Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

NUTRISI TANAMAN

by
Nama : Alfi Nur Diyana
NIM : 120210153098
Kelas : A - International (X)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS JEMBER
2014
I. Judul
Nutrisi Tanaman

II. Tujuan
Mengetahui pengaruh makronutrien dalam pertumbuhan tanaman

III. Tinjauan Pustaka


Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh
dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan
produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam
tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16
unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus
hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7
unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -
unsur esensial. Menurut ARNON dan STOUT ada tiga kriteria yang harus dipenuhi
sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial (Dwidjoseputro, 1990:
89).
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan
berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis
tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Oleh karena
itu anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang
berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman itu
sendiri sehingga efisiensi penggunaan pupuk dan produksi meningkat tanpa
merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan (Salibury, 1992: 168).
Al dalam tanah yang menyebabkan pH tanah masam dan kandungan rumput
laut tidak dapat mengikat Al dikarenakan pupuk cair rumput laut banyak
mengandung unsur hara mikro dan tidak adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan pH tanah. Perlakuan yang dilakukan menggunakan pupuk cair
rumput laut bahan ini tidak ada yang dapat memberi pengaruh nyata terhadap
pH tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Jamal (2009) yang menyatakan bahwa
rumput laut banyak mengandung trace mineral (Fe, B, Ca, Cu, Cl, K, Mg
dan Mn) dan juga zat pengatur tumbuh seperti auksin, sitokonin, dan giberelin
yang berguna untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman
(Winda, 2013).
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
dalam tanah. Rendahnya unsur hara di dalam tanah akan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Melalui pemupukan unsur hara dalam
tanah dapat dipenuhi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman selama masa
pertumbuhan dan perkembangannya ada 16 unsur yang dapat dibagi menjadi
unsur hara makro dan mikro, merupakan unsur hara esensial yaitu unsur yang
fungsinya dalam tanaman tidak bisa digantikan oleh unsur lain. Unsur-unsur
hara esensial seperti 6 hara makro dan 7 hara mikro dapat diserap oleh tanaman
lewat tanah melalui sistem perakaran, kecuali unsur karbon (C), oksigen (O) yang
diserap oleh tanamanmelalui udara dan hidrogen (H) melalui air (Sutedjo, 2010)
(Wahyudi, 2014).
Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan
pertumbuhannya. Tumbuhan membutuhkan unsur makro dan mikro dalam
jumlah tertentu yang bervariasi tergantung jenis dan tingkat kebutuhan aktivitas
nya. Unsur hara mikro seng (Zn) tembaga (Cu) merupakan unsur hara mikro yang
esensial. Tembaga (Cu) berfungsi sebagai aktifator untuk berbagai enzim, dan
berperan dalam pembentukan klorofil. Seng (Zn) penting untuk metabolisme
dalam tomat. Kandungan Pb dalam tumbuhan mempunyai batasan. Apabila
banyak dalam tumbuhan maka akan menganggu pertumbuhan dan bersifat racun.
Sommer adalah penemu pertama yang menjelaskan bahwa tembaga merupakan
mikronutrien penting untuk tanaman tomat, bunga matahari, dan rami (Yanti,
2013).
Gejala Defisiensi Unsur Hara
1. Unsur N
a) Proses kecepatan pertumbuhan rata-rata lambat
b) Daun terlihat hijau muda dan dapat menjadi kuning
c) Biasanya daun paling rendah posisinya yang paling pertama terlihat
gejalanya

2. Unsur P
a) Daun-daunnya berwarna hijau gelap dan seringkali memperlihatkan warna
yang keungu-unguan.
b) Sistem perakaran kurang baik perkembangannya
c) Pada tanaman yang muda dapat menghambat pertumbuhan pucuk

3. Unsur K
a) Kekurangan Kalium ditandai dengan berubahnya tepi daun dari warna
hijau menjadi kuning muda
b) Warna kuning tersebut berlanjut menjadi kecoklatan
c) Pada tepi daun menjadi robek yang membentuk seperti gerigi
d) Dapat menurunkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit

4. Unsur Ca
a) Daun-daun berukuran kecil dan gagal berkembang penuh
b) Warna daun menjadi gelap

5. Unsur Mg
a) Gejala ini biasanya terlihat pada daun tua
b) Diantara tulang daun terlihat klorosis
c) Perubahan warna daun menjadi kuning, dan terdapat bercak-bercak
warna coklat pada daun tetapi tulang daun tetap berwarna hijau
d) Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan kuncup
bunga

6. Unsur S
a) Daun berwarna gelap pada sebagian daun yang paling dekat dengan
batang
b) Urat-urat daun berubah menjadi kuning
(Devlin, 1975: 164)
IV. Metodologi Pengamatan
4.1 Alat dan bahan
a. Alat
1. Beaker glass
2. pH meter
3. Gelas ukur
4. Toples atau botol ukuran 1,8 L yang telah dicat hitam
5. Kertas warna hitam
6. Sumbat botol dari stereofoam yang sudah berlubang tiga
7. Kapas
8. Kertas Label

b. Bahan
1. Tumbuhan kacang hijau berumur 5 hari
2. Larutan hara mikro
3. Larutan hara makro
4. Air destilasi

4.2 Prosedur Kerja

Menyiapkan toples yang telah dilabeli dan diberi larutan hara


sampai leher toples (di isi air destilasi)

Memasukkan akar kecambah melalui lubang pada sumbat dan


perkuat dengan melilitkan kapas disekeliling hipokotil kecambah

Ukur pH larutan hara dalam masing-masing toples dan periksa


setiap hari
Menambah air destilasi apabila air dalam toples berkurang

Melakukan pengamatan selama seminggu sekali

Memeriksa keadaan kecambah, gejala serta mengukur pH pada


toples

Mengukur panjang batang dan panjang akar serta gejala-gejala


yang terjadi dan melakukan pengamatan selama 2 minggu
V. Hasil Pengamatan

PENGAMATAN MINGGU KE-0


Perlakuan PH Panjang Batang Panjang Akar
A1 6,8 T1:20,5 T1:2,7
T2:19 T2:1,9
T3:20 T3:2
A2 6,2 T1:17,7 T1:5
T2:20,5 T2:3,5
T3:19 T3:4,1
A3 6,2 T1:20,3 T1: 1
T2:19 T2: 2
T3:25,6 T3:3,9
B1 3,9 T1: 21 T1: 3
T2: 22 T2: 2
T3: 22 T3: 3.5
B2 3,5 T1:17,7 T1:1,7
T2:11,8 T2:2
T3:14,6 T3:1,5
B3 3,6 T1 :17,5 T1: 2,3
T2: 15,9 T2: 3
T3: 21,8 T3: 2,8
C1 6,3 T1:17,5 T1:3,1
T2:20 T2:2,9
T3:17,5 T3:3,6
C2 6,4 T1:13 T1:4,5
T2:13,5 T2:2,5
T3:13 T3:3
C3 6,5 T1 : 22,5 T1 : 6
T2 : 24 T2 : 5
T3 : 19,5 T3 : 3
D1 6,4 T1:12,3 T1:5
T2:14,8 T2:4,9
T3:15,4 T3:1,6
D2 6 T1:16 T1:6,5
T2:16 T2:4,5
T3:15,3 T3:3
D3 5,7 T1:11,1 T1:1,6
T2:11,1 T2:2,8
T3:10,5 T3:1,4
E1 6,6 T1:1,7 T1:2,1
T2:15,2 T2:1,9
T3:14,3 T3:1,6
E2 6,2 T1:12 T1:3,4
T2:12 T2:2,4
T3:10,3 T3:2,6
E3 6,7 T1:25,5 T1:2
T2:29 T2:2,1
T3:25 T3:2,5
F1 6,7 T1:15 T1:2
T2:14,5 T2:6
T3:17,5 T3:2
F2 6,7 T1:17,5 T1:3,1
T2:17 T2:3,4
T3:17,3 T3:2,5
F3 6,3 T1:16 T1:2,7
T2:12 T2:2,1
T3:15,5 T3:2
G1 7 T1:17,2 T1:3,5
T2:16,8 T2:2,5
T3:17,6 T3:2,6
G2 6,5 T1:18 T1:3.5
T2:17,4 T2:2.4
T3:18 T3:4.9
G3 6,1 T1:20,5 T1:7,9
T2:21 T2:2,1
T3:20,7 T3:4,4
H1 7,1 T1:11,9 T1:2,2
T2:9 T2:1
T3:9,6 T3:1,4
H2 7,3 T1:15 T1:2
T2:16 T2:1,5
T3:19 T3:1,8
H3 7,1 T1= - (mati) T1= -
T2= - (mati) T2= -
T3= - (mati) T3= -
PENGAMATAN MINGGU KE - 1

Perlakuan PH Panjang Batang Panjang Akar


A1 5,2 T1: 22 (daun kering) T1:3,2 cm
T2:20,8 (daun kering) T2:2,1 cm
T3:21 (ujung daun kering) T3:3cm

A2 6,9 T1:18,2 (daun kering batang T1:4,6


layu) T2:3,4
T2:20,5(daun dan batang T3:4
kering),
T3:18,5 (batang dan daun
kering)
A3 4,9 T1 : 2,3 (daun kering dan T1= 1,6
layu) T2= 2,4
T2 : 20,5 (batang kering dan T3= 4,5
layu)
T3 : 26 (segar)
B1 1,9 T1:12 cm (batang kering) T1:3,5 cm
T2:23,5 cm (daun kering) T2:2 cm
T3:23,5 cm (daun segar) T3:4,5 cm
B2 6,7 T1:16,1 T1:2,3
T2:12,5 (mati) T2:1,9
T3:16,4 (mati) T3:1,8
B3 1,9 T1 : 17,5 (layu) T1:2,3
T2 : 15,9 (sedikit segar) T2:3
T3 : 21,8 (layu dan kering) T3:2,8
C1 5,2 T1:18 cm(daun lepas) T1:4 cm
T2:21 cm (daun lepas) T2:3,2 cm
T3:19 cm (daun lepas) T3:4 cm
C2 6,8 T1:13,8 T1:4,4
T2:21,3 T2:2,4
T3:17 (ujung daun kering) T3:1,9
C3 5,7 T1: 22,5 (layu dan kering) T1: 6
T2: 24 (layu dan kering) T2: 1
T3: 19,5 (layu dan kering) T3: 3
D1 5 T1:3,5 cm(daun lepas) T1:4,6 cm
T2:15,2 cm (daun lepas) T2:5,1 cm
T3:17,2 cm (daun lepas) T3:1,3 cm
D2 6,8 T1:20,3 (daun hilang 1) T1:5
T2:16,4 (kering) T2:4
T3:15,5 (daun putus) T3:1,9
D3 5,1 T1 : 12 (layu dan kering daun T1: 2,2
rontok) T2: 3,2
T2: 13,5 (layu dan kering T3: 1,4
daun rontok)
T3: 11,8 (layu dan kering
daun rontok)
E1 5,2 T1:18 cm(tumbuhan segar) T1:2,6 cm
T2:22,3 cm (tumbuhan segar) T2:2,7 cm
T3:18 cm (tumbuhan segar) T3:2,3 cm
E2 6,8 T1: 19,5 (daun sehat) T1:3,3
T2:19,5 (daun sehat) T2:5
T3:14 (daun hilang ujung T3:2,3
batang kering)
E3 5,4 T1: 27,6 (daun kering T1: 2,3
menggulung) T2: 2,4
T2: 31,8 (daun kering T3: 3,1
menggulung)
T3: 27,6 (daun kering
menggulung)
F1 5,1 T1:17 cm(daun layu) T1:1,5 cm
T2:18,5 cm (daun layu) T2:3,5 cm
T3:19 cm (tumbuhan segar) T3:2,5 cm
F2 6,8 T1:19,5 (patah) T1:2,1
T2:19 (dau hilang) T2:4,3
T3:22 (mati) T3:2,8
F3 T1; 17 (kering) T1: 3,2
T2: - (mati sebelumnya) T2 : -
T3: 19,4 (kering) T3: 2,8
G1 4,9 T1:16,2 cm(daun kering) T1:4,9 cm
T2:20,6 cm (segar) T2:4 cm
T3:18,9 cm (segar) T3:3,3 cm
G2 6,8 T1:23,3 (daun sehat) T1:4,1
T2:23,8 (daun sobek) T2:6,8
T3:25,2 (daun sehat) T3:4,7
G3 6,0 T1 =22 (kering) T1 = 8,5
T2 = 23 (kering, batang T2 =2,5
patah) T3= 5
T3 =23,5 (kering dan mati)
H1 6,8 T1:22,2cm(daun kering) T1:2,7 cm
T2:10,7 cm (daun hilang) T2:3,5 cm
T3:18 cm (segar) T3:4,6 cm
H2 6,7 T1:11,5 (daun kering) T1:2,5
T2:11,3 (daun kering) T2:2,3
T3:14,5 (daun kering) T3:1,8
H3 6,8 T1= - (mati) T1= -
T2= - (mati) T2= -
T3= - (mati) T3= -
VI. Pemabahasan
Percobaan kali ini mengenai nutrisi tanaman dimana bertujuan untuk
mengetahui pengaruh unsur makro nutrien dalam pertumbuhan tanaman. Dalam
percobaan kali ini menggunakan kecambah kacang hijau yang berumur 5 hari.
Langkah pertama adalah menyiapkan toples yang telah dicat hitam, hal ini
bertujuan agar unsur hara yang ada di dalam toples tidak terkena sinar UV dan agar
tidak berjamur, kemudian memberi label A-H dengan masing-masing 3 kali
pengulangan.
Kemudian memasukkan kecambah kedalam 3 lubang yang terdapat di
toples atau botol yang berisi air destilasi dan larutan baku unsur-unsur hara atau
nutrisi yang telah disiapkan. Dalam memasukkan akar kecambah sumbat sekeliling
hipokotil menggunakan kapas kemudian masukkan kedalam toples. Diusahakan
jangan sampai terjadi luka pada akar karena dapat menyebabkan kebusukan pada
akar dan juga jangan sampai batang menyentuh larutan yang terdapat didalam
toples. Ukur pH pada toples kemudian amati setiap 2 minggu sekali gejala yang
terjadi serta panjang batang dan akar pada kecambah. Toples berwarna hitam
karena untuk menghindari kontaklangsung dengan cahaya yang apabila nutrisi
dalam botol tersebut terpapar langsung oleh cahaya maka akan ditumbuhi lumut
yang akan mengganggu pertumbuhan dari tanaman uji.
Pada minggu ke-0 hasil yang diperoleh pada toples A dengan 3 pengulangan
mendapatkan rata-rata pHnya adalah 6 sedangkan panjang batang rata-rata adalah
20 cm dan panjang akar adalah 2 cm. Sedangkan pada toples B dengan 3
pengulangan mendapatkan rata-rata pHnya adalah 3,6 dengan rata-rata panjang
batang kurang lebih 15cm serta rata-rata panjang akar kurang lebih 2,5. Pada toples
C dengan 3 pengulangan mendapatkan hasil rata-rata pHnya adalah 6,4. Panjang
akar yang didapat kurang lebih masing-masing kecambah adalah 17 cm dan panjang
akarnya adalah kurang lebih 3cm. Pada toples D dengan 3 pengulangan
mendapatkan rata-rata pHnya adalah kurang lebih 6 sedangkan panjang batang
yang didapat adalah kurang lebih 14 cm dan panjang akarnya adalah kurang lebih
4cm. Pada toples E dengan 3 pengulangan setelah dilakukan perhitungan yaitu
pHnya kurang lebih 6,5 dan panjang batangnya masing-masing kurang lebih 14 cm
dan panjang akarnya adalah 2,5 cm. Pada toples F masing-masing pHnya diatas 6
dan panjang batangnya rata-rata diatas 12 cm dan panjang akarnya adalah rata-rata
4 cm. Pada toples G juga memiliki pH diatas 6 dengan panjang batang diatas 16cm
dan panjang akarnya kurang lebih rata-ratanya adalah 3 cm. Dan pada toples H rata-
rata pHnya diatas 7 dan panjang batang kurang lebih diatas 13 cm dan panjang
akarnya adalah diatas 1 cm, namun pada toples H 3 tumbuhannya mati.
Pada pengamatan minggu ke-1 terjadi perubahan pada kecambah dari
batang hingga daun yang awalnya segar. Pada toples A kecambah mulai mengalami
gejala kematian seperti daun mulai kering, batang mulai layu, namun ada beberapa
tumbuhan kacang hijau yang masih segar. Walaupun kecambah mengalami gejala-
gejala tersebut namun batang dan akar masih mengalami perpanjangan. Pada toples
B pun masih mengalami perpanjangan, namun tumbuhan kacang hijaunya mulai
menunjukkan gejalam dimana batang kering, daun mulai kering dan ada kecambah
yang mati. Pada toples C juga menampakkan gejala yang sama yaitu tumbuhan
kacang hijaunya mulai layu dana ada sebagian kecambah yang daunnya mulai
lepas. Pada toples D juga masih menunjukkan adanya perpanjangan batang dan
daun namun kecambah pada toples D rata-rata mengalami kerontokan daun dan
kecambah layu.
Pada toples E bagian toples E1 tumbuhan masih dalam keadaan segar dan
terjadi perpanjangan batang dan akar namun pada pengulangan E yang lain ada
sebagian yang daunnya kering dan rontok. Toples F dengan dengan 3 pengulangan
juga menunjukkan gejala yang sama namun pada toples F3 pHnya tidak diukur dan
salah 1 kecambah ada yang mati namun gejala yang sama seperti uraian
sebelumnnya juga ditunjukkan oleh toples F. Pada toples G juga mengalami gejala
yang sama namun pada toples G ada sebagian kecambah yang batangnya patah dan
layu namun ada yang masih segar. Sedangkan pada toples H rata-rata daunnya
kering dan pada toples H3 kecambah sudah mati padahal larutan hara di dalam
toples tidak mengalami pengurangan. Pengamatan tidak dilanjutkan hingga minggu
selanjutnya dikarenakan kecambah pada masing- masing toples layu, kering dan
mati.
Pada toples A diberi perlakuan dengan memberikan larutan hara FeEDTA
pada hasil pengamatan mengalami kelayuan, kekeringan, seharusnya pada
perlakuan diberikannya larutan hara FeEDTA yang dimana jika kekurangan maka
tumbuhan akan mengalami gejala menguningnya daun yang dimulai dari ujung
daun. Daun menjadi sangat mudah patah dan transparan sebelum terlepas. Pada
tulang daun juga terjadi klorosis yangadinya berwarna hijau berubah menjadi
berwarna kuning dan ada pula yang menjadi putih. Pada toples B diberi perlakuan
dengan memberikan larutan hara FeCl3 di hasil pengamatan mengalami klorosis,
layu, hal ini sesuai dengan literatur dimana jika kekurangan seharusnya tumbuhan
akan mengalami gejala yang hampir sama pada uraian sebelumnya yaitu
menguningnya daun yang dimulai dari ujung daun. Daun menjadi sangat mudah
patah dan transparan sebelum terlepas. Daun menjadi lemah dan layu. Toples C
juga diberi perlakuan yang berbeda dengan penambahan larutan hara Ca dimana
jika kekurangan tumbuhan akan mengalami gejala menyebabkan terjadinya
kerusakan sel-sel apikal pada tunas dan daun. Hal ini menyebabkan tunas dan daun
mati. Keadaan ini sering diawali dengan mulai mengeringnya pinggiran daun muda.
Kuncup-kuncup muda akan mati karena perakarannya kurang sempurna dan tepi
daun mengalami klorosis. Jika kelebihan unsur Ca maka akar tanaman tidak mampu
tumbuh memanjang dengan cepat, menghalangi pertumbuhan bagian tepi daun oleh
karena itu daun-daunnya menjadi kuning.
Toples D dengan pemberian larutan hara S dimana jika kekurangan
tumbuhan akan mengalami gejala menguningnya daun. Diawali dengan daun-daun
muda terlebih dahulu. Pada toples E diberi larutan hara Mg seharusnya dimana jika
kekurangan tumbuhan akan mengalami gejala munculnya bercak-bercak berwarna
kuning pada daun. Dimulai pada daun-daun yang lebih tua kemudian diikuti pada
daun-daun lebih muda. Daun yang semula hijaus egar menjadi kekuningan dan
tampak pucat dan daunnya mengering. Namun jika kelebihan unsur Mg maka daun
akan berwarna kuning dikarenakan pembentukan klorofil terganggu. Pada toples F
diberi larutan hara K dimana jika kekurangan tumbuhan akan mengalami gejala
munculnya warna kuning pada daun, diikuti dengan mati atau mengeringnya ujung
dan pinggiran daun.
Pada toples G diberi perlakuan dengan diberi larutan hara N dimana jika
kekurangan tumbuhan akan mengalami gejala menguningnya daun pada daun yang
muda. Daun menjadi kering. Namun jika kelebihan unsur N maka tanaman akan
tampak subur, ukuran daun akan menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan
berair sehingga mudah patah atau rebah. Sedangkan pada toples H diberi larutan
hara berupa P dimana jika kekurangan tumbuhan akan mengalami gejala rontoknya
daun. Sebelumnya daun menunjukkan gejala muculnya warna kemerahan atau
keunguan sebagai akibat pembentukan anthocyanin. Namun jika kelebihan unsur
ini tumbuhan menjadi kerdil dan warna daun berubah menjadi ungu atau coklat
mulai dari ujung-ujung daun.
Dalam prakatikum kali ini juga dipengaruhi oleh pH pada masing-masing
botol dimana ada yang pHnya asam dan basa. Semakin rendah pH maka tanaman
akan cepat mati karena rusaknya sel-sel akar, pertumbuhan tanamanpun menjadi
terhambat akibat rendahnya ketersedian unsur hara penting seperti fosfor dan
nitrogen. Kematian pada kebanyakan tumbuhan kacang hijau pada minggu pertama
pada praktikum ini dikarenakan kemungkinan pH dalam larutan unsur hara terlalu
asam dan tidak ditambahkan larutan basa sehingga pHnya tetap, seharusnya pHnya
normal.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
Jika kekurangan atau kelebihan unsur hara FeEDTA, FeCl3,
Ca, S, Mg, K, N dan P akan menyebabkan gejala yang berbeda pada
setiap kecambah kacang hijau. pH juga berpengaruh dalam pertumbuhan
tanaman, dimana jika semakin rendah pH, tanaman akan cepat mati. pH
yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman adalah pH normal.

7.2 Saran
Seharusnya pH yang digunakan adalah pH normal sehingga
praktikum ini fokus pada gejala yang ditimbulkan dengan adanya
kekurangan atau kelebihan unsur hara yang telah ditentukan dan agar pH
tidak berpengaruh pada reaksi yang ditimbulkan akibat kekurangan atau
kelebihan unsur hara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van
Nostrand

Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Salibury, Frank B. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB

Wahyudi, Agus. 2014. Upaya Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Jabon


(Anthocephalus cadamba) Dengan Pemberian Pupuk Kompos Kotoran
Sapi Pada Beberapa Ketinggian Tempat. Jurnal Sylva Lestari. ISSN
2339-0913. Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (17—24)

Winda, Hafsah. 2013. Pemanfaatan Limbah Sargassum Polycystum dari Industri


Farmasi sebagai Pupuk Cair serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia
Tanah Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Sawi. ISSN No. 2337- 6597.
Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol.1, No.3, Juni 2013

Yanti, Yuli Afrida. 2013. Penentuan Kandungan Unsur Hara Mikro (Zn, Cu, DAN
Pb) Didalam Kompos Yang Dibuat dari Sampah Tanaman Pekarangan
Dan Aplikasinya Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill).
Jurnal Kimia Unand. ISSN No. 2303-3401. Vol. 2 No. 1, Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai