, baik secara lisan, tulisan ataupun lukisan. Sedangkan secara
istilah, setidaknya ada beberapa batasan atau definisi sebagai berikut:
1. Segala aktivitas dan usaha untuk mengubah satu situasi tertentu
kearah lain yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.
2. Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
man usia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan
tujuan hidup di dunia ini, yang meliputi amar ma'ruf dan nahi
munkar, dengan berbagai media dan cara yang baik dan
membimbing mengamalkannya dalam perikehidupan perorangan,
keluarga (usrah), masyarakat dan bernegara .
3. Mengajak dan menyeru manusia atau masyarakat kepada ajaran
Islam, dengan memberikan pengertian dan kesadaran akan
kebenaran ajaran-ajaran Islam sehingga manusia atau masyarakat
dapat menginsyafi akan kebaikan, kelebihan, dan keutamaan
Islam bagi pembentukan pribadi yang utama, dan bagi mengatur
ketertiban hidup bermasyarakat, dalam segala aspek kehidupan,
seperti bidang 'iktiqad, ibadah, akhlak, kebudayaan, pendidikan-
pengajaran, ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, juga dalam bidang
kenegaraan-politik dan sebagainya.
Adapun tujuan akhir atau tujuan umum dakwah Islam adalah sama
dan sebangun dengan tujuan hidup muslim, yaitu :
1. Tujuan verticalyaitu mencari keridlaan Allah swr. (Lihat QS. 6:162-
163, 101:96,69:18, 110:19, 19:06,89:27-30,92:18-21, 27:19).
2. Tujuan horizontal yaitu menyampaikan rahmat bagi seluruh alam
semesta. Secara rind, dapat dijabarkan menjadi tujuan individu
(QS. 2:22 dan 209), anggota keluarga (QS. 30:21), warga lingkungan
(QS. 7:96), warga bangsa (QS. 34:15) dan warga dunia (QS. 2:201).
Sedangkan menurut Abul A'la ai-Maududi, sebagaimana yang
Kepribadian Muhammadiyah

dikutip Musthafa Kamal Pasya dan Ahmad Adaby Darban, tujuan


dakwah lslamiyah secara proporsional meliputi tiga sasaran, yaitu:
1. Agar umat manusia menyembah kepada Allah, tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan tidak akan menyembah
tuhan selain Allah semata-mata.
2. Agar umat manusia bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
memurnikan keyakinannya, hanya mengakui Allah sebagai
tuhannya, membersihkan jiwanya dari penyakit nifaq
(kemunafiqan) dan selalu menjaga amal perbuatannya agar tidak
bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya.
3. Dakwah ditujukan untuk merubah sistem pemerintahan yang zalim
ke pemerintahan Islam.
Adapun obyek yang dijadikan sasaran dakwah (mad'u)
Muhammadiyah ada dua macam, yaitu:
1. Orang yang belum Islam (umat dakwah).
Dakwah kepada orang yang belum Islam adalah ajakan, seruan,
dan panggilan, yang sifatnya menggembirakan dan menyenangkan
(tabsyir). Cara yang dilakukan adalah dengan menunjukkan
mahasin ai-ls/am (keindahan Islam) melalui keterangan dan tingkah
laku, bukan paksaan. Tujuan utamanya adalah agar mereka
mengerti, memahami ajaran Islam, serta mau menerima Islam
sebagai agamanya.
Ajaran Islam menggambarkan dua nuansa yang perpasangan secara
serasi dan harmonis. Nuansa yang pertama adalah yang penuh
kegembiraan, ringan, dan menyenangkan. Sedangkan nuansa yang
kedua menggambarkan ajaran yang cukup berat, serius,
menakutkan, dan sedih yang dalam ai-Qur'an di gambarkan
dengan ungkapan "nadziran" memberi kabar peringatan (QS.
2:119, 34:28, 35:24). Kedua nuansa di atas jelas berkaitan dengan
apa yang disebut dengan ganjaran (reward) dan hukuman atau
(punishment), berkaitan dengan surga dan neraka.
Dakwah terhadap orang yang belum Islam hendaknya lebih di
kedepankan Islam dari sisi yang menggembirakan, yang ringan-
ringan (enteng-entengan), yang dapat menimbulkan kesan bahwa
sesungguhnya beragama Islam itu ternyata mudah dan
menggembirakan, bukannya menambah beban dan tidak akan
menimbulkan kesusahan dan kesulitan.
2. Orang yang sudah Islam (umat ijabi)
Sifat dakwah yang dilakukan kepada orang yang sudah Islam bukan
lagi bersifat ajakan untuk menerima Islam sebagai agamanya, tetapi
bersifat tajdid dalam arti pemurnian (purifikasi) dan dapat juga
berarti pembaruan (reformasi). Artinya, dakwah yang dilakukan
~ AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

kepada golongan ini adalah menata kembali amal keagamaannya


agar sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan ai-Qur'an dan
Hadits Nabi, yang dapat dikategorikan dalam tiga hal:
a. l'adah (pemulihan) yaitu membersihkan ajaran yang tidak
murni lagi.
b. lbanah (memisahkan) yaitu memisahkan secara cermat mana
yang sunnah dan mana yang bid'ah.
c. lhya' (menghidupkan) yaitu menghidupkan ajaran-ajaran
Islam yang belum terlaksana atau yang terbengkalai.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
Ciri ketiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah
adalah sebagai gerakan tajdid atau gerakan reformasi. Menu rut paham
Muhammadiyah, Tajdid mempunyai dua pengertian. Pertama,
mengandung pengertian purifikasi dan reformasi; yaitu, pembaruan
dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam ke arah keaslian dan
kemurniannya sesuai dengan ai-Qur'an dan ai-Sunnah a/-Maqbulah.
Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan
ibadah mahdhah.
Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi
(pengembangan) dalam pemahaman dan pengalaman ajaran Islam
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada
masalah mu'amalah duniawiyah. Tajdid dalam pengertian ini sangat
diperlukan, terutama setelah memasuki era globalisasi, karena pada
era ini bangsa-bangsa di dunia mengalami hubungan antarbudaya yang
sangat kompleks.
Arti "pemurnian" tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan
ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada ai-Qur'an dan
ai-Sunnah a/-Maqbu/ah. Pada pengertian tajdid dalam arti pemurnian
ini Bernard Vlekke dan Wertheim, misalnya, mengkategorikan
Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus
utamanya "pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari
sinkretisme dan belenggu formalism".
Sebagai arti "peningkatan pengembangan, modernisasi dan yang
semakna dengannya ", tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran
pengamalandan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang
teguh kepada ai-Qur'an dan as-Sunnah a/-Maqbu/ah.
Sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah telah melahirkan berbagai
prestasi yang mengagumkan. Di antaranya adalah :
Kepribadian Muhammadiyah

1. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam


2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran
modern
3. Reformulasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan orang di luar Islam.
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid adalah sifat dakwahnya
ditujukan kepada umat Islam. Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman
dan pengamalan umat terhadap Dinullslam secara murni yang meliputi
benar dan tepat sesuai AI Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam bidang
amaliyah tajdid dilakukan bersifat modernisasi. Mengaktualisasikan ajaran
Islam sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat sehingga Dinul
Islam menjadi Rahmatan Lii'Aiamin.

2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuan
terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah
SWT di mana kemakmuran dan kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan luas merata, Persyarikatan Muhammadiyah mendasarkan
segala langkah, gerak dan amal usaha di atas prinsip-prinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhamadiyah.
a. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid. ibadah dan taat kepada
Allah semata-mata.
Dalam melaksanakan segala gerak dan kegiatannya maka tauhid
dan tawakal kepada Allah harus senantiasa dijadikan landasan
dasarnya, dengan maksud semata-mata untuk beribadah serta
mentaati semua perintah dan larangannya. Dasar seperti ini harus
menjdi ciri milik pribadi setiap warga Muhammadiyah sehingga
dapat menjadi contoh teladan dalam pembangunan dan perbaikan
negara dan masyarakat.
b. Hidup Manusia Bermasyarakat.
Muhammadiyah adalah satu faktor yang kuat dalam
perkembangan masyarakat serta warga Muhammadiyah
merupakan anggota masyarakat yang tidak diam, akan tetapi
bergerak maju, aktif dinamis dalam membangun. Oleh karena itu
gerakan Muhammadiyah harus aktif dan menonjol di tengah-
tengah masyarakat untuk memimpin atau paling tidak menjadi
sosok penerang yang cemerlang.
c. Menegakkan ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam
adalah satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama
untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa tidak ada dasar landasan
yang dapat membahagiakan manusia di dunia ini kecuali dengan
AL ISLAM - K. EMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-
dasar AI-Qur'an dan ai-Hadits yang akan membawa kebahagiaan
manusia yang hakiki di akhirat kelak. Oleh karena itu apa pun
ajaran Islam yang terdapat dalam AI-Qur'an dan as-Sunnah wajib
dan mutlak dipatuhi. Segala kebijaksanaan pimpinan serta taktik
dan strategi perjuangan harus dinilai dan sesuai dengan prinsip-
prinsip ajaran Islam.
d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam
masyarakat adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat
lhsan dan lslah kepada kemanusiaan.
Setelah Muhammadiyah dapat berdiri tegak dan berjalan di atas
landasan seperti di atas, barulah kuat menegakkan dan menjunjung
tinggi ajaran Islam serta mampu mengatasi berbagai rintangan,
hambatan, tantangan dan halangan yang ada.
e. lttiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
lttiba' atau mengikuti jejak langkah perjuangan Rasulullah SAW
adalah wajib menjadi syarat yang tidak boleh tidak harus dan wajib
dilakukan oleh setiap muslim, dan sesungguhnya dalam rangka
menggerakkan umat Islam kearah ittiba' itulah hakikatnya
Muhammadiyah didirikan. Kita wajib mencontoh sikap keteguhan
Rasulullah menghadapi penderitaan dan rintangan, kesabaran
dalam duka dan derita serta kesyukurannya dalam menerima
nikmat Allah. Kita harus senantiasan berusaha memiliki sifat-sifat
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
f. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban
organisasi.
Muhammadiyah beramal dan berjuang dengan berorganisasi yang
didasarkan atas musyawarah bersama. Menghimpun dan mendidik
kader pimpinan, mengaktifkan gerak anggota, menentukan
peraturan-peraturan untuk mencapai hasil yang jauh lebih besar
dan lebih dapat menanggulangi berbagai rintangan dan halangan
karena bergerak dengan menggunakan organisasi.
3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak
mengapa kita bertindak menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa
bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, asal dengan maksud
untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Kadang-kadang sampai
orang berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang
menyeleweng dari hukum agama, asal hanya untuk siasat belaka. Ada
adagium dari Nicollo Machiavelli (1469-1527) yang menyatakan: "Het
doe/ beiligt de middelen" atau tujuan menghalalkan semua car a.
Maksudnya, tidak apa orang yang melakukan cara-cara yang kurang
baik asalkan untuk mencapai tujuan yang baik.
Kepribadian Muhammadiyah -

Dalam Muhammadiyah hal ini tidak boleh terjadi. Hukum dan ajaran
agama Islam wajib dipegang teguh dan dijunjung tinggi. Tujuan yang
baik harus dicapai dengan cara yang baik pula. Cita-cita yang diridlai
Allah harus dicapai dengan cara serta usaha yang diridlai Allah SWT.
Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda: "siapa menyuruh berbuat
baik hendaklah dengan cara yang baik pula Muhammadiyah berjuang
11

tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan semata-mata, tetapi di samping


itu juga dengan maksud beribadah, berbakti kepada Allah dan berjasa
kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan
bahwa kemenangan ada di tangan Allah, dan itu akan dianugerahkan
kepada siapa yang bersungguh-sungguh berjuang dengan cara yang
adil dan jujur.

4. Sifat Muhammadiyah
a. IIBeramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan II.

Dengan sifat ini Muhammadiyah tidak boleh mencela dan


mendengki golongan lain. Sebaliknya Muhammadiyah harus tabah
menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa
mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu dan itu pun harus
dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.
b. IIMemperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah II.

Setiap warga Muhammadiyah- siapa pun orangnya- termasuk para


pemimpin dan da'inya harus memegang teguh sifat ini. Dalam
rangka untuk Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan
II

Ukhuwah lslamiyah", inilah pada umumnya ceramah atau kegiatan


dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah
memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah yang agitatif
menebar kebencian ke sana ke mari. Di kalangan Muhammadiyah
di Surakarta terkenal semboyan "Jiniwit Katut". Jiniwit artinya
dijiwit (dicubit), tetapi justru lama-lama orang yang njiwit akan
katut atau terpikat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah
simpatik kepada siapa pun. Tampaknya sifat inilah salah satu rahasia
mengapa Muhammadiyah terus berkembang makin mengakar
dalam masyarakat.
c. "La pang Dada, Luas Pandang dan Dengan Memegang Teguh Ajaran
Islam" La pang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi
siapapun yang hidup dalam masyarakat, apalagi hidup dalam
masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia. Tanpa
adanya Japang dada, kehidupan akan goncang, dan prinsip
"Memperbanyak Kawan akan berubah menjadi "Memperbanyak
II

Musuh ". Namun bagaimana pun dalam berlapang dada kita tidak
boleh kehilangan identitas sebagai warga Muhammadiyah yang
harus tetap memegang teguh ajaran Islam. Dengan demikian,
bebas tetapi tetap terkendali.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-
d. "Bersifat Keagamaan dan Kemasyarakatan". Sifat "ini merupakan
sifat Muhammadiyah sejak lahir, yang tidak mung kin terlepas dari
jiwa dan raga Muhammadiyah, Karena Muhammadiyah sejak lahir
mengemban misi agama, sedang agama diturunkan oleh Allah
melalui para Nabi-Nya untuk masyarakat, yakni untuk memperbaiki
masyarakat. Masyarakat adalah "Ia han" bagi segala aktivitas
perjuangan Muhammadiyah.
Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh
berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu,
Muhammadiyah bukan gerakan sosial semata-mata, dan bukan
juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah adalah
gerakan kedua-duanya, keagamaan dan kemasyarakatan.
Walaupun begitu, Muhammadiyah bukanlah gerakan politik Hal
ini tercermin dalam berbagai amal usaha yang telah dijalankan
selama ini.
e. "Mengindahkan segala Hukum, Undang-undang Serta dan Falsafah
Negara Yang Sah" Muhammadiyah sebagai satu organisasi,
mempunyai sejumlah anggota. Anggota ini adalah warga negara
dari suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan
mengikat bagi segenap warga negaranya. lni adalah kenyataan.
Karena itu, Muhammadiyah mengindahkan semua itu.
f. "Amar Ma'ruf Nahi Munkar dalam Segal a Lapangan serta Menjadi
Contoh Teladan Yang Baik" Salah satu kewajiban tiap muslim ialah
beramar ma'rufdan bernahi munkar, yakni menyuruh berbuat baik
dan mencegah kemungkaran. Yang dimaksud kemungkaran ialah
semua kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan
manusia. Tanpa adanya amar ma'ruf dan nahi munkar kebaikan
tidak akan dapat ditegakkan, dan kejahatan tidak akan dapat
diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah harus sanggup menjadi suri
teladan dalam kegiatan ini, baik ke dalam tubuh sendiri ataupun
ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan penuh
kebijaksanaan dan pendekatan yang simpatik. Amar ma'ruf nahi
munkar, bagaimanapun harus kita lakukan dengan cara yang baik,
sebab kalau tidak begitu, adalah Machiavellisme namanya.
g. "Aktif dalam Perkembangan Masyarakat dengan Maksud lsh/ah
dan Pembangunan Sesuai dengan Ajaran Islam" Kapan pun dan di
mana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif dalam
perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah
akan kehilangan peran dan ketinggalan sejarah. Tetapi keaktifan
Muhammadiyah dalam perkembangan masyarakat, tidak berarti
sekedar ikut arus perkembangan masyarakat, Muhammadiyah
adalah kekuatan ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran
Islam.
Kepribadian Muhammadiyah -

h. II Kerjasama dengan Golongan Lain Mana Pun, dalam Usaha


Menyiarkan dan Mengamalkan Ajaran Islam serta Membela
Kepentingannyall Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela
kepentingan Islam, bukan hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga
tugas semua umat Islam. Karena itu, Muhammadiyah perlu menjalin
kerjasama dengan semua golongan umat Islam. Tanpa kerjasama
ini, tidak mudah kita~melaksanakan tugas yang berat ini.
i. IIMembantu Pemerintah serta Kerjasama dengan Golongan Lain
dalam Memelihara Negara dan Membangunnya, Untuk Mencapai
Masyarakat yang Adil dan Makmur yang Diridhai 11 • Negara
Indonesia adalah milik semua warganya, termasuk warga
Muhammadiyah. Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di
antara semua unsur pemilik negara, untuk membangun Negara
dan bangsa menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur
yang diridhai Allah.
Muhammadiyah amat memperhatikan kemakmuran masyarakat,
sebab kemakmuran mempersubur iman dan takwa, sedang
kemelaratan mempersubur kriminalitas sosial dan kekufuran.
Bukankah telah disabdakan oleh Nabi kita, llkada a/-faqru awakuna
kufran II (Kekafiran itu dapat menyebabkan kekufuran).
j. II Bersifat Adil serta Korektif ke dalam dan Keluar, dengan Bijaksana 11
Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak senang melihat
sesuatu yang tidak semestinya, dan ingin mengubahnya dengan yang
lebih tepat dan lebih baik, meskipun mengenai diri sendiri. Jadi
Muhammadiyah tidak tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi
pada diri sendiri dan ke luar ini tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan, melainkan harus dengan adil dan bijaksana. Kesalahan
adalah kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain.
Bukan sifat Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal,
padahal misalnya jelas-jelas yang dibelanya itu salah atau tidak baik. 1
(Kamal Pasha dkk, 1971: 58-65).

F. Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah kita


Pimpinkan/Berikan
Seperti telah kita uraikan diatas, bahwa Kepribadian
Muhammadiyah inipada dasarnya adalah memberikan pengertian dan
kesadaran kepada warga kita, agar mereka itu tahu tugas
kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar beramal-usahanya, juga
tahu sifat-sifat atau bentuklirama bagaiman mereka bertindaklbersikap
pada saat melaksanakan tugas kewajibannya.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

G. Cara Memberikan atau Menentukan


Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menuntukan
Kepribadian Muhammadiya ini, kecuali harus dengan teori dan praktik
penanaman, pengertian dan pelaksanaan. '
1. Penandaan atau pendalaman pengertian tentang da'wah dan
bertabligh.
2. Menggembirakan dan memantapkan tugas berda'wah. Tidak
merasa rendah diri (minder-waardig - Bid) dalam menjalankan
da'wah; namun tidak memandang rendah kepada yang bertugas
dalam lapangan lainnya (politik, ekonomi, seni-budaya dan lain-
lain).
3. Keadaan mereka - pra warga - hendaklah ditugaskan dengan tugas
yang tentu-tentu, bukan dengan hanya sukarela. Bila perlu
dilakukan dengan suatu ikatan, misalnya dengan perjanjian,
dengan bai'at dan lain-lain.
4. Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan musyawarah yang
sifatnya mengevaluasi tugas-tugas itu.
5. Sesuai dengan suasana sekarang, perlu pula dilakukan dengan
formalitas yang menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum
agama dan juga dengan memberikan bantuan logistik.
6. Pimpinan cabang, Ranting bersama-sama dengan anggota-
anggotanya memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituj, bahan-
bahan yang perlu dibawakan dan membagi petugas-petugas sesuai
dengan kemampuan dan sasarannya.
7. Pada musyawarah yang melakukan evaluasi, sekaligus dapat
ditambahkan bahan-bahan atau bekal yang dperlukan, yang akan
dibagikan kepada warga selaku muballigh dan muballighot.
MAYAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA
HIDUP MUHAMMADIYAH

A. Pendahulan
Sebuah perkumpulan/persyarikatanljam'iyyah/organisasi didirikan
pasti ada cita-cita, maksud atau tujuannya, tak terkecuali persyarikatan
Muhammadiyah. Bahkan kekuatan, kejayaan dan kelangsungan suatu
organisasi sangat tergantung pada kemuliaan dan keluhuran cita-cita
para pendiri dan penerusnya, kemaslahatan (idealitas) dan kemanfaatan
(fungsionalitas) maksud atau tujuan yang diperjuangkannya. Cita-cita
dan tujuan organisasi itu biasanya dirumuskan dalam core belief, core
values, visi, misi, dan tujuan oganisasi yang dalam Muhammadiyah
disebut MKCH atau MKCHM singkatan dari Matan Keyakinan dan Cita- ·
cita Hidup Muhammadiyah. Dengan demikian MKCHM itu meliputi core
belief atau keyakinan inti yang menjadi kekuatan dan sekaligus
membedakan Muhammadiyah dengan organisasi massa (ormas)
keagamaan lain; core values atau nilai-nilai inti yang menjadi pedoman
atau nilai-nilai dasar perjuangan; visi atau khittah yang menjadi blue
print arah gerak dan perjuangan, misi atau core business atau bidang/
tugas utama yang menjadi medan gerakan dan perjuangan; dan tujuan
atau objective yaitu sasaran langsung yang hendak diwujudkan dari
gerakan dan perjuangannya. ·


AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

B. Sejarah dan Rumusan MKCH


Menurut Mochlas Abror, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah, yang kemudian disingkat menjadi MKCH, pada
mulanya merupakan putusan dari Sidang Tanwir Muhammadiyah,
tahun 1969 di Ponorogo Jawa Timur dalam rangka melaksanakan
amanat Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta.
Kemudian dirumuskan kembali dan disempurnakan pada tahun 1970
dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta.
MKCH hasil Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo
Jawa Timurterdiri dari 9 (sembilan) ayat, yang kemudian di dirumuskan
kembali dan disempurnakan pada tahun 1970 dalam Sidang Tanwir
Muhammadiyah di Yogyakarta menjadi 5 (lima) ayat.
Pada tahun 1968, Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta
dengan tema "Tajdid" menggagas pembaharuan dalam lima bidang
yaitu:
1. ldeologi
2. Khittah Perjuangan
3. Gerak dan Amal Usaha
4. Organisasi
5. Sasaran
Tajdid dalam bidang ideologi akhirnya menjadi menjadi salah satu
keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta, yang
terkenal dengan istilah: "Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah". Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa konseptor
MKCH, sampai saat ini tidak pernah terjawab dengah pasti, tetapi
beberapa nama tokoh Muhammmadiyah tercatat sebagai penggagas
yang memiliki sa ham terbesar dalam perumusan MKCH tersebut. Tokoh-
tokoh tersebut antara lain:
1. Buya KH. Malik Ahmad
2. Buya AR Sutan Mansur
3. Prof.Dr.H.M. Rasyidi
4. KHM. Djindar Tamimy
5. KH. Djarnawi Hadikusuma
6. KH. AR Fachruddin
7. Drs. Mohammad Djazman ai-Kindi.
Pada tahun 1970 Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk "Tim
ldeologi" yang dipimpin oleh KHM. Djindar Tamimy dan Drs.
Mohammad Djazman ai-Kindi, yang kemudian memberi saran,
tanggapan, penyempurnaan terhadap (konsep) MKCH hasil Sidang
Tanwir tahun 1969 di Ponorogo, Jawa Timur. Hasilnya menjadi rumusan
Matari Keyakinan dan Cita - Cita Muhammadiyah -

baku MKCH yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok rumusan dari 5 (lima)
ayat, dari (semula) 9 (Sembilan) ayat.
Kelompok Pertama adalah kelompok ldeologi, yang mengandung
pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis (terdiri atas ayat 1 dan
2), yang berisi:
Ayat 1 : Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Ayat 2 : Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama
Allah yang diwahyukan kepada para rasui-Nya, sejak Nabi Adam
a.s. sampai dengan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai hidayah
dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan
menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi
dan ukhrawi.
Kelompok kedua adalah kelompok faham agama dalam
Muhammadiyah, terdiri atas ayat 3 dan 4 yang berisi:
Ayat 3 : Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) ai-
Quran; b) ai-Hadits, dengan menggunakan akal pikiran sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.
Ayat 4 : Muhaammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran
Islam yang meliputi bidang-bidang: a) aqidah, yaitu ajaran yang
berhubungan dengan kepercayaan; b) akhlaq, yaitu ajaran yang
berhubungan dengan pembentukan sikap mental; c) ibadah,
yaitu ajaran yang berhubungan dengan peraturan dan tatacara
hubungan manusia dengan Tuhan; d) mu'amalah duniawiyah,
yaitu ajaran yang berhubungan dengan pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat.
Kelompok ketiga adalah kelompok fungsi dan misi
Muhammadiyah. Tersebut dalam ayat 5 yang berisi:
Ayat 5 : Muhammadiyah mengajak segala lapisan bangsa Indonesia yang
telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai
sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara
Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila untuk berusaha
bersama-sama menjadikan negara Republik Indonesia tercinta
ini menjadi "baldatun thawibatun wa rabbun ghafur" (negara
yang adil makmur dan diridhai Alah SWT).
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN .
-

C. Sistematika dan Pedoman untuk Memahami Rumusan


Matan Keyakinan dan Cita - cita Hidup Muhammadiyah
1. Sistematika
a. Rumusan matan "Keyakinan dan Cita- Cita Hidup Muhammadiyah"
terdiri dari 5 (lima) angka.
b. Lima angka tersebut di bagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok kesatu : Mengandung pokok - pokok pesoalan yang
bersifat ideologis, ialah angka 1 dan 2, yang berbunyi :
1) Muhammadiyah adalah Gerakan Islam Dakwah Amar Ma'aruf
Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada AI-Qur'an
dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT,
untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba
dan khalifah Allah di muka bumi.
. 2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Al-
lah yang diwahyukan kepada para Rasui-Nya, sejak Nabi Adam,
Nuh, Ibrahim, Musa, lsa dan seterusnya sampai kepada Nabi
penutup Muhammad SAW sebagai hidayah dan Rahmat Allah
kepada umat manusia sepanjanag masa, dan menjamin
kesejahteraan hidup materil, sprituil, duniawi dan ukhrawi.
Kelompok kedua : Mengandung persoalan mengenai faham
Agama menurut Muhammadiyah, ialah : angka 3 dan 4, yang
berbunyi:
3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :
(a) AI-Qur'an : kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW;
(b) Sunnah Rassul : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran
AI-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam.
4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran
Islam yang meliputi bidang-bidang :
(a) Aqidah : Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya Aqidah
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan,
bid'ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip
toleransi menurut ajaran Islam.
(b) Akhlak : Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-
nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-
ajaran AI-Qur'an dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada
nilai-nilai ciptaan manusia.
(c) lbadah : Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah
yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan
dan perubahan dari manusia.
Matan Keyakinan dan Cita - Cita Muhammadiyah -

(d) Muamalah duniawiah : Muhammadiyah bekerja untuk


terlaksananya Mu'amalah duniawiah (pengolahan dunia
dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang
ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Kelompok ketiga : Mengandung persoalan mengenai fungsi dan
misi Muhammadiyah dalam masyarakat Negara Republik
Indonesia, ialah 5 angka yang berbunyi :
5) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia
yang tel~h mendapat karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa
dan negara Republk Indonesia yang berdasar Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, Untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhai
Allah SWT: "BALDATUN THAYYIBATUN WA ROBBUN GHAFUR"
2. Pedoman Untuk Memahami
Uraian singkat mengenai Matan "Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah.
c. Pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis, yang terkandung
dalam angka 1 dan 2 dari Matan "Keyakinan dan Cita-cita Hid up
Muhammadiyah ", ialah :
1) Aqidah : Muhammadiyah adalah ber'aqidah Islam.
2) Cita-cita!Tujuan : Bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama adil, dan makmur yang diridhai Allah
SWT.
3) Ajaran yang digunakan untuk melaksanakan aqidah dalam
mencapai cita cita/tujuan tersebut: Agama Islam adalah agama
Allah sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada ummat
mariusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup
material dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
d. Fungsi aqidah dalam persoalan Keyakinan dan Cita-cita hidup
adalah sebagai sumber yang menentukan bentuk keyakinan dan
cita-cita hidup itu sendiri.
Berdasarkan Islam, artinya ialah : Islam sebagai sumber ajaran yang
menentukan keyakinan dan cita-cita hidupnya.
Ajaran Islam, yang inti ajarannya berupa kepercayaan : tauhid
membentuk keyakinan dan cita-cita hidup; bahwa hidup manusia ,
di dunia ini semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada Alaah
SWT, demi untuk kebahagian dunia dan akhirat.
Hidup beribadah menurut ajaran Islam, ialah hidup bertaqarrub
kepada Allah SWT, dengan menunaikan amanah-Nya serta
mematuhi ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan-Nya guna
mendapatkan keridhaan-Nya.
Al ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-
Amanah Allah yang menentukan fungsi dan misi manusia dalam
hidupnya di dunia, ialah manusia sebgai hamba Allah dan khalifah
(pengganti}Nya yang bertugas mengatur dan membangun dunia
serta menciptakan menciptakan dan memelihara keamanan dan
ketertiban untuk memakmurkannya.
e. Fungsi cita-cita/tujuan dalam persoalan Keyakinan dan cita-cita
ialah sebagai kelanjutan/konsekwensi dari pada asas. Hid up yang
berasas Islam, seperti yang disimpulkan pada angka 4 diatas, tidak
bisa lain kecuali menimbulkan kesadaran pendirian, bahwa cita-
cita/tujuan yang akan dicapai dalam hidupnya di dunia, ialah
terwujudnya tata-kehidupan masyarakat yang baik, guna
mewujudkan kemakmuran dunia dalam rangka ibadahnya kepada
Allah SWT.
Dalam hubungan ini, Muhammadiyah telah menegaskan cita-cita/
tujuan perjuangannya dengan : " ... sehingga terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (AD Pasal. 3 }
Bagaimana bentuk atau wujud masyarakat utama yang adil dan
makmur, yang diridhai Allah SWT yang dimaksud itu, harus
dirumuskan dalam satu konsepsi yang jelas, gambling dan
menyeluruh.
f. Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hid up yang berasas Islam dan
dikuatkan oleh hasil penyelidikan secara ilmiah, historis, dan
sosiologis, Muhammdaiyah berkeyakinan, bahwa ajaran yang dapat
untuk melaksanakan hidup yang sesuai dengan "Asas" dalam
mencapai "cita-cita/tujuan" hidup dan perjuangannya
sebagaimana dimaksud, hanyalah ajaran Islam. Untuk itu sangat
diperlukan adanya rumusan secara kongkrit, sistematis dan
menyeluruh tentang konsepsi ajaran Islam yang meliputi seluruh
aspek hidup dan kehidupan manusia/masyarakat,sebagai isi dari
pada masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
g. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah yang persoalan-
persoalan pokoknya telah diuraikan dengan sing kat diatas, adalah
dibentuk atau ditentukan oleh pengertian dan fahamnya mengenai
agama Islam.
Agama Islam adalah sumber keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah, maka dari itu, faham agama bagi Muhammadiyah
adalah merupakan persoalan yang essensial bagi adanya keyakinan
dan cita-cita hidup Muhammadiyah.
h. Faham agama
1} Agama Islam ialah agama Allah yang diturunkan kepada para
Rasui-Nya sejak Nabi Adam sampai Nabi terakhir, ialah Nabi
Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, diutus dengan
membawa syari'at agama yang sempurna untuk seluruh umat
Matan Keyakinan dan Cita - Cita Muhammadiyah

manusia sepanjang masa. Maka dari itu agam yang diturunkan


kepada Nabi Muhammad SAW itulah yang tetap berlaku sampai
sekaran dan untuk masa-masa selanjutnya.

Artinya ; Agama ( yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi


Muhammad saw) ialah apa yang diturunkan Allah didalam a/
Qur'am dan yang tersebut dalam sunah yang shahih, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan umat manusia di dunia dan akhirat.

Artinya : Agama adalah apa yang di syari'atkan Allah dengan


perantaraan Nabi-NabiNya , berupa perintah-perintah dan
larangan -larangan serta petunjuk -petunjuk untuk kebaikan
manusia di dunia dan di akhirat ( Putusan Majtis Tarjih)

2) Dasar Agama Islam


(a) AI-Qur'an : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammmad SAW.
(b) Sunnah Rasul : penjelasan dan pelaksanaaan ajaran AI-
Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW,
dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam (nukilan dari matan).
3) AI-Qur'an dan Sunnah Rasul sebagai penjelasannya adalah
pokok dasar hokum/ajaran Islam yang mengandung ajaran
yang benar.
Akal pikiran/Ar-Ra'yu adalah alat untuk :·
(a) Mengungkap dan mengetahui kebenaran yang
terkandung dalm AI-Qur'an dan Sunnah Rasul.
(b) Mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam
pengertian AI-Qur'an dan Sunnah Rasul.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

Sedang untuk mencari cara dan dalm melaksanakan ajaran AI-


Qur'an dan Sunnah Rasul dalam mengatur dunia guna
memakmurkannya, akal pikiran yang dinamis dan progresif
mempunyai peranan yang penting dan luas. Begitu pula akal
pikiran bisa untuk mempertimbangkan seberapa jauh pengaruh
keadan dan waktu terhadap penerapan suatu ketentuan hokum
dalam batas maksud-maksud pokok ajaran agama.
4) Muhammadiyah berpendirian bahwa pintu ijtihad senantiasa
terbuka.
5) Muhammadiyah berpendirian bahwa orang dalam beragama
hendaklah berdasarkan pengertian yang benar, dengan ijtihad
atau ittiba'.
6) Muhammadiyah dalam menetapkan tuntunan yang
berhubungan dengan masalah agama, baik bagi kehidupan
perseorangan ataupun bagi kehidupan gerakan, adalah
dengan dasar-dasar seperti tersebut di atas; dilakukan dalam
musyawarah oleh para ahlinya, dengan cara yang sudah lazim
disebut lltarjih 11 , ialah membanding-banding pendapat-
pendapat dalam musyawarah dan kemudian mengambil mana
yang mempunyai alas an lebih kuat.
7) Dengan dasar dan cara memahami agama seperti di atas,
Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan
11
kesatuan ajarari 11 yang tidak boleh dipisah-pisah dan meliputi :
(a) 'Aqidah: ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan.
(b) Akhlaq : ajaran yang berhubungan dengan pembentukan
mental.
(c) lbadah (mahdlah) : ajaran yang berhubungan dengan
peraturan dan tata cara hubungan manusia dengan Tuhan.
(d) Mu'amalat Duniawiya: ajaran yang berhubungan dengan
pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat.
Dimana semuanya itu bertumpu dan untuk mencerminkan
kepercayaan Tau hid dalam hidup dan kehidupan man usia, dalam
II II

wujud dan ber;~tuk hidup dan kehidupan yang semata-mata untuk


beribadah kepada Allah SWT dalam arti ibadah yg dirumuskan oleh
Majelis Tarjih :
Matan Keyakinan dan Cita - Cita Muhammadiyah -

wn·r:, ~
~• ,. .J t~r~ ~~_Jl J~u ~I {,S"~
r " r
1' l.../ .~~'1 ,
• ~ ~
~Jw\
''

~~~
J
~\C ~ ~
~ J t~
· ~~ A..J
r ~
~. ~~ ~ ~L:_ ,~- ~r-:
\,.), ~ UA'-1 J ~ ..~ y
~~~ ~ ~WI:, t.J tz.J\ ~ 2;~l ~ tlS ~Wu

Artinya: lbadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada


Allah, dengan mentaati sega/a perintah-perintahnya, menjauhi
segala larangan-larangannya dan mengamalkan segala yang
diijinkan Allah. lbadah itu ada yang umum dan ada yang khusus.
Yang umum, ia/ah segala amalan yang yang diijinkan Allah;
yang khusus, ialah apa yang te/ah ditetapkan Allah akan
perincian-perinciannya, tingkah dan cara-caranya yang
tertentu.

i. Fungsi dan Misi Muhammadiyah


1) Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidupyang bersumberkan
ajaran Islam yang murni seperti tersebut diatas, .
Muhammadiyah menyadari kewajibannya : berjuang dan
mengajak segenap golongan dan lapisan bangsa Indonesia,
untuk mengatur dan membangun tanah air dan Negara
Republik Indonesia, sehingga merupakan masyarakat dan
Negara yang adil dan makmur, sejahtera bahagia materil dan
sprituil yang diridhai Allah SWT.
2) Mengingat perkembangan sejarah dan kenyataan bangsa
Indonesia sampai dewasa saat ini, semua yang ingin
dilaksanakan dan dicapai oleh Muhammadiyah dari pada
keyakinan dan cita-cita hidupnya, bukanlah hal yang baru,dan
hakekatnya adalah sesuatu yang wajar.
3) Sedang pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan
dan mencapai keyakinan dan cita-cita hidupnya dalam
masyarakat Negara Republik Indonesia, Muhanimadiyah
menggunakan dakwah Islam Amar Ma'ruf nahi Munkar dalam
arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, sebagai jalan satu-
satunya. Labih lanjut mengenai soal ini dapat diketahui dan
difahami dalam "Khittah PerjuanganMuhammaduyah".
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM
YANG BERWATAK TAJDID

A. Pendahuluan
Marxisme tidak dilahirkan oleh Karl Marx di meja perpustakaan
British Museum. Pancasila tidak ditemukan Bung Karno di halaman
belakang sebuah rumah di Pegangsaan Timur. Apakah masuk aka I jika
dikatakan, Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah ketika beliau- saat
tengah malam hampir dini hari- makan bakmi di pinggir Kauman?
Muhammadiyah lahir oleh proses panjang, paduan semangat dan
percikan permenungan yang tak cuma milik orang seorang. Kiai Dahlan
membaca AI Afghani. Sementara Syujak, Fahruddin, dan kawan-kawan
mengkaji Kiai Dahlan. Semuanya membaca, mengkaji, mengamati
sejumlah buku, berita Koran, melihat hidup, mengalaminya dan
berkomunikasi dengan jutaan jiwa yang takut, yang berharap bahkan
yang membisu.
Jika kemudian Muhammadiyah menjadi modern is, itu bukan sebuah
kebetulan dan isengnya para pimpinan. Modernitas Muhammadiyah
lahir sebagai respon atas sejarah, bukan sebuah spontanitas. Ketika
rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan semasa rezim
kolonial, Muhammadiyah lahir dengan banyak respon; pendidikan
- - AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
- - KEMUHAMMADIYAHAN

modern dan mengembangkan spirit PKO (Penolong Kesengsaraan


Oemoem), Ketika masyarakat terlena dalam tradisionalitas dan
pencampuradukan ajaran agama, Muhammadiyah memberikan wacana
dan spirit baru, tajdid dan purifikasi. 1
Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan bentuk
organisasi bukan partai politik. Bentuk organisasi diadopsi dengan cara
modern yang diperkenalkan oleh penjajah Belanda ketika itu. Sehingga
tidak mengherankan bila Kiai Ahmad Dahlan tidak menghasilkan sejumlah
buku keagamaan karena dia lebih menekankan pada usaha praksis dakwah
Islam dalam bentuk riel dan bersentuhan langsung dengan umat. Pilihan
demikian bukan didasarkan pada penelaahan secara deduktif-konseptual
terhadap literatur Islam klasik atau inspirasi dari konsep-konsep teologis
atau kalam klasik yang telah baku.
Muhammadiyah menampilkan gerakan Islam yang murni dan
berkemajuan itu dihadirkan bukan lewatjalur perorangan, tetapi melalui
sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi
merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai
oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok
lokal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang
secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kiai Dahlan sebagai
instrumen untuk mewujudkan cita-cita Muhammadiyah
Pendiri awal Muhammadiyah memilih melakukan gerakan Islam
melalui organisasi didasarkan pada rujukan keagamaan. Ada sebuah
kaidah ushul, yaitu rna Ia yatimm al-wajib ilia bihi fa huwa wajib ",
II

bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat,
maka alat itu menjadi wajib adanya. Organisasi merupakan alat dakwah
Islam sebagai hasil dari pengamatan dan penelaahan dan pengalaman
nyata mengenai masyarakat muslim ketika itu. Ayat teologi yang sering
disebut sebagai inspirasi yang menggerakan Kiai Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah adalah Surat Ali lmran ayat ke-1 04, yang
memerintahkan adanya sekelompok orang untuk mengajak kepada Is-
lam, menyuruh pada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Sebagai syarat untuk mendapat keberuntungan. Keberhasilan dakwah
sulit dicapai secara perseorangan oleh karena itu, Allah
memerintahkannya dalam bentuk umat yang merupakan kumpulan
individu yang mempunyai visi, misi, strategi dan program yang sama.

1 Tim Penyusunan dan Penerbitan PP Muhammadiyah. 2010. Profil 1 Abad


Muhammadiyah (Yogyakarta: PP Muhammadiyah) hal. 449
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid -

Artinya :Dan hendaklah ada dian tara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma 'ruf (segala
perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah) dan mencegah
dari yang munkar (sega/a perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya) merekalah orang-orang yang beruntung (QS. 3:104).
Kiai Ahmad Dahlan meyakini bahwa Islam sebagai agama
memperhatikan aspek-aspek humanitas yang tinggi. Oleh karena itu,
Kiai Ahmad Dahl an menghindari pembahasan teologis secara konseptual
terhadap ayat-ayat yang dikajinya, menurutnya pembahasan secara
konseptual-ilmiah menghalangi agama untuk melakukan suatu tindakan
nyata melalui berbagai bentuk amaliyah yang bermanfaat bagi siapa
saja tanpa memandang afiliasi teologisnya. Ada dua prinsip dasar
yang menjadi acuan yang dikembangkan pendiri Muhammadiyah,
pertama adalah pembebasan, yakni bagaimana membebaskan manusia
dari belenggu kebodohan; dan yang kedua adalah penghargaan pada
harkat dan marta bat kemanusiaan.
Pada era awal, kebodohan masyarakat secara umum disebabkan
karena penjajahan, baik oleh sesama manusia (kolonialisme asing)
maupun oleh corak budaya dan kepercayaan. Untuk membebaskan
masyarakat dari kolonialisme asing, Kiai Dahlan melakukan lompatan
kultural justru dengan car a mengadopsi aspek-aspek positif dari kultur
asing itu, yang kemudian diterapkannya dalam corak dakwah kultural
yang dikembangkan Muhammadiyah, antara lain melalui jalur
pendidikan, pembentukan panti-panti sosial, dan balai pengobatan. Jadi,
ibarat seorang pendekar berilmu tinggi, Kiai Dahlan berusaha
mengalahkan lawan justru dengan memanfaatkan jurus-jurus lawannya.
Kiai Dahlan melawan kolonialisme Barat dengan aspek-aspek positif
dengan apa yang dibawa Barat. Agak unik memang, tapi dengan cara
itulah kiai Dahlan mengalahkan kolonialesme dengan cara yang elegan
dan bermartabat. Bukan dengan cara eskapisme anti-Barat yang
membuat masyarakat semakin terbelakang, yang bahkan pada batas-
batas tertentu telah melahirkan penyakit inferioritas yang a mat parah.
(Muslim Abdurrahman,2003: 6-7)
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Ketika ada salah seorang santrinya mengusulkan agar Kiai Ahmad


Dahlan menulis kitab untuk menjelaskan pemikirannya yang inovatif
itu, maka dia menjawab: "Apakah saudara ini menganggap saya
orang gila?" dan jawaban itu diulangi sampai tiga kali. Kyai Dahlan
melihat sudah banyak kitab yang ditulis, yang menyebabkan umat
terpecah belah; dan ia tidak ingin menambah satu kitab lagi karena
dikhawatirkan dapat menambah runyam suasana. Dengan demikian,
model dakwah Kiai Ahmad Oahlan bersifat praktis dan bukan teologis.
(Fachruddin, 1990: 420).
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam merumuskan gerakan
pembaharuannya dalam bentuk Purifikasi dan Dinamisasi. Purifikasi
didasarkan pada asumsi bahwa kemunduran umat Islam terjadi karena
umat Islam tidak mengembangkan aqidah Islam yang benar, sehingga
harus dilakukan purifikasi dalam bidang aqidah-ibadah dengan teori
"segala sesuatu dalam ibadah mahdlah dilaksanakan bila ada perintah
dalam AI-Qur'an dan Had its". Sedangkan dinamisasi diterapkan dalam
bidang muamalah, dengan melakukan gerakan modernisasi sepanjang
sesuai dengan teori "segala sesuatu semuanya boleh dikerjakan selama
tidak ada larangan atau tidak bertentangan AI-Qur'an dan Had its" .2
Muhammadiyah dalam gerakan pembaharuannya dilakukan
bersamaan antara gerakan purifikasi (the belief aspect of Islam) dengan
gerakan muamalah (the social aspect of Islam). Purifikasi dalam bidang
aqidah yang dilakukan Muhammadiyah adalah aqidah yang memiliki
keterkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan. Gerakan demikian,
tidak dapat begitu saja diterima dan menuai reaksi negatif dari kalangan
umat Islam terutama di daerah pedesaan yang masih mempertahankan
tradisi. Bagi Muslim di pedesaan, tradisi ini sangat penting karena telah
memberi makna dan identitas bagi kehidupannya. Bahkan ke dalam
tradisi ini telah dikolaborasikan nilai dan spirit Islam sehingga telah
terjadi sinkretisme dan masyarakat pedesaan pada umumnya
menganggap bahwa itulah ajaran Islam yang sebenarnya.
Pemikiran keislaman yang disusun Muhammadiyah di saat
kelahirannya mempunyai keunikan yaitu terletak pada sisi amaliahnya
seperti upaya Muhammadiyah membangun berbagai lembaga
pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, masjid serta sarana dakwah lain.

2 t'->":ti..:.JJ!,oo.J>.) J..o'/IA/ aslu fit ibaadati at tahrim ( hukum asal ibadah adalah haram)
Dalam mandhumah qowaidil fiqhiyyah As Sa'dhiy dikatakan:

Wafaisal masru'an minal umuri ghoirulladhi fi syar'inaa madhkurun


(Dan semua perkara agama yang tidak ada dalam syari'at kita maka itu bukanlah
Syari'at Islam)
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid -

Dalam konteks purifikasi Muhammadiyah mendahulukan nash yang


otentik sebagai landasan dan pelaksanan ibadah, dan setiap orang
yang melanggarnya akan dikategorikan sebagai ah/u bid'ah.
Sedangkan konteks rasionalistik dapat menerima konsep dan bentuk
pengamalan amaliah dari mana saja asalnya (termasuk yang besumber
dari pemikiran luar Islam), sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-
nilai dasar ajaran lslam. 3
Muhammadiyah dalam melaksanakan dan memperjuangkan
keyakinan dan cita - cita hidupnya senantiasa menurut cara yang
ditetapkan Islam. Karena hanya dengan Islam itulah bisa menjamin
kebahagian yang haqiqi hidup di dunia dan akhirat ,materiil dan
spirituil. Oleh dasar pend irian tersebut, maka Muhammadiyah berjuang
mewujudkan syari'at Islam dalam kehidupan perseorangan, keluarga
dan masyarakat.
Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah, baik dalam bidang
pendidikan, kemasyarakatan, keluarga, perekonomian dan sebagainya,
tak bisa dilepaskan dari usaha untuk melaksanakan keyakinan Islam.
Sebab satu-satunya kenikmatan dan kebahagiaan hanya dengan
beribadah kepada Allah,baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama. Sehingga menjadi tidak berarti,apabila amal usaha
Muhammadiyah tidak didasarkan pada keyakinan Islam tersebut.

B. Tajdid menurut faham Muhammadiyah


Tajdid berarti pembaharuan, peningkatan, dan pengembangan.
Dalam arti Pemurnian, tajdid dimaksudkan sebagai pemelihara matan
ajaran Islam yang berazas pada ai-Quran dan as Sunnah maqbullah.
Dalam arti peningkatan pengembangan dan modernisasi, tajdid
dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalan. Untuk melaksanakan
tajdid diperlukan aktualisasi akal pikiran yang cerdas dan akal budi
yang bersih yang dijiwai ajaran Islam. Tajdid merupakan suatu proses
pembaharuan dalam umat Islam untuk menuju pada suatu kondisi yang
lebih baik. Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung dua
pengertian, yakni pemurnian (purifikasi), dan pembaruan (dinamisasi).
Tajdid dalam pandangan Muhammadiyah yang bersifat purifikasi adalah
II Tandhif ai-Aqidah n yaitu purifikasi terhadap aqidah lslamiyah. Dalam
I

arti aqidah Islam itu harus dibersihkan betul dari segenap "rowasyia
asy-syrik" yakni elemen-elemen syirik. Akidah merupakan keyakinan
hidup atau keimanan dengan meliputi semua hal yang harus diyakini

3 M. Muchlis Rowi ed., 1999, Muhammadiyah Menuju Millenium Ill, Yogyakarta:


Pustaka SM: 85-87
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

oleh semua muslim. Langkah-langkah dakwah dan tajdid


Muhammadiyah tersebut tercermin dalam kepeloporan mendirikan
sekolah Islam modern, pelayanan kesehatan, penyantunan anak-anak
yatim miskin melalui gerakan AI-Ma'un, dan mendobrak praktik
pemikiran Islam yang jumud (statis,beku) dengan ijtihad. Karena itu
dalam masyarakat umum Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan
pembaruan (tajdid), bahkan tajdid sudah melekat dalam
Muhammadiyah. Karena kepeloporan dalam pembaruan itu maka
Muhammadiyah juga dikenal sebagai gerakan reformisme atau
modernisme Islam. (Nashir, 2006n: xxii- xxiv)
Dalam bentuk pembaharuan, Muhammadiyah memaknai tajdid
dengan pembaharuan Islam yang membangun, mengembangkan,
memperbaharui potensi sumberdaya manusia dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi umat Islam. Adapun pembaharuan Islam
yang menyangkut organisasi, Muhammadiyah merujuk kepada pesan al
Quran yang terkandung dalam QS. 3: 104, menegaskan bahwa dalam
melakukan gerakan dakwah harus melalui 'waltakum minkum ummatan'.
Pengertian ummah adalah kelompok, komunitas atau organisasi. Jadi
berdakwah di era global seperti sekarang tidak bisa dilakukan secara
perseorangan tetapi sudah harus bersistem dan membentuk sebuah
organisasi dengan dilengkapi manajemen modern.
Muhammadiyah sebagai organisasi mendefinisikan diri sebagai
gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid yang
bersumber pada AI- Quran dan as Sunnah Shahihah. Bahkan Salah satu
dari enam prioritas program Muhammadiyah periode yang lalu ialah
pengembangan tajdid di bidang tarjih dan tajdid secara intensif dengan
rnenguatkan kembali rumusan-rumusan teologis seperti tau hid sosial,
s.-crta gagasan operasional seperti dakwah jamaah, dengan tetap
memperhatikan prinsip dasar organisasi dan nilai Islam yang hid up dan
menggerakkan.
Sejak awal berdirinya muhammadiyah menempatkan diri sebagai
salah satu gerakan untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam
sebagaimana yang tercantum dalam AI Quran dan As sunnah sekaligus
membersihkan berbagai amalan yang secara jelas menyimpang dari
ajaran Islam baik berupa khurafat, syirik maupun bid'ah lewat gerakan
dakwah. Sifat tajdid yang dikenalkan muhammadiyah sebenarnya tidak

4 Haedar Nashir, 2006, Meneguhkan ldeologi Gerakan Muhammadiyah, Malang:


UMM Press, xxiii-xxiv
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdjd -

hanya sebatas upaya memurnikan ajaran Islam, melainkan juga termasuk


dalam upaya melakukan berbagai pembaharuan dalam tata cara
pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam yang menjalankan dakwah
dan tajdid melalui sistem organisasi yang selalu dinamis dan tetap
berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang kokoh berdasarkan
AI-Qur'an dan Sunnah Shahihah (maqbulah),bukan semata-mata untuk
pemurnian belaka, tetapi sekaligus pembaruan dalam menjawab dan
memandu kehidupan di tengah perkembangan zaman. Dengan
demikian karakter gerakan Muhammadiyah itu dakwah dan tajdid,yang
juga mengandung dimensi pemurnian (tandhif a/- 'aqidah al-islamiyyah)
sekaligus pembaruan (tajdid fi al-lslam). Bukan semata-mata dakwah,
tetapi juga pembaruan. Bukan semata-mata pembaruan, tetapi juga
dakwah. Bukan semata-mata pemurnian, te~api juga pembaruan. Bukan
semata-mata pembaruan, tetapi juga pemurnian. Pemurnian berarti
"pengotentikan ", kembali pad a Islam yang benar-benar murni atau asli
sebagaimana ajaran AI-Qur'an dan Sunnah Nabi yang Shahihah
(maqbullah), dengan mengembangkan ijtihad sesuai dengan manhaj
Tarjih. 5
Ketika Muhammadiyah didirikan, para tokohnya termasuk K.H.
Ahmad Dahlan belum memikirkan landasan konsepsional dan teoritis
tentang apa yang akan dilakukannya. Yang terjadi mereka melakukan
upaya menyebarkan ajaran Islam secara praktis dan pragmatis, dengan
cara yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan Rasulullah. Pada masa
awal itu kecenderungan sikap yang reaktif dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi mulai terlihat, dalam hal ini terlihat adanya pembetulan
arah kiblat dalam pelaksanaan sholat. Jargon yang diusung pada saat
itu adalah Kembali kepada AI-Qur'an dan as sunnah.
Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan
munculnya gerakan pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang
pada esensinya dapat dipandang sebagai salah satu mata rantai dari
serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah mulai berdiri sejak
dari lbnu taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad ibn Abdul Wahab di
Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya
Muhammad Abduh di Mesir. Munculnya gerakan pembaharuan
pemahaman agama itu merupakan sebuah fenomena yang menandai
proses islamisasi yang terus berlangsung. Yakni suatu proses, di mana
sejumlah besar orang Islam memandang keadaan agama yang ada,

5 Haedar Nashir, Meneguhkan ldeologi ... hal xxv


AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

termasuk pada diri mereka sendiri sebagai sesuatu yang belum


memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan kembali
untuk memahami Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa
yang mereka anggap benar.

C. Model - model Tajdid dalam Muhammadiyah


Model tajdid/pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat
dibagi ke dalam tiga bidang, yaitu bidang keagamaan, pendidikan dan
kemasyarakatan.

1. Bidang Keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali
ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu,
lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar
tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasaan atau pemikiran
tambahan lain. 6
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud degan pembaharuan
dalam bidang keagamaan adalah memurnikan kembali atau
mengembalikan kepada keasliannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
agama baik yang menyangkut akidah ataupun ibadah harus sesuai dengan
aslinya, yaitu sebagaimana yang diperintahkan dalam al Quran dan
dituntunkan oleh Nabi Muhammad melalui sunah-sunahnya.
AI-Quran dan as Sunnah maqbullah merupakan landasan bagi
Muhammadiyah untuk melakukan pembaharuan Islam. Pembaharuan
teologi yang dilakukan Muhammadiyah meliputi: dimensi
kemasyarakatan, supaya Islam tetap berada ditengah-tengah masyarakat
bahkan dapat memiliki kontribusi yang sangat positif dalam
memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Muhammadiyah secara
teologis berdasar Islam yang berkemajuan, namun secara sosiologis
memiliki korelasi dengan konteks hidup umat Islam dan masyarakat
Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Muhammadiyah
berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan
hid up umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat
bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan
jalan kembali kepada sumber ajaran al Quran dan as Sunnah maqbullah,
tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan man usia dari
serba ketertinggalan dalam ilmu, iman dan amal menuju pada Islam
berkemajuan.
6 Asmuni Abdurahman dalam Muhammadiyah Sejarah, dalam Suyoto dkk. 1990.
PemikirandanAmal Usaha Muhammadiyah. Malang: UMM Press. Hal117-121.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid -

Dalam masalah akidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya


akidah Islam yang murni, bersih dari gejala kemusyrikan, bid'ah dan
churafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi menu rut ajaran Islam.
Sedangkan dalam ibadah, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah tanpa
tambahan dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut
dengan kembali kepada ajaran al Quran dan as - Sunnah,
Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam tambahan
yang datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia keadaan
ini terasa sekali bahwa keadaan keagamaan yang tampak adalah sera pan
dari berbagai unsur kebudayaan yang ada. Usaha Muhammadiyah untuk
memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia ialah dengan
mengenalkan penelaahan kembali dan perubahan drastis jika diperlukari
menuju penafsiran yang benar terhadap al Qur' an dan al had its. Usaha
pemurnian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penentuan arah kiblat dalam sholat, sebagai kebalikan dari
kebiasaaan sebelumnya, yang mengahadap tepat ke arah barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan
dan akhir bulan puasa (hisab) sebagai kebalikan dari pengamatan
perjalanan bulan oleh petugas agama.
3. Menyelenggarakan shalat bersama di lapangan terbuka pada hari
raya Islam, ldul Fitri dan idul Adha, sebagai ganti seperti sholat
yang serupa dalam jumlah jamaah yang lebih kecil, yang
dislenggarakan di masjid .
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan kurban pada hari
raya tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat
Islam setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya dengan
memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau
petugas agama (penghulu, naib, kaum, mod in dan lain sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa lndonesia/daerah, sebagai
ganti dari penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.
6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran,
khitanan, perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-
hal yang bersifat politheistis.
7. Penyederhanaan makam (kuburan) yang semula dihiasi secara
berlebihan.
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam-makam orang suci
(wali).
9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang
dimiliki oleh para kyai tertentu, dan pengaruh ekstrim pemujaan
terhadap mereka.
ALISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

10. Penggunaan kerudung untuk wanita,dan pemisahan laki-laki dan


wanita dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.
2. Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan, Muhammadiyah mempelopori dan
menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih
nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan
Islam, pendidikan punya arti penting. Karena melalui bidang inilah
pemahaman tentang Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari
generasi ke generasi.
Pembaharuan pendidikan meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan
segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita ingin membentuk manusia
muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan
paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakatnya.
Adapun teknik pengajaran lebih banyak berhubungan dengan cara-
cara penyelenggaraan pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur yang
baik dari sistem pendidikan Barat dan sistem pendidikan tradisional,
Muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti
sekolah model Barat tetapi dimasukan pelajaran agama di dalamnya,
sekolah agama dengan menyertakan pelajaran umum. Bermacam-
macam sekolah kejuruan dan lain-lain. Sedangkan dalam cara
penyelenggaraanya, proses belajar-mengajar itu tidak dilaksanakan di
masjid dan langgar, tetapi di gedung yang khusus yang dilengkapi
dengan meja kursi dan papan tulis tidak lagi duduk di lantai.
Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal,
Muhammadiyahpun telah memperbaharui pendidikan tradisional non
formal yaitu pengajian. Semula pengajian dilakukan di mana orang
tua atau guru privat mengajar anak-anak kecil membaca al Quran dan
beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian
disistematisasikan ke dalam bentuk juga isi /tema pengajian diarahkan
pada masalah kehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhammadiyah telah mewujudkan bidang bimbingan
dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan
mungkin bersifat pribadi. Seperti mempelopori pendirian badan
penyuluhan perkawinan di kota-kota besar, konsultasi keluarga sakinah
oleh'Aisyiyah sebagai wanitanya Muhammadiyah. Dengan
menyelenggarakan pengajian dan nasehat yang bersifat pribadi tersebut
dapat ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid -

3. Bidang Sosial Kemasyarakatan


Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan
mendirikan rumah sakit, poliklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti
jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang
dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual
sebagaimana dilakukan orang pada umumnya.
Usaha pembaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai
dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan oemoem (PKO) pada tahun
1923. Ide di balik pembaharuan dalam bidang ini karena banyak di antara
orang Islam yang mengalami kesengsaraan dan hal ini merupakan
kesempatan bagi kaum muslim in untuk sa ling tolong menolong. Perhatian
pada kesengsaraan orang lain dan merupakan kewajiban sesama muslim
tidak hanya sekedar karena kasih sayang pada sesama tetapi juga
perwujudan tuntunan agama yang jelas untuk beramar ma'ruf dan juga
sebagai perwujudan sosial dari semangat beragama. Hal ini merupkan
gerakan sosial dengan ilham keagamaan. Contohnya ialah pengamalan
firman Allah dalam surat Al-ma'un 107: 1-7:

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?


2. ltulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Pesan yang terkandung dalam surat al Maun adalah ajaran tolong
menolong sebagai bentuk dari amal shaleh yang dapat memunculkan
solidaritas yang berujung pada mahabbah atau sa ling mencintai yang
dimulai dari ta'aruf, yaitu saling mengenal yang dilanjutkan dengan
AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

tafahum, yaitu saling memahami, dari konsep ini melahirkan tadhamun


atau saling menghargai. Tadhamun akan melahirkan tarahum dan
akhirnya terbentuklah suasana ta'awun atau saling tolong menolong
di antara masyarakat. Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah
melalui pendirian lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, dan
juga melalui cara mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada
yang berhak (badan amil). Pembaharuan sosial kemasyarakatan yang
dilakukan oleh Muhammadiyah merupakan salah satu wujud dari
ketaatan beragama dalam dimensi sosialnya untuk tujuan menegakkan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Is-
lam yang sebenar-benarnya.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI
GERAKAN KEAGAMAAN

A. Pendahuluan
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, amarma'rufnahi
munkar dan tajdid, bersumber pada AI-Qur'an dan Sunnah, tentunya
bukan sembarang organisasi, tetapi sebagai lebih sebagai gerakan,
sebagai gerakan Islam (a/ harakah a/ islamiyah). Disinilah pentingnya
memahami kembali hakikat/identitas Muhammdiyah agar tidak salah
kaprah dalam membawa gerakan Islam yang didirikan oleh Kyai Dahlan
terse but.
Kata llgerakan• secara harfiah memiliki arti "perbuatan atau
keadaan bergerak dan pergerakan usaha atau kegiatan Gerakan
II II II.

juga memiliki arti pergerakan yaitu hal atau keadaan bergerak


II II, II II

dan •kebangkitan,untuk perjuangan atau perbaikan Akar katanya


11

dari H gerak A yaitu peralihan tempat atau kedudukan baik sekali


I II

maupun berkali-kali lldorongan (batin, perasaan dan sebagainya)


11
,
11
,

•denyutatau kejut yang bersifat firasat atau gelagatu. Lawan katanya


diam alias tidak bergerak. Dengan demikian, kata gerakan atau
pergerakan mengandung arti, unsur, dan esensi yang dinamis dan
sebaliknya tidak statis.


. . . . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . . KEMUHAI\IIMADIYAHAN

Karenanya, Muhammadiyah dan orang-orang Muhammadiyah


manakala mengklaim dirinya berada dalam organisasi gerakan, maka
haruslah selalu bergerak dinamis dan tidak boleh statis alias diam diri.
Karena Muhammadiyah itu gerakan, kata Pak AR Fakhrudin, maka
haruslah senantiasa bergerak. Kalau tidak bergerak, ujar Ketua PP
Muhammadiyah terlama itu, maka bukanlah Muhammadiyah. Artinya
jika orang-orang di dalam Muhammadiyah tidak bergerak alias diam,
statis, pasif dan lebih banyak menunggu maka bukanlah jiwa
Muhammadiyah sebagai pergerakan. Orang Muhammadiyah harus
"trengginas" alias proaktif dan selalu berjiwa pergerakan.

B. Makna Kehadiran Muhammadiyah sebagai Gerakan


Keagamaan
Dalam teori perubahan (social movement theory) sebuah
pergerakan atau gerakan selalu lahir dan memiliki makna "perubahan/
change", yakni kehadirannya untuk melakukan perubahan tertentu
baik yang evolusioner (perubahan bertahap) hingga revolusioner
(perubahan drastis). Gerakan social dalam suatu masyarakat, ialah suatu
tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat
perubahan dalam masyarakat atau organisasi yang menjadi bag ian dari
masyarakat itu (Turner dan Killian, 2000). Dalam perkembangan
mutakhir, menurut kedua ahli tersebut bahwa suatu gerakan social
selain memiliki bentuk-bentuk gerakan yang tidak melembaga, juga
merupakan gerakan yang terorganisasi, berkelanjutan, dan tantangan
kesadaran diri yang menunjukan bag ian identitas dari para pelakunya.
Menurut David A.Locher (2002) bahwa terdapat tiga hal yang
membedakan gerakan social (social movement) dari bentuk perilaku
kolektif yang lainnya, yaitu: (1) Organized, bahwa gerakan sosial itu
terorganisasi, sedangkan kebanyakan perilaku kolektif tidak
terorganisasi baik pemimpin, pengikut, maupun proses gerakannya ;
(2) Deliberate, bahwa gerakan sosial itu direncanakan dengan penuh
pertimbangan dan perencanaan, sedangkan perilaku kolektif
sebaliknya tanpa perencanaan secara intensif ; (3) Enduring, bahwa
gerakan sosial itu keberadaannya untuk jangka waktu yang panjang
hingga beberapa dekade, sementara perilaku kolektif biasanya terbatas
pada periode yang sing kat. Artinya betapa sebuah gerakan social, lebih-
lebih gerakan keagamaan memiliki karakteryang kuat untuk bergerak
secara terorganisasi, terencana, dan berkelanjutan sehingga tidak
mudah ditelan zaman.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Keagamaan -

Adapun gerakan keagamaan (religious movements) atau disebut


pula gerakan sosial-keagamaan (social-religious movement), yang sering
dikenal ialah gerakan revitalisasi dan gerakan millenari. Gerakan
revitalisasi (revitalization movements), ialah gerakan keagamaan yang
berupaya untuk menciptakan eksistensi yang baru atau yang
"direvitalisasi", yang dipandang tepat untuk kondisi saat ini. Sedangkan
gerakan millenari (millenary movements), yaitu suatu gerakan
keagamaan untuk mengantisipasi tibanya suatu masa seribu tahun
(millennium), suatu masa yang diyakini akan penuh kedamaian,
harmoni, dan makmur, dengan hadirnya pemimpin kharismatik yang
dipandang messias atau gerakan ratu adil (Sanderson, 1995).
Karakter gerakan keagamaan menurut Michel Adas biasanya
bersifat "revitalisasi", yakni kemampuan untuk bangkit dan melakukan
perubahan berdasarkan visi keagamaanya. Visi keagamaan itulah yang
menjadi kekuatan idealistik dalam melahirkan perubahan, tidakjarang
dengan militansi yang tinggi. Gerakan keagamaan (Islam) yang
dilakukan petani Banten tahun 1988 sebagaimana diteliti Sartono
Kartodirjo, merupakan contoh dari gerakan yang militan, meskipun
waktunya singkat tetapi mampu mengubah tatanan dan menimbulkan
kecemasan pemerintah kolonial Belanda saat itu. Adapun gerakan-
gerakan keagamaan yang muncul pada awal ke-20 seperti dilakukan
Muhammadiyah, merupakan bentuk dari revitalisasi atau kebangkitan
·Islam untuk perubahan yang bercorak pembaruan yang disebut
"revitalisme", "modernisasisme" dan "reformisme". Semangatdasarnya
ialah pergerakan untuk perubahan.
Muhammadiyah bukan sebagai gerakan sosial-keagamaan yang
biasa, tetapi sebagai gerakan Islam. Selain terkena hukum pergerakan,
Muhammadiyah dalam gerakannya terkait dengan Islam. Bergerak
bukan asal bergerak, harus selalu dilandasi, dibingkai, dan diarahkan
dengan Islam. Islam bukan sekadar asas formal, tetapi menjiwai,
melandasi, mendasari, mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan
dan menjadi pusat orientasi dan tujuan. Islam yang menjadi basis
gerakan Muhammadiyah pun benar-benar kokoh yakni bersumber pada
AI-Qur'an dan As-Sunnah as-maqbulah disertai pengembangan ijtihad
atau penggunaan aka I pikiran yang sesuai jiwa ajaran Islam. Islam yang
diwujudkan dalam misi dakwah dan tajdid, bukan sekedar Islam secara
formal atau simbolik belaka. ltulah Islam yang berkemajuan
sebagaimana yang menjadi semangat dasar gerakan Muhammadiyah
dalam mengarungi perjalanan zaman.
- AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam lahir dari inspirasi Kiai


Ahmad Dahlan terhadap AI-Qur' an surat Al-lmran ayat 104, selain tafsir
ayat-ayat AI-Qur'an lainnya yang dibaca melalui Tafsir AI-Manar yang
dapat menggugah pembaruan. Ali-lmran ayat 104 itu menggandung
jiwa, makna, dan fungsi yang mendasar tentang kewajiban berdakwah
llyad'u ita a/-khair llya'muruna bi a/-ma'ruf 11 Wa yanhauna 'an al-
11
,
11
,

munkarll yang harus dilakukan oleh segolongan umat. Segolongan


umat itu menurut Asy-Syuyuthi harus memiliki keunggulan lebih dari
II

kemampuan umat yang awam (bukan orang biasa) dan menurut AI-
II

Jazairi berperan sebagai mujahid dakwah Artinya kelompok umat


II II.

sebagai pelaku dakwah itu haruslah lebih unggul dan benar-benar


· sebagai pelaku (subjek) dakwah yang proaktif, dinamis dan progresif.
Segolongan umat sebagai pelaku gerakan dakwah terse but bahkan
wajib terorganisasi secara baik. Kata Waltakum minkum ummatun
11
II

dalam tafsir disebutkan artinya /itakunu ummah 11 , yakni harus menjadi


11

segolongan umat pelaku dakwah. Para pendahulu Muhammadiyah


memaknainya dengan kaidah fiqhiyah lima layatim al-wajib lila bihi fa
huwa wajib 11 . Artinya organisasi itu menjadi wajib adanya karena
keniscayaan dakwah memerlukan alat organisasi tersebut. Dari
keniscayaan organisasi untuk berdakwah itulah lahirnya Muhammadiyah.
Di sinilah organisasi Muhammadiyah bukan sekadar alat biasa, tetapi
sebagai alat strategis pergerakan dakwah, yang memiliki tujuan untuk
mewujudkan khaira ummahll atau llumat terbaikllatau llumat yang
11

utamall atau 11 Umat yang unggulll sebagaimana kandungan AI-Qur'an


surat Ali-lmran 110. Dalam penjelasan Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah pada Pokok Pikiran Keenam disebutkan, bahwa
11 0rganisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang sebaik-
baiknya11.
Dalam penjelasan Pokok Pikiran Keenam Muqaddimah AD
Muhammadiyah disebutkan bahwa berdasarkan ayat 104 Q.S Ali lmran
II

tersebut di atas, nyatalah bahwa Muhammadiyah adalah satu organisasi


yang bersifat sebagai gerakan, ialah yang mempunyai ciri-ciri tertentu
yang antara lain ialah: a) Muhammadiyah adalah sebagai subjek atau
pemimpin, dan masyarakat semuanya adalah objek atau yang
dipimpinnnya; b) lincah (dinamis), maju (progresif), selalu di muka dan
militant; c) Revolusioner; d) mempunyai pemimpin yang kuat, cakap,
tegas dan berwibawa; dan e) Mempunyai organisasi yang susunannya
lengkap dan selalu tepat atau up to date 11 (PP Muhammadiyah, Manhaj
Gerakan Muhammadiyah, 2010; 19-30). Dari kandungan pemikiran
terse but tampak jelas tuntutan sekaligus keniscayaan Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai Gerakan Keagamaan -

sebagai gerakan Islam yang harus memilliki jiwa, sifat, dan orientasi
yang berwatak pergerakan.
Jadi, Muhammadiyah itu bukan sekedar organisasi biasa yang serba
formal dan tanpa jiwa. Muhammadiyah itu organisasi pergerakan
Islam. Kini tuntutannya ialah bagaimana para anggota terutama kader
dan pimpinan Muhammadiyah di berbagai lingkungan persyarikatan
memaknai dan menjadikan Gerakan Islam yang beridentitas dan berasas
fundamental tersebut sebagai jiwa dalam keseluruhan sikap dan
tindakannya? Apakah sekedar menjalaninya secara apa adanya, bahkan
dengan pemahaman alakadarnya, sehingga menggerakan
Muhammadiyah pun hanya minimal belaka? Mudah-mudahan tidak
sesederhana itu pemahamannya, sebab manakala sesempit itu maka
yang terjadi ialah ber-Muhammadiyah akan kehilangan api gerakannya.
Muhammadiyah tanpa jiwa gerakan. Jiwa dan identitas gerakan yang
hakiki itulah yang harus dihayati oleh setiap anggota,kader dan
pimpinan Muhammadiyah di seluruh lingkungan Persyarikatan.

C. Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah


Setiap gerakan sosial yang memiliki jaringan organisasi hingga ke
tingkat akar rumput tentu akan memikirkan bagaimana model
mengembangkan aktivitas organisasi di tingkat akar rum put sebagai
basis gerakan. lndustrilisasi, globalisasi dan kapitalisasi kehidupan
social masyarakat telah membawa implikasi sosiologis bagi rapuhnya
semangat gotong royong atau kohesi sosial. Sementara elit-elit
organisasi sosial keagamaan hanya sibuk memikirkan persoalan-
persoalan besar tanpa memperdulikan basis gerakannya.
Antara kepedulian pada penguatan basis gerakan dengan gagasan
mengenai pemberdayaan masyarakat akar rumput masih terdapat
kesenjangan. Artinya gagasan ideal mengenai pembentukan
masyarakat ideal (al-madinah al-fadhilah model AI-Farabi) dengan
tindakan konkret untuk mewujudkannya masih terdapat ruang kosong.
Muhammadiyah sebenarnya telah menggagas tentang penguatan ba-
sis gerakan ini sejak awal berdirinya, bahkan Muktamar tahun 1970-an
telah memutuskan untuk menggalang gerakan jama'ah dan dakwah
jamaah (GJDJ). Hanya saja gagasan itu berum maksimal
diimplementasikan dalam aktivisme organisasi.
Kesadaran yang sama muncul pada Muktamar ke 46 Yogyakarta
dengan adanya program revitalisasi cabang dan ranting serta
pembentukan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR)
sebagai respons atas kondisi global dan tantangan yang akan dihadapi
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Muhammadiyah di masa depan. Meningkatnya kesadaran sosial


masyarakat yang disertai dengan sikap kritis terhadap persoalan politik,
hak asasi manusia, lingkungan hidup dan demokrasi merupakan
tuntutan umum yang semakin penting bagi masyarakat hingga ke akar
rumput atau tingkat rabang dan ranting.
Orientasi kebijakan politik di level institusi negara maupun
kebijakan dakwah di level organisasi gerakan sosiallslam yang bersifat
sentralistik segera bergeser dengan memaksimalkan peran masyarakat
atau umat di akar rumput. Kebijakan yang bersifat top-down tidak
saja gagal mengadaptasikan dirinya dengan realitas kehidupan
masyarakat di akar rumput, tetapi juga merusak infratruktur sosial
masyarakat itu sendiri. Karena itu, pelibatan aktif masyarakat akar
rumput untuk memaksimalkan potensi lokal menjadi sesuatu yang
diharapkan efektif memperkuat basis masyarakat, sekaligus
memperkuat keterlibatan Muhammadiyah di tingkat basis.
Kesadaran untuk memperhatikan masyarakat di akar rumput
merupakan kelanjutan dari spirit untuk melakukan perubahan formasi
sosial dengan terlibat dalam penguatan kesadaran sosial, politik,
ekonomi dan ideology yang kini terkooptasi oleh kecenderungan
kapitalistik, birokratis dan pragmatis. Program GJDJ sebagai bagian
untuk mengadaptasikan gerakan Muhammadiyah di akar rumput
dengan kecenderungan birokratisasi, politisasi serta kapitalisasi yang
berlangsung secara massif pasca Orde Baru. Memberikan perhatian
pada penguatan basis ini dalam perspektif Muhammadiyah bukanlah
yang pertama dilakukan. Beberapa dekade yang lalu, telah dirumuskan
mengenai pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan qaryah thowibah
menjadi gagasan gerakan untuk memperkuat basis.

1. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ)


Gagasan mengenai pengembangan cabang dan ranting sebenarnya
telah dirumuskan pada dekade 1970-an ketika konsep GJDJ diputuskan
menjadi kebijakan organisasi. Esensi GJDJ adalah penguatan kesadaran
jamaah dan kepedulian mereka terhadap lingkungan sosialnya. Definisi
sederhana mengenai jamaah adalah kumpulan keluarga muslim yang
berada dalam satu lingkungan tempat tinggal (dusun, RW, desa) atau
dalam konsep perkotaan sebagai ikatan ideology mereka yang berada
dalam komunitas yang sama, mereka disatukan dengan kesadaran yang
sama dalam proses pembentukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Penguatan cabang dan ranting Muhammadiyah dapat dilakukan
dengan maksimal apabila pembinaan jamaah dapat dilakukan secara
Muhammadiyah sebagai Gerakan Keagamaan -

efektif dan kontinyu, artinya pembinaan komunitas basis di akar rum put
melalui GJDJ tidak menjadi perhatian yang bersifat parsial dan tempo-
ral, tetapi merupakan program organisasi yang terpadu dan terintegrasi
dengan melibatkan berbagai majelis dan Lembaga di lingkungan
Muhammadiyah. Ajakan warga aktif merupakan landasan gerakan
Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam ayat yang menjadi
referensi berdirinya Muhammadiyah yaitu surat Ali-lmran ayat 104
dimana intinya menuntut adanya komunitas yang solid dan terorganisir
untuk memperjuangkan tegaknya kebaikan menentang segala macam
keburukan.
Perhatian utama gerakan jamaah dan dakwah jamaah adalah
membina keluarga secara aktif melakukan advokasi terhadap berbagai
persoalan yang terjadi di akar rumput atau di level jamaah. Orientasi
dari gerakan ini adalah membangun basis kehidupan jamaah dengan
dakwah bit hal di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan
yang instrument umumnya sudah dimiliki oleh Muhammadiyah, selain
itu tentu saja yang paling penting adalah penguatan pada pembinaan
akidah Islam, membangun keluarga sakinah, mawaddah warahamah.
Melalui penguatan basis tersebut, gerakan jamah perlu melakukan
berbagai langkah produktif yang dapat mendorong masyarakat di
tingkat basis untuk memecahkan persoalan-persoalan empirik yang
mereka hadapi. Termasuk usaha-usaha ekonomi produktif yang
digerakkan oleh komunitas/jamaah. Kerja bersama di akar rumput akan
maksimal mendorong perubahan atas sistem sosial yang tidak
mendorong produktivitas masyarakat. Melalui gerakan jamaah, proses
penghimpunan berbagai potensi sosial, ekonomi dan bahkan politik
akan sang at efektif untuk mendorong perubahan sosial dan penguatan
masyarakat sipil.
Pendiri Muhammadiyah dahulu sangat peduli terhadap pembinaan
jamaah seperti yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan, beliau melakukan
perjalanan keliling Jawa untuk melakukan pembinaan terhadap jamaah
hingga ke Banyuwangi, Jakarta dan seluruh komunitas Muhammadiyah
di Jawa Tengah. ltu artinya, penguatan jamaah sudah menjadi dasar
utama atau platform dari berdiri dan pengembangan gerakan
Muhammadiyah. Dengan penguatan jamaah, tentu akan mudah
melakukan dakwah jamaah, akhirnya lebih terarah pada pemberdayaan
di bidang akidah,lbadah, sosial kemanusiaan dan advokasi.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

2. Langkah Penguatan Jama'ah


Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan
ranting akan memberi kontribusi bagi kohesi sosial/solidaritas antar
warga di tengah meluasnya faham-faham radikal yang cenderung
anarkis belakangan ini. Ledakan born di pesantren Umar Bin Khattab
Bima NTB bisa menjadi bukti betapa rapuhnya kohesi sosial warga,
suatu komunitas kecil dan pinggiran semacam Bima itu, bisa lahir suatu
tindakan kekerasan. Memperkuat kembali identitas lokal melalui
gerakan jamaah dapat dipandang dalam kerangka penguatan potensi
dan basis gerakan itu dapat digerakkan kepada hal-hal yang produktif.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengingatkan cabang dan
Ranting Muhammadiyah melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah
adalah:
a. Melakukan Assesment awal mengenai kehidupan keagamaan di
desa,komunitas atau ranting;
b. Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan
agar sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
basis;
c. Melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilisator yang akan
menggerakan cabang dan ranting.
d. Melakukan pendampingan dakwah jamaah ;
e. Memantapkan organisasi gerakan di akar rumput (Pimpinan
Ranting) sebagai ujung tombak gerakan dakwah jamaah.
Untuk mensinergikan langkah-langkah di atas, diperlukan adanya
keterlibatan berbagai lembaga amal Muhammadiyah seperti sekolah,
rumah sakit ataupun masjid yang tumbuh begitu cepat di berbagai
daerah di Indonesia. Pelibatan lembaga amal itu dalam mempercepat
proses pengembangan cabang dan ranting sebagai sentral untuk
mengembangkan Muhammadiyah sebagai organisasi yang berbasis
(jama'ah) sehingga berbentuk masyarakat khairah ummah
sebagaimana cita-cita Muhammadiyah. Wallahu a'/am bishawab.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI
GERAKAN SOSIAL

A. Pendahuluan
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial (social movement)
maksudnya adalah segala upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat (Islam) dalam
rangka menegakkan ajaran-ajaran Islam. Dalam konteks sosial,
Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan kontribusi dalam
segala bidang, politik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan agama
kepada bangsa dan hal ini telah dilakukan oleh Muhammadiyah sejak
Muhammadiyah didirikan sampai saat ini. Misi Muhammadiyah dalam
bidang sosial diarahkan kepada terwujudnya manusia Indonesia yang
berkualitas dan mampu bersaing di dunia global. Dalam mewujudkan
gerakan sosial tersebut, Muhammadiyah mendorong etos kerja dan
amanah bagi semua pengemban amal usaha Muhammadiyah. Dengan
etos semacam ini, Syafiq Mughni pernah menyatakan bahwa, ada
orang bilang Muhammadiyah itu seperti jam dinding. Tidak kedengaran
bunyinya tapi bergerak terus. Di dalam terdapat onderdil yang beragam
tapi membentuk suatu sistem. Masing-masing menjalankan fungsinya
dengan baik. Sekalipun kadang mengalami trouble, ia segera berjalan
normal ketika ditangani dengan baik oleh ahlinya .


AL ISL.AM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Analog itu kedengaran berlebihan. Tetapi itulah penilaian banyak


orang. Muhammadiyah dikenal bukan karena suka konflik. Ia dikenal
karena mempunyai banyak amal usaha dan pikiran-pikiran
pencerahannya. Tidak sedikit orang penasaran, apa rahasia dibalik per-
formance (kinerja} seperti itu. Sebagian dari jawabannya ialah karena
kesadaran sejarah. Perjalanan Muhammadiyah masa lampau dengan
seluruh dinamikanya adalah bahan baku bagi bangunan
Muhammadiyah. Orang tidak mungkin memahami jika tidak menghayati
denyut nadinya. Sejarah perjalanan sebuah organisasi sangat penting
untuk kesehatannya, sebagaimana medical record penting bagi
kesehatan seseorang.

B. Konteks Sejarah Bangsa Indonesia


Pada awal abad XX kita menyaksikan suatu perkembangan penting
dalam perjalanan sejarah masyarakat Indonesia ketika daerah perkotaan
menggeser peranan komunitas pedesaan sebagai tempat
berlangsungnya perubahan. Jika tuntutan akan lahan dan tenaga kerja
kaum penjajah telah mengubah tatanan masyarakat di abadXIX, maka
pertumbuhan usaha perdagangan dan industri di abad XX telah
merangsang pembangunan di bidang kehidupan sosial di pusat-pusat
kegiatan tersebut.
Peranan perdagangan dan industri dalam menggerakkan mobilitas
sosial, terutama sangat menonjol di sektor perstekstilan dan batik di
beberapa kota di Jawa. Di samping perdagangan dan industri, peranan
pendidikan dalam mobilitas sosial juga tidak dapat dikesampingkan.
Sartono mengatakan bahwa kebijaksanaan pengangkatan pegawai negeri
didasarkan pada pendidikan, dan pendidikan ala Barat lebih didahulukan.
Meskipun untuk jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan dituntut
adanya "trah" bangsawan, namun pendidikan umum telah menghasilkan
mobilitas vertical dari banyak orang tanpa memandang asal-usul
keturunan.
Para pedagang, cendekiawan dan pegawai pemerintah merupakan
golongan menengah kota, dapat ditambahkan pemilik tanah di daerah
pedalaman yang merupakan golongan menengah pedesaan. Kedua jenis
golongan menengah ini berbeda satu dengan lainnya karena yang satu
sangat dipengaruhi pemikiran Barat tentang masyarakat bebas,
sedangkan golongan kedua hidup dalam masyarakat yang relatif
tertutup.
Sartono kartodirdjo, Modern Indonesia; Tradition and Transformation,
UniversitasGajah Mada, Yogyakarta, 1984, halaman 120-121.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial -

Dengan latarbelakang kondisi di atas, terdapat tiga golongan muslim


yaitu golongan muslim yang berorientasi kebudayaan Islam yang disebut
kaum santri dengan golongan muslim tradisi atau adat, dan. golongan
muslim yang berorientasi pada pemikiran Barat. Golongan menengah santri
memiliki sejarah yang panjang. Orang percaya bahwa penganjur dan
penyebar Islam pertama adalah kaum pedagang di kota-kota sepanjang
pantai. Pusat-pusat kaum santri di bagian-bagian kota yang disebut kauman
di kota-kota di Jawa, juga merupakan pusat perdagangan dan industri.2

C. Kaum Santri Penggerak Pembaruan


Para santri merupakan kelompok yang paling dinamis dalam sejarah
Indonesia. Di abad XIX, kebangkitan agama dalam bentuk pembenahan
lembaga pendidikan pesantren dan gerakan tarekat Islam, dipimpin
oleh para pemuka agama di pedesaan, yakni para kiai. Pemerintah
kolonial selalu mencurigai kaum santri, sampai-sampai melakukan
beberapa usaha dan tindakan untuk membatasi pengaruh kebangkitan
agama tersebut. Kebangikatan agama sebagai gerakan juga telah
mendorong gerakan menentang kekuasaan kolonial, bersamaan dengan
berbagai gerakan protes di daerah pedesaan Jawa. Berlainan dengan
kebangkitan di abad XIX ini yang bersifat kedesaan, kolot dan
konservatif, kebangkitan kaum santri di abad XX bersifat kekotaan,
reform is, dan dinamis. Harry J. Benda menyatakan bahwa kebangkitan
kaum santri kota berjuang melawan empat seteru; formalisme kolot,
kebudayaan adat, dan priyayi, sikap kebarat-baratan, dan status quo
penjajahan.
Di awal abad XX, di tengah-tengah kemerosotan tingkat
kesejahteraan · penduduk pribumi, kaum santri menghimpun kembali
kekuatan dalam masyarakat untuk melancarkan gerakan baru 3 • Kelahiran
Syarikat Islam (SI) merupakan peristiwa yang luar biasa dan tidak ada
duanya, karena mendahului gerakan kebangsaan-sementara dari segi Is-
lam, ia mendahului reformasi keagamaan. Tetapi Benda juga menulis
bahwa Sl menyajikan perubahan yang hanya bersifat kuantitatif, bukan
perubahan kualitatifterhadap desa-desa di Jawa, dalam arti bahwa paham
· radikalisme di bidang pertanian ala Sl bukanlah hal yang baru. Bagaimana
pun juga bagi rakyat desa dan kota, Sarekat Islam merupakan gerakan
yang sudah lama ditunggu-tunggu bagi suatu perubahan.
2 · Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree, Universitas Gajah
Mada, 1983, halaman 55.
3 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam di Indonesia pada Masa
Pendudukan Jepang, Pustaka Jaya, Jakarta, 1980. Buku ini merupakan terjemahan
dari The Crescent and The Rising Sun : Indonesian Islam Under The Japanese
Occupation, 1942-1945.
. . . . AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
llllill' KEMUHAMMADIYAHAN

1. KH. Ahmad Dahlan Seorang Santri Golongan Menengah


Ahmad Dahlan, pendiri gerakan Muhammadiyah adalah contoh
terkemuka dari seorang santri merangkap pedagang dari kauman. Ia
adalah seorang khatib di Masjid Agung Kraton Yogyakarta, namun ia
juga terkenal sebagai pedagang batik yang berhasil memiliki jaringan
dagang di banyak kota. Di antara abdi dalem santri, hanya mereka yang
dianugerahi jabatan sebagai penghulu yang menganut etika priyayi.
Sejarah kaum santri golongan menengah, Castle mengemukakan
bahwa setelah terjadi kemunduran 51, para santri pengusaha bergabung
ke Muhammadiyah, sedangkan para santri petaninya masuk NU.
Meskipun mayoritas anggota NU adalah petani, para pengurusnya
kebanyakan dari golongan menengah, baik pedagang maupun petani
kaya. Adalah sifat kedesaannya yang menjadikan NU berkebudayaan
petani, tradisional dan konservatif. Kenyataannya baik Muhammadiyah
yang beraliran modern maupun NU yang beraliran tradisional, memiliki
ciri yang sama, yakni bahwa keduanya didirikan dan disebarkan melalui
hubungan pribadi dan kekeluarga. 4

2. Latarbelakang KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy' ari


Para pemimpin Muhammadiyah berpusat di sekitar kampung
kauman di Yogyakarta, sedangkan pemuka NU di pesantren Tebuireng
di Jawa Timur. Situasi kepemimpinan kedua organisasi itu pada dasarnya
tetap sama, meskipun disiratkan bahwa para pemimpin NU adalah tipe
kharismatik-otoriter dari kebudayaan petani, sedangkan para pemuka
Muhammadiyah adalah dari tipe rasional-demokratik dari kebudayaan
borjuis. Sebenarnya, baik pendiri NU maupun Muhammadiyah sama-
sama mendapat pendidikan dalam lingkungan tradisi pesantren, bahkan
dikatakan bahwa Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari dari NU adalah
kawan sekamar ketika belajar di pesantren Semarang.
Umuwan pertama yang mengamati hubungan pembaharuan agama
beraJiran modern dengan sifat borjuis ialah Wertheim, dalam
penelitiannya tentang perubahan sosial di Indonesia 5 , disusul kemudian
oleh banyak penelitian lainnya. Dengan nada yang sama, penelitian
Geertz tentang kota-kota kecil di Jawa Timur menemukan bahwa kaum
santri perkotaan masuk ke Muhammadiyah yang beraliran modern dan
kaum santri pedesaan bergabung dengan NU yang beraliran kolot

4 Lance Castles, Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi di Jawa: lndustri Rokok
Kudus, Sinar Harapan, Jakarta, 1982, halaman 35.
5 F.W. Wertheim et.al., Indonesian Society in Transition: A Study of Social Change,
W. van Hoeve, Den Haag, 1956, halaman 215.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial -

(konservatif), Geertz memandang Muhammadiyah lebih sebagai jenis


persyarikatan dengan pengorganisasian yang ketat dan bersemangat
agresif. 6 Hal ini mungkin benardi Mojokuto padatahun 1950-an, namun
tidak seluruhnya benar pada tahun-tahun pembentukan Muhammadiyah.
Dukungan kaum yang beraliran modern dengan yang beraliran tradisi,
berbeda dari satu tempat ke tern pat lain.

D. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial Keagamaan


Terbuka
Pend irian Muhammadiyah mendapat sambutan baik dari golongan
menengah perkotaan di Jawa dan Madura. Di Sumatera tempat
pembaharuan agama dibarengi oleh munculnya kaum muda, gerakan
Muhammadiyah juga diterima baik. Sedang di Jawa bukan hanya
go Iongan menengah dan golongan yang terdidik, melainkan juga kaum
bangsawan setempat, menyambut gerakan pembaruan tersebut.
Sultan Hamengkubuwono VII di Yogyakarta bahkan menghibahkan
sebidang tanah untuk mendirikan sebuah sekolah Muhammadiyah.
Muhammadiyah melambangkan sebuah masyarakat terbuka dalam
proses kelahirannya. Kegiatan dakwah dengan tabligh, jauh berbeda
dengan suasana dan iklim dalam pertemuan masyarakat tertutup seperti
dalam gerakan tarekat yang ada, yang biasanya diliputi suasana
"angker" untuk dikir dan wirid. Muhammadiyah menentang praktik
tarekat yang dianggapnya berlebih-lebihan dan penuh dengan syirik.
Sebagaimana kecenderungan ke sikap modern dalam Muhammadiyah
membedakan organisasi ini dari kalangan agama tradisional, demikian
juga ia membedakan dirinya dalam banyak hal dengan kalangan
abangan dengan kebudayaan sinkretik.

1. Muhammadiyah Gerakan Pemumian Islam


Gerakan pemurnian oleh Muhammadiyah ditujukan, baik kepada
kalangan tradisionalis maupun kalangan Islam dari segala khurafat,
sisa-sisa kebudayaan kuno yang melekat di kalangan abangan, sebagai
contoh, Peacock menunjuk pada sistem kognitif. Jika seorang abangan
akan lebih mengingat hari lahirnya, Seorang Muhammadiyah lebih suka
mengingat tahun kelahiranya. Konsep tentang hari dalam tradisi Jawa
adalah satu siklus yang kembali setiap 35 hari. Jarang sekali seorang
Jawa dapat mengingat tanggal dan tahunnya saja, seorang warga
Muhammadiyah seperti Ahmad Dahlan, menanggalkan pandangan

6 Clifford Geertz, Peddlers and Princes: Social Development and Economic Change
in Two Indonesian Town, The University of Chicago Press, 1971, halaman 140.
AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

siklus kosmologis yang statis dan menggantikannya dengan pandangan


linier yang dinamis, melihat dunia dalam keadaan selalu berkembang
maju. Dalam hubungan ini, ada alasan bagi Geertz untuk mengatakan
bahwa gerakan pembaruan telah berhasil menumbuhkan sikap mandiri
yang haus kemajuan ketimbang sikap menyerah kepada nasib, berkat
suntikan dinamika baru ke dalam masyarakat berorientasi pasar.
Muhammadiyah lahir dengan orientasi keagamaan. Muhammadiyah
lebih menampilkan diri sebagai gerakan puritan untuk menghapus
beban-beban kultural Islam yang terkena pengaruh budaya agraris.
Tampaknya, concern terbesar yang melatarbelakangi timbulnya gerakan
ini adalah untuk membersihkan Islam dari simbol-simbol agama yang
terbentuk dalam tradisi agraris seperti misalnya haul, barzanji, manaqib,
dan semacamnya. Bagi Muhammadiyah symbolic formation semacam
itu adalah bid'ah.
Muhammadiyah berupaya untuk melakukan pembaharuan
kualitatif yang bersifat keagamaan, suatu dialektika internal yang secara
inheren memang selalu muncul di dalam Islam. Dengan semangat
kembali kepada ai-Qur'an dan Hadits, Muhammadiyah berupaya keras
untuk memurnikan agama dan menghilangkan pengaruh-pengaruh
kultural dan simbol-simbol yang tidak relevan dengan Islam agar dapat
lebih dinamis dalam suasana sosial dan kultural yang baru.

2. Gerakan Kualitatif-Kuantitatif
Perkembangan selanjutnya, ternyata bahwa gerakan kualitatif itu
menimbulkan dampak kuantitatif. Dengan kata lain, gerakan kultural
Muhammadiyah ternyata menimbulkan dampak sosial. Muhammadiyah
misalnya telah menyebabkan longgarnya ikatan paternalisme santri-kiai;
demikian juga telah menyebabkan memudarnya otoritas persantren
akibat dikembangkannya lembaga-lembaga pendidikan baru. Ketika
Muhammadiyah makin bergerak pada tingkat kuantitatif, jelaslah bahwa
ia makin muncul menjadi kekuatan sosial dan politik. Hal ini karena dari
gerakan pemurnian, Muhammadiyah kemudian menciptakan lembaga-
lembaga dan tradisi-tradisi baru dengan dukungan organisasi modern.

Reaksi Kaum Tradisional


Pada tataran masalah basis sosial inilah, kita melihat latarbelakang
lahirnya NU. Sesungguhnya NU lahir karena reaksi terhadap dua hal.
Pertama, ia merupakan reaksi terhadap politisasi agama yang dilakukan
oleh 51, dan kedua, merupakan reaksi terhadap gerakan pembaharuan
Muhammadiyah. Berbeda dengan Muhammadiyah, NU sebenarnya
Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial -

bertujuan untuk melestarikan lembaga-lembaga dan tradisi-tradisi


Islam agraris dengan solidaritas mekanis komunalnya. Tampak sekali
bahwa concern terbesar NU adalah pada upaya-upaya yang lebih
utilitarian dalam pengertian peribadatan mereka semata. ltu sebabnya
ia menolak kecenderungan 51 untuk memobilitasi politik. Di samping
itu, karena karakteristik NU adalah paternalisme kiai dan berorientasi
kuat pada madzab, maka ia menolak gerakan Muhammadiyah yang
antipaternalisme dan non mazhab.

Basis Sosial Muhammadiyah dan NU


Perbedaan mendasar antara Muhammadiyah dan 51 di satu pihak,
dengan NU di pihak lain, sesungguhnya adalah karena keduanya
mempunyai basis sosial yang berbeda. NU, bagaimanapun tetap
mewakili tradisi masyarakat komunal-agraris yang dijalin dalam ikatan-
ikatan solidaritas mekanis-paternalistik. Di lain pihak 51 dan
Muhammadiyah muncul sebagai wadah yang mewakili tradisi baru
masyarakat urban, pedagang, dengan ikatan-ikatan solidaritas organis-
partisipatif. ltu sebabnya, jika NU mengembangkan gerakannya dengan
menggunakan lembaga-lembaga dan jaringan-jaringan lama, maka 51
dan Muhammadiyah menciptakan lembaga-lembaga dan tradisi-tradisi
baru dengan jaringan yang bersifat organ is dan asosiasional.
Pada perkembangan selanjutnya NU juga berusaha menerapkan
bentuk-bentuk pengorganisasian baru-suatu tuntutan yang tampaknya
memang tidak terelakkan-namun segera akan terlihat adanya semacam
ambivalensi. Apakah NU benar-benar akan menggunakan solidaritas
asosiasional dengan dibentuknya struktur organisasi modern semacam
itu, atau apakah ia tetap merupakan organisasi dengan ikatan-ikatan
dan jaringan-jaringan komunal? lnilah ambivalensi yang sampai
sekarang belum terpecahkan.
Dalam konteks ini, NU jelas berbeda sekali dengan Muhammadiyah.
5ementara NU mengalami semacam ambivalensi organisatoris,
Muhammadiyah tampak jauh solid. lni karena sejak awal
Muhammadiyah membentuk struktur organisasinya atas dasar ikatan
asosiasional; di samping itu juga karena Muhammadiyah tidak mewarisi
beban-beban tradisi komunal-paternalistik seperti yang diidap oleh NU.
Karakter urban dan niaga dari gerakan Islam modern tampaknya
juga termanifestasikan dalam gerakan Muhammadiyah yang didirikan
pada tahun 1912. Muhammadiyah mencurahkan usahanya di bidang
pendidikan dan amal-amal sosial, dengan penekanan pada pemurnian
agama Islam pada bentuknya yang asli dengan menghilangkan beban-
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

beban "kultural" praktik-praktik keagamaan. Gerakan ini telah


memancing banyak komentar dan analisis dari para sarjana. W.F.
Wertheim menyimpulkan bahwa ideologi Muhammadiyah paralel
dengan ideologi borjuasi Eropa, khusunya gerakan Calvin is yang sangat
puritan. Cliford geertz menggaungkan kembali analisis Wertheim ini
dengan melihat Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dengan tingkat
rasionalisasi yang tinggi, yang pada dirinya dapat menjadi basis bagi
etos homo-economicus. lnterpretasi yang sama muncul dari James L.
Peacock yang melihat bahwa dalam gerakan puritan Muhammadiyah
terdapat tendensi yang kuat ke arah sikap yang rasional dalam melihat
kehidupan. Singkatnya, dalam Muhammadiyah, borjuasi muslim muncul
kembali ke permukaan kehidupan sosial, suatu kelas yang dianggap
bakal menjadi elemen penting untuk pembentukan Indonesia baru.

E. Dampak Gerakan Sosial Muhammadiyah


Sebagai gerakan sosial keagamaan, selama ini Muhammadiyah telah
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk
pembinaan individu maupun sosial masyarakat Islam di Indonesia. Pada
level individual, cita-cita pembentukan pribadi muslim dengan
kualifikasi-kualifikasi moral dan etika Islam, terasa sangat karakteristik.
Gerakan untuk membentuk keluarga "sakinah ", untuk membentuk
"jamaah ", untuk membentuk "qaryah thayyibah ",dan pada akhirnya
untuk membentuk "ummmah ", juga mendominasi cita-cita gerakan
sosial Muhammadiyah. Berbagai bentuk kegiatan amal usaha
Muhammadiyah jelas sekali membuktikan hal itu.

Perlu Perumusan Ulang Gerakan Sosial Muhammadiyah


Sebagai suatu gerakan dakwah yang bersifat multidimensional,
Muhammadiyah mesti akan selalu berubah secara dinamis sesuai dengan
konteks di mana dia hidup. Pada zaman penjajahan misalnya, sudah
barang tentu multidimensionalitas Muhammadiyah digerakkan pada
masalah-masalah pembebasan bangsa dari penjajahan, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan lain-lain. Pada masa berikutnya tentu terjadi suatu
evolusi persepsional yang dinamis, yang tetap merujuk pada gambaran
dakwah yang social reconstruction yang multidimensional tersebut.
Dari perspektif transformatif sosial, Muhammadiyah sesungguhnya
belum memiliki konsep gerakan sosial yang jelas. Selama ini, kegiatan
pembinaan warga Muhammadiyah lebih diorientasikan kepada kegiatan
untuk mengelola pengelompokan-pengelompokan yang didasarkan pada
diferensiasi jenis kelamin dan usia. Umpamanya ada Nasyiatul Aisyiyah
Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial -

dan Aisyiyah, IRM, IMM, dan sebagainya. Kategori pengelompokan sosial


semacam ini sesungguhnya justeru bersifat antisosial, karena
pengelompokan berdasarkan usia dan jenis kelamin cenderung
mengabaikan adanya realitas stratifikasi dan diferensiasi sosial-sesuatu yang
kini justeru perlu mendapat lebih banyak perhatian dari Muhammadiyah
Sesudah berkiprah selama sekitar satu abad sejak berdirinya pada
tahun 1912, masih ada gejala yang tidak berubah dari basis sosial gerakan
Muhammadiyah, yakni bahwa ia masih berada di desa-desa, kota-kota
kecil, dan kampung-kampung di dalam kota. Dengan kata lain, kita
dapat bertanya, mengapa selama ini Muhammadiyah bel urn menyentuh
dinamika sosial dan budaya metropolitan?
Buah penting yang telah dihasilkan Muhammadiyah adalah etos
kerja baru dalam kerangka masyarakat industrial dan organisasional.
Muhammadiyah telah mempersiapkan anggota masyarakat dengan
etika, keahliaan, dan lembaga yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat industri dan perdagangan. Sejarah telah membuktikan
bahwa Muhammadiyah telah banyak melahirkan golongan
wiraswastawan pribumi yang cukup kuat dan bebas. Tampaknya tradisi
Muhammadiyah lebih dekat kepada golongan pedagang daripada
golongan priyayi dan elit kantoran. 7
Melihat realitas itu semua, meskipun secara relatif sudah banyak
prestasi yang dicapai, namun demikian Muhammadiyah masih
dihadapkan pada tantangan-tantangan ke depan. Amin Rais 8, pada
tahun 1993 pernah mengemukakan kendala-kendala yang dihadapi oleh
. Muhammadiyah. Meskipun pernyataan itu ditulis pada tahun tersebut
di atas, sampai sekarang pernyataan itu masih terasakan. Menurutnya,
Muhammadiyah menghadapi tiga kendala untuk menyongsong tugas-
tugas besarnya mengaplikasikan dakwah dalam arti yang sangat luas.
Pertama, Muhammadiyah mempunyai kelemahan dalam meletakkan
antisipasi ke depan secara solid melalui think tank dan usaha yang dapat
dikatakan sebagai intellectual exercises (ijtihad dalam ari luas}. Hal ini
karena terjadi kesenjangan. Di satu pihak masalah-masalah sudah begitu
jauh, sementara konseptualisasi yang dimiliki oleh Muhammadiyah
untuk meresponnya masih belum memadai.

Kuntowijoyo, Paradigma Islam; lnterpretasi Untuk Aksi, Mizan, bandung, 1991,


halaman 265.
9 Yunahar llyas, M. Masyhur Am in, M. Daru La lito (ed.), Muhammadiyah dan NU;
Reorientasi Wawasan Keislaman, LPPI UMY, Yogyakarta, 1993, halaman 3-5.
. . . . . AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . . KEMUHAMMADIYAHAN

Kedua, kendala bagi Muhammadiyah ada dalam aspek kaderisasi


guna mendukung program-program yang sudah dicanangkan untuk
dua puluh tahun mendatang. Dalam Muhammadiyah persoalan
kaderisasi tidak semudah yang diharapkan, karena dalam hal ini
Muhammadiyah harus membuat dirinya menarik sehingga dalam proses
rekruitmen kader, dari mana pun datangnya, Muhammadiyah tinggal
menjaring bibit-bibit unggul yang ada di tengah-tengah masyarakat
Islam pada umumnya dan keluarga Muhammadiyah pada khususnya.
Ketiga, sumber daya ekonomi Muhammadiyah sangat kecil untuk
menjadikan dirinya sebagai gerakan Islam yang ada di barisan depan,
menjadi lokomotif yang bisa mendorong inisiatif. Persoalan semacam
ini dialami oleh semua gerakan Islam yang ada di Indonesia. Potret
Muhammadiyah adalah masih segar, paling dinamis dibanding
organisasi-organisasi lain yang seusia dengannya. Muhammadiyah terus
berkembang, masih growing, expanding, bahkan kadang effending.
Tetapi kalau sumber daya ekonomi Muhammadiyah semakin lama
semakin meredup maka Muhammadiyah akan bisa keropos.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI
GERAKAN PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Saat kolonial ~elanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam
telah tersebar luas dalam wujud "pondok pesantren", dimana Islam
diajarkan di musholla/langgar atau masjid. Sistem yang dipergunakan
meliputi sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sistem Sorogan
adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai
dengan membawa kitab, kayi membacakan teks beserta artinya, dan
sang santri menirukan apa yang dibacakan oleh kyai. Sedangkan .sistem
bandongan atau wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan dan
menerangkan maksud teks dari kitabtertentudi hadapan sejumlah santri,
dan santri tidak menirukan apa yang diucapkan oleh sang kyai. Para
santri hanya menerima begitu saja keterangan sang kyai . Sistem
bandongan atau wetonan ini dapat dikatakan sebagai tingkat
intermediate atau advance, oleh karena itu sistem ini hanya diikuti oleh
para santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif.
Sistem pendidikan pondok pesantren ketika itu tidak mengenal
sistem k~las, tidak ada ujian atau pengontrolan kemajuan santri, dan
tidak ada batas waktu berapa lama santri harus tinggal di pondok
pesantren. Penekanan pendidikan lebih berorientasi pada hafalan
terhadap teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk l:>erdiskusi.
Demikian juga cabang-cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Had its
dan Mustholah Had its, Fiqih dan Usul Fiqh, llmu Tau hid, llmu Tasawuf,
llmu Mantiq, llmu Bahasa Arab. Sistem pendidikan Islam model ini
berlangsung sampai memasuki awal abad ke-20.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

Sementara di lain pihak, kolonial Belanda mengembangkan sistem


pendidikan sekuler dengan tujuan untuk mendidik anak dari kalangan
priyayi agar menjadi juru tulis tingkat rendah dan pemegang buku
sebagai pegawai-pegawai yang dapat membantu majikan - majikan
kolonial Belanda dalam tugas di bidang perdagangan, teknik dan
administrasi. Jadi orientasi pendidikan tidak lebih hanya sekedar
pemenuhan kebutuhan kolonial Belanda pada tenaga pembantu di
kantor. Sudah barang tentu di sekolah-sekolah yang didirikan Belanda
(masa penjajahan) para murid tidak diperkenalkan sama sekali dengan
pendidikan Islam, sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku
lulusan-lulusannya menyimpang dari ajaran Islam meskipun mayoritas
dari mereka beragama Islam.
Melihat kenyataan yang memprihatinkan tersebut K.H. Ahmad
Dahlan beserta beberapa tokoh Muhammadiyah bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang
dimaksud meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Dari
segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia Muslim yang
berakhlaqul karimah, alim dalam beragama, luas pandangan dan paham
terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama Islam dan masyarakat.
Dengan demikian target yang hendak dicapai oleh setiap lulusan
pendidikan Muhammadiyah meliputi akidah yang benar, akhlaq yang
mulia, cerdas, terampil dan siap mengabdi demi kepentingan agama
Islam dan masyarakat. Sedang dari segi teknik adalah lebih banyak
berhubungan dengan cara-cara penyelengaraan pendidikan modern
terutama sistem/model pembelajaran yang diterapkan selama
pelaksanaan pendidikan.
Terhadap sistem pendidikan model pesantren, Muhammadiyah
berusaha mengubahnya dari bentuk lama dengan memperkenalkan
sistem organisasi dan administrasi serta cara-cara penyelenggaraannya.
Maka pad a tahun 1920 Muhammadiyah mendirikan Pondok II

Muhammadiyah suatu perguruan tingkat menengah pertama kali di


11
,

Yogyakarta yang memberikan pelajaran ilmu agama dan ilmu umum


bersama-sama. Pada perkembangan berikutnya (tahun 1924) perguruan
tersebut berubah menjadi 11
Kweekschool Muhammadiyah • dan
dipecah menjadi dua bagian, yaitu II Kweekschool Muhammadiyah
Putri (kini dikenal sebagai Madrasah Muallimat Muhammadiyah) dan
11

11
Kweekschoo/ Muhammadiyah Putra (kini dikenal sebagai Madrasah
II

Muallimin Muhammadiyah).
Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan -

Sedang bentuk yang kedua, seperti sekolah-sekolah sekuler yang


didirikan oleh kolonial Belanda, Muhammadiyah menyelenggarakan
sekolah-sekolah sejenis (sistem klasikal) dengan menambahkan mata
pelajaran agama ke dalam kurikulumnya. Maka, untuk maksud tersebut
pada tahun 1926 Muhammadiyah mendirikan "HIS med de Qur'anll
yang kemudian berganti nama dengan HIS Muhammadiyah
II II.

Kemudian dilanjutkan dengan mendirikan MULO" 'HIK


II

Muhammadiyah n dan Schake/ Scoo/ Muhammadiyah Ada pun materi


II D.

agama yang diajarkan sekitar 10-15 persen dari total kurikulum sekolah-
sekolah umum.

B. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah


Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar,
Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
dakwahnya dengan cara menanamkan khazanah pengetahuan melalui
jalur pendidikan.
Apa yang telah diusahakan oleh Muhammadiyah dengan mendirikan
dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern, selain berkomitmen
dengan ajaran Islam (sesuai dengan ai-Qur'an dan as-Sunnah) juga
menginginkan agar Islam betul-betul menjadi rahmatan /il-a/amin,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup/kehidupan segenap umat
manusia.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat ini adalah
dimaksukkannya mata pelajaran AIK/Ismuba di semua lembaga
pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari
bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-
Nya. Allah menyatakan: Kami ciptakan jin dan man usia agar mereka
II

berbakti kepada-Ku (QS. Adz-Dzaariyat/57:56).


II

Bagi Muhammadiyah, nilai-nilai Islam harus menjadi pijakan uni-


versal dan menjadi pedoman dalam setiap langkah dan tindakan. Oleh
karena itu Islam menurut Muhammadiyah harus diajarkan dan
disampaikan secara rasional.
Hanya dengan cara seperti itulah, Islam menurut Muhammadiyah
dapat menghidupkan umat, dalam arti dapat mandiri sekaligus
mencapai kebahagiaan, membawa perubahan dan kemajuan baik
jasmani maupun rohani. Dengan demikian, Islam menurut
Muhammadiyah bukanlah Islam tradisional, atau Islam yang hanya
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

berorientasi kepada kepuasan individual melainkan Islam yang memberi


kepuasan secara sosial, atau Islam yang sanggup memegang kehidupan
dunia tanpa melupakan kehidupan akhirat. Oleh karena itu seorang
muslim menurut Muhammadiyah harus hidup kreatif, bermanfaat bagi
diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa Muhammadiyah
dalam mereformulasikan doktrin Islam menggunakan pandangan alam
pikiran modern. Oleh karena itu sistem pendidikan modern oleh
Muhammadiyah dijadikan sarana untuk menyampaikan da'wah Islam.
Terlebih lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa penjajahan
Belanda (seperti pondok pesantren) kurang mampu menjawab tuntutan
zaman. Sementara pendidikan yang diselenggarakan oleh Kolonial
Belanda sama sekali tidak memperhatikan pendidikan Islam bahkan
terus menekan perkembangan pendidikan Islam terutama di lembaga
pendidikan formal. Akibatnya, terjadilan jurang pemisah yang sangat
Iebar antara lulusan pendidikan Islam (pondok pesantren) yang hanya
berorientasi kepada keakhiratan dengan lulusan sekolah-sekolah
sekuler yang didirikan oleh kolonial Belanda.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa
menjadi rahmatan lil-'alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup
dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara
modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: "Wahaijama'ah jin dan
manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru lang it dan
bumi, maka lintasilah. Kamu sekaliantidak akan sanggup melakukannya
melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)" (QS. Ar-rahman/55:33).
Rasulullah saw. Juga bersabda: "Ajarilah anak-anakmu dengan berbagai
ilmu pengetahuan, karena mereka akan hidup di satu zaman (masa) di
mana zaman (masa) itu jauh berbeda dengan zaman-mu" (AI-Hadist) ..
Menurut perhitungan Muhammad ljazul Khatib dari Universitas
Damaskus, sekitar 750 ayat atau hampir seperdelapan dari seluruh isi
AI-Qur'an menegur orang-orang mukmin untuk mempelajari alam
semesta, agar berfikir dan menjadikan kegiatan ilmiah sebagai sesuatu
yang tak terpisahkan dari kehidupan integral umat. Dari data ini bisa
diduga bahwa peluang munculnya obsesi tersebar antara agama dan
ilmu pengetahuanterjadi pada Islam.
Sejarah membuktikan bahwa pada masa silam umat Islam pernah
mempelopori perumusan hukum fisika, ilmu alam, ilmu falaq, dan
metode-metode eksperimen lainnya. Mereka menyadari bahwa jagad
raya dan isinya dibentangkan oleh Allah merupakan fasilitas yang harus
Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan -

dimanfaatkan, dan untuk melakukannya memerlukan seperangkat


teknologi pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, tekstil,
kedokteran, farmasi, arsitektur, informasi dan transportasi.
George Sarton pernah mengadakan pemetaan prestasi di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam beberapa peri ode, dan pada
tiap-tiap periode yang berjangka kurang lebih setengah abad, oleh
Sarton dinilai sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi era berikutnya. Sarton melihat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak abad ke-9
sebelum masehi sampai abad ke 14 sesudah masehi. Dari tahun 900
sebelum masehi sampai tahun 600 masehi menu rut Sarton merupakan
abad kejayaan Yunani, dan tahun 600 sebelum masehi disebut zaman
Thales dan Phytagoras yang diikuti oleh zaman Plato, Aristoteles, Eulid,
Archimedes, Ptolomeos dan lain-lain.
Dari tahun 600 sampai 700 masehi merupakan abad kejayaan Cina
dengan tokohnya Hsuan Tsang dan ICing. Dari tahun 750 sampai 1100
masehi oleh Sarton disebut zaman kejayaan Islam yang berasal dari
berbagai jazirah (Arab, Turki, Persia, Spanyol, Rusia). Mereka antara
lain Jabir lbnu Hayyan, AI-Khawarizmi, AI-Razi, AI-Mas'udi, Abu Wafa,
AI-Biruni, Ommar Khayyam, ibnu Rusd, lbnu AI-Baitar dan sebagainya.
Menurut Nurcholis Madjid, meskipun abad modern secara kebetulan
dimulai oleh Eropa dan Barat Laut, namun sebetulnya bahan pembentuk
kemodernan itu berasal dari pengalaman hampir seluruh man usia dari
Cina di Timur sampai Spanyol di Barat, karena rentang daerah peradaban
umat manusia pra-modern itu berpusat pada kawasan Timur Tengah
dengan budaya lslamnya, maka yang paling banyak memberi kontribusi
bahan klasik bagi timbulnya abad modern itu adalah peradaban Islam.
Dalam kosa kata ilmu pengetahuan modern dapat diketahui
berbagai "jejak kaki" yang menunjukkan bahwa kontribusi lslamitu
terutama berwujud berbagai bahan yang merupakan high culture umat
manusia saat itu dan sampai batas tertentu dan juga saat sekarang,
sebagaimana tercermin pada istilah-istilah ilmiah sperti al-jabar (al-jabr),
al-kohol (al-kubul), asimut (al-sumt), logaritme (al-khawarizmiwah),
cipher (al-sifr) dan lain-lain.
Maka tidak berlebihan jika sejumlah ilmuwan Barat mengakui
secara jujur akan kontribusi ilmuwan Islam terhadap Barat dan dunia
modern khususnya, termasuk Thomas Arnold, Alfred Guill me, George
Anawati, Gustave Le Bon, John Willian Draper, Maurice Lombard,
Desmond Stewart, Guizot, John Devenport, Stanley Lane Poole, dan
lain-lain.
. . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . KEMUHAMMADIYAHAN

Lima atau enam abad keberhasilan umat Islam dalam


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
mengagumkan, percobaan dan penelitian terutama di bidang
kedokteran menjadi kiblat belahan dunia. Akan tetapi kejayaan masa
lampau tersebut tidak mendapat respon dari generasi berikutnya
sehingga umat Islam dewasa ini tenggelam, dan ilmu pengetahuan
serta teknologi berpindah ke daratan Eropa dan Amerika yang nota bene
beragama non Islam.
Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah-
tengah umat Islam ini antara lain diakibatkan melemahnya kondisi sosial
politik dan ekonomi umat Islam itu sendiri, disebabkan perselisihan
yang terus menerus dalam bidang yang tidak esensiil, melainkan dalam
bidang-bidang kecil seperti masalah-masalah fiqih dan peribadatan.
Perselisihan yang melemahkan keilmuan dalam dunia Islam itu dicoba
diakhiri dengan keputusan menutup sama sekali pintu ijtihad, dan
mewajibkan setiap orang taqlid kepada pemimpin atau pemikir
keagamaan yang telah ada, tetapi dengan resiko yang justru mematikan
kreativitas intelektual dan sosial umat Islam.
Keberadaan penjajah Belanda di tanah air juga turut membantu
memperkuat proses kemandekan berpikir umat Islam, dengan
menonjolkan atau "membela" kalangan Islam tradisional dan
memusuhi kalangan Islam Modernis.
Muhammadiyah hadir mencoba menjelaskan kepada umat Islam
akan taktik Belanda yang menyesatkan tersebut, dan dengan sejumlah
amal usahanya, mengharapkan agar kejayaan umat Islam sebagaimana
yang telah disebutkan di atas kembali seperti dulu kala. Oleh karena
itu Muhammadiyah terus berupaya semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki.
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik
lewatjalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
a. Tipe Muallimin/Muallimat Yogyakarta (pondok pesantren)
b. Tipe madrasah/Depag; lbtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
c. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/
Politeknikl Akademi
d. Madrasah Diniyah, dan lain-lain.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan -

Jumlah lembaga pendidikan formal yang dimiliki Muhammadiyah


sebagai berikut: SD 1132, MI/Diniyah 1769, SMP 1184, MTs 534, SMA
511, SMK 263, MA 172, (Jumlah 5632). Universitas 39, Sekolah Tinggi
87, Akademi 54, Politeknik 4 (Jumlah 184). 1 Dalam catatan Asep Purnama
Bachtiar, sampai bulan mei 2010, pendididkan Muhammadiyah yang
tersebar di Indonesia meliputi : SD/MI/MD ada 2563 buah; SMP/Mts ada
1685 buah, SMA/MA ada 747 buah; SMK ada 396 buah; madrasah
mualimin/malimat ada 25 buah; pondok pesantren ada 101 buah; PTM
ada 172 buah 2 ( Suara Muhammadiyah, 2010).1nfo terbaru PAUD 6723
buah, TKABA 7623 buah, SD/MI2604 buah, SMP/MTs 1772 buah, SMA/
SMK 1143 buah, PT 172 buah. 3
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas
utama yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari
tujuan pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta
didikllulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2. Beribadah hanya kepada AUah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan
Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran
Al-lslam I Kemuhamadiyahan (AIK) sebagai bagian integral dari
kurikulum dengan harapan dapat mempengaruhi karakter para peserta
didik baik selama proses pendidikan berlangsung terlebih setelah
mereka lulus.
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu
diajarkan:
1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia
yang beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modernltajdidl
dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik
dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan
3. Perlunya etika/ahlak peserta didik yang menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah.

1 Sumber Gatra 17-30 September 2009


2 Suara Muhammadiyah No.13/95, 1-15 juli 2010)
3 Suara Muhammadiyah No.24/TH. Ke-96, 16-31 Desember 2011
. . . . ALISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
~ KEMUHAMMADIYAHAN

Dewasa ini, mulai dari Sabang sampai Merauke telah berdiri


ranting, cabang, daerah hingga wilayah yang berlabel Muhammadiyah.
Dalam ikut serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (umat
lslam/bangsa Indonesia), berbagai lembaga telah didirikan, di antaranya
rumah sa kit, rumah panti asuhan anak yatim dan orang tua lanjut usia,
taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama,
sekolah lanjutan tingkat atas sampai perguruan tinggi. Bahkan dalam
hal lembaga pendidikan, Muhammadiyah menduduki peringkat dua
besar setelah pendidikan yang dikelola Depkdiknas.
Hal tersebut memang sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita
pendiri Muhammadiyah yang termaktub dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah Pasal 3 yakni: "Menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benatnya.

C. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya
Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga
pendidikan agama pada waktu itu, sehingga Muhammadiyah
memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan
pendidikan Islam .. Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang
pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan
pun tidak kalah berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah
bersaing dengan pendidikan lain yang unggul. Pendidikan AIK pun
dipandang kurang menyentuh subtansi yang kaya dan mencerahkan.
P<>ndidkan Muhammadiyah dikatakan kehilangan ruhnya, pendidikan
a_ ;rna kalah dan pendiddikan umunya juga kalah dari yang lain.Kritik
apapun harus diterima untuk perbaikan dan pembaharuan.
Karena itu diperlukan rekontruksi pendidikan muhammadiyah
ke arah holistik. Segenap lembaga dan penyelenggara pendidikan dari
tingkat dasar hingga tinggi harus memahami kembali esensi, visi, dan
misi pendidikan Muhammadiyah. Menyelenggarakan pendidikan
Muhammadiyah jangan terjebak pada rutinitas, sehingga serba
administrasi dan birokratis. Padahal tantangan dan masalah kian
membelit. Jangan sampai terjadi pendidikan Muhammadiyah berjalan
apa adanya, kehilangan vitalitas sebagai institusi pembawa misi tajdid
dari sebuah gerakan Islam modern. Kehilangan esensi sebagai pembawa
misi dan visi membentuk insan muslim yang utama.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan • .

Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi


dengan gerakan Muhammadiyah . Telah berusia sepanjang umur
Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya Madrasah lbtidaiyah Diniyah
lslamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih
tua ketimbang organisasinya (Ada by Darban,2000: 13). Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari " sekolahu (kegiatan Kyai dalam
menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan kyai Dahlan secara in-
formal dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan
pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan
tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang
tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat
Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung
milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis,
yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu
umum ( Djarnawi Hadikusuma,t.t: 64).
Senyatanya, peta dunia sekarang sangat berbeda dari kondisi ketika
muhammadiyah berdiri dulu. Sekedar contoh , satu generasi lalu
seorang filsuf kebudayaan kanada, Marshall Mcluhan, pernah
meramalkan terjadinya global village. Ketika global village terjadi kata
Mcluchan, dunia akan menjadi sempit dan tanpa batas. Kekuatan media
komunikasi telah menembus sekat-sekat bangsa dan Negara. Sehingga
kita dapat mengetahui semua kejadian secara bersamaan, meskipun
berada di tempat yang berbeda. Hal itu bisa terjadi karena kita
dihubungkan oleh satelit dan layar gelas yang bisa memvisualisasikan
adegan demi adegan di tempat kejadian. Ramalan Marshall Mcluhan
itu terkenal dengan istilah the medium is the massage.
Waktu bergulir, dan ramalan Marshall Mcluhan ternyata bukan
isapan jempol. Pada tahun 1990, semua kejadian luar biasa berhasil
direkam oleh kamera dan ditayangkan lewat layar televise. Adalah Ted
Tuner, yang berhasil mewujudkan itu. Ia menemukan jaringan televise
kabei,CNN saat itu, Ted Tuiner disemangati oleh sebuah filosofi
jurnalistik yang dikenal dengan the whole idea ofjournalism is to be a
witness.
Sekarang kita memasuki sebuah era baru yang disebut Alvin Toffler
dalam Power Shiff dengan The Third Wave . Era ini ditandai dengan
pesatnya perkembangan dalam bidang sains dan teknologi. Misalnya
dunia kedokteran sekarang telah mampu memakai teknologi nuklir
(pion cancer theraphy) , bukan sekedar untuk mendiagnosis suatu
penyakit, tetapi juga membunuh sel-sel kanker dalam tubuh.
. . . AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . KEMUHAMMADIYAHAN

Biologi dan kimia juga melahirkan teknologi untuk


mempertahankan struktur kehidupan modern, seperti purifikasi/
pemurnian air, daur ulang sampah, peningkatan pertanian, immunisasi,
kesehatan , pengobatan, dan penyimpanan makanan. Bahkan
bioteknologi telah menghasilkan teknik pembelahan gen (recombinant
DNA) dan rekayasa genetic. Juga revolusi teknologi dan informasi
bahkan menimbulkan dampak revolusi social yang oleh Hollender
d isebutthe media massa have become not only teacher but also new
II II II

parents for million of children.


11

Kenyataan diatas jelas merupakan tantangan-tantangan yang harus


dijawab secara cerdas dan bijak oleh dunia pendidikan. Terutama
lembaga pendidikan Muhammadiyah harus segera dibuktikan dengan
melahirkan generasi bangsa yang mampu mengerahkan segenap
energy, potensi, bakat, dan ketrampilan yang dimiliki untuk kepentingan
diri, bangsa dan agamanya dalam bingkai tanggungjawab sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI
GERAKAN POLITIK

A. Pendahuluan
Muhammadiyah sebagai gerakan politik (political movement)
maksudnya adalah pergumulan dan keterlibatan Muhammadiyah di
kancah perpolitikan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan hingga
zaman sekarang ini. Sebagai gerakan Islam mau tidak mau
Muhammadiyah harus terlibat dalam strategi-strategi perjuangan dan
dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat yang terjajah dan
pemerintahan yang dianggap tidak lslami. Di dalam sejarah, tokoh-
tokoh Muhammadiyah banyak terlibat dalam politik praktis. Sebagai
contoh, K.H. Mas Mansur pernah menjadi tokoh 51 dan mendirikan Partai
Islam Indonesia (PII) dan diikuti oleh kader-kader lain berikutnya seperti
Amin Rais. Namun demikian, mereka tidak pernah melibatkan
Muhammadiyah dalam perjuangan politik praktis, sehingga dalam
sejarahnya Muhammadiyah tidak pernah menjadi partai politik.
Bentuk keterlibatan politik Muhammadiyah sekarang ini adalah high
politics, yakni lebih mengedepankan moral daripada sekedar
memperoleh kekuasaan sebagaimana pada umumnya perjuangan yang
dilakukan oleh pelaku-pelaku low politics (politik praktis-kepartaian).
Lalu apa yang ingin didapatkan oleh Muhammadiyah dengan high
politics nya? Berpolitik tentu ada tujuan sebagaimana yang dikatakan
oleh Harold Laswell mengenai pengertian politik, "who gets what, when
and how" 1 politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan
Harold D. Laswell, Politics, Who Gets What, When, and How, New York, World
Publishing Co., 1972, halaman 85. •
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

bagaimana (Laswell, 1972 : 85). Muhammadiyah bukanlah organisasi


yang mempunyai kepentingan yang berkaitan dengan "aspiring for
power", apakah itu untuk menduduki jabatan dalam bidang eksekutif,
misalnya presiden, wakil presiden, dan menteri, atau pun dalamjabatan
di bidang legislative, apakah anggota DPR, apalagi menjadi ketua dan
wakil ketua di lembaga tersebut. Muhammadiyah tidak akan berjuang
dalam hal-hal tersebut. Kalau ada "orang-orang" Muhammadiyah yang
menghendakinya maka hal itu merupakan urusan pribadinya karena
Muhammadiyah tidak akan merekomendasikannya, namun juga tidak
akan melarangnya. Akan tetapi kalau yang bersangkutan membawa
nama Muhammadiyah, tentu saja Muhammadiyah menentangnya. 2
Sekalipun demikian, Muhammadiyah mempunyai kepentingan
yang sangat besar agar supayabagaimana mereka yang berada dalam
kekuasaan (those who are in power) menjalankan kekuasaannya
dengan sebaik-baiknya, dengan memperhatikan nilai-nilai moral,
memegang amanah kedudukan dan jabatannya. Muhammadiyah akan
berusaha dalam batas kemampuan yang ada untuk "mengingatkan"
mereka yang memiliki kedudukan dalam jabatan untuk tidak
menyalahgunakan kedudukan dan jabatannya. ltulah yang secara
populer di kalangan Islam kita mengenalnya dengan "a mar ma'ruf nahi
munkar. Dan inilah yang sebenarnya disebut oleh Amin Rais sebagai
high politics.

B. Pengertian Politik
Politik ("siasah"-bahasa Arab; "politics"-bahasa lnggris) memiliki
pengertian yang sangat luas. Kata "politik" mengundang kontroversi
terutama bagi mereka yang tidak memahaminya. Akan tetapi apakah
itu politik? Mungkin ada baiknya diungkapkan mengenai apa makna
politik. llmuwan politik yang sang at terkenal, David Easton, menyatakan
"politik" tidak lain dari pada bagaimana mengalokasikan sejumlah nilai
secara otoritatif bagi sebuah masyarakat "authoritative allocation of
values for a society". 3
Artinya dalam kehidupan kita sehari-hari ada sejumlah nilai yang
selalu dicari, dikejar-kejar, dan tentu saja dipertaruhkan orang dalam
hidup bermasyarakat serta bernegara. Nilai-nilai tersebut tentu saja
merupakan sesuatu yang sangat berharga atau bermakna dalam
kehidupan sehingga orang dapat melakukan apa saja untuk
2 Afan Gaffar, dalam Amin Rais, Moralitas Politik Muhammadiyah, Dinamika,
Yogyakarta, 1995, halaman 13-14.
3 David Easton dalam A System Analysis of Political Life, New York, Alfred A. Knopf,
Inc., 1971, second edition, halaman 128.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik -

memperolehnya. Apakah nilai-nilai tersebut? Seorang ahli ilmu politik


lainnya, Karl W. Deutsch, mengelompokkan nilai-nilai tersebut dalam
delapan kategori, termasuk di dalamnya kekuasaan, kekayaan,
kehormatan, kesehatan, kesejahteraan (enlightment), kebebasan,
keamanan, dan lain-lainnya. 4 Nilai-nilai tersebut dialokasikan secara
otoritatif, artinya sekali diputuskan oleh Negara bagaimana
mengalokasikannya, maka akan mengikat (binding) semua pihak yang
berkepentingan dengan nilai-nilai tersebut, sehingga negara memiliki
hak untuk memberikan paksaan fisik agar orang tunduk dan patuh
terhadap keputusan yang mengikat dalam rangka alokasi nilai tersebut.
Di dalam konteks masyarakat Indonesia sering terjadi kesenjangan
antara ilmu po!itik yang dipelajari dengan praktik politik yang
terjadi. llmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat
dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan,
beserta sifat tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi,
yang dapat mempengaruhi Negara. Di dalam praktiknya, pengertian
politik menjadi deterministik yakni segala urusan dan tindakan
{kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu
negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan
juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan,
yaitu ilmu politik. Segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan
kekuasaan dan bermaksud mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau
mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat. Pada
umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang berkenaan
dengan proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Dengan demikian maka seringkali persoalan politik adalah persoalan ·
bagaimana menerapkan dan menafsirkan konsep-konsep atau teori-teori
politik terhadap fenomena di masyarakat yang mendekati kebenaran.
Atas dasar itu maka di dalam menjalankan politik akan tergantung pada
perspektif dan paradigma apa yang dipakai. Di dalam konsep Islam,
Politik (siasah) memiliki banyak arti antara lain; kegiatan mendidik,
memimpin, mengurus, menjaga kepentingan, menyuruh melakukan
kebaikan, menjalankan tugas dan sebagainya. Semua itu bertujuan
untuk mendatangkan kebaikan dan manfaat kepada masyarakat. 5

4 Karl W. Deutsch, Politics and Government: How People Decide Their Fate, Boston,
Houghton, Mifflin Co. 1970, halaman 15.
5 lshomuddin, Pengantar Sains Politik Islam, Bayu Media, Malang, 2011, halaman
ii-iii
. _ AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
llliill' KEMUHAMMADIYAHAN

C. Pergumulan Muhammadiyah dalam Berpolitik


Sejak berdirinya tahun 1912, Muhammadiyah bukan partai politik,
meskipun pendirinya, Ahmad Dahlan (1868-1923}, mengenal dari dekat
tokoh-tokoh politik Indonesia, seperti dr. Wahidin Sudirohusodo, pendiri
Budi Utomo (Ahmad Dahlan pernah menjadi anggota dan penasehat
Budi Utomo}, H. Samanhudi, H.O.S. Cokroaminoto, dan H. Agus Salim,
ketiganya pendiri dan pemuka Syarikat lslam(SI} (Ahmad Dahlan pernah
menjadi anggota dan penasehat 51}. Ketika H.O.S. Cokroaminoto
mengadakan Kong res Islam di Cirebon pad a tahun 1921,
Muhammadiyah ikut membantu penyelenggaraannya. Bahkan dalam
Kongres tersebut, Ahmad Dahlan menyampaikan prasaran tentang
pembaharuan pemikiran Islam dan Konsep Pendidikan Islam.
Mas Mansur, tokoh puncak Muhammadiyah (1937-43}, juga pernah
menjadi anggota dan penasehat 51 pada tahun 1915, selepas dari studi
lslamnya di Timur Tengah. Pada tahun 1925, Mas Mansur, sebagai tokoh
Muhammadiyah sekaligus sebagai tokoh 51, bersama H.O.S.
Cokroaminoto, sebagai tokoh puncak 51, menjadi delegasi resmi
Indonesia yang menghadiri Kongres Dunia Islam tentang Khilafah Is-
lam di Makkah. Namun, setahun kemudian, pada 1926, 51 mengeluarkan
disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap, dan
Muhammadiyah terkena disiplin partai ini, termasuk Mas Mansur.
Ketika Partai Syarikat Islam melakukan politik hijrah atau
noncooperation dengan pemerintah Hindia-Belanda, Muhammadiyah
menyadari suatu keharusan adanya politik tidak hijrah atau
cooperation. Oleh karena itu, melalui Mas Mansur dan Wiwoho,
Muhammadiyah mendirikan Partai Islam Indonesia (PI I} pada tahun 1938,
meskipun sebelumnya Mas Mansur menemui pemimpin Partai 51 agar
disiplin partai yang dikenakan kepada Muhammadiyah bisa dicabut.
Namun harapan Muhammadiyah tidak terwujud. Jika terwujud,
keadaannya akan lain; Muhammadiyah akan memperioritaskan sa luran
politiknya pada 51.
Setahun sebelumnya, pada September 1937, telah berdiri lembaga
permusyawaratan Islam Indonesia bernama Majelis A'la Islam
Indonesia (MIA I} yang diprakarsai tokoh Islam II em pat serangkai II; Mas
Mansur (Muhammadiyah}, Wiwoho Wondoamiseno (51}, Ahmad Dahlan,
dan Abdul Wahab (NU}. Pelaksanaan lembaga ini diserahkan kepada
tokoh llempat serangkai tersebut. Di lembaga ini bertemu berbagai
11

organisasi Islam, yang tercermin saat organisasi ini berdiri, yaitu


Muhammadiyah, 51, Persatuan Islam, Al-lrsyad (Surabaya}, Hidayatul
lslamiyah (Banyuwangi}, dan Khairiyah (Surabaya}.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik -

Data sejarah di atas menunjukkan peran dan kontribusi aktif


Muhammadiyah dalam perjuangan politik. Dan ini merupakan bagian
dari perjuangan Muhammadiyah untuk mewujudkan cita-citanya.
Muhammadiyah menyalurkan perjuangan politik pada partai politik
Islam, tanpa harus menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik.
Perjuangan politik ini dilakukan dengan melibatkan seluruh kekuatan
umat Islam dengan satu tujuan, yaitu kemenangan Islam. Dengan kata
lain, perjuangan politik bagi Muhammadiyah didasarkan pada dua
prinsip. Pertama, Muhammadiyah memerlukan saluran aspirasi politik
dan ini dilakukan di luar organisasi Muhammadiyah. Kedua, penyaluran
aspirasi politik melalui partai Islam harus dilakukan dengan tujuan
kemenangan Islam dan umatnya secara keseluruhan. Karena itu, upaya
untuk melibatkan dan memberdayakan seluruh kekuatan umat Islam
merupakan suatu keniscayaan.
Dua prinsip inilah yang dipegang teguh Muhammadiyah ketika
bersama tokoh-tokoh Islam lainnya memelopori berdirinya Partai
Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 7-8 Nopember 1945,
di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Saat pembentukan
partai Masyumi ini, ada pengakuan bahwa Muhammadiyah
memerlukan saluran aspirasi dan perjuangan politik, juga ada ikrar
bahwa Masyumi adalah satu-satunya partai politik Islam bagi seluruh
organisasi Islam Indonesia. Meskipun demikian, pada 1947 Sl ke_Juar
dari Masyumi, dan pada 1952 Nahdlatul Ulama (NU) mengikutinya. 6

D. Perkembangan Politik Muhammadiyah


Tidak seperti halnya dengan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah
merupakan persyarikatan yang tidak pernah terlibat langsung dengan
politik praktis. Kalau NU pernah menjadi partai politik yakni Partai NU
(1955), maka Muhammadiyah tidak pernah mengalaminya, kecuali sempat
melakukan u pernikahan 11 dengan parpol. Persyarikatan yang didirikan di
kampung Kauman, Yogyakarta pada 18 November 1912 atau bertepatan
dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriah itu pernah melakukan n pernikahan resmi II

dengan parpol ketika menjadi anggota istimewa dari Masyumi.


Namun, gerakan Islam modern is yang didirikan KH Ahmad Dahlan
atau Muhammad Darwis itu juga pernah melakukan n pernikahan siri II

dengan parpol ketika pendirian Parmusi (Tanwir Ponorogo). Selain itu,


Muhammadiyah pernah melakukan llnikah mufah (kontrak)• ketika
sebagian pengurusnya terlibat dalam pendirian PAN, tapi akhirnya

6 Syaifullah, Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi, Grafiti, Jakarta, 1997,


hal a man 4-6.
AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

ditinggalkan parpol bentukan Amien Rais itu. Model paling akhir justru
bukan pernikahan melainkan perceraian organisasi pemurnian dan
II II, II II

pembaruan Islam itu dengan parpol sebagaimana dirumuskan dalam


Tanwir Denpasar (2001).
Relasi Muhammadiyah dengan parpol itu sebenarnya sudah cukup
jelas, karena Muhammadiyah secara historis tidak boleh berpolitik
praktis. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah itu mencakup seluruh
bidang kehidupan, termasuk politik. Politik dan partai politik itu
berbeda. Sejak sidang tanwir di Denpasar pada tahun 2001,
Muhammadiyah bertekad mengintensifkan politik kebangsaan,
sehingga Muhammadiyah tetap terlibat dalam politik.
Secara historis, politik yang melekat pada Muhammadiyah adalah
politik kebangsaan yang sering disebut dengan politik 11 amar ma'ruf
nahi munkarll (mengajak ke kebaikan dan mencegah kemungkaran).
Bahkan, para pemimpin terdahulu di Muhammadiyah sangat aktif
berpolitik seperti KH Ahmad Dahlan di Budi Utomo atau KH Mas Mansur
dalam BPUPKI. Artinya, Muhammadiyah itu tidak segan-segan menjadi
pengeritik paling depan jika pemerintah bertindak salah, tapi
Muhammadiyah juga akan menjadi pendukung terdepan jika
pemerintah memang benar.

E. Landasan Operasional Politik Muhammadiyah


Secara normatif, gerak perjuangan Muhammadiyah dijelaskan dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian
Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
(MKCH) bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma'ruf nahi
munkar. Sementara secara operasional, bahwa Muhammadiyah memilih
lahan dakwah di bidang kemasyarakatan ditegaskan dalam khittah (garis)
perjuangan di antaranya; Khittah Ponorogo 1969, Khittah Surabaya 1978,
Khittah Denpasar 2002. Berikut ini adalah kutipan panjang tentang Khittah
Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa
dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan
keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi,
dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang
utama. Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh
warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk
tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.
Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui
Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik

perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada


dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk
membangun kehidupan di mana nilai-nilai llahiah melandasi dan
tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk
terwujudnya "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur".
Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan
inasyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang
kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan
hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui
pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-
prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam
kehidupan negara yang demokratis.
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik
yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics)
untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga
formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem
politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur
bangsa dan negara. Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan
oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar mengedepankan
kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang
menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik
Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945.
Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai
wujud dari dakwahamarma'rufnahi munkardenganjalan mempengaruhi
proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi
dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan
perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang
sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi
manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif
dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik
sesuai dengan prinsip amar ma 'rut nahi munkar demi tegaknya sistem
politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik
AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

sesuai hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus


merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan
secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan
Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.

1. Kebebasan Beraspirasi Politik dalam Politik Praktis


Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif
dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan
politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung
jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq karimah), keteladanan (uswah
hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus
· sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam
melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar. Setiap anggota
dibebaskan menyalurkan aspirasi politiknya kepada salah satu partai
politik yang dipandang dapat menyuarakan misi Islam untuk
menegakkan keadilan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

2. Metamorfose Sikap Politik Muhammadiyah


a. Tahun 1912-1926, Muhammadiyah dinyatakan bukan sebagai
organisasi politik, meskipun banyak anggota Muhammadiyah yang
menjadi anggota dan aktif dalam organisasi Budi Utomo, Sarikat
Islam, Partai Sarikat Islam Indonesia.
b. Tahun 1927-1938, Muhammadiyah memantapkan diri sebagi organisasi
Islam untuk amal). Anggota Muhammadiyah yang memasuki Partai
Sarikat Islam Indonesia (PSII) terkena disiplin organisasi, tidak boleh
merangkap keanggotaan dengan Muhammadiyah.
c. Tahun 1938-1942, Pada tahun 1923 para pemuka Joung lslamitten
Bond (JIB) dan para anggota Muhammadiyah berhasil mendirikan
Partai Islam Indonesia (PII), tetapi Muhammadiyah sebagai organisasi
tetap tidak menetapkan secara resmi terhadap eksistensi partai itu.
d. Tahun 1942-1945, Muhammadiyah bersama dengan oraganisasi-
organisasi Islam mendirikan Majelis Islam A' Ia Indonesia (MIAI) dan
Muhammadiyah sebagai organisasi, tetap tidak merupakan bag ian
dari majelis ini.
e. Tahun 1945-1960,Pada tahun 1945 MIAI akhirnya berubah menjadi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Muhammadiyah
sebagai anggota istimewa dan dinyatakan sebagai bagian struktural
dari partai itu. Pada tahun 1950, Muhammadiyah tidak lagi menjadi
anggota istimewa Masyumi.
f. Tahun 1960-1965, Muhammadiyah dalam posisi yang sulit sebab
situasi politik kenegaraan yang semakin panas, dan dominasi
kekuatan komunis sangat menetukan.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik -

g. Tahun 1965-1971, Muhammadiyah dinyatakan oleh pemerintah


sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) yang berfungsi politik riel.
Artinya Muhammadiyah berhak mempunyai wakil-wakil dalam
legislatife. Pada periode ini ada usaha dari orang Islam yang aspirasi
politiknya belum tertampung dalam partai politik yang ada,
akhirnya menetapkan membentuk Partai Muslimin Indonesia
meskipun Muhammadiyah masih tetap memiliki independensinya.
h. Tahun 1971- Sekarang, Dalam bidang politik Muhammadiyah
berusaha sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya dengan
Da'wah Amar Ma'rif Nahi Munkar dalam arti dan proporsi yang
sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan baik
secara teoritis konseptual, secara operasional, secara riel bahwa
ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik
lndonesiayang berpancasila dan UUD 1945, menjadi masyarakat yang
adil makmur serta sejahtera.
3. Moral Politik Muhammadiyah
Pemahaman terbalik (mafhum mukhalafah) dari diusungnya materi
di atas dengan penekanan pada dua khitah- meskipuh sebenarnya masih
ada Khitah Surabaya 1978 yang juga perlu diusung--seakan ingin
mengamini bahwa selama ini Muhammadiyah memang belum atau
tidak secara serius berjalan di atas rei khitahnya, yaitu sebagai ormas
keagamaan. Selama ini, Muhammadiyah kerap membuat putusan yang
secara sadar atau tidak telah menyeret Muhammadiyah pad a kubangan
politik praktis. Karena itu, tidak heran bila selama perjalanan sejarahnya
Muhammadiyah lebih banyak bersinggungan dengan politik praktis.
Dua Khitah Ujung Pandang dan Denpasar sama-sama menegaskan
netralitas Muhammadiyah terhadap kekuatan politik mana pun. Hanya yang
membedakan, sebagai khitah transisi Khitah Ujung Pandang masih belum
II II,

bisa membebaskan diri dari kungkungan Khitah Ponorogo 1969yang nuansa


politiknya begitu kuat, sehingga masih menyebut kata Parmusi: Untuk lebih
II

memantapkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam setelah


Pemilu 1971, Muhammadiyah melakukan amar makruf nahi munkarsecara
konstruktif dan positifterhadap Parmusi seperti halnya terhadap partai-partai
politik dan organisasi-organisasi lainnya u (poin 3). Bila dikaji dalam konteks
zamannya, keluarnya rumusan khitah tersebut menarik untuk dikritik. Khitah
Ujung Pandang misalnya, dikeluarkan selepas munculnya "kebijakan politik •
berupa Khitah Ponorogoyang begitu partisan.
Setelah menyadari bahwa selain Khitah Ponorogo tidak membawa
maslahah dan bertentangan dengan jati diri Muhammadiyah, juga
realitas politik saat itu yang mulai tidak kondusif lantaran negara (militer)
mulai tam pi I serba dominan melalui Golkar dan juga pelaksanaan Pemilu
. . . AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
lll1il' KEMUHAMMADIYAHAN

1971 yang sarat dengan kecurangan, keluarlah Khitah Ujung Pandang


yang menegaskan netralitas politik Muhammadiyah.
Begitu juga Khitah Denpasar diputuskan selepas Muhammadiyah
melalui Tanwir Semarang 1998, memberikan rekomendasi dukungan
atas berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN). Ketika PAN dinilai juga
tidak membawa maslahah--bahkan cenderung membebani, karena
Muhammadiyah selalu saja diidentikkan dan dikaitkan dengan PAN-
Muhammadiyah pun mengeluarkan rumusan Khitah Denpasar.
Varian Politik Keluarnya rumusan Khitah Ponorogo, Khitah Ujung
Pandang, Khitah Surabaya, Tanwir Semarang, Khitah Denpasar, dan
Tanwir Mataram 2004, selain menunjukkan sikap politik
Muhammadiyah yang ambigu, juga menegaskan adanya tarik menarik
dan terfragmentasinya sikap politik warga Muhammadiyah. Dan bila
berkaca pada doktrin mainstream di kalangan umat Islam bahwa Islam
adalah agama dan negara (Islam al-dien wa al-dawlah),
terfragmentasinya sikap politik warga Muhammadiyah cukup bisa
dipahami. Apalagi, sejarah Muhammadiyah juga menunjukkan dominasi
dalam relasinya dengan politik.
Dominasi relasi ini setidaknya tergambar dari kedekatan KH Ahmad
Dahlan dengan Budi Utomo dan PSI I. Relasi ini boleh dikatakan sebagai
titik awal Muhammadiyah bersinggungan dengan politik. Ketika
dikomandoi KH Mas Mansur, wajah politik Muhammadiyah bahkan
begitu dominan. KH Mas Mansyur misalnya, menjadi penggagas
berdirinya Partai Islam Indonesia (PII), penggagas lahirnya MIAI dan
Masyumi. Pasca-Orde Lama, ketika upaya rehabilitasi Masyumi gagal,
Muhammadiyah juga menjadi penggagas lahirnya Parmusi.
Sewaktu rezim Orde Baru menerapkan kebijakan depolitisasi partai
politik, Muhammadiyah yang terepresentasikan lewat Parmusi (MI)
memfusi ke dalam PPP. Melalui rekomendasi Tanwir Semarang 1998,
Muhammadiyah juga ikut membidani lahirnya PAN. Tahun 2004 melalui
Tanwir Mataram, Muhammadiyah mengeluarkan rumusan politik yang
cenderung vis a vis Khitah Denpasar yang memberikan "lampu hijau"
kepada AMM untuk mengkaji kemungkinan berdirinya partai baru.
Keputusan Tanwir ini kemudian disikapi dan ditafsiri secara kritis oleh
eksponen AMM dengan mendirikan Partai Matahari Bangsa (PMB).

F. High Politics dan Low Politics


Paparan di atas menggambarkan bahwa kebijakan politik
Muhammadiyah tampak sang at dipengaruhi situasi praksis-politik (low
politics) yang melingkupinya ketimbang idealitas politik
Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik -

Muhammadiyah (high politics). Dengan begitu, mengesankan tidak


konsistennya sikap dan posisi politik Muhammadiyah. Sebagai ormas
keagamaan, Muhammadiyah tidak seharusnya terlibat pada wilayah
politik praktis. Meski begitu, sebagai organisasi dakwah amar makruf
nahi munkar, Muhammadiyah juga tidak semestinya emoh pada politik.
Hanya, politik yang dimaksud adalah sebagaimana diamanatkan Khitah
Denpasar poin 5 yang berwajah high politics.
Sesungguhnya yang dimaksud atau terjemahan yang tepat bagi high
politics bukan politik tinggi, tetapi politik yang luhur, adiluhung dan
berdimensi moral etis. Sedangkan low politics bukan berarti politik rendah,
tetapi politik yang terlalu praktis dan seringkali cenderung nista. Bila
sebuah organisasi menunjukkan sikap yang tegas terhadap korupsi,
mengajak mesyarakat luas untuk memerangi ketidakadilan, menghimbau
pemerintah untuk terus menggelindingkan proses demokratisasi dan
keterbukaan, maka organisasi tersebut sedang memainkan high politics.
Sebaliknya, bila sebuah organisasi melakukan gerakan dan manuver
politik untuk memperebutkan kursi DPR, minta bagian di lembaga
eksekutif, membuat kelompok penekan, membangun lobi serta
berkasak-kusuk untuk mempertahankan atau memperluas vested
interests, maka organisasi tersebut sedang melakukan low politics.
Ungkapan yang mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak akan ikut
bermain politik praktis perlu diterjemahkan dalam konteks itu. Sampai
kapanpun, Muhammadiyah tidak akan pernah terjun ke dalam kancah
power politics yang dapat membahayakan kelansungan hidupnya.
Bermain langsung atau sekadar menjadi pion kekuatan-kekuatan
eksternal dalam gelanggang politik praktis, tidak pernah terbayangkan
dalam pikiran Muhammadiyah.
Dengan mengambil posisi politis-organisatoris, ke depan sudah
semestinya Muhammadiyah tidak lagi membuat putusan sejenis Khitah
Ponorogo, Tanwir Semarang, dan Tanwir Makasar 2003 yang begitu
partisan, termasuk Sidang Pleno 2004 yang mendukung "kader terbaik"
(Ami en Rais) sebagai cal on presiden atau juga surat keputusan seperti SK
149 tentang Kebijakan Mengenai Konsolidasi Organisasi dan Amal Usaha
Muhammadiyah, yang beberapa poinnya cenderung tidak proporsional.
Dalam SK tersebut misalnya, sampai menyebut nama Partai Keadilan
Sejahtera (PKS). Meski cukup bisa memahami konteks keluarnya SK
tersebut, penyebutan nama PKS cenderung bertentangan dengan
semangat Khitah Ujung Pandang dan Khitah Denpasar. Dalam SK tersebut
juga ditegaskan kembali Keputusan Muktamar Muhammadiyah Malang
2005 yang "menolak upaya-upaya untuk mendirikan partai yang
. _ AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
~ KEMUHAMMADIYAHAN

memakai atau menggunakan nama atau simbol-simbol Persyarikatan


Muhammadiyah ", yang juga tidak semestinya dikeluarkan menjadi
ketetapan forum seperti Muktamar.
Andaikan SK tersebut dibuat sebelum berdirinya PAN pada 1998
atau tidak di saat ternan-ternan PMB sedang menyosialisasikan partai
barunya--dua partai ini sama-sama menggunakan simbol matahari--tentu
tidak terlalu menjadi persoalan.Aiih-alih mencoba mengambil posisi
netral politik, dengan keluarnya SK tersebut, justru menunjukkan sikap
keberpihakan Muhammadiyah dan cenderung tidak proporsional. Bila
Muhammadiyah secara serius ingin melakukan "pertaubatan politik"
dengan tidak lagi menyeret Muhammadiyah pada wilayah politik
praktis, segala sikap dan posisi politik Muhammadiyah harus sejalan
dengan semangat Khitah Ujung Pandang dan Khitah Denpasar.
GERAKAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH
DALAM MUHAMMADIYAH

A. Pendahuluan
Mengawali tulisan ini, penulis ingin mengemukakan salah satu
pandangan cendekiawan muslim, Hasan Hanafi, sebagaimana dikutip
oleh Muslim Abdurrahman tentang konsep teologi sosialnya dalam
memotret realitas sosial masyarakat Islam. Dalam refleksi teologisnya,
ia mengatakan:
"kendati pun menurutayat-ayatai-Qur'an kita ini merupakan umat
yang satu (ummatan wahidah), namun sesungguhnya dalam
kenyataan yang obyektif kita dipisahkan menjadi dua. Yaitu umat
yang "miskin" dan umat yang "kaya".
Bagi Muslim, refleksi keberagamaan seperti ini sangat bermanfaat
untuk melakukan otokritik, apakah kesalehan yang kita cari mempunyai
dimensi kesejarahan ataukah hanya secara vertikal menunjukkan
ketaatan ritualistik yang emosional. 1

1 A. Syafi'l Ma'arif, dkk, Menggugat Modernitas Muhammadiyah; Refleksi Satu


Abad Perjalanan Muhammadiyah (Jakarta: Best Media Utama, 2010), hal. 62 .


AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Kerapkali, seseorang tidak merasa bahwa mereka mempunyai


tanggung jawab sosial, walaupun ia telah memiliki kelebihan harta
kekayaan. lain halnya dengan ibadah shalat, puasa dan haji, sebagian
umat Islam memiliki kesadaran yang cukup tinggi dibanding dengan
ibadah zakat, infaq dan shadaqah. Karenanya, menu rut Quraish Shihab,
perlu adanya penetapan hak dan kewajiban agar tanggung jawab
keadilan sosial dapat terlaksana dengan baik. 2 Sebagimana ditegaskan
Allah swt dalam ai-Qur'an

Artinya : "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang


miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian" (QS.Dzariyat :19)
Ayat di atas menjelaskan bahwa di dalam harta kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang itu terdapat hak-hak orang lain. Artinya, zakat
(infaq dan shadaqah) adalah persoalan yang penting dalam Islam.
Sehingga ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, misi pertamanya
adalah memerangi orang-orang Islam yang tidak mau mengeluarkan
zakat hartanya.
Islam sudah memberikan tuntunan bagaimana menyalurkan harta,
yakni melalui zakat, infaq dan shadaqah. Muhammadiyah sebagai
organisasi Islam juga memiliki concern dalam bidang ini. Dalam konteks
tersebut, tulisan ini mencoba memotret bagaimana gerakan zakat, infaq
dan shadaqah dalam Muhammadiyah?

B. Konsep Dasar Zakat, lnfaq dan Shadaqah


1. Definisi Zakat, lnfaq dan Shadaqah
Zakat adalah bagian hak Allah swt. yang diberikan oleh manusia
kepada orang-orang miskin. Dinamakan zakat, karena mengandung
harapan mendapat berkah, penyucian diri dan tambahan kebaikan.
Secara etimologi (lughawi), kata zakat berasal dari bahasa Arab al-
zaka yang mengandung beberapa arti seperti berkembang, suci dan
berkah. 3 Sedangkan dalam terminologi hukum (syara'), zakat diartikan
kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya
dengan beberapa syarat. 4

2 Quraish Shihab, Wawasan AI-Qur'an (Bandung: Mizan, 2003), hal. 454


3 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, terj. Asep Sobari (Jakarta: Al-l'tishom, 2010), Jilid I, hal. 487
4 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hal. 192
Gerakan Zakat, lnfaq dan Shodaqoh dalam Muhammadiyah -

Selain kata zakat, ai-Qur'an juga sering menggunakan kata infaq


dan shadaqah. 5 lnfaq yaitu mengeluarkan atau membelanjakan harta
yang mencakup zakat dan non zakat. lnfaq ada yang wajib dan ada ,
yang sunnah. lnfaq wajib di antaranya kafarat, nadzar, zakat dan lain-
lain. lnfaq sunnah di antaranya infaq kepada fakir miskin sesama
muslim, infaq bencana alam dan sebagainya. Dalam pengertian yang
umum infaq sering juga diartikan sebagai menafkahkan atau
membelanjakan harta di jalan Allah. Adapun shadaqah maknanya lebih
luas dari zakat dan infak. Shadaqah dapat bermakna infaq, zakat dan
kebaikan non materi. Namun penggunaan ketiga kata tersebut di dalam
ai-Qur'an terkadang menjadi satu makna. Karenanya, kesatuan makna
ketiga istilah tersebut akan digunakan dalam tulisan ini.

2. Landasan Kewajiban Zakat dan Hukum Menolaknya


Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada
bulan Syawal tahun kedua Hijriyah. Ayat-ayat zakat, shodaqah dan
infaq yang turun di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya
menggunakan metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan
cacian atau teguran bagi yang meninggalkannya.
Hukum zakat adalah wajib 'ain dalam arti kewajiban yang
ditetapkan untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada
orang lain. Banyak sekali perintah Allah untuk membayarkan zakat
dan hampir keseluruhan perintah berzakat itu dirangkaikan dengan
perintah mendirikan shalat. Sebagaimana firman Allah :

Artinya: "Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah


beserta orang-orang yang ruku'.(Qs. 2 : 43)
Zakat adalah kewajiban yang disepakati oleh seluruh ulama umat
Islam dan sangat dikenal luas, sehingga dikategorikan salah satu
masalah pokok (dharuriyat) agama. lni berarti, apabila seseorang
mengingkari kewajibannya, ia dipastikan keluar dari agar:na (murtad)
dan dihukum bunuh dengan alasan kafir. Kecuali jika dia baru masuk
Islam, maka hal itu dapat dimaklumi karena belum banyak mengerti
hukum-hukum agama.

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh {Jakarta: Kencana, 2003), hal. 38


AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Pernikahan berjalan mulus dan menentramkan, Dahlan memperoleh


adik baru dari pernikahan tersebut yang diberi nama Muhammad Basyir.
Ayahnya memberi kepercayaan untuk memberi pengajian kepada
anak-anak, berikutnya kepada remaja, dan selanjutnya kepada orang-
orang dewasa. Ia merasa gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang
melenceng ke arah Bid'ah atau menyimpang/sesat dan demikian
bersemangat untuk sebuah cita-cita melakukan perubahan pemikiran
dalam memahami Islam.
Ia mengawali cita-citanya dengan mengubah arah kiblat pada arah
yang sebenarnya. Namun praktek pembaharuan yang dilakukan Ahmad
Oahlan tidak semudah yang diharapkan, ia gagal merealisasikan
perubahan arah kiblat di masjid Kesultanan Yogyakarta. Kebanyakan
kaum tua menentang langkah Dahlan tersebut dan mengakibatkan
kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, kyai Penghulu
Karhaludiningrat. Dahlan kemudian berusaha mewujudkan maksud
pembaharuannya itu dengan membangun langgar sendiri dan
meletakkan kiblat dengan benar. Usaha inipun gagal karena lagi-lagi
mendapat tantangan dari kaum tua. Seorang penghulu di daerah itu
bahkan memerintahkan masyarakat menghancurkan langgar yang
dibangun Dahlan, karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Dahlan
tidak mampu berbuat banyak, ia nyaris patah hati dan hampir saja
Dahlan meninggalkan kota kelahirannya, jika saja seorang anggota
keluarga tidak menghalangi dan membangunkan untuknya sebuah
langgar yang lain, dengan jaminan bahwa ia dapat mengajarkan
pembaharuan lslamnya itu sesuai keyakinannya sendiri, tanpa ada
gangguan dari orang lain.
Dahlan mulai bangkit dan semangat dengan dukungan dari
keluarga dan orang-orang yang punya pemikiran terbuka serta para
muridnya, dan ia berhasil. Keberhasilannya itu semakin menunjukkan
titik cerah ketika ayahnya meninggal pada bulan Sya'ban tahun 1896,
ia diberi kepercayaan menggantikan ayahnya sebagai khatib tetap
masjid Gedhe (Masjid Kraton) Kauman, yogyakarta. Bahkan kraton
menetapkan sebagai anggota Raad Agama Islam Hukum Kraton.
Karena dapat dipahami dan melekat pada dirinya dan masyarakat
menyebut namanya KH Ahmad Dahlan.
Kedua, ia menunaikan ibadah haji lagi tahun 1903, ketika berumur
35 tahun atas fasilitas Sri Sultan. Sri Sultan menegaskan bahwa zaman
sekarang sudah berubah dari perang senjata menjadi perang
intelektual. lni berarti ia telah dewasa penuh serta jiwanya lebih stabil
dan lebih mantap daripada waktu berhaji sebelumnya. Dua kesempatan
Gerakan Zakat, lnfaq dan Shodaqoh dalam Muhammadiyah -

Dari penjelasan ayat di atas, golongan yang berhak menerima zakat


terdiri dari delapan golongan (ashnaf), yaitu:
a. Fakir, orang yang tidak memiliki harta untuk menunjang kehidupan
dasarnya. Kefakiran orang tersebut disebabkan ketidak
mampuannya untuk mencari nafkah karena fisiknya tidak mampu,
seperti orang tua jompo dan cacat badan.
b. Miskin, orang yang tidak memiliki harta untuk kehidupan dasarnya,
namun ia mampu berusaha mencari nafkah, hanya penghasilannya
tidak mencukupi bagi kehidupan dasarnya untuk kehidupannya
sendiri dan atau keluarganya.
c. Ami/, orang yang ditunjuk oleh penguasa yang sah untuk mengurus
zakat, baik mengumpulkan, memelihara, membagi dan
mendayagunakannya serta petugas lain yang ada hubungannya
dengan pengurusan zakat.
d. Mual/af, yaitu orang yang baru masuk Islam dan memerlukan masa
pemantapan dalam agama barunya itu dan untuk itu memerlukan dana.
e. Riqab adalah untuk kepentingan memerdekakan budak, baik
dengan membeli budak-budak untuk kemudian dimerdekakan
atau memberi dana untuk kepentingan menebus dirinya dari
perbudakan.
f. Gharim, orang yang dililit hutang dan tidak dapat melepaskan
dirinya dari jeratan hutang kecuali dengan bantuan dari luar.
g. Sabilillah, segala keperluan untuk menegakkan agama Allah. Dalam
waktu perang dapat diartikan biaya pasukan dan perlengkapannya
selama dalam peperangan. Sementara dalam situasi yang bukan
perang berarti segala usaha yang bertujuan untuk menegakkan
syiar agama.
h. lbnu Sabil, orang yang berada dalam perjalanan bukan untuk tujuan
maksiat, yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dan tidak mampu
meneruskan perjalanannya kecuali dengan bantuan dari luar. 8

C. Nilai-Nilai Islam tentang Zakat, lnfaq dan Shadaqah


1. Keutamaan Zakat, lnfaq dan Shadaqah
Setiap syari'atyang ditetapkan Allah untuk manusia tentu memiliki
nilai-nilai kebajikan bagi manusia itu sendiri. Begitu juga syari'at zakat,
infaq dan shadaqah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
a. Termasuk ciri orang bertaqwa adalah menginfaqkan rizki yang
diberikan Allah. 9
b. Termasuk mukmin yang beruntung. 10
8 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 48-51
9 QS. AI-Baqarah [2]: 1-3 dan Ali lmran [3]: 133-134
10 QS. AI-Mukminun [23]: 1-4
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

c. Orang yang menunaikan zakat hartanya termasuk orang yang


mendapatkan rahmat dari Allah swt 11 •
d. Orang yang menunaikan zakat hartanya, maka akan dihilangkan
keburukannya Y
e. Harta yang disedekahkan akan berkembang dan dilipatgandakan
oleh Allah swt .13
2. Ancaman bagi Orang yang tidak Mengeluarkan ZIS
Selain Allah memberikan janji pahala bagi orang-orang yang
mengeluarkan zakat hartanya, Allah juga memberikan ancaman bagi
orang-orang yang enggan membayar zakat atau mengeluarkan
hartanya dalam bentuk infaq dan shadaqah. Misalnya, bagi orang yang
memiliki emas dan perak kemudian tidak mengeluarkan zakatnya maka
Allah akan menyiksanya di Neraka dengan siksaan yang pedih. Allah
swt berfirman dalam surat ai-Taubah ayat 34-35:

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian


besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-
benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
11 QS. AI-Taubah [9]: 71
12 HR. Thabrani
13 QS. AI-Baqarah [2]: 261 serta HR. Ahmad dan Tirmidzi
Gerakan Zakat, lnfaq dan Shodaqoh dalam Muhammadiyah -

akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak
itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
11
/nilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan ituII

Dalam sebuah had its juga dijelaskan bahwa Allah swt mengancam
orang-orang yang menyimpan harta dan tidak mengeluarkan zakatnya
dengan batu panas yang dibakar di neraka Jahannam. Batu itu akan
diletakkan di atas puting susu mereka hingga tembus di bagian atas
bahunya, dan diletakkan pula di bagian atas bahunya hingga
menembus puting susunya, sehingga mereka meronta sehebat-
hebatnya.14
Selain itu, bagi orang yang memiliki harta kemudian tidak
mengeluarkan zakatnya maka kelak pada hari kiamat harta itu akan
dikalungkan di lehernya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali
lmran ayat 180:

Artinya : 5eka/i-kali janganlah orang-orang yang bakhi/ dengan


11

harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya


menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di Jehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan
di bumi, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan II

Lebih lanjut ayat ini dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa harta
kekayaan yang tidak dikeluarkan zakatnya pada hari kiamat akan
berwujud ular jantan yang tidak berbulu dan di atas matanya terdapat
dua titik hitam kemudian melilit dan mencengkeram rahang pemilik
harta itu .15

14 HR. Bukhari dan Muslim


15 HR. Bukhari dan Muslim
:.
. . .. AL ISLAM- KEMUHAMMADIYAHAN Ill
,. KEMUHAMMADIYAHAN

Sementara bagi orang yang memiliki harta dalam bentuk hewan


ternak (unta, kambing, dan sapi) kemudian tidak mengeluarkan
zakatnya, maka kelak di akhirat hewan-hewan itu akan melindas,
menginjak-injak, serta menanduk pemiliknya. 16
Bahkan Allah melalui lisan Nabi-Nya memberitakan bahwa jika ada
suatu kaum yang menolak membayar zakat, maka Allah tidak akan
menurunkan hujan kepada mereka .17
Demikianlah Allah memberikan ancaman siksa yang mengerikan,
menghinakan dan amat pedih bagi orang-orang yang memiliki harta
kekayaan tapi tidak mau mengeluarkan zakatnya.

D. Tujuan dan Hikmah Zakat, lnfaq dan Shadaqah


Tujuan disyariatkannya zakat, infaq dan shadaqah di antaranya adalah
supaya harta itu tidak hanya beredar di kalangan orang kaya semata. Hal
ini sebagaimana disebutkan Allah dalam surat ai-Hasyr ayat 7:

I..S ~..W
J ,; ,....
"'W ~
JY""-' f~ ~~ '-S_r-; l~.. f ~
' ~~~~ v-
/
: "-<\]~ _r"j
". ~ if"
'l;..." ~~
/
;tii ~
,.... ,,.., r........... ; , ; ,... ,.; ,.... ,.4 .,..., ,.... "" ".JI ,... ,... ".J ,.,.. ;.,~

UY. ~-'.) o~ ~ J ~JI u.lj ~lj


,.... /,....
~lj ~:J.all
/

Artinya : "Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada


Rasu!Nya (dari harta benda) yang berasa/ dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasu/, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perja/anan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang- orang kaya saja di antara
kamu, Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah a mat keras hukumannya, "

16 HR. Bukhari dan Muslim


17 HR. Bukhari dan Muslim
Gerakan Zakat, lnfaq dan Shodaqoh dalam Muhammadiyah -

Firman Allah tersebutjuga dikuatkan oleh hadits Nabi:


5esungguhnya Allah tefah menfardhukan (mewajibkan) kepada
11

mereka shadaqah (zakat) atas harta mereka, diambil dati ;orang-


orang kaya dan dikembalikan (diserahkan) untuk otang•orang
miskin di antara mereka (HR. Bukhari Muslim)
II

Adapun .hikmah yang terkandung dalam kewajiban zakat itu di


antaranya adalah untuk membersihkan jiwa orang yang berzakat dari
sifat sombong dan kikir serta membersihkan hartanya dari bercampur
baurnya dengan hak orang lain, sebagaimana dikatakan Allah dalam .
surat ai-Taubah ayat 103:

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat


II

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah


untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. II

E. Embrio Gerakan Zakat, lnfaq dan Shadaqal1, dalam


Muhammadiyah
Sejarah telah membuktikan bahwa sejak awal berdirinya,
Muhammadiyah memiliki concern terhadap ketimpangan sosial
(kemiskinan dan keterbelakangan). Hal ini tampak bagaimana KH.
Ahmad Dahlan memiliki perhatian yang lebih terhadap surat ai-Ma'un.
Konon surat tersebut dikaji berulang-ulang oleh beliau di pengajiannya,.
sampai-sampai salah satu di antara santrinya bertanya mengapa. surat
tersebut yang terus dikaji.
Metode dakwah KH. Ahmad Dahlan sangat sederban~, ~~tapi
mengena. Ia memberi pengajian Subuh di masjid berulang-ulang
mengupas surat ai-Ma'un saja. Dimintanya perhatian hadirin bagairnc;~na.
melaksanakan ayat-ayat itu. Meski semua telah hafal, namun belum
tentu mengamalkannya. Lalu ia menjelaskan maksud mendirikan
Muhammadiyah yaitu hendak menyusun tenaga kaum muslimin untuk
melaksanakan perintah agama.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN

KH. Ahmad Dahlan berusaha membangkitkan kesadaran solidaritas


kaum muslim terhadap sesama muslim yang menderita, terutama anak-
anak yang fakir miskin dan yatim piatu. Selanjutnya membentuk Majelis
Penolong Kesengsaraan Oemoem (MPKO) pada 1336 H/1918 M. untuk
mengurus kaum dhu'afa. 18
Dalam rangka mengamalkan surat ai-Ma'un, KH. Ahmad Dahlan
mengajak untuk mencari orang miskin di sekitar tempat tinggal masing-
masing. Jika menemukan orang miskin dan anak yatim agar dibawa
pulang ke rumah masing-masing, dimandikan dengan sabun dan diberi
sikat gigi yang baik, diberi pakaian seperti yang biasa mereka pakai,
diberi makan dan minum serta tempat tidur yang layak. Dari situlah
em brio pengelolaan zakat mal dan zakat fitrah untuk dibagikan kepada
fakir miskin. Lalu atas prakarsa KH. Ahmad Dahlan didirikan
penampungan fakir miskin, panti asuhan yatim piatu, dan Rumah Sa kit
PKU Muhammadiyah di Yogyakarta. 19
"Teologi ai-Ma'un" ini tetap menjadi spirit dasar dari gerakan sosial
Muhammadiyah sampai saat ini. Keberpihakan Muhammadiyah kepada
kaum dhu'afa adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar dan
harus menjadi kesadaran komunal bagi segenap warga
Muhammadiyah.

F. LAZISMU: Wujud Konsistensi Gerakan Zakat, lnfaq dan


Shadaqah dalam Muhammadiyah ·
Konsistensi gerakan zakat, infaq dan shadaqah dalam
Muhammadiyah masih nampak sampai saat ini. Misalnya pada tahun
2002 didirikan lembaga zakat nasional yang diberi nama LAZISMU.
LAZISMU adalah lembaga nirlaba tingkat nasional yang berkhidmat
dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara
produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya
baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
· Berdirinya lembaga ini ditandai dengan penandatanganan
deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi'i Ma'arif, MA (Buya Syafi'i) dan
selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia
sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No. 457/21
November 2002.

18 Nadjamuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensklopedi Tokoh Muhammadiyah:


Pemikiran dan Kiprah dalam Panggung Sejarah Muhammadiyah (Jakarta: Best
Media, 2010), hal. 22
19 Nadjamuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensklopedi Tokoh Muhammadiyah ... ,
hal. 33
Gerakan Zakat, lnfaq dan Shodaqoh dalam Muhammadiyah -

Berdirinya LAZISMU dilatarbelakangi atas dua faktor. Pertama, fakta


Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas,
kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah.
Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial
yang lemah. Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam
mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu
mengentaskan kemiskinan. Sebagai Negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf
yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat
dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi
dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat
dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi
bagian dari penyelesai masalah (problem solver) kondisi kebangsaan
yang terus berkembang.
Program utama LAZISMU difokuskan pada pendayagunaan
produktif yang terdiri atas : Pertama, pemberdayaan ekonomi
masyarakat (micro economic empowerment), Kedua, pemberdayaan
pertanian dan peternakan(agriculture and livestock empowerment),
Ketiga, pengembangan pendidikan (education development) (Lazismu.
org).2o
LAZISMU saat ini sudah tersebar hampir di tiap tingkat
kepengurusan Muhammadiyah seluruh Indonesia. Persoalannya tinggal
bagaimana memberdayakan dana yang dikumpulkan dari perolehan
zakat, infaq dan shadaqah itu sehingga tepat guna dan tepat sasaran.

G. Penutup
Zakat adalah persoalan pokok (dharuriyah) agama. Selain
memberikan nilai-nilai kebajikan bagi para pemilik harta itu sendiri,
zakat, infaq dan shadaqah memiliki dimensi sosial (kesalihan sosial).
Dalam konteks mikro, zakat (infaq dan shadaqah) dapat membantu
meringankan beban hid up yang dialami oleh saudara-saudara sesama
muslim yang dalam kesusahan (kemiskinan). Sementara dalam konteks
makro, zakat (infaq dan shadaqah) dapat menjadi solusi cerdas
(problem solver) bagi ketimpangan sosial yang terjadi di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

20 www.lazismu.org
. . . . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . KEMUHAMMADIYAHAN

Gerakan zakat, infaq dan shadaqah dalam Muhammadiyah


merupakan salah satu upaya memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian persoalan kemiskinan yang melanda umat ini. Selain hal
itu memang merupakan perintah agama. Karenanya, optimalisasi
pengelolaan dana yang dihimpun dari zakat, infaq dan shadaqah adalah
suatu keniscayaan. Dengan demikian dana terse but akan tepat sasaran
dan tepat guna. Wallahu a'lam bi al-shawab
MEMAHAMI GERAKAN PEDULI KEPADA
MUSTAHIQ ZAKAT DALAM
MUHAMMADIYAH

A. Pendahuluan
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah dan
tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai
gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia memeluk
agama Islam, Amar Makruf Nahi Mungkar berdasarkan kepada AI Qur'an
dan Sunnah yang sahihah sehingga hidup manusia selamat, bahagia, dan
sejahtera di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, seluruh warga dan pimpinan
hingga berbagai komponen yang terdapat di Muhammadiyah termasuk
amal usaha dan orang- orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami
Muhammadiyah serta mengaktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Sejak tahun 2000, semua negara anggota PBB memiliki kesepakatan
untuk mengakhiri kemiskinan di dunia pada tahun 2025, namun hingga
kini cita-cita ke arah situ belum tampakjelas. Sebaliknya malah muncul
tanda-tanda bahwa kemiskinan yang mayoritas terjadi di negara dunia
ketiga menjadi semakin akut. Data statistik UN Milenium Projecttahun
2005 saat ini menjadi buktinya. Di situ terungkap bahwa terdapat lebih
dari satu miliar penduduk dunia yang hanya memiliki pendapatan
kurang dari 1U$ dollar perhari serta lebih dari 2.7 milliar yang
berpendapatan kurang dari 2U$ dollar perhari. lni berarti, hampir
separuh penduduk dunia terjerembab dalam lembah kemiskinan
absolut.
. . . . Al ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
IIIII' KEMUHAMMADJYAHAN

Di samping itu, Data Human Development Reporttahun 2007 juga


menunjukkakn data yang sama. Total pendapatan 500 warga terkaya
di dunia jauh lebih besar dibanding total pendapatan 416 juta termiskin
di dunia. Yang lebih ekstrim lagi, sebanyak 40% warga penduduk dunia
hanya berpenghasilan kurang dari 2U$ dollar pe hari atau hanya
mendapatkan sekita 5% total pendapatan dunia. Sementara 10%
orang terkaya dunia yang mayoritas tinggal di Negara kaya menguasai
lebih dari 54% pendapatan global.
Oi negara dunia ketiga seperti Indonesia, kondisi kemiskinan jauh
lebih memprihatinkan lagi akibat naiknya BBM dilanjutkan dengan
naiknya barang dan jasa. Berdampak besar bagi kehidupan umat Islam
karena 89% mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Penduduk
yang berada di bawah garis kemiskinan ini dapat dipastikan mayoritas
adalah umat Islam sendiri. Kemiskinan yang melanda negeri ini adalah
berbuah pada peningkatan kejahatan dan pemurtadan di mana-mana.
Serta disana sini muncul fenomena kelaparan, busung lapar, penyakit
polio dan lain-lain. Telah lama disadari bahwa kemiskinan merupakan
tantangan terberat yang dihadapi oleh bangsa ini . Akibat kemiskinan
ini potensi sumber daya manusia kita semakin lumpuh. Kreatifitas dan
daya saingnya mandul. Kelaparan, pengangguran, kejahatan,
keterbelakangan pun tumbuh seiring dengan meningkatnya derajat
kemiskinan. Kita menjadi bangsa yang papa. Tak punya martabat dan
kedaulatan. Sebagai bangsa yang besar kita tak punya lagi harga diri
di mata masyarakat internasional.
Muhammadiyah sebagai bag ian dari bangsa ini menyadari bahwa
kondisi seperti di atas tidak bisa dikerjakan sendiri, tetapi harus
mengajak semua elemen masyarakat, bekerjasama dengan organisasi
atau kelompok masyarakat lain yang mempunyai tujuan sama dalam
memberantas kemiskinan. Ajaran AI Ma'un yang secara praktis
diteladankan KH Ahmad Oahlan dengan gemar mengasihi dan
menyantuni mustadi'afin adalah upaya penyelamatan moral bangsa.

B. Mustahiq Zakat dalam AI-Qur•an dan As-Sunnah


Allah telah menciptakan apa yang ada di lang it dan apa yang ada
di bumi untuk dinikmati dan diambil manfaatnya. Ada usaha (kasb)
man usia untuk memperoleh manfaatnya. Pada tingkat pertama , kasb
manusia hanyalah mengumpulkan. Pada tingkat berikutnya,
memelihara, mengolah, melestarikan, dan mengelolanya.
Kasb adalah upaya menambah nilai sehingga melahirkan nilai
tam bah. Nilai tambah yang diperoleh seseorang sangat tergantung dari
Memahami Gerakat:~ Peduli kepada Mustahiq Zakat . . . . . .
dalam Muhammadiyah . . .

kasb-nya masing-masing. Nilai tambah itu akan meningkat besarnya


jika memakai perlengkapan (alat produksi), menggunakan tenaga
terlatih. Kasb manusia yang menggunakan teknologi mutakhir akan
menghasilkan nilai tambah yang lebih meningkat. Laju peningkatan
pertambahan nilai itu dapat dilihat dari dimensi waktu.
Dari sini semakin kelihatan bahwa kasb yang satu dapat
menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dibanding dengan kasb
yang lain. Kasb yang memakai peralatan mutakhir dengan tenaga yang
mahir akan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. lnilah yang
kemudian membedakan hasil perolehan antara seseorang yang bekerja
seadanya dengan orang yang bekerja secara professional.
Dalam Surat At-Tau bah : 60 penerima zakat dapat dikelompokkan
berdasarkan penyebabnya dalam dua kelompok besar, yaitu: pertama,
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan. Kelompok yang masuk dalam
ketegori ini dapat dibedakan pada dua hal, yaitu: 1) Ketidakmampuan
di bidang ekonomi (fakir, miskin, gharim, dan ibn sabil); 2)
Ketidakberdayaan dalam wujud ketidakbebasan (riqab). Kedua,
kemaslahatan umum umat Islam. Mustahiq bagian kedua ini
mendapatkan dana zakat bukan karena ketidakmampuan finansial,
tapi karena jasa dan tujuannya untuk kepentingan umum umat Islam.
Yang masuk dalam kelompok ini adalah ami/, muallaf, dan fi sabilillah.
Ami/ mendapatkan pendanaan dari harta zakat karena telah melakukan
tugasnya sebagai pengelola dana umat Islam. Muallaf mendapatkan
pendanaan dari harta zakat karena memberi dukungan kepada umat
Islam dan mengantisipasi umat Islam dari tindakan anarkhis kelompok
yang tidak menyenangi Islam dan umatnya. Untuk fi sabilil/ah, dana
zakat diperuntukan untuk pelaksanaan semua kegiatan yang bermuara
pada kemaslahatan umat Islam pada umunya.
Pada kelompok kedua ini, alasan pemberian dana zakat tidak
dilihat dari keadaan finansial perorangan, tetapi pada jasa atau
kegiatannya. Artinya, meskipun dilihat dari perorangan yang terlibat
di dalamnya tergolong orang yang mampu atau berkecukupan, maka
ami/ dan muallaftersebut mendapatkan dana zakat sebagai kompensasi
dari jasanya. Sedangkan untuk fi sabilillah, dana zakat dapat diberikan
kepada kelompok, perorangan atau pun kegiatan-kegiatan untuk
kemaslahatan umum umat Islam.

1. Yatim dan Yatim Piatu


Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya
yang laki dan belum dewasa serta belum dapat mencari nafkah sendiri.
. . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . , KEMUHAMMADIYAHAN

Kalau sudah dewasa dia tidak dapat disebut yatim. Yatim Piatu adalah
anak yang ditinggal mati oleh ayah dan ibunya ketika masih kecil. ltu
merupakan musibah besar baginya dari pada anak yang ditinggal mati
oleh ayah atau ibunya saja. Karena keadaan berat seperti itulah maka
Allah mewajibkan kepada keluarganya yang paling dekat untuk
mengurus sebaik-baiknya. Kalau sudah ada keluarga dekat yang
mengurusnya, maka keluarga dekatnya yang lain jatuh kewajibannya
secara fiqih. Secara moral dan spiritual hendaknya setiap orang harus
merasa dan memberikan empati kepada anak-anak yatim yang
kehilangan kasih sayang dari orang tuanya untuk selama-lamanya dan
dia kehilangan orang tempat berteduh dari kebutuhan-kebutuhannya.
Apabila tidak ada yang mengurusnya maka seluruh masyarakat
menanggung dosa kolektif dari keabaian masyarakat terhadap yatim/
yatim piatu. Di sinilah Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan
dan sosial dapat mengambil peran untuk terwujudnya amalan-amalan
Islam dalam setiap keluarga dan masyarakat.

2. Fakir dan Miskin


Orang miskin di sam ping tidak mampu di bidang finansial, mereka
juga tidak memiliki pengetahuan dan akses. Para ulama banyak
membicarakan tentang istilah fakir dengan miskin. Sebagian ulama
mengatakan bahwa fakir dan miskin itu sama saja, yaitu sama-sama
tidak mampu, tidak berkecukupan, melarat, sengsara. Tetapi sebagian
yang lain mengatakan bahwa fakir itu lebih meta rat daripada miskin. 1
Untuk lebih memperjelas, ada yang mencontohkan bahwa kalau fakir
itu pendapatan sehari-hari kurang dari separuh kebutuhannya.
Sedangkan miskin, pendapatannya kurang dari kebutuhannya, tetapi
pendapatannya di atas 50% kebutuhannya, namun masih kurang.
Untuk mencapai tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat
miskin keluar dari krisis yang menghimpit mereka, maka di samping
dana zakat yang diberikan bersifat konsumtif dan produktif, juga dapat
dipergunakan untuk progam yang mengarah pada upaya-upaya
mendapatkan hak kaum miskin. Seperti pendampingan kaum miskin
(advokasi), HAM, dan sejenisnya. Bantuan finansial saja mungkin tidak
akan meningkatkan taraf hidup mereka, apabila penyebab
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka tidak diatasi.

1 Prof Dr. Hamka. Tafsir AI Azhar Jilid X, hal 247., Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984
3. Gharim
Memahami Gerakan Peduli kepada Mustahiq Zakat
dalam Muhammadiyah
-
Pemahaman terhadap gharim dalam sebagian besar literatur tafsir
atau fiqih dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya
sendiri dan dana dari zakat diberikan untuk membebaskannya dari
hutang. Namun beberapa pendapat membedakannya dalam dua
kelompok, yaitu orang yang berhutang untuk keperluannya sendiri dan
orang yang berhutang untuk kepentingan orang lain. Ali ran Syafi'iyyah
menyatakan bahwa gharim meliputi: 1) hutang karena mendamaikan
dua orang yang bersengkata; 2) hutang untuk kepentingan pribadi; 3)
hutang karena menjamin orang lain (AI-Jaziri, 625-626).

4. Muallaf
Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang yang baru masuk
Islam. Namun, dilihat dari sejarahnya, pada masa awal Islam, mual/af
yang diberikan dana zakat dibagi kepada dua kelompok: 1) orang kafir
yang diharapkan dapat masuk Islam seperti Safwan bin Umayyah dan
yang dikhawatirkan menjahati orang Islam seperti Ibn Sufyan bin Harb;
2) orang Islam, terdiri dari pemuka Muslim yang disegani oleh orang
kafir, Muslim yang masih lemah imannya agar dapat konsisten pada
keimanannya, muslim yang berada di daerah musuh.
Menurut aliran Syafi'ayyah, mua//afadalah: 1) Muslim yang lemah
imannya, agar imannya menjadi kuat; 2) pemuka masyarakat yang
masuk Islam, diharapkan dapat mengajak kelompoknya masuk Islam;
3) muslim yang kuat imannya, yang dapat mengamankan dari kejahatan
orang kafir serta; 4) orang yang dapat menghambat tindakan jahat
orang yang tidak mau berzakat.
Pemberian zakat kepada muallaf kelihatannya dengan tujuan agar
umat Islam merasa nyaman dan terjauh dari tindakan anarkhis kelompok
agama lain. Meskipun ada perbedaan muallafyang diberi tetapi tujuannya
sama yaitu, untuk menjaga umat Islam tetap dalam keyakinannya dan
menjauhkannya dari tindakan kelompok lain yang dapat mengganggu
dan merusak. Ath-Thabari menyatakan bahwa, hakikat pemberian zakat
kepada muallaf adalah untuk mengantisipasi hancurnya umat Islam dan
mengokohkan serta menguatkan Islam. Karena itu, Rasulullah masih
memberikan zakat kepada muallaf pada saat fath mekkah dan umat
Islam sudah banyak. Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa, zakat yang
diberikan kepada muallaf dengan tujuan agar hatinya tetap dalam islam,
mengokohkan orang yang lemah imannya atau usaha untuk
menolongnya; dan menahan tindakan jahat kelompok lain.
. . . . AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
. . . KEMUHAMMADIYAHAN

5. Ami/
Muhammad Rasyid Rida mengemukakan maksud dari amil pada
ayat adalah mereka yang ditugaskan oleh pemerintah atau yang
mewakilinya untuk melaksanakan pengumpulan zakat, menyimpan
atau memeliharanya, termasuk para pengelola, dan petugas
adsministrasi. Sementara Yusuf Qardhawi, memberikan batasan yang
lebih rinci tentang ami/ yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam
oraganisasi zakat, termasuk penanggungjawab, para pengumpul,
pembagi, bendaharawan, sekretaris, dan sebagainya. Dari kedua
pengertian ami/ tersebut dapat diketahui bahwa, ami/ bertugas mulai
dari penentuan wajib zakat, penghitungan, dan pemungutan zakat.
Mereka juga bertugas mendistribusikan harta zakat tersebut kepada
orang yang berhak menerimanya. Namun, Ibn Rusyd memahami bahwa
ami/ bukan hanya terbatas pada ami/ zakat, tetapi termasuk juga para
hakim dan orang yang termasuk dalam pengertian mereka yang
mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat Islam.

6. Riqab
Dalam sejarahnya, jauh sebelum Islam datang riqab terjadi karena
sebab tawanan perang. Oleh sebab itu, ada beberapa cara yang
digunakan untuk membantu memerdekakan budak, seperti sebagai
saksi dari beberapa pelanggaran terhadap aturan Islam. Harta zakat
pun diperuntukkan bagi budak yang masuk Islam untuk mendapatkan
hak kemerdekaannya sebagai manusia merdeka.

7. Sabilillah
Sabilillah pada masa awal dipahami dengan jihad fi sabilillah,
namun dalam perkembangan-perkembangannya sabilillah tidak hanya
terbatas pada jihad, akan tetapi mencakup semua program dan
kegiatan yang memberikan kemaslahatan pada umat Islam. Dalam
beberapa literatur secara eksplisit ditegaskan bahwa sabilillah tidak
tetap hanya dipahami jihad, karena katanya umum, jadi termasuk
semuanya kegiatan yang bermuara pada kebaikan seperti mendirikan
benteng, memakmurkan masjid, termasuk mengurus mayat. Bahkan
termasuk di dalamnya para ilmuwan yang melakukan tugas untuk
kepentingan umat Islam, meskipun secara pribadi ia kaya.

8. Ibn Sabil
Ibn Sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang
yang kehabisan biaya di perjalanan ke suatu tempat bukan untuk
maksiat. Tujuan pemberian zakat untuk mengatasi ketelantaran,
Memahami Gerakan Peduli kepada Mustahiq Zakat . . . , . .
dalam Muhammadiyah . _

meskipun di kampung halamannya ia termasuk mampu. Dengan


demikian, dapat dipahami bahwa Islam memberikan perhatian kepada
orang yang terlantar. Penerima zakat pada kelompok ini disebabkan
oleh ketidakmampuan yang sementara. Jika orang terlantar sementara
saja dibantu dengan dana zakat, apalagi mereka yang benar-benar
tidak mampu tentu saja mendapatkan prioritas lebih.

C. Muhammadiyah dan Kemiskinan


Sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, mind-set Muhammadiyah
adalah sebagai gerakan pembaruan dengan ciri memadukan ortodoksi
dan ortopraksi. Gerakan pembaruan dengan kembali ke ai-Quran dan
Hadits yang dilambari pembacaan kritis dan teopraksis atas surat ai-
Ma'un adalah upaya merespon realitas dan problema sosial yang
kompleks. Karena itu, pembacaan terhadap ai-Quran dan had its mutlak
harus diikuti komitmen untuk melakukan perubahan dan pembebasan
terhadap masalah kemanusiaan demi mendukung terciptanya
masyarakat berkeadilan. Sebab, Islam adalah liberating force, kekuatan
pembebas dari penindasan dan ketertindasan.
Muhammadiyah adalah institusi dan institusionalisasi teologi ai-
Ma'un yang diharapkan peduli pada kaum mustadl'afin dalam mengikis
berbagai problema sosial. Mustadl'afin tak lain orang yang lemah, baik
karena dilemahkan maupun karena dirinya memang lemah.
Mustadl'afin juga dapat diterjemahkan sebagai yang tertindas (the
oppressed).
Dengan berbasis teologi surat ai-Ma'un, Kiai Dahlan ingin
membumikan tafsir itu dalam praksis sosial dengan pemihakan terhadap
kaum mustadl'afin, dluafa, masakin, dan anak yatim. Konsep itu
mengilhami Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga
pendidikan, panti asuhan, rumah sakit, dan tempat-tempat layanan
sosiallainnya.
Melalui pendidikan, dari taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi, Muhammadiyah diakui atau tidak telah membantu dan
mendukung pencerahan masyarakat tanpa pandang bulu. Di bidang
pendidikan, orang beragama lain boleh dan tidak dilarang belajar di
sekolah Muhammadiyah. Pendirian rumah sakit dan panti asuhan juga
merupakan kepedulian sekaligus sumbangannya bagi kepentingan umat.
Keberadaan Muhammadiyah tentu amat relevan jika disandingkan
dengan realitas kemanusiaan di negeri ini juga di negara-negara lainnya
yang selalu menyajikan tontonan memilukan. Kemiskinan, kebodohan,
penyakit, kelaparan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup menghiasi
ALISLAM - KEMUHAMMAOIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

kehidupan keseharian. Orang-orang yang miskin, menderita, tertindas,


terperas, dan terpinggirkan kian hari kian bertambah. Peradaban
manusia dipenuhi sosok manusia yang miskin, lapar makan, dan lapar
keadilan. Sejarah menunjukkan kemiskinan bukan sekedar fakta
kemiskinan. Kemiskinan tak bisa dilepaskan dari penindasan,
perampasan hak, yang membuat penderitaan, menorehkan kesedihan,
keperihan, dan luka mendalam lahir batin.
Ignacio Ellacuria (1996) menyodorkan gambaran rakyat yang tertindas
(the crucified people) sebagai tubuh kolektif (collective body) yang
merupakan mayoritas manusia. Dalam sejarahnya, mereka ditindas
kelompok minoritas pemegang kekuasaan, dengan menggunakan
kekuasaan serta tatanan kekuasaan yang dibuat untuk memuaskan
kepentingan sendiri. Penindasan dilakukan kelompok kecil yang tidak
peduli terhadap orang lain dan tanpa malu menikmati hidup dalam
kelimpahan hasil merampas hak orang lain.
Eksistensi masyarakat tertindas di suatu negara dapat dilihat
sebagai manifestasi penyelenggaraan kekuasaan yang timpang.
Penindasan rakyat kecil, penggusuran, dan perang saudara merupakan
kekejaman yang mengakibatkan korban. Korban-korban kejahatan
manusia atau struktur ekonomi politik maupun bidang lain adalah
bag ian rakyat tertindas.
Sementara Jon Sobrino (1993) menelaah keberadaan orang miskin
sebagai rakyat tertindas dalam dua perspektif. Pertama, pada tataran
factual, kemiskinan di dunia ketiga ternyata tidak hanya menyebabkan
penderitaan tak berkesudahan, tetapi juga kematian manusia sebelum
waktunya. Penindasan sistematis dan konflik bersenjata telah memperburuk
s;.. ,Jasi mereka yang tertindas. Kedua, pada tataran historis-etis, penderitaan
kaum miskin dan tertindas itu disebabkan oleh struktur yang tidak adil,
baik di tingkat lokal maupun global, yang lebih jauh telah menghasilkan
kekerasan yang melembaga (institutionalized violence) dan korbannya
pertama-tama adalah mereka yang lemah dan miskin.
Parahnya, rakyat miskin dan tertindas itu justru dianggap hina,
direndahkan, dicaci maki, dijadikan sasaran tuduhan sebagai penyebab
keresahan dan kerusuhan, sampah masyarakat, pengacau dan perusak
keindahan tata kota (blaming the victim). Mereka tidak diperhitungkan,
bahkan tidak dianggap subjek di tengah masyarakat, kecuali oleh
kepentingan pemegang kekuasaan yang perlu melibatkan rakyat miskin
sebagai obyek pemenuhan syarat legitimasi politiknya. Orang miskin
seperti domba yang harus diseret kesana-sini, senantiasa menjadi jualan
politik tetapi nasibnya ditelantarkan.
Memahami Gerakan Peduli kepada Mustahiq Zakat

D. Keberpihakan Muhammadiyah Terhadap Kaum


Mustadl' afin
dalam Muhammadiyah

-
Dalam realitas keseharian dapat disaksikan betapa banyak orang
kay a Islam khusyuk merata dahi di atas sajadah, sementara di sekitarnya
banyak tubuh layu digerogoti penyakit dan kekurangan gizi. Banyak
orang rajin beribadah, padahal kemiskinan, kebodohan, penyakit,
kelaparan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup mendera saudara-
saudaranya. Betapa mudahnya jutaan bahkan miliaran uang dihabiskan
untuk acara keagamaan, pada saat yang sama ribuan anak tidak dapat
melanjutkan sekolah, ribuan orang tua harus menanggung beban
mencari sesuap nasi, dan ribuan orang sakit menggelepar menunggu
maut karena tidak dapat membayar biaya rumah sakit.
Di era mutakhir ini penindasan di dunia kian luas dan canggih.
Seiring dengan laju globalisasi dan kapitalisme global, problema sosial
yang ditimbulkan pun amat beragam. Kemungkaran sosial merajalela.
Dosa sosial ramai dipertontonkan tanpa malu. Kaum mustadl'afin baru
(the new mustadl'afin), kaum tertindas, kaum miskin, kaum yang
terpinggirkan, kaum papa, bermunculan di mana-mana.
The new mustadl'afin tak lain mereka yang terpinggirkan akibat
modernisasi. Marjinalisasi kelas sosial terus terjadi bersamaan proses
modernisasi. Secara ekonomi dan politik, mereka makin terpinggirkan.
Jumlah orang yang hidup berkecukupan amat sedikit. Sementara
kalangan marjinal justru menempati angka mayoritas. Anak jalanan,
anak putus sekolah, buruh, tani, nelayan, pekerja pabrik, tenaga kerja
wanita, dan korban penggusuran adalah wajah-wajah the new
mustadl'afin yang tak boleh diabaikan, yang menanti perhatian serius
berbagai pihak.
Fakta dan realitas kemiskinan adalah wajah lain dehumanisasi.
Kemiskinan terjadi akibat kemungkaran sosial dan dosa sosial akut.
Kemiskinan sebagai masalah sosial harus dipecahkan lewat aksi sosial.
Ia bukan sekedar masalah individu, tetapi masalah bersama yang harus
dicari jalan keluarnya.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah dapat memainkan peran
strategis, dengan memberi sumbangsih nyata terhadap masyarakat.
Muhammadiyah harus memberi perhatian serius terhadap the new
mustadl'afin karena sejak awal Kiai Dahlan sudah memantapkan
komitmen organisasi terhadap pembelaan masyarakat tertindas.
Advokasi dan aksi praksis Kiai Dahlan saat berdirinya gerakan
mengupayakan keberpihakan kepada kaum lemah dan terpinggirkan.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
-

Muhammadiyah sebagai lembaga sosial keagamaan dapat lebih


berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat kecil. Upaya
pengentasan kemiskinan (Adh Dhuha (93) : 9-1 0) dan pemberdayaan
soda I (Q.S. Ar Rum (30): 28) hendaknya tidak sebatas tindakan karikatif
serta santunan sosial belaka. Dibutuhkan komitmen serius menghadang
kemungkaran sosial, memerangi dosa-dosa sosial ini. Upaya itu antara
lain dapat dilakukan melalui pemberdayaan, pendidikan transformasi,
untuk resdistribusi sosial dan keadilan (Q.S. At Taghaabun (64): 16);
Q.S. AI Balad (90): 10-16; Q.S. AI lnsan (76) 8-10; Q.S. AI Baqarah (2):
220; Q.S. An Nisa (4): 2; Q.S. AI Baqarah (2): 177) . Hadits Nabi yang
mendasari penyantunan kaum mustadl'afin adalah :
lbnu abbas R.A. menyatakan bahwa Rasullah S.A.W bersabda:
"Siapa yang mengangkat anak yatim dari dua muslim (ibu dan ayahnya)
untuk ikut makan dan minum (dari makan dan minumnya), maka
Allah S.W.T. akan langsung (AI Battah) memasukkannya ke dalam surga
kecuali dia melakukan dosa yang tidak dimaafkan (yaitu jika dia mati
belum bertaubat dari kesyirikannya)." (HR. Tirmidzi, menurutnya, hadist
ini sahih)
Anas bin Malik R.A. menyatakan bahwa Rasullah S.A.W. bersabda:
"Yang berusaha untuk mengurus janda dan orang miskin itu bagaikan
mujahid/ "pejuang" di Jalan Allah, dan (Anas bin Malik) menyangka
Beliau S.A.W. akan mengatakan "seperti orang yang suka bangun untuk
tahajjud, tidak tidur dan suka saum tidak pernah buka." (HR. AI Bukhari
dan Muslim)
Dari Abu Hurairah R.A. mengatakan bahwa Rasullah S.A.W.
bersabda:
"Aku dan yang mengurus anak yatim disurga bagaikan ini. " Beliau
mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya lalu
meregangkannya." (HR. AI Bukhari, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)
Di bidang politik, Muhammadiyah dapat menjadi pressure group
melalui kader-kadernya di partai politik untuk memengaruhi regu/asi
state. Pemerintah dan lembaga Negara sepantasnya dituntut membuat
hukum dan kebijakan memihak kaum tertindas serta peduli kepada
orang miskin dan anak-anak terlantar, sebagaimana tercantum dalam
UUD 1945 Pasal34.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Muslim. 2003. Islam Sebuah Kritik, Erlangga, Jakarta.


Abdurrahman, Muslim. 2003. Muhammadiyah Sebagai Tenda Kultural,
Jakarta: Maarif lnstitut For Culture and Humanity.
Ali, Mukti, 1991, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Mizan,
Ban dung
AI-Qur'an dan Tarjamahanya. 2000. Depag, Jakarta
AI-Qur'an dan Terjemahannya. 1971. Departemen Agama Rl.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga Muhammadiyah,PP
Muhammadiyah Penerbit Surya sarana Grafika 2008
Anwar, Syamsul. 2007. Studi Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: RM
Books.
Arifin, MT., 1990, Muhammadiyah Potret yang Berubah, lnstitut
Gelagang Pemikiran, Surakarta
Arifin,MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah da/am Pendidikan.
Pustaka Jaya 1987 Jakarta
Abdurrahman, Asjmuni, 2004. Manhaj Tarjih Muhammadiyah,
Metodologi dan Aplikasi, Cetakan Ill, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basyir, Azhar, 1994, Refleksi Atas Persoalan Keislaman, Mizan, Bandung
Benda, Harry J. "Kontinyutas dan Perobahan dalam Islam di
Indonesia u:dalam Taufik Abdullah (editor), 19741slam di Indonesia,
Jakarta, Tintamas Indonesia.
Benda, Harry J, 1980. Bulan Sa bit dan Matahari Terbit: Islam di Indonesia
pada Masa Pendudukan Jepang, Pustaka Jaya, Jakarta .


liB AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
llill KEMUHAMMADIYAHAN

Castles, Lance, 1982. Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi di


Jawa: lndustri Rokok Kudus, Sinar Harapan, Jakarta.
Deutsch, ,Karl W, 1970. Politics and Government: How People Decide
Their Fate, Boston, Houghton, Mifflin Co.
Dien, Syamsuddin (editor), 1990, Muhammadiyah, Kini dan Esok,
Pustaka Panjimas, Jakarta
Easton, David , 1971. A System Analysis of Political Life, New York,
Alfred A. Knopf, Inc.
Ellyasa, KH Dharwis, 2004. Pengorganisasian Aksi Komunitas dan Kuliah
Kerja Nyata, (Jakarta: Depag Rl)
Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyai dalam masyarakat Jawa.
Jakarta:Pustaka Jaya.
Geertz, Clifford, Peddlers and Princes. 1971. Social Development and
Economic Change in Two Indonesian Town, The University of
Chicago Press.
Ghazali, Abd. Rohim, dkk., 2007, Muhammadiyah Progresif(Manifesto
Pemikiran Kaum Muda), JIMM-LESFI, Yogyakarta
Gibson, lvancevich, dan Donnely (terj).1996. Organisasi: Perilaku
Struktur Proses. Jakarta: Erlangga.
Ginanjar, Ari. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ. Cet. 33. Jakarta: Arga.
Hart, Michael. 1982. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam
Sejarah, Pustaka Jakarta (Diterjemahkan oleh H.Mahbub Djunaidi
1982.
Helmiati, 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Penerbit Zanafa, Bandung.
Hambali, Hamdan. 2007. "ldeologi dan Strategi Muhammadiyah" dalam
Suara Muhammadiyah, Yogyakarta
Hamzah, Amir. 1969. Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam,
Perti, Persatuan Bangil.
Hanun, Asrohah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam. logos Jakarta.
Hasan, Nurdin. 2000. Pendidikan Muhammadiyah Kontemporer Kajian
Visi dan lmplementasinya. (Tesis Pasca Sarjana) UMM .
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Penerbit
RajaGrafindo. Persada,Jakarta 1999
Rachmawati, Hatib. 2007. Nalar Pendidikan Islam dan Kebutuhan
Pendidikan Barat, Yogyakarta; Suara Muhammadiyah.
Daftar Pustaka ~~~
llyas, Yunahar, M. Masyhur Amin, M. Daru Lalito (ed.), 1993.
Muhammadiyah dan NU; Reorientasi Wawasan Keislaman, LPPI
UMY, Yogyakarta, 1993.
Cahyono,lmam 2008. Pemihakan kepada "The New Mustadl'afin II

dalam Era Baru Gerakan Muhammadiyah. UMM PRESS.


lshomuddin, 2011. Pengantar Sains Politik Islam, Bayu Media, Malang.
Kamai,Musthafa, Chusnun Yusuf,A. Rosyad Sholeh. 1991.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Penerbit Persatuan
Yogyakarta.
Kartodirdjo, Sartono. 1984. Modern Indonesia; Tradition and
Transformation, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kartodirjo, Sartono. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500 -
1900 dari Imperium Sampai Imperium. Jilid 1. Jakarta ,Gramedia.
Khozin, Imam Syaukani (Editor). 2000. Pembaharu Islam Konsep
Pemikiran dan Gerakan. UMM Press.
Kiyosaki,Robert T. 2002. Rich Dad Poor Dad. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka Jakarta.
Kuntowijoyo. 2001. Muslim Tanpa Masjid. Mizan. Bandung.
Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam; lnterpretasi Untuk Aksi. Mizan.
Bandung.
Laswell, Harold D. 1972. Politics, Who gets What, When, and How. New
York. World Publishing Co.
Ma'arif, Syafi'i. 1995. Membumikan Islam. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Ma'arif, A. Syafi'i, dkk. 2010. Menggugat Modernitas Muhammadiyah;
Refleksi Satu Abad Perjalanan Muhammadiyah. Jakarta: Best Media
Utama.
Mansur, Ahmad. 1995. Menemukan Sejarah. Penerbit Mizan. Bandung.
Mughni, Syafiq. 2011. Konsep Pencerahan" dalam Matan, Majalah
II

Diterbitkan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.


Mulkhan, Munir. 2007. Pesan dan Kesan Kiai Ahmad Dahlan dalam
Hikmah Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah. Yogyakarta.
Mulkhan, Munir. 1994. Teologi dan Fiqh dalam Tarjih Muhammadiyah,
Cet. I, Yogyakarta: SIPress.
Mu'ti, Abdul dan Fajar Riza'ul Haq. 2009. Kristen Muhammadiyah
(Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan). AI-Wasat.
Jakarta.
1111 AL ISLAM ~ KEMUHAMMADIYAHAN Ill
~~~~ KEMUHAMMADIYAHAN

Nakamura, Mitsuo. 1983. The Crescent Arises over the Banyan Tree,
Universitas Gajah Mada.
Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaharu,Suara
Muhammadiyah Yogyakarta.
Nashir, Haedar. 2006. Meneguhkan ldeologi Gerakan Muhammadiyah,
Malang: UMM Press.
Nurhakim, Moh. 2003. Sejarah dan Peradaban Islam, UMM Pres
Pasha, Musthofa Kamal, dkk. 2002. Fikih Islam. Citra Karya Mandiri
Yogyakarta.
Pasha, Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban. 2003.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis
dan ldeologis, Cet. Ill, Yogyakarta: LPPI-UMY.
Prasojo,lmam B. "Spirit Baru tentang Keshalihan Sosial" dalam Suara
Muhammadiyah. Oktober 2007.
Permata, Phil Ahmad-Norma. "Mengenal Lembaga Pengembangan
Cabang dan Ranting Muhammadiyah" dalam Suara
Muhammadiyah. No.11/th. Ke-96, 1- 15 Juni 2011.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Pengembangan
Pemikiran Islam, "Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
Islam", Keputusan Munas Tarjih Muhammadiyah, Tahun 2000, di
Jakarta, tidak diterbitkan.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1994. Badan Pendidikan Kader .Materi
lnduk Perkaderan Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih
Muhammadiyah, Yogyakarta: Persatuan, 1974.
Ramly, Nadjamuddin dan Hery Sucipto. 2010. Ensiklopedi Tokoh
Muhammadiyah; Pemikiran dan Kiprah dalam Panggung Sejarah
Muhammadiyah. Jakarta: Best Media Utama.
Rasjid, Sulaiman. 2007. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru.
Sabiq, Sayyid. 2010. Fiqh Sunnah Jilid I. Terj. Asep Sobari. Jakarta: Al-
l'tishom.
Rais, Amin, 1995. Moralitas Politik Muhammadiyah, Dinamika,
Yogyakarta.
Rowi, M. Muchlis (ed). 1999. Muhammadiyah Menuju Millenium Ill.
Yogyakarta: Muhammadiyah (Yogyakarta: PP Muhammadiyah).
Suwarno, Margono Poespo. 2005. Gerakan Islam Muhammadiyah, Cet.
V. Yogyakarta: Penerbit Persatuan Baru.
Daftar Pustaka •

Schuon; Frithjof. 1997. Hakekat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Shihab, Quraish. 2003. Wawasan AI-Qur'an. Bandung: Mizan~
Sihab, Alwi, 1998, Muhammadiyah Membendung Arus, Mizan, Bandung
Sucipto, Hery, 2005, Tajdid Muhammadiyahdari Ahmad Dahlan hingga
Syafi'i Ma'arief, Grafindo, Jakarta
Suyoto dkk. 1990. Pemikiran dan Amal Usaha Muhammadiyah. Malang:
UMM Press.
Syafei, Rahmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Syaifullah. 1997. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi,
Grafiti, Jakarta.
Syalabi, A. 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1 AI Husna Zikra
.(Mutiara Sumber Widya,Jakarta.
Syamsudin,Din. Kaderisassi. adalah nafs organisasi. Suara
Muhammadiyah 08/95, 16-30 April2010.
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Is/ami. (Jakarta: Gema
lnsani, 2002), Cet. Ke-1.
Wertheim, F.W. et.al., Indonesian Society in Transition: A Study of Social
Change, W. van Hoeve, Den Haag, 1956.
Widyawan, A Luluk. 2006. Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal
kapitalism, Madiun, STKIP Widya Yuwana.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada
Jakarta 2000
http://ayu na.abatasa .com/post/deta i 1/2196/sejarah-lah irnya-lsla m-d i-
lndonesia http://id.wikipedia.org/wiki/islam di Indonesia
------------ldologi Gerakan Muhamamdiyah.Suara Muhamamdiyah 2001
Yogyakarta
------, Kaji Ulang Masalah Lima dan MKCH Muhammadiyah, Yogyakarta:
PPMBPK, 1990.
-----, Kepribadian, Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Khittah Perjoangan
Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1989.
------, Pedoman. Hid up lslami Warga Muhammadiyah, Edisi Revisi,
Cetakan Keenam, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.

Anda mungkin juga menyukai