Anda di halaman 1dari 5

Perancangan Turbin Vertikal Axis Savonius

Dengan Menggunakan 8 Buah Sudu Lengkung

Dibuat Oleh : Isman Maulana Azkia (1501617030)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
A. Latar Belakang
Pemanfaatan energy saat ini lebih diarahkan pada penggunaan energy terbarukan
dari alam. Pemanfaatan tersebut dapat menghemat energi fosil yang makin hari kian
menipis. Salah satunya adalah pemanfaatan energi angin. Di Indonesia pemanfaatan
energy angin masih sangat kurang berkembang.
Pemanfaatan energy angin sebenarnya bukanlah barang baru bagi umat manusia.
Manusia telah mengenal kincir (windmills) angin pada tahun 2000 tahun lalu. Selain
ramah lingkungan energy angin dapat di manfaatkan setiap saat dan memiliki masa depan
bisnis yang cerah. Pada masa awal pemanfaatan energy ini lebih banyak dimanfaatkan
oleh pertanian dan manufaktur. Menurut data dari American Wind Energy Association
(AWEA), hingga saat ini telah ada 20.000 turbin angin diseluruh dunia yang
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Di benua Eropa sendiri pemanfaatan energy angin diperbaharui diperkirakan
bakal mencapai 8% dari permintaan energy ditahun 2005. Energi angin menjadi salah
satu alterative yang banyak dipilih dan dihasilkan oleh perangkat sumber energy
sebelumnya. kapasitas energi angin terpasang di Eropa melonjak hingga40% per tahun
dan saat ini kapasitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan listrik lebih dari 5 juta kepala
keluarga. Industri energy tenaga angin diperkirakan bakal memiliki kapasitas 40.000 MW
(mega Watt) yang dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk 50 juta kepala keluarga pada
tahun 2010. Energi angin relatih sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
CO2 atau gas-gas lain yang berperan dalam pemanasan global. Walaupun begitu tetap
bentuk apapun produksi energy selalu memiliki akibat bagi lingkungan. Hanya saja
pemanfaatan energy angin sangatlah rendah. Bersifat lokal dan mudah dikelola.
Turbin angin Savonius pertama kali diperkenalkan oleh insinyur Finlandia Sigurd
J. Savonius pada tahun 1922. Turbin angin sumbu vertikal yang terdiri dari dua sudu
berbentuk setengah silinder (atau elips) yang dirangkai sehingga membentuk ‘S’.
Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin angin sumbu horizontal mengalami gaya
lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin
ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift.
Penelitian yang dilakukan (Farel, 2013) membahas tentang perancangan turbin
vertikal axis savonius dengan menggunakan 8 buah sudu lengkung dan juga
penghitungan minimal angin yang diperlukan sebesar 20 m/s dengan menghasilkan 132
watt yang dapat digunakan dalam skala kecil seperti lampu dirumah. Adapun dimensi
dari rotor yang dirancang 0,99 m2 dengan efisiensi rotor turbin adalah 0,5911.

B. Landasan Teori
2.1 Proses Terjadinya Angin
Energi angin tidak sepenuhnya bentuk dari energy matahari, tetapi angin
dipengaruhi oleh pemanasan yang tak merata pada kerak bumi dari matahari. Angin
dikategorikan sebagai angin planetary yang di sebabkan oleh pemanasan yang lebih
besar dari permukaan bumi dari pada daerah kutub selatan dan utara. Mengakibatkan
udara hangat lebih mengalir ke atas atmosfer menuju daerah kutub dan udara dingin
yang berada pada kutub mengalir kembali kedaerah tropis melalui dekat permukaan
bumi.
2.2 Sejarah Energi Angin
Energi angin sejak dahulu kala sudah dimanfaatkan untuk penggilingan butir
gandum dan memompa air. Desainer belanda, Jan Adrienzoon, perintis dalam
pembuatan wind mills. Mereka membuat banyak perubahan desain lama untuk
meningkatkan efisiensi dari rotor pada tahun 1700. Kemudian disusul dengan wind mill
pemompa air, yang merupakan pencetus dari penerapan energy angin yang paling
sukses. Kemudian pada pertengahan 1800 amerika memperkenalkan turbin angin
bersudu banyak. Tujuannya untuk memompa air dari beberapa meter di bawah
permukaan lahan pertanian. Kemudian era pembangkit listrik dimulai tahun 1900.
Turbin angin modern pertamakali dibangun di Denmark pada tahun 1890. Turbin ini
mensuplai energy listrik ke daerah pedesaan.
2.3 Prinsip Energi Angin
Energi matahari yang terserap oleh bumi, berkisar 20% atau 2.106 Watt diserap
oleh atmosfer. Penyerapan energi panas ini dapat memanaskan atmosfer bumi yang
merupakan suatu penyimpanan energy termal, sebagai gerak konveksi dari atmosfer
yang merupakan suatu konversi ke energi kinetik meskipun jumlahnya tidaklah begitu
besar.
2.4 Dasar Teori Turbin Angin
Turbin angin merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah energy kinetik
angin menjadi energy mekanik maupun energy listrik. Dahulu di Denmark, Belanda dan
negara-negara eropa energi angin di akomodasikan untuk kebutuhan penggilingan,
irigasi dll. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk kebutuhan listrik masyarakat
2.5 Jenis – Jenis Turbin Angin
2.5.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)
Penyerapan energi panas ini dapat memanaskan atmosfer bumi yang merupakan
suatu penyimpanan energi termal, sebagai gerak konveksi dari atmosfer yang merupakan
suatu konversi ke energi kinetik meskipun jumlahnya tidaklah begitu besar. Berdasarkan
prinsip aerodinamis, rotor turbin angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan gaya
drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin ini lebih
dikenal dengan rotor turbin tipe lift.
2.5.2 Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)
Turbin Angin ini merupakan sumbu rotasi rotornya tegak lurus terhadap
permukaan tanah. Dalam efisiensinya turbin angin horizontal lebih efektif dalam
mengekstrak energi angin dari pada turbin angin sumbu vertikal. Jika dilihat dari prinsip
aerodinamik rotor yang digunakan turbin angin dibagi menjadi 2 bagian, yaitu turbin
angin Darrieus dan Savonius
C. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh (Farel, 2013) adalah rekayasa teknik.
Penelitian ini adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu
rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Rancangan ini merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan
metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian
rekayasa ini bertujuan untuk membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat
memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif, dan dengan biaya
murah.
Untuk merancang rotor turbin angina yang diperlukan untuk pengujian, datadata
yang diketahui, dipilih, dan diharapkan adalah kecepatan angina, suhu udara sekitar,
daya rencana, faktor konversi, tebal sudu dan jenis sudu. Kemudian yang dilakukan
adalah perhitungan luas rotor dengan tenaga total aliran angin yang mengalir adalah
sama dengan laju energy kinetic aliran yang datang yang dirumuskan dengan :
dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa suhu sebesar 30°
sehingga didapatlan A(luas Rotor) pada rumus tersebut.
Setelah itu mencari tegangan maksimum turbin melalui

Kemudian menghitung efisiensi teoritis ideal rotor dengan lalu


menghitung dimensi sudu, dalam merancang sudu pada turbin savonius ini terdiri atas 2
bagian yaitu diameter rotor dan panjang rotor (D&t). untuk itu dalam perancangan ini
dipilih perbandingan diameter rotor dan panjang rotor (D/t) sebesar 0,8. Perhitungan
koefisien performance turbin merupakan perbandingan daya angin yang mampu
diekstrak sudu turbin yang diukur dari besarnya energy listrik yang dihasilkan generator
dengan daya angin teoritis.
Melakukan uji coba Tip Speed Ratio (TSR) merupakan rasio kecepatan ujung
rotor turbin dengan kecepatan angin yang melalui sudu rotor tersebut. Untuk turbin
Savonius memiliki nilai koefisien daya maksimum pada nilai tip speed ratio berada
dibawah 1. Kemudian mencari RPM dan dimensi poros yang dihasilkan oleh turbin.
Dalam perancangan tahap akhir peneliti melakukan pemilihan bahan terhadap bantalan,
sudu pengarah, rangka dan kaki turbin
DAFTAR PUSTAKA
Farel dan surya. 2013. Perancangan Turbin Vertikal Axis Savonius dengan Menggunakan 8
Buah Sudu Lengkung. Jurnal Dinamis Vol. I No.13. Fakultas Teknik USU : Medan

Pangestu, Rangga. 2017. Turbin Angin Vertikal Savonius Bertingkat Membentuk Helix. Paper
researchgate. Politeknik Negeri Bandung : Bandung

Anda mungkin juga menyukai